بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Rabu, 29 Mei 2024

Tadabbur Al Quran Hal. 381

Tadabbur Al-Quran Hal. 381
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- An-Naml ayat 46 :

قَالَ يٰقَوْمِ لِمَ تَسْتَعْجِلُوْنَ بِالسَّيِّئَةِ قَبْلَ الْحَسَنَةِۚ  لَوْلَا تَسْتَغْفِرُوْنَ اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ

Dia (Saleh) berkata, “Wahai kaumku! Mengapa kamu meminta disegerakan keburukan sebelum (kamu meminta) kebaikan? Mengapa kamu tidak memohon ampunan kepada Allah, agar kamu mendapat rahmat?”

- Tafsir AI Muyassar An-Naml ayat 46 :

Shalih berkata kepada kubu yang kafir: Mengapa kalian memilih kekufuran dan perbuatan buruk yang mendatangkan azab Allah atas kalian, dan meninggalkan iman dan perbuatan baik yang mendatangkan pahala bagi kalian? Mengapa kalian tidak memohon anmpunan kepada Allah pertama kali, bertaubat kepada-Nya dengan harapan kalian diberi rahmat?

- Hadis Sahih An-Naml ayat 46 :

Dari Huzaifah Ra.. dari Nabi Säw., belau bersabda, "Sebelum kalian ada seseorang yang berburuk sangka dengan amalannya, lalu dia berkata kepada keluarganya, Apabila aku mati, ambilah jasadku, lalu sabarkan (abu) ku di laut pada saat hari sangat panas Saat ia mati keluarganya melaksanakan pesan itu Lalu Allah Swt menyatakannya dari berfiman padanya, Apa yang membuatmu melakukan hal itu. Orang itu menjawab, Aku tidak melakukan hal itu kecuali karena takut kepada-Mu. Maka ANah Swt. mengampuninya, (HR Bukhäri, As Sahihul Musnad miral Ahadisil Oucsiyyati, 42).

- Tafsir Ath Tabari :

Maksud ayat ini: sembilan pimpinan yang merusak di muka bumi itu telah mengkhianati Salih As. dengan mengendap-endap pada malam hari untuk membunuh Salih As. dan keluarganya sedangkan Salih As. tidak sadar. Dan Kami pun membuat makar/tipu daya, maka Kami menghukum mereka dan menyegerakan siksaan itu kepada mereka. Sedangkan mereka tidak merasakannya, yakni terhadap makar Kami. Telah dijelaskan mengenai makar Allah Swt. pada pembahasan yang lalu: untuk siapa makar itu, apa tujuannya, bahwa makar itu dilakukan secara tersembunyi, atau melalui pelimpahan nikmat kepada sebagian pihak yang kufur kepada-Nya, bermaksiat kepada-Nya, lalu ditimpakanlah sebuah hukuman secara tiba-tiba dan dalam keadaan tidak sadar. Apa yang telah dijelaskan sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh para ahli takwil/tafsir. Antara lain diriwayatkan dari Ali, ia berkata, "A-makru (makar) adalah Gadar (kemarahan), sedangkan A-Gadar adalah kekufuran."

Diriwayatkan dari Ibnu Zaid mengenai firman-Nya, Mereka membuat tipu daya, dan Kami pun menyusun tipu daya., la berkata, "Mereka melakukan tipu daya untuk urusannya, maka Allah Swt. pun membuat tipu daya pada mereka. Mereka benar-benar melakukan tipu daya pada Salih, maka Kami pun melakukan tipu daya pada mereka, tetapi mereka tidak merasakan tipu daya Kami, sedangkan Kami merasakan tipu daya mereka. Mereka mengatakan, "Salih As. mengira bahwa ia telah selesai dari kami setelah tiga perkara (ancaman Allah) terjadi. Sedangkan kami akan selesai darinya dan keluarganya sebelum tiga perkara itu terjadi. Terdapat sebuah masjid miliknya, yang berada di tempat yang berbatu di sebuah bukit, lalu ia salat di dalamnya. Kemudian mereka keluar menuju gua, dan mereka berkata, Apabila ia (Salih As.) datang untuk melaksanakan salat, kita bunuh dia. Setelah kita selesai darinya, kita menuju keluarganya, dan kita selesaikan mereka. Kemudian dia membacakan firman Allah Swt., Mereka berkata.
"Bersumpahlah kamu dengan (nama) Allah bahwa kita pasti akan menyerang dia bersama keluarganya pada malam hari, kemudian kita akan mengatakan kepada ahli warisnya (bahwa) kita tidak menyaksikan kebinasaan keluarganya itu, dan sungguh. kita orang yang benar. (QS An-Naml, 27:49). Kemudian Allah Swt. mengutus batu-batu yang menghujani mereka, merekapun bergegas untuk memecahkannya. Lalu mereka meninggalkan gua itu, dan batu besar itu pun menutupi mulut gua tersebut. Maka kaumnya tidak mengetahui dimana mereka. Mereka pun tidak tahu apa yang Dia lakukan terhadap kaumnya. Maka Allah Swt. mengazab mereka yang di sana (gua), dan mereka yang di situ (kaumnya). Allah Swt. menolong Nabi Salih As. beserta pengikutnya. (At-Tabari, Jāmiu'l Bayāni An Ta 'wili Ayil Qur'āni, Juz 18, 1422 H/2001 M.92-94).

- Riyāduş Şālihin :

Dari Al-Barra bin 'Azib Ra., ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda kepadaku, "Apabila kamu hendak tidur, maka ucapkanlah, 'Allāhumma Aslamtu Nafsi ilaika wa Fawadtu Amri ilaika wa Alja tu Zahri ilaika Rahbatan wa Ragbatan ilaika Lã Malja a walā Manjā minka illä ilaika Amantu bikitābika Allażi Anzalta wabinabiyika Arsalta' (Ya Allah, ya Tuhanku, aku berserah diri kepada-Mu, aku serahkan urusanku kepada-Mu dan aku berlindung kepada-Mu dalam keadaan harap dan cemas, karena tidak ada tempat berlindung dan tempat yang aman dari azab-Mu kecuali dengan berlindung kepadaMu. Aku beriman kepada kitab-Mu yang telah Engkau turunkan dan aku beriman kepada Nabi-Mu yang telah Engkau utus)." Apabila kamu meninggal (pada malam itu), maka kamu mati dalam keadaan fitrah (suci). Dan jadikan bacaan tersebut sebagai penutup ucapanmu (menjelang tidur)." (Dr. Mustafā Said Al-Khin, Nuzhatul Muttagina Syarhu Riyādis Sālihina, Juz 1, 1407 H/1987M: 114-115)

- Hadiš Nabawi :

Dari Uqbah bin Amir Ra., dari Nabi Saw. beliau bersabda, "Jika kalian melihat Allah memberikan dunia kepada seorang hamba pelaku maksiat dengan sesuatu yang ia sukai, maka sesungguhnya itu hanyalah Istidrāj." Kemudian Rasulullah Saw. membacakan ayat, Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan tiba-tiba. Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. (QS Al-An'ām, 6: 44). (HR Ahmad, Musnad Al-Imam Ahmad bin Hanbal, Jilid 28, No. Hadis 17311: 547, Sahih Al-Jāmi no.561).

- Hadiš Qudsi :

Dari Hužaifah Ra., dari Nabi Saw. beliau bersabda, "Sebelum kalian ada seseorang yang berburuk sangka dengan amalannya, lalu dia berkata kepada keluarganya, Apabila aku mati, ambillah jasadku, lalu sebarkan (abu)ku di laut pada saat hari sangat panas. Saat ia mati keluarganya melaksanakan pesan itu. Lalu Allah Swt. menyatukannya dan berfirman padanya, Apa yang membuatmu melakukan hal itu?

Orang itu menjawab, Aku tidak melakukan hal itu kecuali karena takut kepada-Mu. Maka Allah Swt. mengampuninya." (HR AI- Bukhāri, As-Sahihul Musnad minal Ahādisil Qudsiyyati, 42).

- Penjelasan Surah An-Naml Ayat 45-55 :

Ayat 45-53 menjelaskan kisah kaum Tsamud dan Nabi Saleh. Perintah Nabi Saleh agar menyembah Allah saja malah mereka tanggapi dengan salah sehingga mereka menjadi dua golongan yang saling bermusuh-musuhan. Mereka lebih cepat berbuat jahat ketimbang berbuat baik dan tidak mau istigfar (minta ampun) pada Allah. Mereka menuduh Nabi Saleh membawa sial, padahal segala sesuatu di tangan Allah. Mereka tidak sadar sedang diuji.

Di kota tempat mereka tinggal ada 9 orang tokoh kejahatan yang selalu berbuat onar dan tidak mau memperbaiki diri. Mereka merencanakan pembunuhan Nabi Saleh dan keluarganya di malam hari, setelah itu mereka akan bersaksi bahwa mereka tidak tahu menahu. Ketika mereka membuat makar itu, Allah membuat makar pula, sedang-kan mereka tidak menyadarinya.Akibat merencanakan makar atas Nabi Saleh  dan keluarganya, Allah binasakan semua penduduk kota itu sehingga rumah-rumah mereka kosong dari penghuni. Semua itu akibat kezaliman mereka sendiri. Peristiwa itu selayaknya menjadi pelajaran bagi kaum yang mengetahui sejarah mereka. Lalu, Allah selamatkan orang-orang beriman dan bertakwa  dari kalangan pengikut Nabi Saleh.

Ayat 54 dan 55 menjelaskan kisah Luth ketika ia menyeru kaumnya untuk meninggalkan praktek seks menyimpang, yakni homoseks dan tidak mau menikahi wanita. Mereka benar-benar kaum jahiliah, yakni tidak mau hidup sesuai aturan Tuhan Pencipta mereka, yakni Allah Ta’ala. Sebab itu, seks menyimpang  bukan kodrat manusia seperti yang dipahami sebagian manusia hari ini, tapi penyakit dan menyimpang.

- Hadis Motivasi QS 27: 55 :

Dari Zaid bin Arqam. dia berkata, Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya seorang penghuni surga akan diberikan kekuaton seratus orang Jaki-laki dalam hal makan. minum, hubungan badan. dan syahwat." Lalu, ada seorang Yahudi berkata, "Sesungguhnya, orang yang makan dan minun itu akán kencing dan buang hajat." Beliau bersabda: "(Kotoran itu) akan keluar dari kulitnya melalui keringat dan perutnya telah menyatu (tidak berfungsi lagi)." (HR Darimi. 2825)

- HADIS NIAGA QS An-Naml, 27: 50 :

Larangan Berbuat Kerusakan di Bumi

Dari Abu Amr bin Jubair bin Abdillah, dia berkata, Rasulullah bersabda: "Barang siapa yang berbuat baik dalam Islam, dia akan memperoleh pahala dari perbuatan itu dan pahala dari orang yang melaksanakan atau menirunya. Barang siapa yang berbuat jelek, dia akan medapatkan dosa dari perbuatannya itu dan dosa darí orang-orang yang melaksanakan atau menirunya tanpa mengurangi dosa peniru." (HR Muslim, 1017)

- AMAL NIAGA :

1. Waspadalah terhadap kerusakan di Bumi karena kerusakan manusianya,; semakin tidak berakhlak dan bersikap seperti bukan manusia. Waspadai juga kerusakan alam, seperti bencana alam, kebakaran, perusakan hutan, tersebarnya penyakit menular, dan sebagainya.

2. Kerusakan yang terjadi di Bumi, dalam berbagai bentuknya, disebabkan oleh perbuatan buruk dan maksiat yang dilakukan oleh manusia. Ini menunjukkan bahwa maksiat adalah inti "kerusakan" yang sebenarnya serta sumber utama kerusakan-kerusakan yang tampak di Bumi.

