بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Senin, 17 Juli 2023

Tadabbur Al-Quran Hal. 319

Tadabbur Al-Quran Hal. 319
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Ta ha ayat 105 : 

وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْجِبَالِ فَقُلْ يَنْسِفُهَا رَبِّيْ نَسْفًا ۙ

Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang gunung-gunung, maka katakanlah, “Tuhanku akan menghancurkannya (pada hari Kiamat) sehancur-hancurnya,

- Asbabul Nuzul Ta ha ayat 105 : 

Ibnul Mundzir meriwayatkan dari Ibnu Juraij bahwa orang-orang quarisy berkata, "Hai Muhammad, apa yang dilakukan Tuhanmu terhadap gunung-gunung itu pada hari kiamat? Maka turunlah ayat ini,

- Tafsir Al Muyassar Ta ha ayat 105 :

Kaummu bertanya kepadamu, wahai Rasul, tentang kesudahan gunung-gunung pada hari kiamat. Katakanlah kepada mereka: Rabb-ku akan melenyapkannya dari tempatnya, lalu menjadikannya sebagai debu-debu yang berhamburan.

- Tazkiyyatun Nafs :

Allah Swt. berfirman, Pada hari itu tidak berguna syafaat (pertolongan), kecuali dari orang yang telah diberi izin oleh Tuhan Yang Maha Pengasih, dan Dia ridai perkataannya (Qs Taha, 20:109) Allah Swt. mengabarkan bahwa pada hari itu (hari kiamat) tidak akan ada syafaat yang bermanfaat kecuali setelah Allah Swt. meridai perkataan orang yang diberi syafaat, dan setelah Allah Swt. memberikan izin kepada orang yang memberi syafaat. Adapun orang musyrik, maka Allah Swt. tidak meridainya, dan tidak meridai perkataannya, karena itu Allah Swt. tidak mengizinkan kepada orang-orang untuk memberi syafaat kepadanya, sebab Allah Swt. menggantungkan syafaat tersebut dengan dua perkara, yakni keridaanNya terhadap orang yang diberi syafaat dan ijin-Nya terhadap orang yang memberi syafaat. Jika kedua hal tersebut tidak terkumpul, maka syafaat itu tidak akan pernah terjadi.

Rahasia hal di atas adalah bahwa segala urusan adalah milik Allah Swt. semata, tidak seorang pun yang mengurusi suatu urusan bersama-Nya. Sedangkan makhluk yang paling tinggi, utama dan mulia di sisi-Nya adalah para rasul dan malaikat terdekat, dan mereka semua adalah hamba semata, mereka tidak mendahului perkataan-Nya, tidak pula lancang di hadapan-Nya. Mereka tidak melakukan sesuatu kecuali setelah mendapatkan izin dan perintah-Nya. Apalagi pada hari yang sedikit pun seseorang tak lagi dapat menolong orang lain, sebab mereka adalah orang-orang yang dikuasai dan diatur, tindakan mereka terikat dengan perintah dan izin-Nya.

Maka, jika seorang musyrik menyekutukan mereka dengan-Nya, dan menjadikan mereka sebagai pemberi syafaat selain Allah Swt., dan ia mengira bahwa jika ia melakukan hal itu, lalu mereka akan memberi syafaat di sisi Allah Swt., maka dia adalah sebodoh-bodoh orang tentang hak Allah Swt., dan tentang apa yang wajib bagi-Nya serta apa yang tertolak di sisi-Nya. Sungguh hal semacam ini adalah sesuatu yang mustahil terjadi. Hal itu sama dengan menyerupakan Tuhan dengan para raja dan penguasa, dimana mereka mengangkat orang-orang yang loyal kepada mereka sehingga memberi syafaat (sebagai perantara) terhadap berbagai keperluan rakyatnya. Dan dengan analogi yang batil seperti inilah, orang-orang musyrik membuat patung-patung untuk disembah, dan menjadikan penolong dan wali selain Allah Swt.

Perbedaan antara keduanya adalah perbedaan antara makhluk dengan A-Khālik (Maha Pencipta), antara Rabb (Maha Pengatur) dengan Marbüb (yang diatur), antara tuan dengan hamba, antara raja dengan rakyat jelata, antara si kaya dengan si miskin, dan antara Zat yang sama sekali tidak membutuhkan kepada seseorang dengan orang yang menmbutuhkan kepada yang lain dalam segala hal. Para pemberi syafaat di kalangan makhluk adalah berarti sekutu-sekutu mereka.

Sebab terwujudnya maslahat rakyat adalah karena mereka, sedang mereka para pemberi syafaat yang berarti para perantara adalah para penolong dan pembantu mereka. Dan seandainya urusan para raja dan para penguasa itu tidak dibantu mereka, tentu lidah dan tangan para penguasa dan raja itu tidak akan sampai kepada rakyat.

