بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Kamis, 29 Juni 2023

Karena Lisan Seseorang Bisa Masuk Surga Atau Neraka

One Day One Hadits (264)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Karena Lisan Seseorang Bisa Masuk Surga Atau Neraka

عن أبى هريرة رضي الله عنه قال ،قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :
"إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ لَا يُلقي لَهَا بَالا يُكْتَبُ لَهُ بِهَا الْجَنَّةُ. وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَط اللَّهِ لَا يُلقي لَهَا بَالًا يَهْوِي بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ السموات وَالْأَرْضِ"

Dari Abu Hurairah radhiAllah anhu berkata, bersabda rasulullah sallahu alaihi wa salam :
Sesungguhnya seseorang benar-benar mengucapkan suatu kalimat yang diridai Allah Subhanahu wa Ta'ala, sedangkan dia tidak menyadarinya, hingga ditetapkan baginya surga karenanya. Dan sesungguhnya seseorang benar-benar mengucapkan suatu kalimat yang dimurkai Allah Subhanahu wa Ta'ala tanpa ia sadari, hingga menjerumuskan dirinya ke dalam neraka karenanya, lebih jauh dari jarak antara langit dan bumi.(Mutafaqun 'alaih) 

Pelajaran yang terdapat di dalam hadist :

1. Hadist diatas memberikan petunjuk bahwa, besarnya bahaya lisan dan kebanyakan manusia tidak memperhatikannya.

2. Maka wajib menjaga dan memelihara lisan itu dan bersungguh-sungguh dalam hal ini dari keburukannya karena lisan cepat geraknya entah itu dalam kebaikan atau dalam keburukan.

3. Maka wajib juga teguh dan waspada dalam masalah ini.
Sesungguhnya seseorang benar-benar mengucapkan suatu kalimat yang diridai Allah Subhanahu wa Ta'ala, sedangkan dia tidak menyadarinya, hingga ditetapkan baginya surga karenanya. Dan sesungguhnya seseorang benar-benar mengucapkan suatu kalimat yang dimurkai Allah Subhanahu wa Ta'ala tanpa ia sadari, hingga menjerumuskan dirinya ke dalam neraka karenanya.

4. Selama kita diam akan selamat tapi tatkala berkata harus membawa kebaikan bukan keburukan.

5. Maka wajib  setiap mukalaf mewaspadai lisan dan anggota tubuhnya dari keburukan kadang bisa terjadi karena bergurau atau mempermudah dan meremehkannya sehingga membinasakannya. 

Tema hadist yang berkaitan dengan al quran :

1. Larangan  meninggikan suara di hadapan Nabi Shalallahu'alaihi Wasallam lebih dari suaranya tiada lain karena dikhawatirkan beliau akan marah, yang karenanya Allah pun marah disebabkan kemarahannya. Dan karenanya maka dihapuslah amal baik orang yang membuatnya marah, sedangkan dia tidak menyadarinya.

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ 

 Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari.(Al Hujurot : 2)

2- Yaitu tiada suatu kalimat pun yang dikatakannya, melainkan ada malaikat yang selalu mengawasinya dan mencatatnya; tiada suatu kalimat pun yang tertinggal, dan tiada suatu gerakan pun yang tidak tercatat olehnya.

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya, melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (Qaf: 18)

Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ كِرَامًا كَاتِبِينَ يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ

Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Infithar: 10-12).

Rabu, 28 Juni 2023

Tadabbur Al-Quran Hal. 310

Tadabbur Al-Quran Hal. 310
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.
- Maryam ayat 75 :

قُلْ مَنْ كَانَ فِى الضَّلٰلَةِ فَلْيَمْدُدْ لَهُ الرَّحْمٰنُ مَدًّا ەۚ حَتّٰىٓ اِذَا رَاَوْا مَا يُوْعَدُوْنَ اِمَّا الْعَذَابَ وَاِمَّا السَّاعَةَ ۗفَسَيَعْلَمُوْنَ مَنْ هُوَ شَرٌّ مَّكَانًا وَّاَضْعَفُ جُنْدًا

Katakanlah (Muhammad), “Barangsiapa berada dalam kesesatan, maka biarlah Tuhan Yang Maha Pengasih memperpanjang (waktu) baginya [506] ; sehingga apabila mereka telah melihat apa yang diancamkan kepada mereka, baik azab maupun Kiamat, maka mereka akan mengetahui siapa yang lebih jelek kedudukannya dan lebih lemah bala tentaranya.”

- [506] Memanjangkan umur dan membiarkan mereka hidup dalam kesenangan.

- Tafsir Al Muyassar Maryam ayat 75 :

Katakanlah, wahai Rasul, kepada mereka: Barangsiapa yang sesat dari kebenaran, tidak mengikuti jalan petunjuk, maka Allah menangguhkannya dan mengulurnya dalam kesesatannya. Hingga apabila ia telah melihat dengan yakin apa yang diancamkan Allah kepadanya, baik azab yang disegerakan di di dunia maupun terjadinya kiamat, maka ia akan mengetahui saat itu, siapakah yang lebih buruk tempatnya dan lebih lemah kekuatan dan pasukannya.

- Sirah Nabawi :

Perang Mu'tah terjadi pada bulan Jumadil Awal tahun 8 H. Mu'tah adalah daerah yang berada di dataran tinggi Syria sekarang bernama Karki- sebelah tenggara laut Kaspia. Sebab terjadinya perang ini adalah sebagai berikut. Rasulullah Saw. mengutus Al-Hāris bin Umair Al-Azadi untuk menyampaikan surat kepada Al-Hāris bin Abi Syamaz Al-Gassāni, pemimpin Buşra di bawah kekuasaan Heraklius, yang berisi ajakan masuk Islam.

Surat ini adalah salah satu dari beberapa surat yang dikirimkan Nabi kepada para raja di seluruh dunia dan para pemimpin Arab, pasca-perdamaian Hudaibiyah. Ketika A-Hāris sampai di Mu'tah, salah satu pemimpin Arab yang kejam pengikut Kaisar Romawi, bertanya kepadanya, "Apa maksud tujuanmu? Apa kamu termasuk utusan Muhammad?" "Benar," jawab Hāriš. la langsung dikat dan dipenggal kepalanya. Berita pembunuhan ini sampai ke telinga Rasulullah Saw. dan membuat beliau sangat sedih, karena sebelumnya belum ada utusan beliau yang dibunuh.

Untuk menyerang Mu'tah, Nabi Saw. menyiapkan prajurit muslim yang jumlahnya 3000 orang. Nabi Saw. mengangkat Zaid bin Harišah Ra. sebagai panglima perang, dan berpesan pada para sahabat, apabila Zaid gugur, maka angkatlah Ja'far bin Abi Talib Ra. sebagai panglima, apabila ia gugur, angkatlah Abdullah bin Rawahah sebagai panglima. Nabi Saw meminta Zaid untuk mendatangi tempat pembunuhan Al-Hāris bin Umair dan untuk mengajak mereka masuk islam dari sana. Apabila mereka memenuhi, mereka akan selamat. Apabila tidak, maka mohonlah pertolongan kepada Allah dan perangilah mereka. Rasulullah Saw. memberi wasiat berikut, "Aku berwasiat kepada kamu semua agar bertakwa kepada Allah dan benwasiat agar kaum muslimin yang bersama kalian berbuat kebakan. Perangilah-dengan menyebut nama Allah dan di jalan Allah-orang yang kufur kepada Allah. Jangan melanggar janji jangan membelenggu, jangan membunuh anak-anak perempuan, orang tua renta, orang yang menyepi di tempat pertapaan rahit jangan menebang pepohonan dan jangan merobohkan bangunan." Pasukan muslim berangkat atas berkat Allah, Nabi Saw. sendiri menemani mereka.

Mereka terus berjalan hingga sampai di Ma'an. Terdengar berita bahwa Heraklius telah mengumpulkan balatentara yang sangat besar dan berkemah di Ma'āb di daerah Balqa' (daerah bagian dari wilayah Damaskus yang direbut Amman). Prajurit Romawi terdiri dari orang-orang Romawi dan orang-orang Arab taklukan/jajahan. Kaum muslimin bermusyarawah perihal masalah terse-but. Mereka menyarankan untuk meminta bantuan kepada Rasululah Saw. atau meminta beliau agar memerintahkan misi lain dan mereka akan melaksanakannya (Mustafā As-Sibā'i, As-Sirah An-Nabawiyyah: Durūs wa lbar 104-105).

- Asbabun Nuzul :

Dari Abu Ayyub Ra., Rasulullah Saw. bersabda, "Orang yang pertama kali akan saling bersengketa pada hari kiamat ialah seorang laki-laki dan istrinya. Demi Allah, lisan perempuan itu tidak akan berbicara, namun yang
berbicara adalah kedua tangan dan kakinya.

Keduanya menjadi saksi tentang kewajibannya atas hak suaminya, dan menjadi saksi pula atas apa yang menjadi kewajiban suami terhadapnya. Selanjutnya seorang laki-laki didakwa bersengketa dengan pembantunya, demikian pula para pedagang pasar yang saling bersengketa didakwa. Namun berbagai kebaikan telah disampaikan kepada orang yang dizalimi dan berbagai kejelekan orang yang menzaliminya telah ditetapkan atasnya, kemudian ia dihadirkan kepada para malaikat yang bengis dalam keadaan terkekang oleh besi lalu dikatakan, Bawalah ke dalam neraka.' Maka demi Allah, saya tidak tahu apakah mereka akan memasuki neraka ataukah sebagaimana Allah berfirman, "Dan tidak ada seorang pun di antara kamu yang tidak mendatanginya (neraka)." (Maryam, 19:71) (HR At-Tabrani dan lbnu Mardawaih dengan sanad yang tidak bermasalah). (Jalāluddin As-Suyūti, Ad-Durr A-Mansūr fit Ta wili bil Ma 'sũr, Juz 8, t.t.: 451). 

- Nasihat & Pelajaran :

1. Di antara wasiat Rasulullah Saw. kepada prajurit Islam saat perang Mu'tah, yang menyentuh karakter belas kasih kemanusiaan dalam perjuangan Islam, adalah tidak membunuh orang yang tidak menyerang dan tidak merusak sesuatu yang ditemui di jalan, kecuali dalam kondisi darurat. Para sahabat, setelah kewafatan Nabi Saw. dan orangorang muslim dalam beberapa masa setelahnya, tetap menjaga wasiat ini. Jadi, perang yang dilancarkan umat Islam adalah perang paling belas kasih yang pernah tercatat dalam sejarah.

2. Tentara Islam berperang dengan budi bahasa yang halus dan kasih sayang yang kuat dibanding dengan yang lainnya dan mereka adalah orang-orang yang cinta damai. Mereka ini telah direkam oleh sejarah dalam lembaran-lembaran putih, sebagaimana pula sejarah telah merekam pihak lain dalam lembaran-lembaran hitam, dan demikian itu terus berlangsung hingga sekarang ini.

( As- Sibāi, As-Sirah An-Nabawiyyah; Durüs wa lbar. 130).

- Penjelasan Surah Maryam Ayat 65-76 :

Ayat 65-76 menjelaskan hal-hal berikut:  
    
Allah itu Pencipta langit dan bumi dan apa saja di antara keduanya. Sebab itu sembah dan taatlah kepada-Nya dengan penuh kesabaran, karena tidak akan ada yang menyamai-Nya.      

Banyak manusia meragukan hari kebangkitan, padahal sebelum Allah ciptakan, mereka tidak ada. Mereka yang kafir dan setan pasti Allah himpunkan di mahsyar di sekitar neraka Jahanam dalam keadaan bertekuk lutut. Kemudian Allah tarik yang paling durhaka kepada-Nya dari setiap golongan di antara mereka.  Allah lebih tahu siapa dari mereka yang lebih  dahulu dilemparkan ke dalam neraka.

Allah pasti menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dari api neraka dan membiarkan orang-orang zalim bertekuk lutut di hadapan-Nya. Orang-orang zalim itu ialah yang kafir kepada wahyu Allah dan membanggakan tempat tinggal dan tempat pertemuan mereka lebih baik dari orang-orang beriman. Bukankah Allah telah membinasakan berbagai umat sebelum mereka yang memiliki tempat tinggal dan perabot rumah lebih baik dan mahal dari yang mereka miliki?     