Senin, 27 Mei 2024

MEMAHAMI MACAM-MACAM TAKDIR

Tematik (204)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

MEMAHAMI MACAM-MACAM TAKDIR

Sebagai seorang muslim, pasti tidak asing dengan yang namanya takdir.  
Tapi tahukah Anda kalau takdir itu bermacam- macam? Berikut macam-macam takdir yang harus kita ketahui.

Macam-macam Takdir 

Para ulama menjelaskan ada empat (4) macam takdir, yaitu :

1. TAKDIR AZALI
2. TAKDIR ‘UMRI
3. TAKDIR SANAWI 
4. TAKDIR YAUMI 

Berikut penjelasannya :

1. TAKDIR AZALI 

Yaitu takdir yang ditulis dalam lauhil mahfudz 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi. TAKDIR AZALI ini adalah takdir yang merupakan takdir utama yang pasti terjadi bagi semua mahkluk.

Allah Ta'ala berfirman,

أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ ۗ إِنَّ ذَٰلِكَ فِي كِتَابٍ ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ

“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi? Bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh) Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.”  
[QS. Al-Hajj/22 : 70]

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كَتَبَ اللهُ مَقَادِيْرَ الْخَلاَئِقِ، قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ، بِخَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ، قَالَ: وَعَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ

“Allah menentukan berbagai ketentuan para makhluk, 50.000 tahun sebelum menciptakan langit dan bumi."  
Beliau shalallahu'alaihi wasallam bersabda,  
“Dan adalah ‘Arsy-Nya di atas air.”  
[HR. Muslim]

2. TAKDIR ‘UMRI 

Yaitu takdir yang ditulis malaikat ketika meniupkan roh ke dalam janin.

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِيْ بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا، ثُمَّ يَكُوْنُ فِي ذَلِكَ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ فِيْ ذَلِكَ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ الْمَلَكُ، فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ، بِكَتْبِ رِزْقِهِ، وَأَجَلِهِ، وَعَمَلِهِ، وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ

“Sesungguhnya salah seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal darah seperti itu pula (empat puluh hari), kemudian menjadi segumpal daging seperti itu pula, kemudian Dia mengutus seorang Malaikat untuk meniupkan ruh padanya, dan diperintahkan (untuk menulis) dengan empat kalimat : untuk menulis rizkinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagia(nya).”  
[HR. Bukhari Muslim]

3. TAKDIR SANAWI 

Takdir yang berlaku tahunan dan ditulis kejadian setahun ke depan setiap malam lailatul qadar.

Allah Ta'ala berfirman,

فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ

“Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.”  
[QS. Ad-Dukhaan/44 : 4]

Allah Ta'ala juga berfirman,

تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ

“Pada malam itu turun para Malaikat dan juga Malaikat Jibril dengan izin Rabb-nya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.”  
[QS. Al-Qadr/97 : 4-5]

4. TAKDIR YAUMI 

Yaitu takdir yang berlaku harian.

Allah Ta’ala berfirman,

كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِي شَأْنٍ

“Setiap waktu Dia dalam kesibukan.”  
[QS. Ar-Rahmaan/55 : 29]

Perlu diperhatikan bahwa di antara empat takdir ini, takdir utamanya adalah takdir azali yang tertulis di lauhil mahfudz, sedangkan tiga takdir yang lainnya (‘umri, sanawi, dan yaumi) adalah takdir yang bisa merubah. Perhatikan kalimat berikut :

“Perubahan takdir (‘umri, sanawi dan yaumi) ini tertulis dalam takdir azali di lauhil mahfudz.”

Contohnya :  
bisa saja dalam takdir ‘umri tertulis dia seorang yang celaka, tetapi karena dia bersungguh-sungguh mencari hidayah, maka ia menjadi orang yang beruntung. Perubahan takdir ‘umri ini tertulis dalam lauhil mahfudz.

Ini juga yang dimaksud dengan “takdir bisa dirubah dengan do'a”.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﻻ ﻳﺮﺩ ﺍﻟﻘﺪﺭ ﺇﻻ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ

“Tidaklah merubah suatu takdir melainkan do'a.”  
[HR. Al Hakim, hasan]

Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah menjelaskan bahwa takdir yang berubah tersebut berkaitan dengan do'a, beliau berkata :

الدعاء من أسباب رد القدر المعلق ، والقدر يكون معلقا ويكون مبتوتا ، فإذا كان قدرا معلقا

“Do'a termasuk sebab merubah takdir yang mu’allaq (bergantung pada sebabnya). Takdir itu ada yang mu’allaq dan ada yg telah tetap, sama sekali tidak berubah.” 

Syaikh Al-‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan bahwa perubahan takdir dan do'a tersebut juga tertulis dalam takdir azali lauhil mahfudz. Beliau berkata :

لكنه في الحقيقة لا يرد القضاء؛ لأن الأصل أن الدعاء مكتوب وأن الشفاء سيكون بهذا الدعاء، هذا هو القدر الأصلي الذي كتب في الأزل

“Pada hakikatnya takdir (azali) tidak berubah, karena doa tersebut sudah tertulis (dilauhil mahfudz) bahwa kesembuhan karena adanya doa, inilah takdir asli yang tertulis dalam takdir azali.”  
[Majmu’ Fatawa wa Rasail 2/93]

Minggu, 26 Mei 2024

Pertolongan dan Perlindungan Allah

One Day One Hadits (308)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Pertolongan dan Perlindungan Allah

عَنْ أَبِي الْعَبَّاسِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : كُنْتُ خَلْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْماً، فَقَالَ : يَا غُلاَمُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ: اْحْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ اْلأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَإِنِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ اْلأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفِ
[رواه الترمذي وقال : حديث حسن صحيح وفي رواية غير الترمذي: احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ أَمَامَكَ، تَعَرَّفْ إِلَى اللهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ، وَاعْلَمْ أَنَّ مَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيْبَكَ، وَمَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ، وَاعْلَمْ أَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً].

Dari Abu Al Abbas Abdullah bin Abbas radhiallahuanhuma, beliau berkata : Suatu saat saya berada dibelakang nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, maka beliau bersabda : Wahai ananda, saya akan mengajarkan kepadamu beberapa perkara: Jagalah Allah ), niscaya dia akan menjagamu, Jagalah Allah niscaya Dia akan selalu berada dihadapanmu ). Jika kamu meminta, mintalah kepada Allah, jika kamu memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah sesungguhnya jika sebuah umat berkumpul untuk mendatangkan manfaat kepadamu atas sesuatu, mereka tidak akan dapat memberikan manfaat sedikitpun kecuali apa yang telah Allah tetapkan bagimu, dan jika mereka berkumpul untuk mencelakakanmu atas sesuatu , niscaya mereka tidak akan mencelakakanmu kecuali kecelakaan yang telah Allah tetapkan bagimu. Pena telah diangkat dan lembaran telah kering ) .
(Riwayat Turmuzi dan dia berkata : Haditsnya hasan shahih). Dalam sebuah riwayat selain Turmuzi dikatakan : Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapatkan-Nya didepanmu. Kenalilah Allah di waktu senggang niscaya Dia akan mengenalmu di waktu susah. Ketahuilah bahwa apa yang ditetapkan luput darimu tidaklah akan menimpamu dan apa yang ditetapkan akan menimpamu tidak akan luput darimu, ketahuilah bahwa kemenangan bersama kesabaran dan kemudahan bersama kesulitan dan kesulitan bersama kemudahan).

Pelajaran yang terdapat di dalam hadits :

1. Perhatian Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam dalam mengarahkan umatnya serta menyiapkan generasi mu’min idaman.

2. Termasuk adab pengajaran adalah menarik perhatian pelajar agar timbul keinginannya terhadap pengetahuan sehingga hal tersebut lebih terkesan dalam dirinya.

3. Siapa yang konsekwen melaksanakan perintah-perintah Allah, nicsaya Allah akan menjaganya di dunia dan akhirat.

4. Beramal saleh serta melaksanakan perintah Allah dapat menolak bencana dan mengeluarkan seseorang dari kesulitan.

5. Tidak mengarahkan permintaan apapun (yang tidak dapat dilakukan makhluk) selain kepada Allah semata.

6. Manusia tidak akan mengalami musibah kecuali berdasarkan ketetapan Allah ta’ala.

7. Menghormati waktu dan menggunakannya kepada sesuatu yang bermanfaat sebagaimana Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam memanfaatkan waktunya saat beliau berkendaraan.

Tema hadits yang berkaitan dengan Al quran:

1. Menyiapkan generasi beriman :

وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.
[Surat An-Nisa : 9]

2. Allah tempat bergantung dan berlindung : 

اللَّهُ الصَّمَدُ

Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
[Surat Al-Ikhlas : 2]

3. Musibah dan keberuntungan hanya datang dari Allah : 

قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي ضَرًّا وَلَا نَفْعًا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ ۗ لِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۚ إِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ فَلَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ

Katakanlah: "Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudharatan dan tidak (pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah". Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan(nya).
[Surat Yunus : 49]

Jumat, 24 Mei 2024

Tadabbur Al Quran Hal. 380

Tadabbur Al-Quran Hal. 380
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- An-Naml ayat 36 :

فَلَمَّا جَاۤءَ سُلَيْمٰنَ قَالَ اَتُمِدُّوْنَنِ بِمَالٍ فَمَآ اٰتٰىنِ  َۧ اللّٰهُ خَيْرٌ مِّمَّآ اٰتٰىكُمْۚ بَلْ اَنْتُمْ بِهَدِيَّتِكُمْ تَفْرَحُوْنَ

Maka ketika para (utusan itu) sampai kepada Sulaiman, dia (Sulaiman) berkata, “Apakah kamu akan memberi harta kepadaku? Apa yang Allah berikan kepadaku lebih baik daripada apa yang Allah berikan kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu.

- Tafsir Al Muyassar An-Naml ayat 36 :

Manakala utusan sang ratu datang kepada Sulaiman membawa hadiah, Sulaiman mengingkari perbuatannya dan menyampaikan kepadanya bahwa Allah telah melimpahkan nikmat-nikmat-Nya kepadanya: Apakah kalian memberiku harta hanya untuk mengambil hatiku? Kenabian, kerajaan dan harta melimpah ruah yang telah Allah berikan kepadaku jauh lebih baik dan lebih utama daripada apa yang kalian berikan kepadaku. Justru kalianlah orang-orang yang akan berbahagia bila diberi hadiah, karena kalian adalah orang-orang yang gemar bersaing dan membanggakan dunia.

- Hadis Sahih (ayat 36-37) :

Dari Abdullah bin Amr Ra., ia berkata, "Rasululah Saw. melaknat orang yang melakukan suap dan yang disuap, (HR Abu Dawud, Sunan Abu Dàwud, Juz 4, No Hadis 3580, 1418 H/1997 M: 10}

- Tafsir bnu Kasir :

Para ulama tafsir dari generasi salaf dan yang lainnya menyebutkan bahwa ia (Ratu Balqis) telah mengutus (beberapa orang) untuk menemuinya (Sulaiman As.) dengan membawa hadiah besar berupa bejana yang terbuat dari emas, permata, dan lain-lainnya.