Dan karena kebutuhan mereka kepada para pemberi syafaat itu, sehingga mau tidak mau mereka harus menerima syafaat tersebut, meskipun mereka tidak mengijinkan,  Adapun Zat Yang Mahakaya, yang kekayaan merupakan sesuatu yang tak terpisahkan dari Zat-Nya, semua yang selain-Nya membutuhkan Zat-Nya, semua yang ada di langit dan di bumi adalah hamba-Nya, dipaksa dengan kekuasaan-Nya dan diatur dengan kehendak-Nya. Bahkan seandainya Dia menghancurkan mereka semua, maka tidak berkurang sedikit pun keagungan, kekuasaan, kerajaan, rubūbiyah dan lahiyah-Nya. (Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah, IgasatulLahfani fi Masayidi Asy-Syaitani, Juz 1, t.t.: 403-405).

- Riyadus Salihin :

Dari Abu Umāmah Ra., dia berkata, Saya mendengar Rasulullah Saw. bersabda, "Bacalah Al-Qur'an, karena ia akan datang memberi syafaat kepada para pembacanya pada hari kiamat nanti." (HR Muslim)

Hadis di atas mengandung faedah tentang keutamaan membaca Al-Qur'an, dan sesungguhnya Al-Quran itu memberi syafaat kepada para pembaca ayat-ayatnya dan pengamal isinya pada hari kiamat nanti.

(Dr. Mustafā Said Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādis Sālihina, Juz 1, 1407 H/1987 M: 739).

- Medical Hadis :

Dari Abu Hurairah Ra., Rasulullah Saw. bersabda, "Sekiranya tidak memberatkan umatku atau manusia, niscaya aku akan perintahkan kepada mereka untuk bersiwak (menggosok gigi) pada setiap kali hendak salat." (HR Al-Bukhāri dan Muslim). (Ibnu'l Qayyim Al-Jauziyyah, At-Tibbun Nabawi, t.t.: 248).

- Tibbun Nabawi :

Khasiat Siwak

Siwak yang paling baik ialah siwak yang berbahan kayu pohon arok atau yang sejenisnya, dan tidak dianjurkan dari bahan pohon yang tidak jelas atau sembarangan, sebab boleh jadi mengandung racun. Cara menggunakannya pun harus sedang-sedang saja. Jika digunakan secara berlebihan atau terlalu sering, justru bisa mengikis lapisan luar gigi dan membuatnya tidak mengkilap dan putih lagi, sehingga gigi mudah terpengaruh udara dan kotoran.

Jika siwak digunakan dengan cara yang sedang-sedang saja, maka gigi menjadi mengkilap, akarnya kuat, lidah terasa bebas bergerak, mencegah gigi berlubang, baunya sedap, otak menjadi encer dan nafsu makan bertambah. Penggunaan siwak ini sangat dianjurkan setiap kali hendak melaksanakan salat atau saat berwudu, termasuk ketika bangun tidur dalam keadaan mulut mengeluarkan bau tidak sedap.

Siwak dapat digunakan oleh orang yang sedang şaum maupun yang tidak, berdasar kepada keumuman hadiš dari Rasulullah Saw. Apalagi siwak membuat Allah Swt. rida. sebagaimana diterangkan dalam banyak hadis lainnya, antara lain diriwayatkan dari Hużaifah Ra., ia berkata, ika Nabi Saw. bangun di malam hari, beliau membersihkan mulutnya dengan siwak." (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Menguatkan pernyataan di atas, dalam hadis lain diterangkan dari Aisyah Ra.. dari Rasulullah Saw., beliau bersabda, "Bersiwak mendatangkan kewangian mulut, dan mendapat rida Allah Swt." (HR AI-Bukhari secara Mu'allaq, yaitu hadis yang dari pangkal sanadnya dihilangkan satu rawi atau lebih secara berurutan). (ibnu'l Qayyim Al- Jauziyyah, Zadu'l Ma adi fi Hadyi Khayril lbadi, Juz 4, t.t.: 158-160).

- Penjelasan Surah Thaha Ayat 99-113 :

Ayat 99-113 menjelaskan kisah-kisah nyata yang disebutkan dalam Al-Qur’an itu untuk dijadikan pelajaran dan Al-Qur’an itu sendiri adalah pelajaran dari Allah. Orang-orang yang tidak mau menjadikan Al-Qur’an sebagai pelajaran yang mengatur sistem kehidupan mereka di dunia, maka di akhirat mereka akan memikul dosanya selama-lamanya di dalam neraka dan mereka kekal di dalamnya. Setelah peristiwa kiamat, mereka yang membangkang kepada Allah akan dihimpunkan di mahsyar dalam keadaan buta. Sambil berbisik, mereka berkata bahwa kehidupan dunia terasa lebih kurang sehari saja. 

Allah akan hancurkan semua yang ada di alam ini pada hari kiamat nanti. Pada hari itu semua makhluk tidak ada yang bisa bersuara. Tidak ada lagi rekomendasi kecuali atas izin Allah.  Semua wajah manusia tunduk pada Allah yang Hidup dan Berdiri Sendiri. Gagallah orang-orang yang zalim dan musyrik. Orang  yang beriman dan beramal saleh yang banyak dan didasari keimanan kepada Allah, mereka tidak takut dizalimi dan dikurangi haknya sedikitpun.

Al-Qur’an itu diturunkan Allah dengan bahasa Arab. Allah jelaskan di dalamnya berbagai ancaman-Nya agar manusia bertakwa kepada-Nya atau agar mereka menjadikannya pelajaran.