Allah perintahkan Muhammad saw. untuk menjelaskan kepada orang-orang sesat itu bahwa suatu saat, (saat bencana atau kiamat) mereka akan mengetahui siapa yang akan berada pada kedudukan yang buruk dan lemah. Allah akan berikan balasan dan kesudahan yang baik  kepada orang yang beriman dan beramal saleh.

Selasa, 27 Juni 2023

Tadabbur Al-Quran Hal. 309

Tadabbur Al-Quran Hal. 309
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Maryam ayat 55 :

وَكَانَ يَأْمُرُ اَهْلَهٗ بِالصَّلٰوةِ وَالزَّكٰوةِۖ وَكَانَ عِنْدَ رَبِّهٖ مَرْضِيًّا

Dan dia menyuruh keluarganya [505] untuk (melaksanakan) salat dan (menunaikan) zakat, dan dia seorang yang diridai di sisi Tuhannya.

- [505] Sebagian mufasir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan "ahlahu" ialah keluarganya dan sebagian berpendapat ialah umatnya.

- Tafsir Al Muyassar Maryam ayat 55 :

la memerintahkan keluarganya supaya mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Rabb-nya.

- Hadis Sahih Maryam ayat 55 :

Ali bin Abu Talib Ra. berkata, "Bahwa pada suatu malam Rasulullah Saw. membangunkannya beserta istrinya Fatimah putri Nabi Saw. Lalu beliau berkata, Tidakkah kalian akan melaksanakan salat malam?" Kemudian saya menjawab, Wahai Rasulullah, diri-diri kami  ini ada dalam kekuasaan Allah. Jika Dia berkehendak membangunkan kami, tentu kami akan bangun. Maka ketika aku mengatakan demikian, beliau pergi dan tidak mengatakan apa pun kepadaku. Kemudian aku mendengar ketika beliau pergi sambil memukul pahanya bersabda Memang manusia adalah yang paling banyak dalihnya (HR Bukhäri, Sahihul Bukhari, Juz 1, No. Hadis 1127, 1400 H: 351).

- Riyadus Salihin :

Dari Abu Hurairah Ra., dia berkata, Aku
mendengar Rasulullah Saw. bersabda, "Hal yang pertama kali akan Allah hisab di hari kiamat atas amalan seorang hamba adalah salatnya. Jika salatnya baik, maka ia akan beruntung dan selamat, jika salatnya rusak, maka ia akan rugi dan tidak beruntung. Jika
pada amalan fardunya ada yang kurang, maka Rabb Swt. berfirman, Periksalah, apakah hamba-Ku mempunyai ibadah sunnah yang bisa menyemnpurnakan ibadah wajibnya yang kurang? lalu setiap amal akan diperlakukan seperti itu." (HR Tirmiżi).

Hadis di atas memberikan faedah :
(a) Dorongan untuk mengerjakan perkara yang wajib (hal ibadah) dan menyempurnakannya, serta memperhatikan perkara yang membawa kemaslahatan/kebaikan dan menjauhi perkara yang membavwa mafsadat/kerusakan.
(b) Anjuran untuk memperbanyak amalan sunnah untuk menambal yang kurang dari kewajiban, karena hal ini sulit dihindari oleh manusia.
(Dr. Mustafā Sa'id Al-Khin, Nuzhatul
Muttaqina Syarhu Riyadis Salihina, Juz 2, 1407 H/1987 M: 793).

- Hadis Nabawi :

Ali bin Abu Talib Ra. mengatakan bahwa pada suatu malam Rasulullah Saw. membangunkannya beserta istrinya Fatimah putri Nabi Saw. Lalu beliau berkata, "Tidakkah kalian akan melaksanakan salat malam?" Kemudian saya menjawab, "Wahai Rasulullah, diri-diri kami ini ada dalam kekuasaan Allah, jika Dia berkehendak membangunkan kami, tentu kami akan bangun. Maka ketika kami mengatakan demikian, beliau pergi dan tidak mengatakan apa pun kepadaku.

Kemudian aku mendengar ketika beliau pergi sambil memukul pahanya bersabda "Memang manusia adalah yang paling banyak dalihnya." (HR Al-Bukhāri, Sahihu' Bukhāri, Juz 1, No. Hadis, 1127, 1400 H: 351).

- Hadis Qudsi :

Dari Abu Ayyub, ia berkata, "Nawf dan
Abdullah bin Amr sedang berkumpul, lalu Nawf berkata, Seandainya langit dan bumi beserta isinya diletakkan pada satu neraca timbangan, kemudian Lã lãha illallāh diletakkan pada satu sisi yang lain, niscaya
akan lebih condong (berat) neraca yang diletakkan padanya Lã ilāha llallah. Dan seandainya langit dan bumi beserta isinya berbentuk satu piring yang terbuat dari besi, kemudian ada seorang lelaki yang mengucap Lã llāha illallāh, niscaya ia akan melubanginya hingga sampai kepada Allah Swt. Lalu Abdullah bin Amr berkata, Kami melaksanakan salat magrib bersama Rasulullah Saw. dan orang-orang ada yang masih menunggu dan ada yang sudah
pulang, kemudian datanglah Rasulullah Saw. dan hampir-hampir lututnya tersingkap, lalu beliau bersabda, "Wahai kaum muslimin,
bergembiralah kalian sebab Rabb kalian telah membuka satu pintu dari pintu-pintu langit dengan membanggakan kalian kepada para
malaikat-Nya seraya berkata, Mereka adalah hamba-hamba-Ku, mereka melaksanakan kewajiban kemudian menunggu kewajiban yang lain." (HR Ahmad). (lsāmuddin As-Sabābati, Jāmiu'l Ahādisi1 Qudsiyyati, Jilid 1. t.t: 199-200).

- Penjelasan Surah Maryam Ayat 52-64 :

Ayat 52 dan 53 masih menjelaskan kisah Nabi Musa. Allah berbicara kepadanya di sisi bukit Thur. Allah karuniakan saudaranya Harun sebagai nabi yang mendampinginya dalam berdakwah, sebagai wujud kasih sayang Allah padanya.      Ayat 54-57 menjelaskan Nabi Ismail dan  Nabi Idris. Mereka adalah orang-orang yang jujur, menunaikan salat, membayar zakat dan berbagai ibadah lain yang disyariatkan Allah sehingga Allah ridha dan angkat derajat mereka.

Ayat 58-63 menjelaskan, para nabi yang disebutkan sebelumnya adalah anak cucu Adam dari keturunan mereka yang Allah selamatkan bersama Nabi Nuh, keturunan Ibrahim dan Ishak serta orang-orang yang diberi hidayah dan dipilih Allah. Mereka adalah manusia pilihan. Apabila dibacakan  kepada mereka ayat-ayat Allah, mereka tersungkur sujud sambil menangis. Setelah mereka, lahir generasi yang mengabaikan salat dan mengikuti syahwat. Mereka pasti menemui kesesatan dan kebinasaan. Kecuali orang yang bertobat, memperbarui keimanan dan beramal saleh. Mereka akan masuk surga tanpa dizalimi sedikit pun; surga ‘Adn yang dijanjikan Allah kepada hamba-Nya yang beriman kepada yang gaib. Di dalamnya tidak terdengar perkataan sia-sia, akan tetapi ucapan salam. Mereka diberi rezeki pagi dan petang. Itulah surga untuk hamba-hamba Allah yang bertakwa kepada-Nya.

Ayat 64 menjelaskan Jibril tidak turun menemui Nabi Muhammad kecuali atas izin dari Allah Ta’ala yang Maha Mengetahui dan memiliki tujuan yang mulia.

Sabtu, 24 Juni 2023

Tadabbur Al-Quran Hal. 308

Tadabbur Al-Quran Hal. 308
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Q.S Maryam ayat 41 :

-  وَاذْكُرْ فِى الْكِتٰبِ اِبْرٰهِيْمَ ەۗ اِنَّهٗ كَانَ صِدِّيْقًا نَّبِيًّا

Ceritakanlah (Hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al Kitab (Al-Qur'an) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan [905] lagi seorang Nabi.

- [504] Nabi lbrahim alaihissalam adalah seorang nabi yang sangat cepat membenarkan semua hal yang gaib yang datang dari Allah.

- Tafsir Jalalain Maryam ayat 41 :

(Dan ceritakanlah) kepada mereka (tentang Ibrahim di dalam Al-Kitab ini) Alquran, yaitu tentang kisahnya. (Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan) seorang yang sangat jujur dalam keimanannya (lagi seorang nabi) hal ini dijelaskan dalam ayat selanjutnya.

- Tafsir Al Muyassar Maryam ayat 41 :

Sebutkanlah, wahai Rasul kepada kaum-mu, kisah lbrahim dalam al-Qur'an ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat jujur, dan salah seorang Nabi yang paling tinggi kedudukannya.

- Tazkiyyatun Nafs :

Tauhid itu ada dua macam. Pertama, tauhid dalam ilmu dan keyakinan. Kedua, tauhid dalam kehendak dan tujuan. Yang pertama disebut tauhid ilmu karena keterkaitannya dengan pengabaran dan pengetahuan.

Tauhid kedua yang disebut tauhid kehendak dan tujuan, dibagi menjadi dua macam, yaitu: tauhid dalam Rububiyyah dan tauhid dalam Uluhiyyah.

lmu tauhid berkisar pada penetapan sifat-sifat kesempurnaan, penafian penyerupaan, peniadaan aib dan kekurangan. Hal ini bisa diketahui secara umum maupun secara terperinci. Secara umum dapat dikatakan bahwa tauhid itu ialah menetapkan pujian hanya bagi Allah. Adapun secara terinci meliputi :

(a) penyebutan sifat Uluhiyyah,
(b) Rububiyah,
(c) rahmah, dan
(d) kekuasaan.

Empat sifat ini merupakan poros Asma' dan sifat.

Pujian di sini berarti pujian terhadap Zat yang dipuji dengan menyebutkan sifat-sifat kesempurnaan dan keagungan-Nya, disertai kecintaan dan ketundukan kepada-Nya.

Seseorang tidak bisa disebut orang yang memuji jika dia mengingkari sifat-sifat yang dipuji, tidak mencintai, tidak tunduk dan rida kepadanya. Jika sifat-sifat kesempurnaan yang dipuji lebih banyak, maka pujian pun semakin sempurna. Begitu pula sebaliknya.

Karena itu segala pujian hanya tertuju kepada Allah karena kesempurnaan dan banyaknya sifat-sifat yang dimiliki-Nya, yang selain Allah tidak mampu menghitungnya.

Karena itu pula Allah mencela sesembahan orang-orang kafir dengan meniadakan sifat-sifat kesempurnaan darinya. Allah mencelanya sebagai sesuatu yang tidak bisa mendengar, melihat, berbicara, memberi petunjuk, mendatangkan manfaat dan madarat. Maka Allah menjelaskan hal ini seperti dalam perkataan lbrahim Al-Khalil, (ingatlah) ketika dia (lbrahim) berkata kepada ayahnya, Wahai ayahku! Mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak dapat menolongmu sedikit pun? (QS Maryam, 19: 42).

Andaikata sesembahan lbrahim seperti sesembahan bapaknya, Azar, tentu bapaknya akan menjawab, "Ternyata sesembahanmu seperti itu pula. Maka untuk apa kamu mengingkari aku?" Sekalipun begitu sebenarnya Azar juga tahu siapà Allah, sama seperti orang-orang kafir Quraisy yang tahu siapa Allah, tapi mereka menyekutukan-Nya.

Begitu pula kaum Musa. Firman Allah, Dan kaum Musa, setelah kepergian (Musa ke gunung Sinai) mereka membuat patung anak sapi yang bertubuh dan dapat melenguh (bersuara) dari perhiasan (emas). Apakah mereka tidak mengetahui bahwa (patung) anak sapi itu tidak dapat berbicara dengan mereka dan tidak dapat (pula) menunjukkan jalan kepada mereka? Mereka menjadikannya (sebagai sesembahan). Mereka adalah orang-orang yang zalim. (05 Al-Araf, 7: 148).

Jika ada yang berkata, "Bukankah Allah tidak bisa berbicara dengan hambaNya?" Maka dapat dijawab berikut, Allah berbicara dengan hamba-hamba-Nya. Di antara mereka ada yang diajak berbicara dengan Allah dari balik hijab, yang lain ada yang tanpa perantara, seperti Musa, ada yang berbicara dengan Allah lewat perantara malaikat yang diutus, yaitu para nabi dan rasul, dan Allah berbicara dengan seluruh manusia lewat para rasul-Nya. Allah menurunkan firman-Nya kepada mereka yang disampaikan para rasul, Ini adalah firman Allah dan Dia memerintahkan agar kami menyampaikannya kepada kalian.