Ratu Balqis berkata, "Apabila ia mengetahui berbagai hal, maka ia itu seorang nabi." Nabi Sulaiman As. tidak memperhatikan seluruh yang dibawa oleh mereka, tapi justru beliau berkata seraya menolak atas hadiah yang diberikan oleh mereka. Perkataan-nya yaitu, ..Apakah kamu akan memberi harta kepadaku?.. (QS An-Naml, 27: 36) yakni, "Apakah harta-harta yang diberikan kepadaku itu adalah cara kalian supaya aku membiarkan kerajaan kalian melakukan kemusyrikan? ..Apa yang Allah berikan kepadaku lebih baik daripada apa yang Allah berikan kepadamu.. (QS An-Naml, 27: 36), yakni kerajaan, harta, dan prajurit yang diberikan Allah kepadaku itu lebih baik daripada semua yang kalian miliki { ...tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu., yaitu memang kalian bisa tunduk hanya dengan hadiah, namun aku tidak semudah itu dan tidak ada yang dapat aku terima dari kalian kecuali lslam atau pedang. Kembalilah kepada mereka!... (QS An-Naml, 27: 37), yakni dengan hadiah mereka d.. Sungguh, Kami pasti akan mendatangi mereka dengan bala tentara yang mereka tidak mampu melawannya... (QS An-Naml, 27: 37) yaitu, mereka tidak akan .. Dan akan kami usir mereka dari negeri itu (Saba) secara terhina dan mereka akan menjadi (tawanan) yang hina dina. (QS An-Naml, 27: 37). mampu berperang melawannya. 
Setelah utusan-utusan itu pulang de-ngan membawa hadiahnya kembali dan membawa apa yang diperintahkan Sulaiman As. berikut ancamannya, maka Ratu Balqis dan rakyatnya itu tunduk serta mau mengikuti untuk masuk dalam Islam. Tatkala Sulaiman As. mendapat berita atas kedatangan mereka dengan ketundukan kepadanya, gembiralah Sulaiman As. dengan berita itu. (Ibnu Kasir, Tafsirul Qurānil Azimi, Jilid 10, 1421 H/2000 M: 405-406).

- Riyāduş şālihin :

Dari Aisyah Ra. ia berkata, "Sungguh Rasulullah Saw. pernah bersabda, "Barangsiapa mengambil sejengkal tanah secara zalim, maka Allah akan menghimpitnya dengan tujuh lapis tanah (bumi)." (HR AI-Bukhari Muslim).

Hadis di atas memberikan beberapa faedah: 
(a) Ancaman yang keras bagi yang menzalimi hak-hak manusia
(b) Dorongan untuk menunaikan hak sekecil apa pun.
Dari Abu Musa Ra., dia berkata, "Rasulullah Saw. bersabda, 'Sesungguhnya Allah Swt. akan menangguhkan siksaan bagi orang yang berbuat zalim. Dan apabila Allah telah menghukumnya, maka Dia tidak akan pernah melepaskannya. Kemudian Rasulullah membaca ayat." QS Hūd, 11: 102." (HR A- Bukhari-Muslim). (Dr. Mustafā Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādis sālihina, Juz 2 1407 H/1987 M: 232-233).

- Hadiš Nabawi :

Dari Abdullah bin Amr Ra., ia berkata, "Rasulullah Saw. melaknat orang yang melakukan suap dan yang disuap." (HR Abu Dawud, Sunan Abu Dāwud, Juz 4, No. Hadis 3580, 1418 H/1997 M: 10),

- Hadiš Qudsi :

Dari Abu Hurairah, Nabi Saw. bersabda, "Yang pertama-tama dipanggil pada hari kiamat adalah Adam As., maka anak cucu keturunannya saling memandang. Lalu diperkenalkan kepada mereka, "Ini adalah ayah kalian, Adam." Adam menjawab, "Baik dan aku memenuhi panggilan-Mu." Selanjutnya Allah berfirman, "Datangkanlah utusan-utusan Jahanam dari anak cucumu!". Adam bertanya, "Wahai Rabb, berapa yang aku datangkan?" Allah menjawab, "Datangkanlah dari setiap seratus orang, sembilan puluh sembilan orang!" Para sahabat berujar, "Wahai Rasulullah, jika setiap seratus dari kami diambil sembilan puluh sembilan orang, kami tinggal berapa? Nabi menjawab, "Umatku dibandingkan umat-umat lainnya hanyalah bagaikan sehelai rambut putih yang terdapat pada seekor sapi hitam." (HR Al-Bukhāri) (isāmuddin As Sabäbati, Jāmiu'l Ahādisil Qudsiyyati, Jilid 2, t.t: 304-305).

- Penjelasan Surah An-Naml Ayat 36-44 :

Ayat 36-44 meneruskan cerita Sulaiman  dan Ratu Saba’. Sulaiman menolak tawaran harta yang disodorkan padanya, menyuruh delegasi Ratu Saba’ pulang dan berjanji akan mengirimkan pasukannya yang tidak mungkin dikalahkan. Akhirnya, Ratu Saba’ menyerah dan masuk Islam. Dari kisah Sualaiman dan Ratu Saba’ ini dapat kita ambil pelajaran sebagai berikut: 

Nabi Sulaiman tidak silau dengan harta yang ditawarkan Raja Saba’ karena kenabian dan keislaman jauh lebih mahal dari dunia dan seisinya. 

Kekuatan prajurit Sulaiman sangat tangguh jauh melebihi teknologi canggih saat ini. Buktinya, Jin Ifrit bisa memindahkan kerajaan Saba’ yang terletak di Yaman ke Palestina sebelum Sulaiman beranjak dari tempat duduknya. Ada lagi yang lebih dahsyat, seorang manusia yang menurut ahli tafsir,  sekretarisnya yang  mampu melakukannya sekedipan mata. 

Nabi Sulaiman adalah orang bersyukur  dan melihat semua karunia itu sebagai ujian, bukan kemuliaan dan kebanggaan. 

Kemusyrikan telah menutup pikiran dan  hati Ratu Saba’ dan kaumnya untuk tidak bisa beriman kepada Allah. Setelah melihat mukjizat Allah, barulah Ratu tersebut menyadari kezalimannya.

- Hadis Motivasi QS 27: 36 :

Dari Abu Hurairah dari Rasulullah beliau bersabda: "Salinglah memberi hadiah maka kalian akan saling mencintai." (HR Bukhari dalam Al Adab A-Mufrad, 594)

- HADIS NIAGA QS An-Naml, 27: 40 :

Menanamkan Sikap Mensyukuri Nikmat Dari Muadz bin Jabal , Rasulullah bersabda: "Sungguh, aku mencintairnu.

Janganlah engkau meninggalkan di akhir (setelah selesai) setiap salat untuk mengucapkan, 'Ya Allah, tolonglah aku untuk berzikir (selalu ingat) kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu, serta memperbaiki ibadah kepada-Mu.'" (HR Abu Dawud,
1522)

- AMAL NIAGA :

1. Bersyukurlah agar Allah menambah nikmat yang diberikan. Sudah menjadi jaminan dari-Nya bahwa menerima pemberian Allah dan berterimakasih kepada-Nya dengan memuji dan melaksanakan perintah-Nya akan menambah nikmat lainnya kepada kita.

2. Berbagai macam cobaan, ujian, penderitaan, penyakit, kesulitan, dan kesengsaraan mempunyai manfaat dan hikmah yang besar bagi mereka yang nau berpikir.

3. Bersyukur akan menumbuhkan empati dan simpati kepada orang lain serta mengikis kekufuran akan nikmat Allah. Kufur nikmat akan melahirkan kerakusan dan kesombongan. Orang yang kufur nikmat akan menganggap keberhasilannya hanyalah hasil kerja dan susah payah dirinya.

Minggu, 19 Mei 2024

Maksud Nasehat, Ingin Orang Lain Jadi Baik

One Day One Hadits (307)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Maksud Nasehat, Ingin Orang Lain Jadi Baik

عن جرير بن عبد الله رضي الله عنه قَالَ: بَايَعْتُ رسولَ الله صلى الله عليه وسلم عَلَى إقَامِ الصَّلاةِ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ، والنُّصْحِ لِكُلِّ مُسْلِمٍ. مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. 

Dari Jarir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku pernah berbaiat (berjanji setia) pada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam supaya menegakkan shalat, menunaikan zakat dan memberi nasehat kepada setiap muslim.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 57 dan Muslim no. 56).

Pelajaran yang terdapat di dalam hadist:

1. Ini menunjukkan bahwa saling menasehati itu didasarkan karena kita muslim adalah bersaudara sehingga kita ingin agar saudara kita pun menjadi baik.

2. Dan juga menunjukkan bahwa bentuk kasih dan sayang terhadap sesama muslim adalah dengan saling menasehati.

3. Arti nasehat -menurut para ulama- adalah menginginkan kebaikan pada orang lain. Sebagaimana kata Al Khottobi rahimahullah,

النصيحةُ كلمةٌ يُعبر بها عن جملة هي إرادةُ الخيرِ للمنصوح له

“Nasehat adalah kalimat ungkapan yang bermakna memberikan kebaikan kepada yang dinasehati” (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 219).

4. Nasehat adalah engkau suka jika saudaramu memiliki apa yang kau miliki. Engkau bahagia sebagaimana engkau ingin yang lain pun bahagia. Engkau juga merasa sakit ketika mereka disakiti. Engkau bermuamalah (bersikap baik) dengan mereka sebagaimana engkau pun suka diperlakukan seperti itu.” (Syarh Riyadhis Sholihin, 2: 400).

Al Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan,

المؤمن يَسْتُرُ ويَنْصَحُ ، والفاجرُ يهتك ويُعيِّرُ

“Seorang mukmin itu biasa menutupi aib saudaranya dan menasehatinya. Sedangkan orang fajir (pelaku dosa) biasa membuka aib dan menjelek-jelekkan saudaranya.” (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 225).

5. Semoga Allah memberikan kita sifat saling mencintai sesama dengan saling menasehati dalam kebaikan dan takwa.

Tema hadist yang berkaitan dengan Al qur'an :

1. Maksud nasehat adalah supaya orang lain menjadi baik. Ingatlah maksud nasehat adalah ingin orang lain menjadi baik. Jadi dasarilah niat seperti itu.

أُبَلِّغُكُمْ رِسَالاتِ رَبِّي وَأَنَا لَكُمْ نَاصِحٌ أَمِينٌ

Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepada kalian, dan aku hanyalah pemberi nasihat yang dapat dipercaya bagi kalian. (Al-A'raf: 68)

2. Allah Subhanahu wa Ta'ala bersumpah dengan menyebutkan bahwa manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, yakni rugi dan binasa.
Maka dikecualikan dari jenis manusia yang terhindar dari kerugian, yaitu orang-orang yang beriman hatinya dan anggota tubuhnya mengerjakan amal-amal yang saleh.
dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran. 
Yakni menunaikan dan meninggalkan semua yang diharamkan dan nasihat-menasihati supaya menetapi dalam kesabaran. 
Yaitu tabah menghadapi musibah dan malapetaka serta gangguan yang menyakitkan dari orang-orang yang ia perintah melakukan kebajikan dan ia larang melakukan kemungkaran.

وَالْعَصْرِ ،إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ ، إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ 

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.
[Al-'Asr, ayat 1-3].