Berangkat dari sinilah orang-orang salaf berkata, "Siapa yang mengingkari keadaan Allah yang dapat berbicara, berarti dia mengingkari risalah para rasul." Begitu pula hubungannya dengan sifat-sifat Allah yang lainnya.

Dari sini dapat diketahui bahwa hakikat pujian mengikuti ketetapan sifat-sifat kesempurnaan, dan penafian hakikat pujian ini juga mengikuti penafian sifat-sifat kesempurnaan. (Ibnu'l Qayyim Al-Jauziyyah, Madāriju As-Sālikin Manāzilu lyyāka Na 'budu wa lyyāka Nasta inu, Juz 1, t.t.: 33-35).

- Penjelasan Surah Maryam Ayat 39-51 :

Ayat 39 dan 40, memerintahkan Muhammad Saw. untuk mengingatkan orang-orang kafir, baik dari kalangan kaum musyrik maupun Ahlul Kitab bahwa mereka akan menyesal pada hari kiamat nanti. Sebelum penyesalan itu tiba, maka berimanlah kepada Allah dengan benar, yakni dengan mentauhidkan-Nya, tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun dan dengan siapa pun dan jangan lalai mengingat-Nya. Karena Allah lah yang memiliki bumi dan semua manusia yang ada di atasnya dan kepada-Nya jualah semua manusia dikembalikan di akhirat kelak.

Ayat 41-50 menjelaskan kisah dakwah Ibrahim a.s. kepada orang tuanya yang menyembah berhala yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak mampu berbuat apa. Perbuatan itu hanya mengikuti langkah setan yang  akan menyebabkan azab Allah di dunia dan akhirat.

Dakwah Ibrahim ditanggapi negatif oleh orang tuanya dan meneror Ibrahim agar segera menghentikannya. Jika tidak, maka ia akan merajam dan mengusir Ibrahim dari negerinya. Nabi Ibrahim menyayangkan sikap orang tuanya dan berharap suatu saat bisa beriman dan mentauhidkan Allah. Ibrahim meninggalkan kaumnya dan tuhan-tuhan yang mereka sembah. Setelah itu, Allah karuniakan padanya Ishak dan Yakub. Allah angkat keduanya sebagai nabi. Allah berikan kepada keduanya rahmat dan buah tutur yang jujur dan tinggi.

Ayat 51 menjelaskan bahwa Musa diberikan Allah kejujuran dan diangkat sebagai rasul dan nabi-Nya.

Jumat, 23 Juni 2023

PELEBUR DOSA

Tematik (148)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

PELEBUR DOSA

Suatu hari seorang pemuda menemui Rasulullah SAW dengan wajah gusar, nampak gelisah dan begitu khawatir. Perlahan pemuda tersebut menghampiri Rasulullah SAW dan bertanya: 
“Wahai Rasulullah, betulkah segala perbuatan kita, baik maupun buruk, akan dibalas?". Wajah pemuda tersebut sungguh risau. 

Rasulullah dengan akhlak yang selalu saja terpancar dari wajahnya, tersenyum teduh & menjawab: “Tentu saja, janji Allah itu pasti. Tiada yang lebih pasti dari janjiNya.
Seperti yang terang dalam firmannya sebagaimana

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَا لَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗ وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَا لَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ
fa may ya'mal misqoola zarrotin khoiroy yaroh wa may ya'mal misqoola zarroting syarroy yaroh

"Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya."
"Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya."
(QS. Az-Zalzalah 99: Ayat 7-8)

Melihat wajah pemuda yang semakin gusar, Rasulullah pun bertanya: “Wahai pemuda, apakah gerangan yang membuatmu begitu risau? Dan mengapa kamu bertanya demikian?” 

Pemuda itu pun menjawab dengan suara pelan: “Wahai Rasulullah.. aku merisaukan perbuatan dosaku yang aku pun tak sanggup menghitungnya. Sungguh berbuat dosa itu bisa sangat tak terasa. Aku khawatir akan balasannya di dunia maupun di akhirat kelak".

Rasulullah kembali menatap pemuda tersebut dengan pandangan yang teduh dan senyum yang menentramkan hati, kemudian balik bertanya: “Wahai pemuda, kamu pernah sakit? Pernah dikhianati? Pernah tak enak hati? Pernah gundah tanpa sebab yang pasti? Pernah mendapat masalah yang besar?".

Mendengar rangkaian pertanyaan itu, pemuda tersebut mengangguk, “Tentu saja pernah Ya Rasulullah.."

Rasulullah semakin melembutkan suaranya: “Sesungguhnya sakitmu, perasaan tak enak hatimu, kegundahan tanpa sebabmu, juga masalah2 besarmu itu Allah hadirkan ke dalam kehidupanmu untuk menggugurkan setiap dosa yang kau khawatirkan itu".

Mendengarnya, pemuda tersebut berurai air mata penuh syukur. Bersyukur sangat dalam karena baru menyadari bahwa segala hal yang dianggapnya musibah dalam hidup, ternyata adalah karunia, yang dihadirkan untuk menggugurkan dosa.

۞ اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ ْعَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ‎ وَعَلَى الِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ﷺ ۞

Rabu, 21 Juni 2023

Tadabbur Al Quran Hal. 307

Tadabbur Al-Quran Hal. 307
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Q.S Maryam [19] ayat 31:

وَّجَعَلَنِيْ مُبٰرَكًا اَيْنَ مَا كُنْتُۖ وَاَوْصٰنِيْ بِالصَّلٰوةِ وَالزَّكٰوةِ مَا دُمْتُ حَيًّاۙ

dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup,

- Tafsir Al Muyassar Q.S Maryam ayat 31:

Dia juga menjadikan aku sebagai orang yang besar kebaikan dan manfaatnya di mana pun aku berada. Dia berpesan kepadaku supaya menjaga shalat dan menunaikan zakat selama aku masih hidup.

- Hadis Sahih Q.S Maryam ayat 31:

Dari Ubadah bin As-Samit, dia berkata,. "Aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda, 'Lima kali salat (dalam sehari semalam) telah diwajibkan oleh Allah Swt Barangsiapa yang membaguskan wudunya, melaksanakan salat pada waktunya, menyempurnakan rukuk dan kekhusyukannya, maka dia berhak mendapatkan janji dari Allah, yaitu Dia akan mengampuninya. Dan barangsiapa yang tidak melakukannya (salat lima waktu), maka dia tidak memiliki janji atas Allah. Jika Allah berkehendak, Dia akan mengampuninya, dan jika berkehendak, Dia akan menyiksanya:" (HR Abu Dãwud, Sunan Abu Dawud, Juz 1, No. Hadis 425, 1418 H/1997 M: 212-213).

- Riyadus Salihin :

Dari Abu Hurairah Ra., dia berkata, Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda, "Jika iqamat salat telah dikumandangkan, maka janganlah kalian datang sambil berlari. namun datanglah dengan tenang, apa yang kalian dapatkan dari salat, maka ikutilah, dan apa yang kalian tertinggal, maka sempurnakanlah." (HR AI-Bukhāri-Muslim).

Hadis di atas memberikan beberapa faedah:

(a) Dibencinya tergesa-gesa karena ingin mendapatkan salat bersama imam karena hal tersebut akan mengganggu salat sehingga tidak tenang ketika salat.
(b) Hendaknya apabila masuk salat dalam keadaan khusyuk dan tenang.
(c) Apabila seseorang hendak melaksanakan salat, maka ditetapkan baginya pahala sejak berjalannya menuju salat.
(d) Dipahami dari hadis tesebut, apabila seseorang salat bersama imam, maka itu awal salatnya, dan apabila ia datang dalam keadaan salat sedang ditegakkan, maka ia tertinggal. Tidak ada penyempurnaan dalam salat berjamaah melainkan bagi yang tertinggal salatnya, (Dr. Mustafā Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttagina Syarhu Riyādis salihina, Juz 1, 1407H/1987 M: 578-579).

- Hadis Nabawi :

Dari Ubadah bin As-Samit, dia berkata, Aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda, "Lima kali salat (dalam sehari semalam) telah diwajibkan oleh Allah Swt. Barang siapa yang membaguskan wudunya, melaksanakan pada waktunya, menyempurnakan rukuk dan kekhusyukannya, maka dia berhak mendapatkan janji dari Allah, yaitu Dia akan mengampuninya. Dan barang siapa yang tidak melakukannya (salat lima waktu), maka dia tidak memiliki janji atas Allah. Jika Allah berkehendak, Dia akan mengampuninya, dan jika berkehendak, Dia akan menyiksanya."
(HR Abu Dāwud, Sunan Abu Dāwud, Juz 1, No. Hadis 425, 1418 H/1997 M: 212-213).

- Hadis Qudsi :

Dari Anas bin Malik, ia berkata, "Telah diwajibkan kepada Nabi Saw. di malam /sra, untuk melaksanakan salat sebanyak lima puluh kali. Kemudian bilangan tersebut dikurangi hingga menjadi lima kali, lalu beliau díseru, Wahai Muhammad, sesungguhnya ketentuan yang ada di sisi-Ku tidak bisa diubah, maka engkau akan mendapatkan pahala lima puluh (waktu salat) dengan lima (waktu salat) ini." (HR At-Tirmizi) (Isāmuddin As-Sabābati, Jāmiul Ahādisil Qudsiyyati, Jilid 1, t.t: 175-176).

- Penjelasan Surah Maryam Ayat 26-38 :

Ayat 26 - 38 meneruskan kisah ayat kebesaran Allah pada peristiwa Maryam yang melahirkan Isa tanpa suami. Peristiwa itu menggemparkan Bani Israel sehingga mereka menuduh Maryam berbuat serong. Saat itu juga Allah perlihatkan lagi ayat kebesaran-Nya dengan menjadikan Isa yang masih bayi bisa berbicara dan menjawab langsung tuduhan mereka kepada Ibunda Maryam.

Isa menjelaskan: Aku adalah hamba Allah, bukan anak Allah. Allah berikan padaku kitab Injil dan Allah angkat aku sebagai nabi. Allah berkahi aku dimana saja aku berada. Dia perintahkan aku menegakkan salat, membayar zakat selama aku masih hidup, berbakti kepada ibuku dan Dia tidak menjadikan aku diktator dan celaka. Allah selamatkan aku saat dilahirkan, saat aku meninggal dan saat  aku dibangkitkan di hari kiamat nanti.

Isa yang dilahirkan dari seorang ibu, kemudian ia juga mati dan dibangkitkan nanti pada hari kiamat adalah bukti nyata bahwa Isa bukanlah tuhan atau anak tuhan. Menganggap Isa anak tuhan adalah kemusyrikan besar dan bertentangan dengan ajaran Nabi Isa sendiri yang mengajarkan umatnya mengesakan Allah dalam segala bentuk ibadah. Orang-orang yang hatinya condong kepada kemusyrikan tetap saja melihat Isa anak Allah. Padahal Isa itu adalah ayat kebesaran dan kekuasaan Allah. Allah menciptakan segala sesuatu berdasarkan ilmu dan kehendak-Nya. Sebab itu,  yang memperdebatkan hal tersebut hanyalah orang kafir, zalim dan sesat yang nyata.

Selasa, 20 Juni 2023

DO'A-DO'A KETIKA MUSIM HUJAN

Tematik (147)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

DO'A-DO'A KETIKA MUSIM HUJAN

1. Do'a Ketika Hujan Turun

اللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا

"Allaahumma Shayyiban Naafi'aa"
(Ya Allah, jadikanlah hujan ini sebagai hujan yang bermanfaat.)

HR. Bukhari no. 1032, dari Ummul Mukminin 'Aisyah radhiyallahu 'anhaa

2. Do'a Ketika Ada Angin Kencang

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا فِيهَا وَخَيْرَ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا فِيهَا وَشَرِّ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ

“Allaahumma Innii As aluka Khairahaa Wa Khaira Maa Fiihaa Wa Khaira Maa Ursilat Bih Wa `A ’Uudzu Bika Min Syarrihaa Wa Syarri Maa Fiihaa Wa Syarri Maa Ursilat Bih”
(Ya Allah, aku meminta kepada-Mu kebaikan angin ini, kebaikan yang ada padanya, dan kebaikan yang ia diutus untuk membawanya. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan angin ini, kejelekan yang ada padanya, dan kejelekan yang ia diutus untuk membawanya.)

HR. Muslim no. 899, dari Ummul Mukminin 'Aisyah radhiyallahu 'anhaa

3. Disunnahkan Seusai Hujan Turun Membaca

مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللهِ وَرَحْمَتِهِ

“Muthirnaa Bi Fadhlillaahi Wa Rahmatih"
(Kami telah diberi hujan dengan karunia Allah (semata) dan rahmat-Nya.)

HR. Bukhari no. 1038 dan Muslim no. 7, dari sahabat Zaid bin Khalid al-Juhani radhiyallahu 'anhu

4. Dzikir Ketika Mendengar Suara Petir

Apabila sahabat Abdullah bin Zubair radhiyallahu 'anhumaa mendengar petir, beliau mengucapkan,

سُبْحَانَ الَّذِي يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَالمَلآئِكَةُ مِنْ خِيْفَتِهِ

"Subhaanalladzii Yusabbihurra'du Bihamdihii wal Malaaikatu min Khiifatih"
(Mahasuci Allah yang telah menjadikan petir itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula) para malaikat, karena takut kepada-Nya.)

HR. Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad no. 723. Hadits ini dinilai shahih oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih al-Adab al-Mufrad no. 556

Atau bisa memilih bacaan yang lebih pendek sebagaimana dalam riwayat berikut:

Apabila sahabat Abdullah bin Abbas radhiyallahu 'anhumaa mendengar petir, beliau mengucapkan:

سُبْحَانَ الَّذِيْ سَبَّحْتَ لَهُ

"Subhaanalladzii Sabbahta Lah"
(Mahasuci Allah yang engkau (petir) bertasbih untuk-Nya.)

HR. Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad no. 722. Hadits ini dinilai hasan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih al-Adab al-Mufrad no. 555

Allahu ta'ala a'lam

Senin, 19 Juni 2023

Tadabbur Al-Quran Hal. 306

Tadabbur Al-Quran Hal. 306
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Q.S Maryam ayat 12.

يٰيَحْيٰى خُذِ الْكِتٰبَ بِقُوَّةٍۗ وَاٰتَيْنٰهُ الْحُكْمَ صَبِيًّاۙ

Hai Yahya, ambillah [501] Al Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan kami berikan kepadanya hikmah [502] selagi ia masih kanak-kanak,

[501] Pelajarilah Taurat itu, amalkan isinya dan sampaikan kepada umatmu.

[502] Pemahaman Taurat dan pendalaman agama.

- Tafsir Al Muyassar Q.S Maryam ayat 12 :

Ketika Yahya telah dilahirkan dan telah mencapai usia yang sudah dapat memahami perintah, maka Allah memerintahkannya supaya mengambil kitab Taurat dengan sungguh-sungguh lewat firman-Nya: Wahai Yahya, ambillah Taurat itu dengan sungguh-sungguh, dengan memelihara lafalnya, memahami maknanya, dan mengamalkannya. Kami berikan pula kepadanya hikmah dan pemahaman yang baik saat ia masih kanak-kanak.

- Kisah Nabi & Rasul :

Pada saat Malaikat Jibril akan menemui Maryam, persediaan air Maryam habis. la kemudian berkata kepada Yusuf, anak pamannya, "Pergilah bersamaku untuk mengambil air." Yusuf menjawab, Aku masih punya persediaan yang akan cukup sampai besok." Lalu Maryam mengambil bejananya dan pergi sendirian ke sebuah gua. Di sana ia bertemu dengan Malaikat Jibril yang telah diserupakan oleh Allah Swt. dalam bentuk manusia sempurna. Kemudian Jibril berkata kepadanya, Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah mengutusku kepada kamu untuk menyampaikan anugerah kepadamu seorang anak laki-laki yang suci.

Maryam berkata, "Sungguh, aku berlindung kepada Tuhan Yang Maha Pengasih terhadapmu, jika engkau orang yang bertakwa."

Jibril berkata, (Sesungguhnya aku hanyalah utusan Tuhanmu, untuk menyampaikan anugerah kepadamu seorang anak laki-laki yang suci. Maryam berkata, .Bagaimana mungkin aku mempunyai anak laki-laki, padahal tidak pernah ada orang (laki-laki) yang menyentuhku dan aku bukan seorang pezina.

Jibril berkata, Demikianlah Tuhanmu berfirman, Hal itu mudah bagi-Ku, dan agar Kami menjadikannya sebagai tanda (kebesaran Allah Swt.) bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami, dan hal itu merupakan perkara yang (sudah) diputuskan.

Ketika Jibril mengatakan hal itu, Maryam pun berserah diri kepada ketetapan Allah Swt. Makan ditiupkanlah roh ke dalam saku jubahnya lantas Jibril meninggalkannya dan Maryam pun mengandung Al-Masih. Kemudian Maryam mengisi bejananya dan kembali ke tempatnya. Sedangkan pada masa itu tidak ada seorang pun yang paling tekun beribadah kecuali Maryam dan anak pamannya Yusuf An-Najār (tukang kayu).

(lbnu Asir Al-Jazari, Al-Kamil fit Tarikhi, Jilid 1:237).

- Riyadus Salihin :

Dari Abu Hurairah Ra., dia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Tidak akan masuk ke dalam neraka seorang laki-laki yang menangis karena takut kepada Allah hingga susu kembali ke dalam kantungnya. Dan tidak akan berkumpul menjadi satu debu di jalan Allah dengan asap api neraka." (HR
Tirmizi).

Hadis di atas memberikan beberapa faedah di antaranya:

(a) Menangis karena takut kepada Allah akan membangkitkan istiqamah, sebab hal itu akan menjauhkan dari api neraka.
(b) Keutamaan jihad di jalan Alah Swt.
(Dr. Musțafā Said Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādis Şālihina, Juz 1, 1407H/1987 M: 403).

- Hadis Nabawi :

Dari lbnu Abbās Ra., dari Nabi Saw. bahvwa beliau bersabda, "Allah Swt. berfirman, Sesungguhnya keturunan Adam As. telah mendustakan Aku padahal mereka sama sekali tidak berhak melakukannya. Mereka mencela-Ku, padahal mereka tidak berhak untuk mencela-Ku. Kedustaan yang mereka perbuat terhadap-Ku adalah mereka menganggap Aku tidak mampu menciptakan kembali sebagaimana Aku menciptakan sebelumnya. Adapun celaannya kepada-Ku adalah mereka mengatakan bahwa Aku mempunyai anak. Mahasuci Aku, sama sekalli Aku tidak mengambil istri dan tidak mempunyai anak." (HR Bukhari, Sahihu'l Bukhari, Jilid 3, No. Hadis, 4482: 1400 H, 192).

- Nasihat & Pelajaran :

Maryam merasa terkejut ketika mendengar dirinya akan dianugerahi seorang anak, bagaimana mungkin ia dapat mengandung atau melahirkan seorang anak padahal tidak ada seorang laki-laki pun yang menyentuhnya. Malaikat Jibril As. berusaha menenangkan Maryam dari keterkejutannya itu dengan berkata, "Seperti itulah yang dikehendaki oleh Tuhannya."

Bagi Allah Swt., penciptaan janin di dalam perut Maryam merupakan hal yang teramat mudah, karena Allah Swt. mampu melakukan segala sesuatu yang dikehendakiNya. Allah Swt. telah menciptakan Adam As. tanpa seorang laki-laki sebelumnya dan tanpa seorang perempuan. Allah Swt menciptakan Hawa hanya dengan seorang laki-laki saja, Isa As. diciptakan tanpa ada seorang laki-laki, dan Allah Swt. menciptakan manusia lainnya dari laki-laki dan perempuan.
(Abu'l Fida AI-Qurasyi, Qisasu Anbiya, 1417 H/1977 M: 696).

- Penjelasan Surah Maryam Ayat 12-25 :

Ayat 12 - 15 meneruskan cerita Nabi Zakaria yang dianugerahkan Allah anak bernama Yahya dalam usia yang sudah tua. Allah memerintahkan Yahya untuk berpegang teguh kepada kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa dan memberikan berbagai kelebihan kepadanya, diantaranya dengan mengangkatnya menjadi rasul, memberikan kepadanya hikmah sejak kecil.

Yahya memiliki sifat-sifat mulia seperti, menjaga kesucian diri, bertakwa pada Allah, berbuat dan bersikap baik kepada orang tua, tidak sombong dan tidak durhaka kepada Allah dan kedua orang tuanya. Sebab itu, Yahya diberi Allah keselamatan waktu lahir, waktu meninggal dan waktu dibangkitkan pada hari kiamat kelak.

Ayat 16 - 25 menjelaskan kisah Maryam yang ajaib, dimana ia melahirkan tanpa suami yang menggaulinya. Saat malaikat Jibril mendatangi Maryam dalam bentuk seorang lelaki, ia kaget dan meminta agar lelaki itu menjauh darinya. Lelaki itu menjelaskan bahwa ia adalah malaikat utusan Allah untuk memberinya seorang anak lelaki yang suci. Tentu saja Maryam kaget karena ia belum pernah sekalipun disentuh lelaki.

Allah jadikan Maryam melahirkan tanpa suami agar manusia melihat bukti kekuasaan-Nya. Karena itu ia sangat sedih. Lalu Allah berfirman kepadanya agar tidak bersedih karena akan diberi anak yang mulia. Maryam melahirkan di bawah pohon kurma yang sedang berbuah ranum (ruthab) menunjukkan Isa lahir di musim panas, karena kurma berbuah di musim panas, bukan di musim dingin. 

Minggu, 18 Juni 2023

Tadabbur Al-Quran Hal. 305

Tadabbur Al-Quran Hal. 305
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Maryam ayat 3 :

اِذْ نَادٰى رَبَّهٗ نِدَاۤءً خَفِيًّا

(yaitu) ketika dia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.

- Tafsir Al Muyassar Maryam ayat 3 :

Ketika ia berdoa kepada Rabb-nya dengan suara yang lembut, agar lebih sempurna keikhlasannya karena Allah dan lebih diharapkan terkabul.

- Riyadus Salihin Al Muyassar Maryam ayat 3 :

Dari Abu Musa Al-Asy'ari Ra., dia berkata, Kami pernah menyertai Rasulullah Saw. dalam suatu perjalanan. Tiba-tiba, ada beberapa orang sahabat bertakbir dan bertahlil dengan suara keras. Mendengar suara takbir yang keras itu, Rasulullah pun bersabda, Wahai orang-orang, rendahkanlah suara kalian! Sesungguhnya kalian tidak berdoa kepada Zat yang tuli dan jauh. Tetapi kalian berdoa kepada Tuhan Yang Maha Mendengar dan Mahadekat. Dia selalu beserta kalian'. (HR Bukhāri dan Muslim). (An-Nawawi, Riyädus Sälihin, No. Hadis 979, 2010 M: 283-284).

- Tazkiyyatun Nafs :

Firman Allah Swt. dalam QS Al-Arāf, 7: 55-56 menunjukkan adab yang mencakup dua jenis doa.

Pertama, doa ketika beribadah.
Kedua, doa ketika memohon. Doa dalam Al-Qur'an terkadang dimaksudkan untuk yang pertama atau yang kedua, dan terkadang gabungan dari keduanya yang saling melengkapi.

Doa permohonan ialah meminta apa yang bermanfaat bagi orang yang berdoa, dan meminta peniadaan dan penolakan dari perkara yang membahayakan. Siapa yang berkuasa atas bahaya dan manfaat, maka dia layak untuk disembah dengan sebenar-benar penyembahan. Karena itu, Allah Swt. mengingkari penyembahan terhadap selain diri-Nya yang tidak berkuasa terhadap manfaat dan madarat. Yang demikian itu disebutkan dengan jelas di dalam Al-Quran, bahwa yang disembah itu haruslah yang berkuasa mendatangkan manfaat dan madarat. Dari sini dapat diketahui bahwa dua jenis doa ini saling berhubungan.
Sebab setiap doa ibadah mengharuskan doa permohonan, dan setiap doa permohonan mencakup doa ibadah.