Tadabbur Al Quran Hal. 379

Tadabbur Al-Quran Hal. 379
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- An-Naml ayat 30 :

إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيم

Sesungguhnya (surat) itu dari Sulaiman yang isinya, “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang,

- Tafsir Al Muyassar An-Naml ayat 30 :

Kemudian sang ratu menjelaskan isinya, dia berkata: Sesungguhnya ia dari Sulaiman, sesungguhnya ia dibuka dengan: Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,

- Hadis Sahih An-Naml ayat 30 :

Dari Ibnu Abbas, ia berkata "Abu Suftyan bin Harb telah mengabarkan kepadanya bahwa Heraklius (raja Romawi) pernah mengutusnya kepada sekelompok orang Quraisy yaitu para pedagang di Syam, setelah itu para pedagang tersebut menemuinya lalu perawi menyebutkan riWayat hadis ia berkata, Kemudian Heraklius meminta surat Rasululah Saw Ketika dibaco ternyata di dalamnya tertulis ismilfahirrahmänirrohimi yang artinya 'Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang' darí Muhammad, hamba Allah dan Rasul-Nya kepada Hiraklius, raja Romawi, salam kesejahteraan bagi yang mengikuti petunjuk. Amma ba'du" (HR Bukhäri. Sahihul Bukhãi, Juz 4, No Hadis 6260, 1400 H: 143)

- Tafsir Ibnu Kasir :

Allah Swt. memberitahu mengenai ucapan Sulaiman As. yang ditujukan kepada burung Hudhud ketika Hudhud memberitakan tentang negeri Saba dan ratunya,  { Dia (Sulaiman) berkata, "Akan kami lihat, apa kamu benar, atau termasuk yang berdusta. } (QS An-Naml, 27: 27) yakni, apakah kamu benar dengan beritamu ini, ..atau termasuk yang berdusta. tentang ucapanmu itu, (jika dusta), maka aku akan menghukummu sebagaimana aku janjikan kepadamu. Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan. (QS An-Naml, 27: 28). Begitulah Sulaiman As. menulis surat kepada Ratu Balqis dan kaumnya, lalu surat itu diberikan kepada Hudhud untuk dibawanya. Ada yang mengatakan bahwa surat itu dibawa dengan sayapnya, sebagaimana kebiasaan para burung. Ada pula yang mengatakan, dengan paruhnya. Hudhud pergi menuju negeri mereka, kemudian sampailah ke istana Balqis. la menuju sebuah tempat tersendiri, yang mana Ratu Balqis biasa menyendiri di tempat itu. Dijatuhkanlah surat itu tepat di hadapan Ratu Balqis, kemudian Hudhud berpaling darinya dengan sopan santun. Balqis heran dengan apa yang ia lihat, hal itu mengejutkannya. Kemudian ia mengambil surat itu lalu membuka dan membacanya, ternyata isinya, { Sesungguhnya (surat) itu dari Sulaiman yang isinya, "Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Janganlah engkau berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri. (QS An-Naml, 27: 30-31), maka pada saat itu juga ia mengumpulkan para pangeran dan para menteri serta para pembesar kerajaan. Kemudian ia (Balqis) berkata kepada mereka, {(Dia (Balqis) berkata, "Wahai para pembesar! Sesungguhnya telah disampaikan kepadaku sebuah surat yang mulia. (QS An-Naml, 27: 29) yakni, dengan kemuliaan hal yang menakjubkan yang ia lihat, yaitu sikap burung yang menghadap kepadanya dengan menjatuhkan surat kepadanya, lalu pergi dengan penuh kesopanan. Hal ini tak mampu dikuasai raja mana pun, dan tak ada cara bagi mereka untuk bisa melakukan hal seperti itu. Lalu Ratu Balqis membacakannya pada mereka, Sesungguhnya (surat) itu dari Sulaiman yang isinya, "Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang Janganlah engkau berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri. (QS An-Naml, 27: 30-31), maka mereka pun tahu bahwa surat itu dari seorang nabi Allah Sulaiman As., dan sesungguhnya mereka bukanlah tandingannya. Surat ini begitu indah. ringkas dan fasih, yang menghasilkan makna dengan ungkapan yang termudah dan terindah. Para ulama mengatakan, "Tidak ada yang menulis (di surat) Bismillähirrahmānirrahim, sebelum Sulaiman As." (Ibnu Kasir Tafsirul Qur'ānil Azimi, Jilid 10, 1421 H/2000 M: 403).

- Riyāduş Şālihin :

Dari Hakim bin Hizam Ra., dari Nabi Saw. beliau bersabda, "Orang yang bertransaksi jual beli berhak memilih selama keduanya belum berpisah. Jika keduanya jujur dan terbuka, keduanya mendapatkan keberkahan dalam jual beli. Tapi jika keduanya berdusta dan tidak terbuka, keberkahan jual beli antara keduanya hilang." (HR Al-Bukhari-Muslim)

Hadiš di atas memberikan faedah:

a) Wajib memperlihatkan kekurangan-kekurangan pada barang dagangan dan haram menyembunyikanya. Apa-bila diketahui terdapat kecacatan pada barang tersebut, pembeli berhak untuk membatalkan jual beli itu.
(b) Berdusta merupakan sebab hilangnya keberkahan. (Dr. Mustafā Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādiş Şālihina, Juz 1, 1407 H/1987 M: 89-90).

- Hadis Nabawi :

Dari Abu Hurairah Ra., ia berkata, "Rasulullah Saw. menugaskan aku menjaga harta zakat Ramadan. Kemudian ada orang yang datang mencuri makanan, lalu aku menangkapnya. Lalu aku katakan, "Demi Allah, aku pasti akan mengadukanmu kepada Rasulullah Saw." Orang itu berkata, "Sungguh aku sedang butuh, keluargaku banyak, dan aku sangat membutuhkannya." Abu Hurairah Ra. berkata, "Lalu aku melepaskannya." Di pagi hari, Nabi Saw. bersabda, "Hai Abu Hurairah, apa yang dilakukan oleh tawananmu semalam?" Aku katakan, "Wahai Rasulullah, dia mengadukan kebutuhannya dan keluarganya yang mendesak, sehingga aku mengasihaninya dan aku lepaskan." Beliau Saw. bersabda, "Dia telah membohongimu, dia akan kembali." Peristiwa ini berulang hingga tiga kali. Pada peristiwa yang ketiga kalinya, setelah aku laporkan kepada Rasu-lullah Savw. bahwa dia mengajarkan kepadaku bacaan ayat Kursi 'Alāhu Lã illāha illa Huwal Hayyul Qayyũm, sampai akhir ayat, dan dia berkata, "Sesungguhnya kamu akan berada dalam penjagaan Allah dan tidak akan ada setan yang mendekatimu sampai pagi." Maka Rasulullah Saw. bersabda,*Dia telah berkata benar padahal dia pendusta. Kamu tahu siapa yang engkau ajak bicara selama tiga malam, hai Abu Hurairah?" Abu Hurairah Ra. berkata, Tidak.' Beliau Saw. bersabda, "Dia itu setan." (HR Bukhari, Sahih Bukhāri, Juz 3, No. Hadiš, 5010, 1422 H: 342).

- Hadiš Qudsi :

Dari Abu Hurairah, dia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Surga dan neraka saling berbantahan. Neraka berkata, Orang-orang congkak dan sombong memasukiku. Dan Surga berkata, 'Orang-orang lemah dan orang-orang miskin memasukiku.' Lalu Allah berfirman kepada neraka, 'Engkau adalah siksaan-Ku, denganmu Aku menyiksa siapa pun yang Aku kehendaki atau boleh jadi sabdanya, Denganmu Aku menimpakan (azab)
pada siapa saja yang Aku kehendaki. Dan Allah berfirman kepada surga, 'Engkau adalah rahmat-Ku, denganmu Aku merahmati siapa saja yang Aku kehendaki dan masing-masing dari kalian berdua berisi penuh." (HR Muslim) (Işāmuddin Aş-Sabābati, Jāmiul Ahādisi1 Qudsiyyati, Jilid 2, t.t: 297),

- Tadabbur Surah An-Naml Ayat 23-35 :

Ayat 23-35 meneruskan kisah Sulaiman  dan Hud-Hud sebelumnya. Hud-Hud menjelaskan bahwa negeri Saba’ dipimpin seorang ratu. Namun, disayangkan mereka menyembah matahari, bukan Allah yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Hanya Dia yang berhak disembah dan memiliki Arasy yang Maha-agung. Mendengar cerita itu, Sulaiman ingin menguji Hud-Hud apakah ceritanya benar atau tidak. Untuk itu, Sulaiman menyerahkan suratnya untuk disampaikan kepada Raja Saba’. Hud-hud pun terbang menuju Kerajaan Saba’ dengan penuh semangat seorang prajurit yang taat. 
Setelah surat itu sampai, Ratu Saba’ menyampaikannya kepada para  pembesarnya bahwa ia mendapat surat mulia dari Sulaiman yang dimulai dengan Bismillah ar-Rahman ar-Rahim. Isinya singkat, tapi padat, yakni,  jangan kalian membangkang kepada saya dan datanglah kepada saya dalam keadaan  menyerah. Lalu sang Ratu meminta pendapat para pembesarnya sebelum mengambil keputusan. Para  pembesarnya mengatakan: Kita memiliki kekuatan dan keberanian yang tangguh. Apa pun  perintah Tuan akan kami lakukan. Mendengar ucapan itu, sang Ratu menyadari kekuatan Sulaiman yang tiada tandingannya dan berkata:  Jangan kita lawan. Biasanya bila raja-raja itu masuk ke suatu negeri, mereka akan memporak-porandakannya dan menghinakan orang-orang yang  mulianya. Mereka pasti lakukan itu. Lebih baik saya utus delegasi yang akan memberikan hadiah kepada Sulaiman. Lalu kita lihat nanti apa hasilnya.

- Hadis Motivasi QS 27: 23 :

Dari Anas bin Malik dari Rasulullah. beliau bersabda: "Pergi keluar berperang di jalan Allah pada awal (pagi) hari atau pergi keluar berperang pada akhir (siang) hari lebih baik dari pada dunio dan seisirnya. Dan sungguh panjang (sehasta) busur parnah seorang dari kalian di surga atau tempat (sarung) cambuknya lebih baik dari dunia dan seisinya. Dan seandainya seorang perempuan (bidadari) penduduk surga muncul di tengah penduduk Bumi niscaya dia akan menerangi yang ada di antara keduanya (cakrawala langit dan Bumi), dan aroma wanginya akan memenuhi cakrawala itu, dan sungguh kerudung yang ada di kepalanya itu lebih baik daripada dunia dan seisinya." (HR Bukhari, 2643)

- HADIS NIAGA  QS An-Naml, 27: 34 :

Menjauhi Sikap Zalim dalam Memimpin

Dari Ma'qil bin Yasar dia berkata, Aku mendengar Rasulullah bersabda: "Tidaklah seorang hamba pun yang diberi amanah oleh Allah untuk memimpin bawahannya, yang pada hari kematiannya, dia masih berbuat curang atau menipu bawahannya, kecuali Allah mengharamkan surga atasnya." (HR Bukhari 7150;Muslim, 142)

- AMAL NIAGA :

1. Jadilah pemimpin yang memperbaiki dan mengubah keadaan bawahannya.
Membuat bawahan yang pada awalnya tidak sejahtera menjadi sejahtera, yang pada awalnya malas menjadi rajin, yang pada awalnya pesimis menjadi optimis.
2. Menjadi pemimpin adalah salah satu cara berjuang di jalan Allah. Dia tidak hanya memikirkan kemaslahatan dirinya sendiri, tetapi juga kemaslahatan orang lain.
3. Jauhilah sikap zalim atau otoriter dalam memimpin. Walaupun seseorang memiliki kekuasaan, hendaklah dia tetap bisa menguasai ego dan kepentingan pribadinya. Utamakanlah kepentingan bersama terlebih dahulu.

Rabu, 15 Mei 2024

Tadabbur Al Quran Hal. 378

Tadabbur Al-Quran Hal. 378
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- An-Naml ayat 22 :

فَمَكَثَ غَيْرَ بَعِيْدٍ فَقَالَ اَحَطْتُّ بِمَا لَمْ تُحِطْ بِهٖ وَجِئْتُكَ مِنْ سَبَاٍ ۢبِنَبَاٍ يَّقِيْنٍ

Maka tidak lama kemudian (datanglah Hud-hud), lalu ia berkata, “Aku telah mengetahui sesuatu yang belum engkau ketahui. Aku datang kepadamu dari negeri Saba' [595] membawa suatu berita yang meyakinkan.

- [595] Saba ialah nama kerajaan zaman dahulu, ibu kotanya Ma'rib yang terletak di dekat kota San'a ibukota Yaman sekarang.

- Tafsir Al Muyassar An-Naml ayat 22 :

Tidak lama berselang Hud hud pun hadir, maka Sulaiman menyalahkannya karena ketidakhadirannya dan keterlambatannya. Maka Hudhud berkata kepadanya:
Saya mengetahui sesuatu dengan sangat baik yang tidak engkau ketahui, saya datang dari kota Saba' di Yaman
dengan membawa berita yang sangat penting, dan saya benar-benar meyakini kebenarannya.