Adapun tentang perkataan Nabi Zakaria As, dalam surah Maryam, 19: 4 ini, (Dia berdoa, Ya Tuhanku, sungguh tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya Tuhanku. Ada yang berpendapat bahwa ini merupakan doa permohonan. Artinya, pengabulan dan pertolongan-Mu membuatku terbiasa, dan Engkau tidak pernah membuatku kecevwa karena penolakan. Ini merupakan tawasul kepada Allah Swt. dengan pengabulan dan kemurahan-Nya sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Hal ini seperti kisah tentang seseorang yang mendatangi orang lain. Orang pertama berkata kepada orang kedua, "Akulah yang dulu pernah engkau santuni pada saat ini dan itu," Lalu orang kedua (yang didatangi) berkata, "Selamat
datang kuucapkan kepada orang yang bertawasul dengan kami untuk mendatangi kami." Lalu dia memenuhi permintaan orang yang pertama.

Penyebab, Nabi Zakaria As. mengajukan doa itu karena beliau hendak meminta anak, dan menjadikan doanya sebagai wasilah kepada Rabb-Nya. Maka beliau memohon agar Allah Swt. mengabulkannya, seperti biasanya setiap kali beliau memohon dicukupkan keperluan dan kebutuhannya.

Dengan demikian, perintah berdoa kepada Allah Swt. dengan merendah dan suara yang lembut mencakup pula dua jenis doa yang telah disebutkan di atas. Banyak orang-orang muslim terdahulu giat dalam berdoa dan tidak ada suara yang terdengar dari mereka, karena doa itu merupakan bisikan antara diri mereka dengan Tuhan mereka.

Sebagai contohnya, Allah Swt. menyebutkan seorang hamba yang saleh bernama Zakaria dan Dia rida terhadap perbuatannya dan berfirman, «(yaitu) ketika dia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut. (QS Maryam, 19: 3). (Ibnu'l Qayyim Al-Jauziyyah, At-Tafsirul Qayyimu, t.t.: 240-246).

- Riyaduşs Salihin:

Dari Abu Musa Al-Asy'ari Ra., dia berkata, "Kami pernah menyertai Rasulullah Saw. dalam suatu perjalanan. Tiba-tiba, ada beberapa orang sahabat bertakbir dan bertahlil dengan suara keras. Mendengar suara takbir yang keras itu, Rasulullah pun bersabda, Wahai orang-orang, rendahkanlah suara kalian! Sesungguhnya kalian tidak berdoa kepada Zat yang tuli dan jauh. Tetapi kalian berdoa kepada Tuhan Yang Maha Mendengar dan Maha Dekat. Dia selalu beserta kalian." (HR AI-Bukhari-Muslim).

Hadis di atas mengadung faedah yaitu:

(a) dianjurkan untuk tidak mengeraskan suara ketika berzikir, 
(b) Nabi Saw. menyayangi para sahabatnya,
(c) Allah Swt. Mahadekat dengan orang-orang yang beriman,
(d) besarnya komitmen para sahabat terhadap pengarahan dari Nabi Saw. dan antusiasme mereka untuk selalu menyertai Nabi Saw.
(Dr. Mustafā Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādis Salibina Juz 1 1407 H/1987 M: 732-733).

- Medical Hadis : 

Dari kedua anak Busr As-Sulamiy (Abdullah bin Busr dan Atiyah bin Busr), mereka berkata, "Rasulullah Saw. datang menemui kami, lalu kami menghidangkan keju dan kurma, dan beliau menyukai keduanya." (HR Abu Dâwud dan lbnu Mājah dengan redaksi, "Rasulullah Saw. datang menemui kami, kemudian kami meletakkan selimut milik kami yang kami hamparkan untuk beliau, kemudian beliau duduk di atasnya. Kemudian Allah Swt. menurunkan wahyu kepada beliau di rumah kami. Lalu kami menyediakan keju/mentega dan kurma untuk beliau, sungguh beliau sangat menyukai keju." (lbnul Qayyim Al-Jauziyyah, At-Tibbun Nabawi, t.t.: 245).

- Tibbun Nabawi :

Khasiat Zubad (Mentega)

Zubad (mentega) memiliki sifat yang panas dan lembab. Manfaatnya sangat banyak, seperti dapat mematangkan, mengurai dan menyembuhkan tumor di kedua telinga, saluran kencing, mulut, serta seluruh tumor yang timbul di sekujur tubuh wanita dan anak-anak. Yang demikian itu jika digunakan secara murni tanpa campuran. la membantu pertumbuhan gigi anak, dengan cara mengoleskannya di gusi, mengobati batuk karena udara dingin dan kering, menghilangkan rasa mual karena makanan yang manis, seperti gula dan kurma. Meski demikian, mentega juga dapat mengurangi nafsu makan dan menghilangkan zat pemanis seperti pada madu dan kurma.

Dalam hadis yang diriwayatkan kedua anak Busr As-Sulamiy (Abdullah bin Busr dan Atiyah bin Busr) di atas dijelaskan bahwa Nabi Saw. mengombinasikan antara mentega dan kurma. Lebih bagus jika satu sama lainnya dikombinasikan. (lbnu'l Qayyim Al-Jauziyyah, Zãdu'l Ma'ādi fi Hadyi Khayril Wbadi, Juz 4, t.t. 317-318).

- Penjelasan Surah Maryam Ayat 1-11 :

Ayat 1 - 11 dari surah Maryam ini menjelaskan sebuah kisah yang amat menarik, yakni Nabi Zakaria. Nabi Zakaria salah seorang hamba yang disayangi Allah. Terbukti, doanya untuk mendapat keturunan yang akan mewarisi hartanya dan mewarisi kenabian dari keluarga Yakub dikabulkan Allah kendati ia sudah tua bangka dan kepalanya diputihi uban, bahkan istrinya mandul pula.

Allah kabulkan doa Zakaria dengan memberinya seorang anak bernama Yahya. Sebagai manusia, Zakaria kaget melihat istrinya yang mandul itu hamil. Allah pun menjawabnya: Bagi Tuhan Penciptamu sangat mudah. Bukankah Aku ciptakan engkau wahai Zakaria sebelumnya dari tidak ada? 

Maka, Zakaria sangat yakin dengan firman Allah tersebut. Namun demikian ia meminta kepada Allah diberikan tanda ia akan mendapat keturunan. Allah menjelaskan tandanya ialah Zakaria tidak bicara dengan kaumnya selama tiga malam. Kemudian ia keluar dari mihrab (tempat ibadahnya) sambil memberikan isyarat agar kaumnya bertasbih kepada Allah di waktu pagi dan petang. 

Hikmah yang dapat kita ambil dari pengalaman hidup Nabi Zakaria ialah:

Nabi Zakaria adalah salah seorang hamba yang mendapatkan kasih sayang Allah sehingga melahirkan keturunan yang baik dan mewarisakan kenabian.

Doa kepada Allah adalah keuatan yang dapat melahirkan mukjizat, seerti mengubah lelaki tua bangka menjadi produktif kembali dan wanita tua yang mandul menjadi subur sehingga dapat melahirkan seorang anak dengan normal seperti wanita muda lainnya. Sebab itu, Rasulullah Saw. menyebut doa itu sebagai senjata seorang Mukmin. Pada kesempatan lain beliau menyebutnya otaknya ibadah.   

Merancang generasi yang akan meneruskan misi menauhidkan Allah adalah kewajiban setiap orang tua.

Jumat, 16 Juni 2023

MENANGIS HINGGA DOSA INI TERKIKIS

Tematik (146)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

MENANGIS HINGGA DOSA INI TERKIKIS

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah menciptakan segala nikmat kepada setiap makhlukNya. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan untuk Nabi kita, Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam sebagai pembawa risalah kepada seluruh umat agar dapat mengelola setiap nikmat yang telah Allah beri.

Salah satu nikmat yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada manusia dibanding dengan hewan maupun tumbuhan adalah kemampuan manusia untuk merasa dan mengungkapkan perasaan. Manusia begitu bebas berekspresi dalam menggambarkan suasana hati yang tengah mereka rasakan.

Misalnya saja, seorang anak yang melompat-lompat kegirangan karena mendapatkan hadiah dari kedua orangtuanya, seorang bayi yang sedang rewel karena kehausan, seseorang yang tertawa karena suatu hal yang lucu, seorang pedagang keliling yang kecewa karena hingga larut malam dagangannya belum juga habis, dan masih banyak lagi yang lain.

Tak sedikit pula yang mengungkapkan suatu perasaan dengan menangis. Menangis adalah respon fisiologis yang terkait dengan emosi. Seseorang dapat menangis ketika ia sedang sedih, bahagia, atau bahkan untuk sekedar tangisan pura-pura.

Menangis bukanlah sebuah aktivitas yang tidak boleh dilakukan, karena tak dapat dipungkiri bahwa menangis adalah fitrah setiap manusia.

وَأَنَّهُ هُوَأَضْحَكَ وَأَبْكَى

“dan sesungguhnya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis”. (QS. An Najm: 43)

Dalam menafsirkan ayat tersebut, Imam Al Qurthubi berkata,

“Yaitu Allah menetapkan sebab-sebab tertawa dan menangis. Berkata Atha’ bin Abi Muslim, “Allah membuat gembira dan membuat sedih, karena kebahagiaan bisa membuat tertawa dan kesedihan bisa membuat menangis.”

Ada begitu banyak alasan yang mendasari tangisan seseorang. Tangisan itu bermacam-macam. Ibnul Qayyim sendiri membagi tangisan menjadi 10 macam dalam bukunya, Za’adul Ma’ad. Tangisan seseorang menyimpan berjuta makna, dan diantara tangisan itu ada tangisan yang mengantarkan seseorang menuju surga.

لاَيَلِجُ النَّارَ رَجُلٌ بَكَى مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ حَتَّى يَعُودَ اللَّبَنُ فِى الضَّرْعِ وَلاَيَجْتَمِعُ غُبَارٌ فِى سَبِيل ِاللَّهِ وَدُخَانُ جَهَنَّمَ

“Tidak akan masuk Neraka seseorang yang menangis karena takut kepada Allah, hingga air susu dapat kembali kepada kambingnya (kantong kelenjar susu binatang ternak), dan tidak akan berkumpul antara debu medan jihad fii sabiilillaah dengan asap Neraka Jahannam.” (HR Tirmidzi, dishahihkan oleh Al-Albani)

Mata orang-orang yang menangis karena takut kepada Allah akan dijauhkan dari api neraka.

عَيْنَانِ لاَ تَمَسُّهُمَا النَّارُ عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَعَيْنٌ بَاتَتْ تَحْرُسُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ

“Dua mata yang tidak akan disentuh api Neraka, yakni mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang terjaga karena siaga (saat berjihad) di jalan Allah.” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh al-Albani)

Air mata yang membasahi pipi seorang hamba karena takut kepada penciptaNya merupakan air mata yang mulia. Ia bermakna tinggi dihadapan Allah, ia akan mendapatkan kasih sayang Allah.

لَيْسَ شَىْءٌ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ قَطْرَتَيْنِ وَأَثَرَيْنِ قَطْرَةٌ مِنْ دُمُوعٍ فِى خَشْيَةِ اللَّهِ وَقَطْرَةُ دَمٍ تُهَرَاقُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ. وَأَمَّا الأَثَرَانِ فَأَثَرٌ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَأَثَرٌ فِى فَرِيضَةٍ مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ

“Tidak ada sesuatu yang lebih dicintai Allah selain dua tetesan dan dua bekas. Yaitu, tetesan air mata karena takut kepada Allah dan tetesan darah yang mengalir (saat jihad) di jalan Allah. Adapun dua bekas, yaitu bekas dari berjihad di jalan Allah dan bekas dari menunaikan salah satu kewajiban yang telah Allah tetapkan.” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh al-Albani)

Jadi, tangisan yang mengantarkan seseorang kepada surga dan menjauhkan seseorang dari api neraka adalah tangisan karena takut kepada Allah. Air mata tersebut merupakan lambang ketakutan karena takut akan dosa-dosa yang telah ia perbuat, atau takut membayangkan kehidupan akhirat, takut karena kerasnya hati, dsb.

Air mata itu merupakan tameng bagi dirinya dari api neraka. Karena dengannya, ia akan sadar atas hakikat kehidupan. Pemilik air mata itu akan selalu berusaha menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan Allah.

Begitu juga dengan teladan-teladan kita pada zaman dahulu. Hati mereka begitu lembut hingga mudah menumpahkan air mata karena ketakutan-ketakutan atas azab Allah. Ketundukan dan ketakutan yang dalam kepada Allah menjadikan mereka tak enggan bercucuran air mata. Yang mereka tangisi bukanlah tendensi dunia dan materi, melainkan tangisan yang lebih hanya terfokus pada kehidupan setelah kematian.