- Hadis Sahih Hadis Sahih (ayat 22) :

Dari Abu Bakrah Ra.. ia berkata, "Sungguh Allah telah memberikan manfaat kepadaku dengan suatu kalimat yang pernah aku dengar darr Rasuiullah, yaitu pada waktu perang lamal, tatkala aku hampir bergabung dengan para penunggang unta, lalu aku ingin berperang bersama
mereka. la berkata, Tatkala sampai kepada Rasulullah Sew., bahwa penduduk Persia telah dipimpin oleh seorang putri Kisra, beliau bersabda, Tidak akan beruntung suatu kaum apabila mereka dipimpin oleh Seorang wanita (HR Bukhän, Sahihul Bukhári, Jid 3, No. Hadis 4425, 1400 H 181),

- Kisah Nabi & Rasul :

Tatkala Sulaiman As. berada pada sebagian tempat penyerangannya, ia sangat membutuhkan air. Pada saat tidak ada seorang pun yang mengetahui dimana adanya sumber air, Sulaiman As. pun mencari burung Hudhud (yang ditugaskan untuk
mencari sumber air) untuk menanyakan kepadanya. Pada saat mencarinya, ia tidak mendapatinya. Sulaiman As. berkata, Pasti akan kuhukum ia dengan hukuman yang
berat atau kusembelih ia kecuali jika ia
datang kepadaku dengan alasan yang jelas.

Saat itu Hudhud sedang melintas di
atas istana Ratu Balqis. la melihat kebun-kebun yang begitu subur milik Ratu Balqis yang terletak di belakang istananya. Maka ia pun menuju ke hadapan Ratu Balqis itu.

Ratu Balqis bertanya kepadanya, .Dari
mana asalmu?... Kata Hudhud, ..Dari
Sulaiman...,. k..Apa yang kamu perbuat disitu dan siapa Sulaiman?".
Hudhud pun menjelaskan bagaimana
keberadaan Sulaiman As. yang sebenarnya dan apa saja yang tunduk kepadanya, baik dari bangsa burung atau darí bangsa yang lainnya. Mendengar hal itu Ratu Balqis pun
merasa heran. Hudhud pun mengatakan kepadanya, "Aku pun merasa heran, kenapa banyak kaum yang menjadikan perempuan sebagai penguasanya." ...Dan dia dianugerahi segala sesuatu serta memiliki singgasana yang besar. Singgasana yang terbuat dari emas, dimahkotai dengan permata yang sangat indah terbuat dari Yaqut, Zabarzad, dan Mutiara. Kenapa mereka membuktikan syukur kepada Allah itu dengan cara sujud kepada matahari (menyembah matahari) tidak sujud kepada Allah.

Setelah itu Hudhud pun kembali ke-
pada Sulaimān As. dan memberitahukan kepadanya alasan-alasan kenapa sampai
terlambat menghadap. Kemudian Sulaimān berkata kepada Hudhud, ...Pergi dan bawalah suratku ini, berikanlah kepadanya (Ratu Balqis).

Maka Hudhud pun melaksanakannya.
Pada saat itu Ratu Balqis sedang berada di istananya. Hudhud melemparkan surat itu ke dalam kamarnya. Lalu Ratu Balqis pun
mengambilnya, lantas membacanya kemudian menghadap kaumnya seraya berkata,
<Wahai para pembesar! Sesungguhnya
telah disampaikan kepadaku sebuah surat yang mulia." Sesungguhnya (surat) itu dari Sulaiman yang isinya, "Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. janganlah engkau berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah
diri. Balqis berkata, Wahai para pembesar!

Berilah aku pertimbangan dalam perkaraku ini. Aku tidak pernah memutuskan suatu perkara sebelum kamu hadir dalam majelisku. Mereka menjawab, Kita memiliki kekuatan dan keberanian yang luar biasa untuk berperang, tetapi keputusan berada
di tanganmu; maka pertimbangkanlah apa yang akan engkau perintahkan. Ratu Balqis berkata, Aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan membawa hadiah... Jika dia
menerimanya, maka dia itu merupakan raja dunia, sedang kami lebih gagah dan lebih kuat darinya. Tetapi bila tidak menerimanya, maka dia itu adalah Nabi Allah." (bnul Ašir A-Jazari, A-Kāmil fit Tārikhi, Jilid 1: 179-181).

- Riyāduş Şālihin :

Dari Ibnu Abbas Ra., ia mengatakan, bahwa pada suatu ketika Umar bin Khattab Ra. pergi ke Syam. Setelah sampai di Sarag, pimpinan tentara datang menyambutnya,

faedah di antaranya:

(a) Anjuran bermusyawarah kepada pemimpin bersama para pembantunya. Pendapat dalam musyawarah tidak harus selalu berpegang pada imam.
(b) Hendaknya para pemimpin memperhatikan rakyatnya dan memberikan keselamatan baginya, dan tidak lalai ketika terjadi musibah yang menimpa rakyatnya.
(Dr. Mustafā Sa'id AI-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādiş Sālihina, Juz 2, 1407 H/1987 M: 1218).

- Hadis Nabawi :

Dari Abu Bakrah Ra., ia berkata, "Sungguh Allah telah memberikan manfaat kepadaku dengan suatu kalimat yang pernah aku dengar dari Rasulullah, yaitu pada waktu perang Jamal, tatkala aku hampir bergabung
dengan para penunggang unta, lalu aku ingin berperang bersama mereka. la berkata.

Tatkala sampai kepada Rasulullah Saw., bahwa penduduk Persia telah dipimpin oleh seorang putri Kisrā, beliau bersabda, "Tidak akan beruntung suatu kaum, apabila
mereka dipimpin oleh seorang wanita. (HR Bukhāri, Sahih Bukhari, Jilid 3, No. Hadis, 4425, 1400 H: 181).

- Nasihat & Pelajaran : 

Allah Swt. memberikan pujian kepada Nabi Sulaiman As. bahwa dia adalah sebaik-baik hamba. Ini merupakan satu keutamaan bagi Sulaiman As. karena ketaatan, dan ibadah, kepada Allah Swt., Allah memberikan tobatnya
kekuasaan, ilmu, dan pengertian tentang hukum (yang lebih tepat). Allah menundukkan baginya bangsa manusia, jin, dan burung-burung. Mereka semuanya dibagi dengan pengāturan yang mengagumkan dan sangat luar biasa. Semua itu merupakan keutamaan nubuwah (kenabian) yang Allah berikan kepadanya.

Saat Balqis mengirim utusan dengan
membawakan hadiah, yang tidak lain untuk  mengetahui betul dan tidaknya Sulaiman As itu seorang Nabi, Nabi Sulaiman As. menolaknya. la tidak mau menerimanya, bahkan ia memerintahkan supaya harta itu dibawa pulang kembali seraya berkata, "Aku tidak pernah gembira dengan banyaknya harta dan tidaklah bagiku dunia ini sesuatu yang dibutuhkan, karena Allah telah memberikan ke-
padaku yang tidak diberikan kepada seorang pun." Semua yang dilakukan Nabi Sulaiman As. hanya karena Allah semata. Dan Allah Swt. akan mengganti apa yang telah dikorbankan di jalan Allah dengan yang lebih." (Abdurrahmān An-Najdi, Taisirul Manān fi Qasasil Qu'rãn, 1429 H: 288-300).

- Hadis Motivasi QS 27: 19 :

Dari Abu Dzar dia berkata, Rasulullah
bersabda: "Senyummu kepada saudaramu merupakan sedekah. Engkau berbuat makruf dan melarang dari kemungkaran juga sedekah. Engkau menunjukkan jalan kepada orang yang tersesat juga sedekah. Engkau menuntun orang yang
berpenglihatan kabur juga sedekah. Menyingkirkan batu, duri, dan tulang dari jalan merupakan sedekah dan engkau menuangkan air dari embermu ke ember saudaramu juga sedekah." (HR Tirnizi. 1956)

- HADIS NIAGA QS An-Naml, 27: 16 :

Warisan Kebaikan untuk Generasi Berikutnya

Dari Amir bin Sa'ad, dari ayahnya, Sa'ad, dia berkata, Rasulullah menjengukku ketika menunaikan haji Wada karena aku sakit keras. Aku pun berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya sakitku sangat keras sebagaimana yang engkau lihat
Sementara itu, aku mempunyai harta yang cukup banyak dan yang mewaris
hanyalah seorang anak perempuan. Bolehkah aku sedekahkan 2/3 dari harta itu?

Beliau menjawab: "Tidak." Aku bertanya lagi, "Bagaimana kalau separuhnya?" Beliau menjawab: "Tidak." Aku bertanya lagi, "Bagaimana kalau sepertiganya?" Beliau menjawab: "Sepertiga itu banyak (atau cukup besar). Sesungguhnya, jika kamu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya, itu lebih baik daripada kamu meninggalkan mereka dalam keadaan miskin hingga mereka terpaksa meminta minta kepada sesama manusia. Sesungguhnya, apa yang kamu nafkahkan dengan
maksud untuk mencari ridha Allah, pasti kamu akan diberi pahala, termasuk apa  yang dimakan oleh istrimu." (HR Bukhari, 4409; Muslim, 1628)

- AMAL NIAGA : 

Menurut syariat, harta peninggalan lebih baik diserahkan kepada ahli waris agar mereka berada dalam keadaan berkecukupan. Jangan menelantarkan mereka hingga membuat mereka hidup dalam penuh keterbatasan.

Selasa, 14 Mei 2024

Pengaruh Berteman dengan Orang Shaleh dan Berteman dengan Orang Jelek

One Day One Hadits (306)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Pengaruh Berteman dengan Orang Shaleh dan Berteman dengan Orang Jelek

عن أبي موسى الأشعري رضي الله عنه قال, قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
((مَثَلُ الجليس الصالح وجليس السوء؛ كحامل المسك ونافخ الكِير، فحامل المسك: إما أن يُحْذِيَك، وإما أن تبتاع منه، وإما أن تجد منه ريحاً طيبة، ونافح الكِير: إما أن يحرق ثيابك، وإما أن تجد منه ريحاً خبيثة))؛ متفقٌ عليه.

Dari Abu Musa Al-'Asy'ari radhiyallahu anhu, Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda:
((Permisalan duduk dengan orang shalih dan duduk dengan orang jelek; seperti penjual minyak wangi dengan tukang besi, maka penjual minyak wangi: baik ia memberikan minyak wanginya kepadamu, atau kamu membeli minyak wanginya atau minimal kamu mendapatkan bau harum darinya adapun tukang besi: baik ia akan membakar pakainmu atau minimal kamu mendapatkan bau busuk darinya)). mutafaqun alaihi

Pelajaran yang terdapat di dalam hadist:

1. Hadits ini memberikan pelajaran sesungguhnya duduk bersama orang shalih dan semua teman-temanya memberikan kebaikan, berkah, manfaat dan keuntungan seperti penjual minyak wangi yang dapat memberikan bermanfaat bagi siapa yang besamanya baik berupa hadiah atau membeli atau minimal mendapatkan sesuatu; kondisi duduk bersamanya kamu akan mendapatkan ketenangan diri dan kelapangan dada dengan bau harum minyak wangi, ini pendekatan dan permisalan duduk bersama orang shalih.

2. Akan tetapi kebaikan yang didapatkan seorang hamba dari duduk bersama orang shalih lebih luas dan lebih utama dari minyak wangi: baik ia akan mengajarkanmu urusan-urusan yang bermanfaat bagi agamamu atau mengajarkanmu urusan-urusan yang bermanfaat bagi duniamu atau keduanya atau akan memberikanmu petunjuk berupa nasihat yang bermanfaat bagi kehidupanmu ketika engkau masih hidup dan setelah engakau meninggal atau akan melarangmu atas apa-apa yang dapat mendatangkan kerugian bagimu; maka engkau bersamanya akan selalu mendapatkan manfaat dan keuntungan yang banyak -dengan izin Allah-.

3. Maka kamu akan dapatkan jika ia melihat engkau malas dalam keta'atan kepada Allah, ia akan memberimu petunjuk, maka keinginanmu untuk ta'at semakin bertambah dan kamu akan bersungguh-sungguh untuk menambah keta'atan, dan kamu akan melihat ia memaparkan kepadamu aib-aibmu dan mengajakmu menuju kemuliaan dan kebaikan  akhlaq dengan ucapan, perbuatan dan keteladanan.

4. Dan minimal manfaat yang didapat dari duduk bersama orang shalih adalah menjaga seseorang dari perbuatan jelek, kemungkaran dan maksiat; saling menjaga karena persahabatan, saling berlomba-lomba dalam kebaikan dan saling meninggalkan kejelekan.

5. Dan manfaat lain yang dapat peroleh dari duduk bersama orang shalih adalah sesungguhnya ia akan menjaga kehormatanmu ketika engkau tidak ada dan ketika engkau ada, ia akan selalu menjaga dan melindungimu.

6. Selain itu ia akan selalu mendoakanmu baik ketika hidup maupun setelah meninggal.

7. Adapaun persahabatan dengan orang yang jelek, maka ini adalah racun yang sangat mematikan dan musibah yang besar, maka engkau akan dapatkan mereka berani berbuat maksiat dan kemungkaran dan mereka menginginkan hal tersebut.

8. Kemudian mereka akan membuka pintu-pintu kejelekan bagi siapa yang ingin bergabung dan duduk bersama mereka dan menghiasinya dengan jenis-jenis kemaksiatan.

9. Mereka mengajak merusak ciptaan Allah dan mengingatkatkan urusan-urusan kejelekan yang mereka tidak akan pernah merubah pikirannya, jika salah seorang diantara mereka ingin bertaubat dan meninggalkan maksiat maka mereka akan membujuknya dan memperlihatkan keindahan-keindahan perbuatan maksiat dan angan-angan kosong, dan sungguh kondisi anda akan lebih hina dari yang lainnya, kemudian tempat taubatmu apabila engkau telah lanjut usia, dan apa yang didapatkan dari bergaul dan berkerjasama dengan mereka adalah lebih besar dari ini.

Tema hadist yang berkaitan dengan Al-Quran:

1. Allah Subhana wa Ta'ala telah mengabarkan kepada kita tentang kondisi majelis mereka dan di akhirat sebagian mereka dengan sebagian yang lain saling bermusuhan

الأخِلاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلا الْمُتَّقِينَ 

“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa”. ( QS. Az Zukhruf : 67 )

2. Perhatikan kondisi Abi Thalib dan siapa yang menjadi teman duduknya dan bagaimana pengaruh persahabatnya pada akhir urusannya .

إِنَّكَ لا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ

"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya"[Al-Qosos:56].

Sabtu, 11 Mei 2024

BENERAN MAU MASUK NERAKA ?

Tematik (203)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

BENERAN MAU MASUK NERAKA ?

Baca ini pelan-pelan dan renungkan, sebelum menjadi penyesalan :

1). Neraka adalah tempat terburuk

Allah Ta’ala berfirman,

إنها سآءت مستقراً ومقاماً

“Sesungguhnya neraka Jahanam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman” (QS. Al-Furqan: 66).

2). Di Neraka adai Rantai dan Belenggu yang menyala.

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّآ أَعۡتَدۡنَا لِلۡكَٰفِرِينَ سَلَٰسِلَاْ وَأَغۡلَٰلٗا وَسَعِيرًا

“Sesungguhnya Kami menyediakan bagi orang kafir rantai, belenggu dan neraka yang menyala-nyala” (QS. Al-Insan: 4).

Allah Ta’ala juga berfirman,

إِذِ اْلأَغْلاَلُ فِي أَعْنَاقِهِمْ وَالسَّلاَسِلُ يُسْحَبُونَ فِي الْحَمِيمِ ثُمَّ فِي النَّارِ يُسْجَرُونَ

“ketika belenggu dan rantai dipasang di leher mereka, sambil mereka diseret ke dalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar di dalam api” (QS. Ghafir: 71-72).

3). Api Neraka Itu Sangat Amat Panas.

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

نَارُكم هذِه ما يُوقدُ بنُو آدمَ جُزْءٌ واحدٌ من سبعين جزءاً من نار جهنَّم

“Api yang dinyalakan oleh Ibnu Adam adalah satu bagian dari tujuh puluh bagian dari panasnya api Jahannam” (HR. Bukhari no. 3265, Muslim no. 2834).

4). Neraka itu Sangat Dalam.

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, beliau berkata,

كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ سَمِعَ وَجْبَةً فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَدْرُونَ مَا هَذَا قَالَ قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ هَذَا حَجَرٌ رُمِيَ بِهِ فِي النَّارِ مُنْذُ سَبْعِينَ خَرِيفًا فَهُوَ يَهْوِي فِي النَّارِ الْآنَ حَتَّى انْتَهَى إِلَى قَعْرِهَا

“Kami pernah bersama Nabi shallallahu alaihi wasallam tiba-tiba beliau mendengar seperti suara benda jatuh ke dasar. Nabi shallallahu alaihi wasallam bertanya, ‘Tahukah kalian suara apa itu?’ Kami menjawab, ‘Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.’ Beliau bersabda, ‘Ini adalah batu yang dilemparkan ke neraka sejak 70 tahun yang lalu dan sekarang baru mencapai dasarnya’” (HR. Muslim no. 2844).

5). Makanan dan Minuman Penduduk Neraka
Minuman penduduk neraka.

Allah Ta’ala berfirman,

لَا يَذُوقُونَ فِيهَا بَرْدًا وَلَا شَرَابًا إِلَّا حَمِيمًا وَغَسَّاقًا

“ِmereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman, selain air yang mendidih dan nanah” (QS. An Naba’: 24-25).

Allah Ta’ala juga berfirman,

وَسُقُوا مَاء حَمِيمًا فَقَطَّعَ أَمْعَاءهُمْ

“Mereka (penghuni neraka) diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong usus-usus mereka” (QS. Muhammad: 15).

Diantara makanan penduduk neraka adalah buah zaqqum. Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّ شَجَرَةَ الزَّقُّومِ طَعَامُ الْأَثِيمِ كَالْمُهْلِ يَغْلِي فِي الْبُطُونِ كَغَلْيِ الْحَمِيمِ

“Sesungguhnya pohon zaqqum itu, makanan orang yang banyak berdosa. (Ia) sebagai kotoran minyak yang mendidih di dalam perut, seperti mendidihnya air yang amat panas” (QS. Ad-Dukhan: 43-46).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda mengenai ngerinya buah zaqqum,

لَوْ أنَّ قطْرةً من الزَّقُّومِ قَطَرَتْ في دار الدُّنْيَا لأفْسَدَتْ على أهلِ الدنيا مَعَايِشَهُمْ

“Kalaulah saja setetes dari buah zaqqum menetes di dunia, niscaya akan menimbulkan kerusakan terhadap kehidupan penduduk dunia” (HR. At Tirmidzi no. 2585, ia berkata, “hasan shahih”).

6). Pakaian Penduduk Neraka

Allah Ta’ala berfirman,

فَٱلَّذِينَ كَفَرُواْ قُطِّعَتۡ لَهُمۡ ثِيَابٞ مِّن نَّارٖ يُصَبُّ مِن فَوۡقِ رُءُوسِهِمُ ٱلۡحَمِيمُ ٩ يُصۡهَرُ بِهِۦ مَا فِي بُطُونِهِمۡ وَٱلۡجُلُودُ ٢٠ وَلَهُم مَّقَٰمِعُ مِنۡ حَدِيدٖ ١ كُلَّمَآ أَرَادُوٓاْ أَن يَخۡرُجُواْ مِنۡهَا مِنۡ غَمٍّ أُعِيدُواْ فِيهَا وَذُوقُواْ عَذَابَ ٱلۡحَرِيقِ

“Maka orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian-pakaian dari api neraka. Disiramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala mereka. Dengan air itu dihancur luluhkan segala apa yang ada dalam perut mereka dan juga kulit (mereka). Dan untuk mereka cambuk-cambuk dari besi.” (QS. Al-Hajj: 19-21).

7). Siksaan yang Paling Ringan di Neraka

Dari An Nu’man bin Basyir radhiallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إنَّ أهْوَنَ أهل النارِ عذاباً مَنْ لَهُ نَعْلانِ وشِرَاكانِ من نارٍ يَغلي منهما دماغُه كما يغلي المِرْجَل ما يَرَى أنَّ أحداً أشدُّ منهُ عَذَاباً وإنَّهُ لأهْونُهمْ عذاباً

”Penduduk neraka yang paling ringan siksaannya di neraka adalah seseorang yang memakai dua sandal neraka yang memiliki dua tali. Kemudian otaknya mendidih karena panasnya sebagaimana mendidihnya air di kuali. Orang tersebut merasa tidak ada orang lain yang siksanya lebih pedih dari siksaannya. Padahal siksaannya adalah yang paling ringan diantara mereka” (HR. Muslim no. 213).

8). Satu Celupan Saja di Neraka Membuat Kenikmatan Dunia Tidak Ada Artinya

Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

يُؤتَى بأنْعَم أهل الدنيا مِنْ أهل النار فيُصْبَغُ في النارِ صَبْغَةً ثم يُقَال: يا ابنَ آدمَ هل رأيتَ خيراً قطُّ هل مَرَّ بكَ نعيمٌ قط؟ فيقولُ لا والله يا ربِّ، ويؤْتَى بأشَدِّ الناسِ بؤساً في الدنيا مِنْ أهل الجنة فيصبغُ صبغةً في الجنة فيقال: يا ابن آدمَ هل رأيتَ بؤساً قط؟ هل مَرَّ بك من شدة قط؟ فيقولُ: لا والله يا ربِّ ما رأيتُ بؤساً ولا مرّ بِي مِنْ شدةٍ قَطُّ

“Didatangkan penduduk neraka yang paling banyak nikmatnya di dunia pada hari kiamat. Lalu ia dicelupkan ke neraka dengan sekali celupan. Kemudian dikatakan kepadanya, ‘Wahai anak Adam, apakah engkau pernah merasakan kebaikan sedikit saja? Apakah engkau pernah merasakan kenikmatan sedikit saja?’ Ia mengatakan, ‘Tidak, demi Allah, wahai Rabb-ku.” Didatangkan pula penduduk surga yang paling sengsara di dunia. Kemudian ia dicelupkan ke dalam surga dengan sekali celupan. Kemudian dikatakan kepadanya, ‘Wahai anak Adam, apakah engkau pernah merasakan keburukan sekali saja? Apakah engkau pernah merasakan kesulitan sekali saja?’ Ia menjawab, ‘Tidak, demi Allah, wahai Rabb-ku! Aku tidak pernah merasakan keburukan sama sekali dan aku tidak pernah melihatnya tidak pula mengalamminya” (HR. Muslim no. 2807).

9). Penduduk neraka sampai menangis darah.

Dari Abdullah bin Qais radhiallahu anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ أَهْلَ النَّارِ لَيَبْكُونَ فِي النَّارِ حَتَّى لَوْ أُجْرِيَتِ السُّفُنُ فِي دُمُوعِهِمْ لَجَرَتْ، ثُمَّ إِنَّهُمْ لَيَبْكُونَ الدَّمَ بَعْدَ الدُّمُوعِ وَبِمِثْلِ مَا هُمْ فِيهِ

“Sungguh, penduduk Neraka akan menangis di Neraka. Seandainya perahu dijalankan di genangan air mata mereka, niscaya perahu tersebut akan berjalan. Kemudian mereka akan menangis darah, sebagai ganti air mata mereka.” [HR. Ibnu Majah, lihat ash-Shahihah no. 1679]

Jumat, 10 Mei 2024

Tadabbur Al Quran Hal. 377

Tadabbur Al-Quran Hal. 377
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- An-Naml ayat 8 :

فَلَمَّا جَاۤءَهَا نُوْدِيَ اَنْۢ بُوْرِكَ مَنْ فِى النَّارِ وَمَنْ حَوْلَهَاۗ وَسُبْحٰنَ اللّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

Maka ketika dia tiba di sana (tempat api itu), dia diseru, “Telah diberkahi orang-orang yang berada di dekat api, dan orang-orang yang berada di sekitarnya. Mahasuci Allah, Tuhan seluruh alam.”