Dan yang paling banyak menangis adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dari Ubaidullah bin Umair rahimahullah, suatu saat dia pernah bertanya kepada Aisyah radhiallahu ’anha, “Kabarkanlah kepada kami tentang sesuatu yang pernah engkau lihat yang paling membuatmu kagum pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?”. Maka ‘Asiyah pun terdiam lalu mengatakan, “Pada suatu malam, beliau (Nabi) berkata, 

ياعائشة ذريني أتعبد الليلة لربي

‘Wahai Aisyah, biarkanlah malam ini aku sendirian untuk beribadah kepada Rabbku.’

Kata Aisyah,” Aku sampaikan, ‘Demi Allah, sesungguhnya saya sangat senang dekat dengan anda. Namun saya juga merasa senang apa yang membuat anda senang. ’Aisyah menceritakan, ‘Kemudian beliau bangkit lalu bersuci dan kemudian mengerjakan shalat. ’Aisyah berkata, ‘Beliau terus menerus menangis sampai-sampai basahlah bagian depan pakaian beliau!’. Aisyah mengatakan, ‘Ketika beliau duduk [dalam shalat] maka beliau masih terus menangis sampai-sampai jenggotnya pun basah oleh air mata!’.

Aisyah melanjutkan, ‘Kemudian beliau terus menangis sampai-sampai tanah [tempat beliau shalat] pun menjadi ikut basah [karena tetesan air mata]!”. Lalu datanglah Bilal untuk mengumandangkan adzan shalat (Subuh). Ketika dia melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menangis, Bilal pun berkata, ‘Wahai Rasulullah, anda menangis? Padahal Allah telah mengampuni dosa anda yang telah berlalu maupun yang akan datang?!’.

Lalu Nabi pun menjawab,

أفلا أكون عبدا شكورا لقد نزلت علي الليلة آية ويل لمن قرأها ولم يتفكرفيها { إن في خلق السموات والأرض }

‘Apakah aku tidak ingin menjadi hamba yang pandai bersyukur?! Sesungguhnya tadi malam telah turun sebuah ayat kepadaku, sungguh celaka orang yang tidak membacanya dan tidak merenungi kandungannya! Yaitu ayat (yang artinya), “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi….dst sampai selesai” (QS. Ali Imran : 190).” (HR. Ibnu Hiban dan selainnya. Dishahihkan oleh Al-Albani).

Dalam Al Quran, Allah juga mengisahkan kondisi orang-orang shalih yang menangis karenaNya.

أُولَئِكَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ مِنْ ذُ رِّيَّةِ آَدَمَ وَمِمَّنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ وَمِنْ ذُرِّيَّةِ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْرَائِيلَ وَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَاجْتَبَيْنَا إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آَيَاتُ الرَّحْمَنِ خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّا

“Mereka itulah orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu dari (golongan) para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang yang Kami bawa (dalam kapal) bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil (Yakub), dan dari orang yang telah Kami beri petunjuk dan Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pengasih kepada mereka, maka mereka tunduk sujud dan menangis.” (QS Maryam 19:58)

Begitu pula dengan Abu Hurairah radhiallahu anhu yang tiba-tiba saja menangis pada saat sakitnya menjelang sakaratul maut. Kemudian ada yang bertanya kepada beliau, “Apa yang membuatmu menangis?”. Beliau pun menjawab, “Aku bukan menangis karena dunia yang akan aku tinggalkan ini. Tapi aku menangis karena jauhnya perjalanan yang akan aku lalui sedangkan bekalku teramat sedikit, sementara bisa jadi nanti sore aku harus mendaki jalan ke surga atau neraka, dan aku tidak tahu akan kemana kah digiring diriku nanti?”.

Bagaimana dengan orang-orang zaman sekarang? Bagaimana dengan kita, wahai saudariku? Menangis memang bukanlah suatu kewajiban, tetapi menangis karena takut kepada Allah menjadi tolok ukur kelembutan hati seorang hamba. Menjadi indikator penyeselan seorang hamba atas dosa-dosa yang telah ia perbuat.

Begitu keraskah hati kita hingga tidak dapat menyesali perbuatan dosa yang telah kita lakukan? Begitu keraskah hati kita hingga tak mampu menyadari bahwa azab Allah sangat mengerikan? Begitu keraskah hati kita hingga tak mampu menghadirkan secuil saja rasa takut karena Allah di dalamnya?

Saudariku, sungguh hendaknya kita selalu memohon ampun kepada Allah. Mintalah pertolongan Allah dimanapun dan kapanpun, termasuk pertolongan agar dijauhkan dari kerasnya hati.

Menangislah…. Menangislah, saudariku…

Menangislah dengan syahdu.

Tangisi segala noktah-noktah hitam yang telah kita torehkan dalam dada ini. Tangisi begitu besar dosa yang telah kita timbun sementara kantung pahala kita belumlah terisi. Tangisi akan kehidupan akhirat kita yang telah menanti, keselamatan ataukah kejerumusan yang akan menghampiri.

Menangislah karena takut kepada Allah…

Jangan pernah sekalipun membiarkan mata ini berhenti menangis. Sesungguhnya dalam jasad ini terdapat banyak dosa. Dan anggota tubuh ini berhak untuk mendapatkan hukuman atas kesalahan yang telah ia lakukan.

Maka teruslah menangis…

Hingga diri ini sadar bahwa tak pantas bagi seorang muslim untuk menggores setitik dosa dalam buku amalnya.

Kamis, 15 Juni 2023

Tadabbur Al-Quran Hal. 304

Tadabbur Al-Quran Hal. 304
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Al-Kahf ayat 109 :

قُلْ لَّوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِّكَلِمٰتِ رَبِّيْ لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ اَنْ تَنْفَدَ كَلِمٰتُ رَبِّيْ وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهٖ مَدَدًا

Katakanlah (Muhammad), “Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).”

- Asbabun Nuzul Al-Kahf ayat 109 :

Al-Hakim dan lainya meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa orang-orang Quraisy berkata kepada kaum Yahudi, "berilah kami sesuatu untuk kami tanyakan kepada orang itu". Mereka menjawab," tanyai dia tentang ruh". Maka mereka pun menanyakannya, hingga turunlah ayat, "dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh..."(17;85) orang-orang Yahudi berkata, "kami diberi pengetahuan yang banyak." Maka turunlah ayat ini.

- Tafsir Al Muyassar Al-Kahf ayat 109 :

Katakanlah, wahai Rasul: Seandainya air lautan menjadi tinta bagi pena untuk menuliskan kalam Allah berupa ilmu dan hikmah-Nya, serta apa yang diwahyukan-Nya kepada para malaikat dan rasul-rasul-Nya, niscaya habislah air lautan itu sebelum kalimat-kalimat Allah selesai ditulis, walaupun Kami datangkan lautan-lautan lainnya seperti lautan itu sebagai tambahannya. Ayat ini berisikan penetapan sifat kalam (berbicara) bagi Allah menurut hakikatnya sebagaimana yang patut bagi keagungan dan kebesaran-Nya.

- Riyadus Salihin:

Dari Zubair bin Adi Ra., dia berkata, "Kami pernah mendatangi Anas bin Malik Ra., kemudian kami mengutarakan kepadanya keluh kesah kami tentang ulah para jamaah haji." Maka dia menjawab, Bersabarlah, sebab tidak akan datang pada kalian satu zaman, melainkan sesudahnya lebih buruk daripada zaman sebelumnya, sampai kalian menjumpai Rabb kalian. Aku mendengar hadiš ini dari Nabi Saw.'." (HR AI-Bukhāri).

Hadis di atas memberikan faedah:
(a) Dorongan untuk bersabar menghadapi cobaan dan berlomba-lomba dalam amal saleh.
(b) Memberikan kabar bahwa zaman yang akan datang lebih sulit dan berat dihadapi oleh manusia daripada waktu
yang telah lampau.
(c) Isyarat tentang tersebarnya kerusakan di akhir zaman.
(Dr. Mustafā Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādis Sālihina, Juz 1, 1407H/1987 M: 126).

- Hadis Nabawi :

Dari Syaddad bin Aus Ra., dia berkata,
"Sesungguhnya Rasulullah Saw. pernah menangis, lalu ditanyakan kepadanya, Apa yang membuat engkau menangis?"
Lalu beliau menjawab, "Aku sangat khawatir sekiranya umatku tertimpa kesyirikan dan syahwat yang tersembunyi. Lalu aku pun bertanya, Wahai Rasulullah, apakah umatmu akan melakukan kesyirikan setelah
Anda? Beliau Saw. menjawab, "Ya, namun mereka tidak menyembah matahari, bulan batu atau berhala, tetapi mereka melaksanakan riya' dengan amalan-amalan mereka
dan syahwat yang tersembunyi. Boleh jadi pagi harinya dalam keadaan şaum, namun nafsu syahwat merintanginya sehingga dia meninggalkan saumnya." (HR Ahmad,
Musnadul Imām Ahmad Bin Hanbal, Tahqiq: Syu'aib Al-Arnaut, Jilid 28, No. Hadis, 17120: 346).

- Hadis Qudsi :

Dari Abu Hurairah Ra., dia berkata, Nabi Saw. meriwayatkan dari Rabbnya, bahwa Allah Swt. berfirman, "Aku adalah yang paling terbaik dari para sekutu, barang sapa beramal untuk-Ku dengan satu amalan lalu ia sekutukan Aku dengan selain Aku, maka Aku berlepas diri darinya, sedangkan
amalannya tersebut untuk sekutunya'." (HR Ahmad, Musnadul Imām Ahmad Bin Hanbal, Tahqiq: Syu'aib Al-Arnaut, Jilid 13, No. Hadis,
7999: 377).

- Penjelasan  Surah Al-Kahfi Ayat 98-110 :

Ayat 98-110 dari suray Al-Kahfi ini meneruskan kisah Zulkarnain dan konsep hidup yang diterapkannya untuk meraih kesuksesan dunia dan keselamatan akhirat. Kecanggihan ilmun yang dimiliki Zulkarnain adalah rahmat Allah semata. Kejayaan di dunia ini hanya sementara, sampai nanti Allah hancurkan dan semua manusia akan dikumpulkan di Padang Mahsyar.

Pada hari itu, Allah perlihatkan neraka pada orang-orang kafir yang mata dan telinga mereka tidak digunakan untuk membaca dan mendengarkan ayat-ayat Allah. Mereka menyekutukan Allah. Semua amal mereka jadi sia-sia karena tidak didasari petunjuk Allah dan menduga mereka malah berbuat baik. Tempat kembali mereka adalah neraka Jahanam disebabkan kekafiran dan perolok-olokan mereka terhadap Al-Qur’an  dan Rasul Saw. 

Adapun orang-orang yang beriman dan beramal  saleh akan masuk surga Firdaus. Rasul Saw. diperintahkan untuk menjelaskan bahwa ayat-ayat kebesaran Allah itu sangat banyak. Kendati air laut dijadikan tinta penulisannya maka tidaklah cukup. Muhammad saw. ditugaskan Allah untuk  mendeklarasikan tauhid. Syarat berjumpa Allah di surga adalah amal saleh dan tidak syirik atau menyekutukan Allah. 

Rabu, 14 Juni 2023

Tiga Golongan Yang Diancam Siksa Berat Pada Hari Kiamat

One Day One Hadits (261)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Tiga Golongan Yang Diancam Siksa Berat Pada Hari Kiamat

عن أبي ذار رضي الله عنه قال، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
ثَلاَثَةٌ لاَ يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلاَ يُزَكِّيهِمْ وَلاَ يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ شَيْخٌ زَانٍ وَمَلِكٌ كَذَّابٌ وَعَائِلٌ مُسْتَكْبِرٌ

Dari Abu Zar radhiyallah anhu berkata, Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda:
“Tiga orang yang Allah enggan berbicara dengan mereka pada hari kiamat kelak. (Dia) tidak sudi memandang muka mereka, (Dia) tidak akan membersihkan mereka daripada dosa (dan noda). Dan bagi mereka disiapkan siksa yang sangat pedih. (Mereka ialah ): Orang tua yang berzina, Penguasa yang suka berdusta dan fakir miskin yang takabur.” (HR. Muslim)

Pelajaran yang terdapat di dalam hadits:

1. Tiga orang yang Allah enggan berbicara dengan mereka pada hari kiamat kelak. (Dia) tidak sudi memandang muka mereka, (Dia) tidak akan membersihkan mereka daripada dosa (dan noda). Dan bagi mereka disiapkan siksa yang sangat pedih. (Mereka ialah ): Orang tua yang berzina, Penguasa yang suka berdusta dan fakir miskin yang takabur.

2. Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak berbicara dengan mereka besuk dihari kiamat. Artinya tidak berbicara perkataan yang bermanfaat, menggembirakan dan ridho kepada mereka. Karena Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak berkata kepada ahli neraka dineraka.

3. Tidak melihat mereka. Artinya tidak melihat secara khusus dan berpaling dari mereka, tidak melihat mereka dengan penglihatan yang penuh kelembutan dan kasih sayang.

4. Tidak membersihkan mereka.artinya, tidak membersihkan dari dosa dan kotoran serta tidak memuji akan kebaikan mereka.

5. Bagi mereka siksa yang amat pedih, artinya celaka dan kerugian yang besar di waktu itu.

6. Hadist diatas memberikan peringatan, ancaman atas begitu besarnya dosa mereka, yaitu: -orang tua yang berzina, penguasa (raja, presiden) yang suka berdusta dan fakir miskin yang sombong.

Tema hadist yang berkaitan dengan Al Qur'an:

- Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak berbicara kepada mereka (ahli neraka) besuk dihari kiamat.

قَالَ اخْسَئُوا فِيهَا وَلا تُكَلِّمُونِ 

Allah berfirman, "Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah kalian berbicara dengan Aku. [Al- Mukminun: 108].

Selasa, 13 Juni 2023

CARA MENTALQIN MAYIT

Tematik (145)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

CARA MENTALQIN MAYIT

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Talqin artinya ta’lim ( mengajarkan ), sehingga inti dari talqin adalah mengajarkan. 

Talqin mayit berarti mengajarkan orang yang hendak meninggal dunia untuk mengucapkan kalimat yang paling bermanfaat baginya di akhir hayatnya, yaitu kalimat tauhid, laa ilaaha illallaah.

Talqin merupakan salah satu tugas orang yang hidup kepada saudaranya yang hendak meninggal. 

Dalam hadis dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ

Talqinlah orang yang hendak mati diantara kalian untuk mengucapkan laa ilaaha illallaah. (HR. Muslim 916)

Kalimat ini ditekankan agar dia bisa mendapat surga.

Dari Muadz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ كَانَ آخِرُ كَلامِهِ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ

Siapa yang kalimat terakhirnya laa ilaaha illallaah maka wajib masuk surga. (HR. Ahmad 21529, Abu Daud 3116, dan dihasankan al-Albani).

Bagaimana Cara Mentalqin Calon Mayit ?

Pertama, Bisikkan kepada orang yang hendak meninggal untuk mengucapkan laa ilaaha illallaah…

Misal, wahai ayahku, ucapkan laa ilaaha illallaah…

Kedua, Bila perlu, tambahkan janji indah di akhirat jika berhasil mengucapkan kalimat tauhid

Misalnya, ucapkan laa ilaaha illallaah, surga akan menantimu…

Ini seperti yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika mengajak Abu Thalib untuk mengucapkan laa ilaaha illallaah… ketika mendekati kematiannya.

Dari al-Musayib bin al-Hazan, beliau bercerita,

Ketika Abu Thalib hendak meninggal dunia, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menawarkan beliau untuk mengucapkan laa ilaaha illallaah,

أَيْ عَمُّ قُلْ : لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ , كَلِمَةٌ أُحَاجُّ لَكَ بِهَا عِنْدَ اللَّهِ

Wahai  paman, ucapkan laa ilaaha illallaah, kalimat yang akan aku jadikan sebagai alasan pembelaan paman di hadapan Allah.

Namun Abu Thalib menolaknya. (HR. Bukhari 3884)

Ketiga, jangan sampai orang yang meninggal merasa terganggu karena yang mentalqin terlalu sering mengulang-ulang. 
Karena ini bisa membuat dia menjadi tidak senang dengan ucapan laa ilaa illallaah…

An-Nawawi mengatakan,

وَكَرِهُوا الإِكْثَار عَلَيْهِ وَالْمُوَالاة لِئَلا يَضْجَر بِضِيقِ حَاله وَشِدَّة كَرْبه ، فَيَكْرَه ذَلِكَ بِقَلْبِهِ

Para ulama membenci jika terlalu banyak dan terlalu sering ketika mentalqin. Agar tidak membuat calon mayit terganggu, karena dia sendiri sedang merasakan sakit, sehinggamembuat hatinya membenci ajakan talqin. (Syarh Shahih Muslim, 6/219).

Ad-Dzahabi bercerita,

Ketika Abdullah bin Mubarak menghadapi kematiannya, orang yang mentalqinnya terlalu sering mengajak, ‘Ucapkan, laa ilaaha illallaah…’

Kemudian Abdullah bin Mubarok mengingatkan,

“Caramu tidak bagus, saya khawatir kamu akan mengganggu muslim lain yang kamu talqin setelahku. Jika kamu mentalqinku, lalu aku sudah mengucapkan laa ilaaha illallaah dan setelah itu saya diam, maka biarkan aku. Namun jika aku berbicara lagi, silahkan ulangi talqinnya, sampai kalimat laa ilaaha illallaah menjadi ucapan terakhirku.” (Siyar a’lam an-Nubala, 8/418)

Sehingga, yang tepat, bisikkan si calon mayit untuk mengucapkan laa ilaaha illallaah… setelah itu, tunggu dulu beberapa saat. Jika dia berhasil mengucapkan laa ilaaha illallaah, jangan ditalqin ulang. Jika dia mengucapkan kalimat yang lain, atau belum berhasil mengucapkan laa ilaaha illallaah, silahkan ulangi talqinnya.

Keempat, jika calon jenazah sudah berhasil mengucapkan laa ilaaha illallaah, jangan diajak bicara apapun. Jangan tanya minta apa, jangan tanya apa yang dirasakan, dst. agar kalimat terakhir yang dia ucapkan adlah kalimat tauhid.

Jika dia berbicara atau meminta sesuatu, kabulkan permintaannya jika memungkinkan, setalah itu, talqin ulang.

Kelima, apakah menggunakan kalimat perintah, misalnya, “Ucapkan, laa ilaaha illallaah…” atau cukup kita mengulang-ulang kalimat laa ilaaha illallaah di dekatnya ?

Imam Ibnu Utsaimin merinci hal ini dengan melihat kondisi si calon mayit.

[1] Jika calon mayit orangnya masih bisa diajak berfikir, atau dia orang kafir, maka bisa menggunakan kalimat perintah. Bahkan bisa diiringi janji.

Misalnya, mari ucapkan laa ilaaha illallaah, surga akan menantimu.

[2] Jika calon mayit orangnya lemah, tidak memungkinkan untuk memahami perintah, cukup dibisikkan kalimat tauhid di dekatnya, laa ilaaha illallaah… sampai dia menirukannya. (as-Syarh al-Mumthi’, 5/246).

Catatan :

Mengapa dalam talqin tidak menyebutkan pernyataan, Muhammad Rasulullah…?

Ada 2 alasan untuk menjawab ini,

Kalimat talqin laa ilaaha illallaah, itulah yang sesuai dalil. Sebagaimana dinyatakan dalam hadis di atas,

Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ

Talqinlah orang yang hendak mati diantara kalian untuk mengucapkan laa ilaaha illallaah. (HR. Muslim 916)

Karena kalimat tauhid laa ilaaha illallaah adalah kunci islam.

bahwa persaksian, Muhammad Rasulullah sifatnya mengikuti pernyataan syahadat kalimat tauhid dan menjadi penyempurna. Sehingga dalam kondisi yang sangat singkat dan berat, calon mayit lebih ditekankan untuk mengucapkan laa ilaaha illallaah, karena ini yang pokok.

Meskipun ketika itu dibaca bersamaan, laa ilaaha illallaah Muhammmad Rasulullah, tentu lebih sempurna…

(as-Syarh al-Mumthi’, 5/247)

Demikian, Allahu a’lam

Senin, 12 Juni 2023

Tadabbur Al-Quran Hal. 303

Tadabbur Al-Quran Hal. 303
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Al-Kahf ayat 86 :

حَتّٰىٓ اِذَا بَلَغَ مَغْرِبَ الشَّمْسِ وَجَدَهَا تَغْرُبُ فِيْ عَيْنٍ حَمِئَةٍ وَّوَجَدَ عِنْدَهَا قَوْمًا ەۗ قُلْنَا يٰذَا الْقَرْنَيْنِ اِمَّآ اَنْ تُعَذِّبَ وَاِمَّآ اَنْ تَتَّخِذَ فِيْهِمْ حُسْنًا

Hingga ketika dia telah sampai di tempat matahari terbenam [496], dia melihatnya (matahari) terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan di sana ditemukannya suatu kaum (tidak beragama). Kami berfirman, “Wahai Zulkarnain! Engkau boleh menghukum atau berbuat kebaikan (mengajak beriman) kepada mereka.”

- [496] Sampai ke pantai sebelah barat dimana Dzulqarnain melihat matahari sedang terbenam.

- Tafsir Al Muyassar Al-Kahf ayat 86 :

Hingga ketika Dzulqarnain sampai ke tempat terbenam matahari, dia melihat matahari, menurut pandangan mata, seakan ia terbenam di mata air panas yang berlumpur hitam, dan dia mendapati suatu kaum di tempat terbenamnyaitu. Kami berkata: Hai Dzulqarnain, kamu boleh menyiksa mereka dengan pembunuhan atau selainnya, jika mereka tetap tidak mengakui keesaan Allah. Atau kamu boleh berbuat kebaikan kepada mereka, dengar mengajarkan kebenaran dan menunjukkan jalan yang lurus kepada mereka.

- Riyaduş Salihin :

Dari Abu Sa'id, dia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Di hari kiamat kelak setiap pengkhianat akan membawa bendera yang dikibarkannya tinggi-tinggi sesuai dengan pengkhianatannya. Ketahuilah, tidak ada pengkhianatan yang lebih besar daripada pengkhianatan seorang penguasa terhadap rakyatnya." (HR Muslim).

Hadis di atas memberikan faedah:

(a) Penjelasan tentang keharaman mengkhianati dan melanggar janji, terutama bila hal itu dilakukan oleh seorang pemimpin atau hakim. Tidak ada hal yang dapat memaksa mereka untuk berbuat khianat, sebab mereka memiliki kekuasaan untuk menunaikan amanat itu.
(b) Pengkhiatan yang dilakukan oleh seorang pemimpin atau hakim berdampak negatif dan menimbulkan kemudaratan bagi masyarakat secara umum.

(Dr. Mustafa Sa'id al-Khin, Nuzhatu'l Muttaqina Syarhu Riyādi As-Salihina, Juz 2, 1407H/1987 M: 1090).

- Hadis Nabawi :

Dari Ya'lã bin Umayyah Ra., dia berkata, "Aku ikut berperang dalamn pasukan (perang Tabuk) saat musim paceklik dan itu merupakan amal yang paling berkesan dalam jiwaku. Saat itu aku memiliki orang bayaran yang bertengkar dengan seseorang. Salah satu dari mereka menggigit jari lawannya, kemudian ditariknya jari tersebut hingga gigi seri yang menggigit itu tercabut dan jatuh. Diapun bergegas menemui Nabi Saw. dan beliau tidak menerapkan diyat atas gigi seri (yang lepas itu). Beliau bersabda, Apakah dia membiarkan jarinya digigit oleh mulutmu2 Aku kira beliau bersabda, "Seperti unta menggigit."
(HR Al-Bukhāri, Sahihu' Bukhāri, Juz 2, 1422 H: 131).

- Hadis Qudsi :

Imam Ahmad berkata, "lshag telah menceritakan kepada kami, Yahya bin Sulaim telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Aku mendengar Isma'il bin Umayyah menceritakan dari Sa'id bin Abi Sa'id Al-Maqburi, dari Abu Hurairah, dia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, Allah Swt. berfirman, "Tiga golongan yang Aku bersengketa dengan mereka pada hari kiamat, dan siapa yang bersengketa dengan-Ku, maka Aku akan memusuhinya; seorang laki-laki yang memberi pemberian dengan namaKu kemudian ia menyelisihinya, seorang laki-laki yang menjual orang merdeka kemudian ia memakan hasil penjualannya dan seorang laki-laki yang menyewa seorang pekerja lalu pekerja itu menepatinya tetapi laki-laki itu tidak menepati bayarannya." (HR Ahmad, Musnad Imām Ahmad, Jilid 14, No. Hadis, 2265, 1420H/1999 M: 318).