- Tafsir Al Muyassar An-Naml ayat 8 :

Manakala Musa datang kepada api, Allah memanggilnya dan mengabarkan kepadanya bahwa tempat ini adalah tempat suci, Allah memberkahinya dan menjadikannya
sebagai tempat untuk berbicara kepada Musa dan mengangkatnya sebagai utusan. Dan bahwa Allah
memberkahi malaikat yang ada pada api itu dan yang ada di sekitarnya, sebagai ungkapan penyucian bagi Allah Rabb seluruh makhluk dari apa yang tidak layak bagi-Nya.

- Hadis Motivasi An-Naml ayat 8 :

Dari Hakim bin Hizam dia berkata, Aku
pernah meminta sesuatu kepada Rasulullah lalu beliau memberiku. Kemudian, aku meminta lagi maka beliau pun masih memberiku lagi seraya bersabda: "Wahai Hakim, sesungguhnya harta itu hijau lagi
manis maka barang siapa yang mencarinya untuk kedermawanan dirinya maka harta itu akan memberkahinya." (HR Bukhari. 2599)

- Asmä'ul Husnā :

Allah Swt. berfirman, { Hai Musa, sesungguhnya, Akulah Alah, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. }(QS An-Naml, 27: 9).
Dan, "Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang". (QS Asy-Syu'arā, 26: 9).

Allah Swt. mempunyai nama. Al Aziz    artinya yang menguasai urusan-Nya. Dialah yang mempunyai ketinggian dan kekuasaan dalam kerajaan. Dialah Sang Raja diatas Arasy-Nya, yang tunggal dalam nama dan sifat, yang tiada bandingan dalam sifat kesempurnaan. Yang Mahakuat, yang tiada menandingi, Yang Maha Esa tidak ada yang serupa. Kekuatan adalah sarung-Nya dan kesombongan adalah selendang-Nya.

Contoh doa dengan menggunakan
nama ini berdasar kepada hadis 'Aisyah Ra., bahwa Rasulullah Saw. jika melaksanakan salat malam, beliau berdoa, "Tiada Tuhan selain Allah, Yang Maha Esa dan Maha Menaklukkan, Tuhan seluruh langit dan bumi dan apa yang ada pada keduanya, Yang Maha kuat dan Maha Pengampun..." (Sahih Al-Jāmi, 4693).
Bagi seorang muslim yang berdoa dengan nama Allah ini, hendaknya ia merasakan kehadiran kekuatan yang bisa dirasakan oleh setiap muslim ketika mengesakan, beribadah dan mencintai Tuhannya. Setiap amalan hendaknya menambah kedekatan
dengan-Nya. la senantiasa yakin bahwa kekuatan itu hanya akan ada jika menjalankan perintah-Nya, karena Allah Swt.

Yang Mahakuat telah memberikan kekuatan kepada Rasul-Nya, pengikut dan pendukungnya. Seorang muslim tidak akan rida kekuatan Islam dan umatnya tergantikan dengan yang lain. (DR. Mahmūd Abdurrazāk Ar-Ridwāni, Ad-Du'āu bil Asmāil Husnā, 2005: 24).

- Riyāduş Şälihin :

Dari Abdullah bin Amr bin AI-As bahwa Nabi Saw. pernah membaca firman Allah dalam surah lbrahim, (Ya Tuhan, berhala-berhala itu telah menyesatkan banyak dari manusia.

Barangsiapa mengikutiku, maka orang itu termasuk golonganku... (QS Ibrahim, 14:36) hingga akhir ayat, dan mengenai Isa As. dalam surah Al-Maidah, 5: 118, kemudian beliau mengangkat kedua tangannya seraya
berdoa, "Ya Allah, selamatkanlah umatku, selamatkanlah umatku. Beliau menangis.

Kemudian Allah Swt. berfirman kepada
malaikat Jibril, Temuilah Muhammad dan Rabbmulah yang lebih tahu-dan tanyakan kepadanya, Apa yang membuatmu menangis? Maka malaikat Jibril pun bertanya
kepada beliau, dan beliau menjawabnya dengan apa yang difirmankan Allah Swt. dan Allah Swt. lebih mengetahui hal itu.

Kemudian Allah Swt. berfirman, "Wahai
Jibril, temuilah Muhammad dan katakan bahwa Kami akan membuatmu senang dengan umatmu dan tidak akan membuatmu
sedih." (HR Muslim).

Hadiš di atas memberikan faedah:
(a) Penjelasan syafaat Nabi Saw. pada
matnya dan pertolongannya dengan
memberikan kemashlahatan pada me-
reka serta perhatian terhadap perma-
salahan mereka.
(b) Kasih sayang Allah bersama mereka dan Allah mencintai Nabi-Nya.
(Dr. Mustafā Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādis Şālihina, Juz 1, 1407H/1987 M: 385-386).

- Hadis Nabawi :

Dari Anas, dari Nabi Saw., beliau bersabda, "Terus saja penghuni neraka dimasukkan ke dalamnya, dan neraka berkata, "Masih adakah tambahan?" Maka Allah Rabbul 'alamin meletakkan telapak kaki-Nya, sehingga satu
sama lain (di antara penghuni neraka) saling berdesakan, lalu neraka berkata, "Cukup-cukup" Demi kekuasaan dan kemuliaan-Mu.

Sedangkan di surga masih saja ada lebihnya sehingga Allah menciptakan makhluk baru, lalu menempatkan mereka di dalam surga yang selebihnya tersebut." (HR Al-Bukhāri,
Sahihu'l Bukhāri, Juz 4, No. Hadis 7384, 1400 H:380-381).

- HADIS NIAGA QS An-Naml, 27: 4 :

Mengetahui Hakikat Dunia

Dari Abu Hurairah

Dia mengatakan bahwa Rasulullah bersabda: "Dunia adalah penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang kafir." (HR Muslim, 2392)

- AMAL NIAGA :

1. Seorang muslim harus meyakini bahwa dunia ini akan ada akhirnya.
Tidak ada yang abadi di dunia ini, bahkan dunia itu sendiri.
2. Hal yang abadi adalah amal saleh. Maka dari itu, perbanyaklah dan
perbaikilah amal saleh dengan keikhlasan. Dunia memang tidak akan
dibawa mati, tapi nilai amal dunia yang Allah titipkan itu yang akan dibawa mati.
3. Janganlah iri kepada orang lain yang mungkin memiliki dunia dan harta yang lebih banyak. Orang yang paling mulia dalam Islam bukanlah
mereka yang memiliki banyak harta dan tinggi kedudukannya, melainkan mereka yang menjaga dan terus menaikkan ketakwaannya kepada Allah .

Senin, 06 Mei 2024

PERJALANAN MENUJU AKHIRAT

Tematik (202)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

PERJALANAN MENUJU AKHIRAT
 
Hari akhirat adalah hari setelah kematian yang wajib diyakini kebenarannya oleh setiap orang yang beriman kepada Allâh 'Azza wa Jalla dan kebenaran agama-Nya. Hari itulah hari pembalasan semua amal perbuatan manusia, hari perhitungan yang sempurna dan hari ditampakkannya semua perbuatan yang tersembunyi sewaktu di dunia. Juga pada hari itu orang-orang yang melampaui batas akan berkata penuh penyesalan :  
 
يَقُولُ يَا لَيْتَنِي قَدَّمْتُ لِحَيَاتِي  
“Duhai, alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal shalih) untuk hidupku ini.”  
[QS. Al-Fajr/89 : 24]  
 
Maka hendaknya setiap Muslim yang mementingkan keselamatan dirinya benar-benar memberikan perhatian besar dalam mempersiapkan diri dan mengumpulkan bekal untuk menghadapi hari yang kekal abadi ini. 
 
Karena pada hakikatnya, hari inilah masa depan bagi manusia yang sesungguhnya. Kedatangan hari tersebut sangat cepat seiring dengan cepat berlalunya usia manusia.  
Allâh Azza wa Jalla berfirman :  
 
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ  
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”  
[QS. Al-Hasyr/59 : 18] 
 
Dalam menafsirkan ayat di atas Imam Qatâdah rahimahullah[1]  berkata : 
 
“Senantiasa tuhanmu (Allâh 'Azza wa Jalla) mendekatkan hari kiamat, sampai-sampai Dia menjadikannya seperti besok”[2].  
 
Semoga Allâh 'Azza wa Jalla meridhai Sahabat yang mulia Umar bin Khattab radhiyallahu'anhu yang telah mengingatkan hal ini dalam ucapannya yang terkenal :  
 
“Hisablah (introspeksilah) dirimu saat ini, sebelum kamu dihisab (diperiksa/dihitung amal perbuatanmu pada hari kiamat). Timbanglah dirimu saat ini, sebelum amal perbuatanmu ditimbang (pada hari kiamat), karena sesungguhnya akan mudah bagimu menghadapi hari kiamat jika kamu mengintrospeksi dirimu saat ini; dan hiasilah dirimu dengan amal shaleh untuk menghadapi hari yang besar ketika manusia dihadapkan kepada Allâh 'Azza wa Jalla."  
 
Allâh 'Azza wa Jalla berfirman :  
 
يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُونَ لَا تَخْفَىٰ مِنْكُمْ خَافِيَةٌ  
“Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Allah), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi-Nya).”  
[QS. Al-Hâqqah/69 : 18][3] 
 
Senada dengan ucapan di atas, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu'anhu berkata, 
 
“Sesungguhnya dunia telah pergi meninggalkan kita, sedangkan akhirat telah datang menghampiri kita, dan masing-masing dari keduanya (dunia dan akhirat) memiliki pengagum, maka jadilah kamu orang yang mengagumi/mencintai akhirat dan janganlah kamu menjadi orang yang mengagumi dunia, karena sesungguhnya saat ini waktunya beramal dan tidak ada perhitungan, adapun besok di akhirat adalah saat perhitungan dan tidak ada waktu lagi untuk beramal”[4]. 
 
“Jadilah kamu di dunia seperti orang asing…” Dunia adalah tempat persinggahan sementara dan sebagai ladang akhirat tempat kita mengumpulkan bekal untuk menempuh perjalanan menuju negeri yang kekal abadi itu. Barangsiapa yang mengumpulkan bekal yang cukup, maka dengan izin Allâh 'Azza wa Jalla dia akan sampai ke tujuan dengan selamat, dan barang siapa yang bekalnya kurang maka dikhawatirkan dia tidak akan sampai ke tujuan. Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan sikap yang benar dalam kehidupan di dunia dengan sabdanya, 
 
“Jadilah kamu di dunia seperti orang asing atau orang yang sedang melakukan perjalanan.“[5] 
 
Hadits ini sebagai nasehat bagi orang beriman, bagaimana seharusnya dia menempatkan dirinya dalam kehidupan di dunia. Karena orang asing (perantau) atau orang yang sedang melakukan perjalanan adalah orang yang hanya tinggal sementara; tidak terikat hatinya pada tempat persinggahannya, serta terus merindukan kembali ke kampung halamannya. Demikianlah keadaan seorang Mukmin di dunia yang hatinya, selalu terikat dan rindu kembali ke kampung halaman yang sebenarnya, yaitu surga tempat tinggal pertama kedua orang tua kita, Adam 'alaihissallam dan istrinya Hawa, sebelum mereka berdua diturunkan ke dunia. Dalam sebuah nasehat tertulis yang disampaikan oleh Imam Hasan al-Bashri rahimahullaht kepada Imam Umar bin Abdul Aziz rahimahullah, beliau berkata :  
 
“…Sesungguhnya dunia adalah negeri perantauan dan bukan tempat tinggal yang sebenarnya, dan hanyalah Adam 'alaihis sallam diturunkan ke dunia untuk menerima hukuman akibat perbuatan dosanya…”[6]. 
 