- Penjelasan Surah Al-Kahfi Ayat 84-97 :

Ayat 84-97 menjelaskan kisah Zulkarnain yang ditanyakan orang-orang kafir kepada Rasul Saw. Lalu Allah mewahyukan kepadanya dan menceritakan kisah Zulkarnain secara detail. Hikmah yang dapat kita ambil dari kisah tersebut ialah:

Di antara karakter orang kafir sejak Nabi Nuh sampai Nabi Muhammad Saw. ialah menguji kebenaran rasul mereka. Namun, setelah para rasul menjelaskannya, mereka tetap saja tidak beriman kepada mereka, karena mata mereka sudah buta, telinga mereka pekak dan hati mereka benar-benar sudah terkunci mati disebabkan kekufuran, kemusyrikan dan dosa-dosa yang mereka lakukan.

Bagaimanapun keperkasaan seseorang,  seperti apa pun cerdas dan penguasaan ilmu pengetahuannya, yang bernilai tinggi di sisi Allah adalah yang dilandasi iman kepada-Nya dan amal saleh serta bermanfaat bagi manusia.

Segala sesuatu ditetapkan Allah melalui sistem sebab akibat. Sedangkan sistem sebab akibat itu terkait sistem nilai  berupa keimanan, aturan kehidupan (syari’ah) dan akhlak, dan bisa juga terkait sunnatullah (hukum Allah) tetang penciptaan alam semesta dan manusia. Apabila manusia melanggar salah salah satu atau kedua sistem tersebut maka akan mengakibatkan bencana dan musibah di dunia dan akhirat.

Jumat, 09 Juni 2023

Tadabbur Al-Quran Hal. 302

Tadabbur Al-Quran Hal. 302
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Al-Kahf ayat 79 :

اَمَّا السَّفِيْنَةُ فَكَانَتْ لِمَسٰكِيْنَ يَعْمَلُوْنَ فِى الْبَحْرِ فَاَرَدْتُّ اَنْ اَعِيْبَهَاۗ وَكَانَ وَرَاۤءَهُمْ مَّلِكٌ يَّأْخُذُ كُلَّ سَفِيْنَةٍ غَصْبًا

Adapun perahu itu adalah milik orang miskin yang bekerja di laut; aku bermaksud merusaknya, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang akan merampas setiap perahu.

- Tafsir Al Muyassar Al-Kahf ayat 79 :

Adapun perahu yang aku lobangi itu adalah kepunyaan orang-orang yang membutuhkan (orang-orang miskin untuk mencari rizki. Aku bermaksud mencacatkan perahu itu dengan cara melobanginya; karena di hadapan mereka ada seorang raja (bajak laut) yang akan mengambil setiap perahu yang masih bagus secara paksa dari pemiliknya.

- Mu'jam Al-Kahf ayat 79 :

السَّفِيْنَةُ

As-Safinah berasal dari kata Safana, As-Safan ialah memahat/meraut bagian luar sesuatu. Misalnya ungkapan "safanal 'uda wal-Jilda" (dia meraut kayu dan kulit). dan "safanar rihut turàba anil ardi (angin menyapu tanah dari bumi). Kata As-Safan itu seperti kata an-naqdu (melepaskan), karena akan dilepaskan. Dari kata as-safnu muncullah kata As-Safinah. Allah berfirman, Adapun perahu itu... (Al-Kahfi, 18: 79). Kemudian di-majaz-kan (dipindahkan dari arti asinya ke dalam arti yang baru) dengan As-Safinah, maka setiap yang dikendarai dengan mudah diserupakan dengan As-Safinah.
(Ar-Ragib Al-Asfahani, Mujam Mufradati Alfazi A Qur'ani, 1431 H/2010 M:176).

- Tazkiyyatun Nafs :

Adab merupakan kumpulan dari beberapa hal. Jadi, adab artinya himpunan perkara-perkara yang baik pada diri hamba. Ada pula Ma'dabah, yang artinya makanan yang dikerubuti beberapa orang untuk dimakan.
Sedangkan ilmu adab, artinya ilmu yang mengatur kecakapan lisan, ucapan, membaguskan lafaz-lafaznya, dan menjaganya dari kesalahan/kekeliruan, yang merupakan cabang dari adab secara umum.
Adab dalam pembahasan ini ada tiga macam.
Pertama, adab bersama Allah Swt.
Kedua, adab bersama Rasulullah Saw. dan syariatnya.
Ketiga, adab bersama makhluk Allah Swt.

Adab bersama Allah Swt. ada tiga macam, yaitu:
(a) menjaga muamalah denganNya agar terhindar dari kekurangan,
(b) menjaga hati agar tidak berpaling kepada selain-Nya,
(c) menjaga kehendak agar tidak bergantung kepada sesuatu yang dibenci Allah Swt.

Abu Ali Ad-Daqgaq berkata, "Dengan ketaatannya kepada Allah Swt., seorang hamba bisa mencapai surga, dan dengan adabnya dia bisa mencapai ketaatan kepada Allah Swt."
Yahya bin Mu'aż berkata, "Siapa yang memelihara adab Allah Swt., maka dia termasuk orang-orang yang dicintai Allah Swt."

Perhatikanlah keadaan para rasul bersama Allah Swt., seruan dan doa mereka.

Tentunya kita akan mendapati bahwa semua tindakan mereka tidak lepas dari adab.
Misalkan perkataan lbrahim As., Dan jika aku sakit, maka Dia menyembuhkan aku...
(QS Asy-Syu'arā, 26: 80) Beliau tidak berkata, Jika Dia membuatku sakit", karena menjaga adab bersama Allah Swt. Begitu pula perkataan Khidir tentang bahtera, Aku bermaksud merusaknya, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang akan
merampas setiap perahu... (OS Al-Kahfi, 18: 79) Beliau tidak berkata, "Tuhanmu bermaksud merusaknya," karena menjaga adab bersama Allah Swt. 

Menurut Abu Nasr As-Sirāj, ada tiga tingkatan manusia dalam kaitannya dengan adab:
(a) Ahli dunia, yang adab mereka berkisar pada masalah kefasihan bicara, sastra, bahasa, menjaga ilmu, nasab para raja dan syai-syair.
(b) Ahli agama, yang adabnya berkisar pada masalah melatih jiwa, mendidik anggota tubuh, menjaga hukum dan meninggalkan nafsu/syahwat.
(c) Ahli hal-hal yang bersifat khusus, yang adab mereka berkisar pada masalah menyucikan hati, memperhatikan hal-hal yang tersembunyi, memenuhi janji, tepat waktu, membaguskan adab dan Tagarrub. An-Nawawi berkata, "Siapa yang tidak memiliki adab terhadap waktu, maka waktunya akan menjadi kebencian."

Hakikat adab adalah menerapkan akhlak yang baik. Karena itu adab juga bisa dikatakan sebagai upaya mengeluarkan kesempurnaan dan kekuatan dalam tabiat kepada lingkup yang nyata. Allah Swt. telah mempersiapkan diri manusia untuk menerima kesempurnaan, dengan memberinya keahlian dan kesiapan, yang tersembunyi di dalam dirinya, seperti api dalam sekam. Lalu Allah Swt. memberinya ilham, kekuatan, pengetahuan dan petunjuk, mengutus para rasul, menurunkan kitab-kitab, untuk mengeluarkan kekuatan yang telah disempurnakan itu menjadi perbuatan dan amal. (bnu'l Qayyim Al-Jauzi-yyah, Madāriju As-Salikin Manāzilu lyyāka Na'budu wa lyyāka Nasta 'inu, Juz 2, t.t.: 391-396).

- Riyadus Salihin :

Dari lbnu Abbās Ra., Nabi Saw. bersabda, Jagalah Allah Swt., niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah Swt., niscaya engkau mendapati-Nya di hadapanmu. Ingatlah Dia di waktu lapang, niscaya Dia akan ingat kepadamu di waktu sempit. Jika engkau meminta, maka mintalah kepada Allah Swt. dan jika engkau memohon pertolongan, maka mohonlah pertolongan kepada Allah Swt. (HR Ahmad).

Hadis di atas menunjukkan suatu fondasi besar tentang pengawasan Allah Swt., perhatian terhadap hak-hak-Nya, menyerahkan urusan dan bertawakal kepada-Nya, dan mempersaksikan keesaan-Nya. Disamping itu hadis ini menjelaskan kelemahan semua makhluk dan keperluan mereka hanya kepada-Nya. (Dr. Mustafā Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttagina Syarhu Riyadis Salihina, Juz 1, 1407 H/1987 M: 95-96).

- Medical Hadis :

Dari Umar bin Al-Khattab Ra., dia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Makanlah minyak zaitun dan berminyaklah dengannya (pergunakan untuk selain makan), karena dia dihasilkan dari pohon yang diberkahi." (HR At-Tirmiżi).

Dari Umar, dia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Jadikalah minyak (zaitun) sebagai lauk paukmu, dan minyakilah (rambut) kalian dengannya, sesungguhnya ia berasal dari pohon yang diberkahi." (HR Ibnu Majah). (Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah, At-Tibbun Nabawi, t.t.: 244).

- Tibbun Nabawi :

Khasiat Zaitun

Kualitas minyak zaitun tergantung dari kualitas buah zaitun. Perasan dari buah yang masak adalah yang paling baik. Minyak dari buah zaitun yang masih mentah bersifat mentah dan kering. Minyak dari buah zaitun merah berkualitas menengah, sedangkan dari buah zaitun hitam memiliki sifat yang panas dan lembab secara seimbang. la bermanfaat untuk membebaskan racun dan mengeluarkan cacing. Semua jenis minyak ini menghaluskan kulit dan menghambat tumbuhnya uban. Air zaitun yang asin sangat baik mengobati bekas luka bakar dan menguatkan gusi. Sedangkan daun zaitun untuk mengobati luka, gatal-gatal dan mencegah keringat.
Allah Swt. berfirman tentang zaitun, Pelita itu di dalam tabung kaca, (dan) tabung kaca itu bagaikan bintang yang berkilauan, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di timur dan tidak pula di barat, yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. (0S An-Nūr, 24: 35) (Ibnu'l Qayyim Al-Jauziyyah, Zadu'l Ma adi fi Hadyi Khayril bādi, Juz 4, t.t.: 316-317).

- Penjelasan Surah Al-Kahfi Ayat 75-83 :

Ayat 75- 82 masih menjelaskan kisah Musa dengan hamba Allah (Khidhir). Setelah Musa memprotes Khidhir merobek perahu dan membunuh seorang anak, Khidhir mengingatkan Musa jika bertanya satu kali lagi, maka kebersamaan mereka akan berakhir. Saat mereka melewati suatu desa dan penduduknya tidak mau memberi mereka makan, Khidhir malah mendirikan dinding sebuah rumah yang roboh. Musa pun bertanya kenapa tidak minta upahnya? Saat itu juga Khidhir menegaskan bahwa mereka harus berpisah.

Sebelum berpisah, Khidhir menjelaskan motif tiga kasus yang dilakukannya. Semuanya terkait dengan pengetahuannya yang diajarkan Allah. Pelajaran yang dapat kita petik ialah, tidak boleh mengklaim diri kita yang paling berilmu atau palimg pandai. Karena masih banyak hamba Allah lain yang lebih pandai pada kita, seperti yang dialami Nabi Musa. Kemudian, Ilmu futuristik tidak bertentangan dengan Islam, selama tidak terkait dengan hal-hal gaib yang telah ditegaskan Allah tidak akan diberikan kepada siapapun dari hamba-Nya seperti kematian, hari kiamat dan sebagainya.

Kita dituntut menuntut ilmu Allah yang tertuang dalam Al-Qur’an, Sunnah Rasul Saw. dan ayat-ayat-Nya yang tertuang dalam alam semesta dan dalam diri manusia. Untuk mendapatkan ilmu-ilmu tersebut memerlukan guru yang alim, keikhlasan dan kesabaran. Umat Islam tidak akan pernah unggul dalam kehidupan dunia ini dan tidak pula akan selamat di akhirat jika tidak mau mendalami ilmu Allah, sebagai Tuhan Pencipta yamg Maha Mengetahui.

Ayat 83 menjelaskan di antara cara orang-orang kafir Quraisy menguji Rasul Saw. apakah benar beliau Rasul Allah ialah dengan menanyakan kisah Zulkarnain.