Dalam mengungkapkan makna hal ini Ibnul Qayyim rahimahullah berkata dalam  syairnya, 
 
"Marilah (kita menuju) surga ‘adn (tempat menetap) karena sesungguhnya itulah Tempat tinggal kita yang pertama, yang di dalamnya terdapat kemah (yang indah) Akan tetapi kita (sekarang dalam) tawanan musuh (setan), maka apakah kamu melihat Kita akan (bisa) kembali ke kampung halaman kita dengan selamat?"[7]  
 
Sikap hidup ini menjadikan seorang Mukmin tidak panjang angan-angan dan terlalu muluk dalam menjalani kehidupan dunia, karena “barangsiapa yang hidup di dunia seperti orang asing, maka dia tidak punya keinginan kecuali mempersiapkan bekal yang bermanfaat baginya ketika kembali ke akhirat. Dia tidak berambisi dan berlomba bersama orang- orang yang mengejar kemewahan dunia, karena keadaannya seperti perantau, yaitu tidak merasa risau dengan kemiskinan dan rendahnya kedudukannya.”[8].  
 
Makna inilah yang diisyaratkan `Abdullâh bin Umar radhiyallahu 'anhu : 
 
”Jika kamu berada di waktu sore maka janganlah menunggu datangnya waktu pagi; dan jika kamu berada di waktu pagi maka janganlah menunggu datangnya waktu sore. Gunakanlah masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, dan masa hidupmu sebelum kematian menjemputmu”[9].  
 
Bahkan inilah makna zuhud di dunia yang sesungguhnya, sebagaimana ucapan Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah :  
 
“Maknanya adalah tidak panjang angan-angan, yaitu seseorang yang ketika berada di waktu pagi dia berkata : “Aku khawatir tidak akan bisa mencapai waktu sore lagi””[10].  
 
“Berbekallah, dan sungguh sebaik-baik bekal adalah takwa.”  
 
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوى  
Sebaik-baik bekal untuk perjalanan ke akhirat adalah takwa, yang berarti “menjadikan pelindung antara diri seorang hamba dengan siksaan dan kemurkaan Allâh 'Azza wa Jalla yang dikhawatirkan akan menimpanya, yaitu (dengan) melakukan ketaatan dan menjauhi perbuatan maksiat kepada-Nya”[11].  
 
Maka sesuai dengan keadaan seorang hamba di dunia dalam melakukan ketaatan kepada Allâh 'Azza wa Jalla dan meninggalkan perbuatan maksiat, begitu pula keadaannya di akhirat kelak. Semakin banyak dia berbuat baik di dunia akan semakin banyak pula kebaikan yang akan di raihnya di akhirat nanti, yang berarti semakin besar pula peluangnya meraih keselamatan menuju surga. Inilah di antara makna yang diisyaratkan oleh Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya :  
 
“Setiap orang akan dibangkitkan (pada hari kiamat) sesuai dengan keadaannya sewaktu dia meninggal dunia”[12]. 
 
Artinya dia akan mendapatkan balasan pada hari kebangkitan kelak sesuai dengan amal baik atau buruk yang dilakukannya sewaktu di dunia[13].  
 
Oleh karena itu, sebaik- baik bekal yang perlu dipersiapkan untuk selamat dalam perjalanan besar ini adalah memurnikan tauhid (mengesakan Allâh 'Azza wa Jalla dalam beribadah dan menjauhi perbuatan syirik) yang merupakan inti makna syahadat Lâ ilâha illallâh dan menyempurnakan al ittibâ‘ (mengikuti sunnah Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menjauhi perbuatan bid’ah) yang merupakan inti makna syahadat Muhammadur Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allâh 'Azza wa Jalla akan memudahkan bagi manusia dalam menghadapi peristiwa besar yang akan dialami mereka pada hari kiamat, sesuai dengan pemahaman dan pengamalan mereka terhadap dua landasan utama Islam ini sewaktu di dunia. Ujian keimanan dalam kubur merupakan peristiwa besar pertama yang akan dialami manusia setelah kematiannya. Mereka akan ditanya oleh dua malaikat yaitu Munkar dan Nakir[14] dengan tiga pertanyaan :  
“Siapa Tuhanmu?, apa agamamu? dan siapa nabimu?”[15].  
 
Allâh 'Azza wa Jalla hanya menjanjikan kemudahan dan keteguhan iman ketika menghadapi ujian besar ini bagi orang-orang yang memahami dan mengamalkan dua landasan Islam ini dengan benar, sehingga mereka akan menjawab : 
“Tuhanku adalah Allâh 'Azza wa Jalla, agamaku adalah Islam dan Nabiku adalah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam”[16]  
 
Allâh 'Azza wa Jalla berfirman :  
 
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ ۖ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ ۚ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ  
"Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ‘ucapan yang teguh’ dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, dan Allah menyesatkan orang- orang yang dzalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.”  
[QS. Ibrâhim/14 : 27] 
 
Makna ‘ucapan yang teguh’ dalam ayat ini ditafsirkan sendiri oleh Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits shahîh riwayat al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu'anhu, bahwa Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 
 
“Seorang Muslim ketika ditanya di dalam kubur (oleh Malaikat Munkar dan Nakir) maka dia akan bersaksi bahwa tidak ada sembahan yang benar kecuali Allah (Lâ Ilâha Illallâh) dan bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan Allah (Muhammadur Rasulullah), itulah makna firman-Nya :  
 
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ‘ucapan yang teguh’ dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.”[17] 
 
Termasuk peristiwa besar pada hari kiamat adalah mendatangi telaga Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam yang penuh kemuliaan, warna airnya lebih putih daripada susu, rasanya lebih manis daripada madu, dan baunya lebih harum daripada minyak wangi misk (kesturi), barang siapa yang meminum darinya sekali saja maka dia tidak akan kehausan selamanya[18].  
 
Dalam hadits yang shahîh [19] juga disebutkan bahwa ada orang-orang yang dihalangi dan diusir dari telaga Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam ini. Hal itu karena sewaktu di dunia mereka berpaling dari petunjuk dan Sunnah Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam masalah bid’ah. Imam Ibnu Abdil Barr rahimahullah [20] berkata :  
 
“Semua orang yang melakukan perbuatan bid’ah yang tidak diridhai Allâh 'Azza wa Jalla dalam agama ini akan diusir dari telaga Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam. Yang paling parah di antara mereka adalah orang-orang (ahlul bid’ah) yang menyelisihi pemahaman jama’ah kaum Muslimin, seperti orang-orang Khawârij, Syî’ah, Râfidhah dan para pengikut hawa nafsu. 
 
Demikian pula orang- orang yang berbuat zhalim yang melampaui batas dan menentang kebenaran, serta orang- orang yang melakukan dosa-dosa besar secara terang-terangan. Mereka semua dikhawatirkan termasuk orang-orang yang disebutkan dalam hadits ini (yang diusir dari telaga Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam)[21].  
 
Termasuk peristiwa besar pada hari kiamat adalah melintasi ash-Shirâth (jembatan) yang dibentangkan di atas permukaan neraka Jahannam, di antara surga dan neraka. Dalam hadits yang shahîh[22] disebutkan bahwa keadaan orang yang melintasi jembatan tersebut bermacam- macam; sesuai dengan amal perbuatan mereka sewaktu di dunia.  
 
“Ada yang melintasinya secepat kerdipan mata, ada yang secepat kilat, ada yang secepat angin, ada yang secepat kuda pacuan yang kencang, ada yang secepat menunggang onta, ada yang berlari, ada yang berjalan, ada yang merangkak, dan ada yang disambar dengan pengait besi kemudian dilemparkan ke dalam neraka Jahannam”[23] – na’ûdzu billâhi min dâlik. 
 
Syaikh Muhammad bin Shâlih Al-‘Utsaimîn ketika menjelaskan perbedaan keadaan orang-orang yang melintasi jembatan tersebut, mengatakan :  
 
“Ini semua  bukan atas pilihan masing-masing orang, karena kalau dengan pilihan sendiri tentu semua orang ingin melintasinya dengan cepat. Akan tetapi keadaan manusia sewaktu melintasinya sesuai dengan cepat atau lambatnya mereka dalam menerima dan mengamalkan syari'at Islam di dunia ini. Barangsiapa yang bersegera dalam menerima petunjuk dan sunnah dari Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka dia akan cepat melintasinya. Sebaliknya barangsiapa yang lambat dalam hal ini, maka dia akan lambat melintasinya; sebagai balasan yang setimpal, dan balasan itu sesuai dengan jenis perbuatannya[24]. 
 
“Balasan akhir yang baik (surga) bagi orang-orang yang bertakwa”  وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ . 
 
Akhirnya, perjalanan manusia akan sampai pada ujungnya; surga yang penuh kenikmatan, atau neraka yang penuh dengan siksaan yang pedih. Di sinilah Allâh 'Azza wa Jalla akan memberikan balasan yang sempurna bagi manusia sesuai dengan amal perbuatan mereka di dunia. Allâh Azza wa Jalla berfirman :  
 
فَأَمَّا مَنْ طَغَىٰ ﴿٣٧﴾ وَآثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا ﴿٣٨﴾ فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَىٰ ﴿٣٩﴾ وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَىٰ ﴿٤٠﴾ فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَىٰ  
“Adapun orang-orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabb-nya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.”  
[QS. An Nâzi’ât/79 : 37-41] 
 
Maka balasan akhir yang baik hanya Allâh 'Azza wa Jalla peruntukkan bagi orang-orang yang bertakwa dan membekali dirinya dengan ketaatan kepada-Nya, serta menjauhi perbuatan yang menyimpang dari agama-Nya. Allâh Azza wa Jalla berfirman :  
 
تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا ۚ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ  
“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan (maksiat) di (muka) bumi, dan kesudahan (yang baik) itu (surga) adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”  
[QS. Al-Qashash/28 : 83] 
 
Syaikh Abdurrahmân as-Sa’di rahimahullah berkata :  
 
“…Jika mereka tidak mempunyai keinginan untuk menyombongkan diri atau berbuat maksiat di muka bumi, maka berarti keinginan mereka hanya tertuju kepada Allâh 'Azza wa Jalla. Tujuan mereka hanya mempersiapkan bekal untuk akhirat, dan keadaan mereka sewaktu di dunia selalu merendahkan diri kepada hamba-hamba Allah; serta selalu berpegang kepada kebenaran dan mengerjakan amal shaleh. Mereka itulah orang-orang bertakwa yang akan mendapatkan balasan akhir yang baik (surga dari Allâh 'Azza wa Jalla)”[25]. 
 
PENUTUP  
 
Setelah merenungi tahapan-tahapan perjalanan besar ini, marilah bertanya kepada diri sendiri : sudahkah kita mempersiapkan bekal yang cukup agar selamat dalam perjalanan tersebut?  
Kalau jawabannya : belum, maka jangan berputus asa, masih ada waktu untuk berbenah diri dan memperbaiki segala kekurangan kita – dengan izin Allâh 'Azza wa Jalla –  Caranya, bersegeralah untuk kembali dan bertaubat kepada Allâh 'Azza wa Jalla, serta memperbanyak amal shaleh pada sisa umur kita yang masih ada.  
Dan semua itu akan mudah bagi orang yang diberi Allâh 'Azza wa Jalla taufik dan kemudahan baginya.  
 
Imam Fudhail bin ‘Iyâdh rahimahullah [26] pernah menasehati seseorang lelaki, beliau berkata, 
 
“Berapa tahun usiamu?" 
Lelaki itu menjawab : “Enam puluh tahun.” Fudhail rahimahullah berkata : “Berarti sudah enam puluh tahun kamu menempuh perjalanan menuju Allâh 'Azza wa Jalla; dan mungkin saja kamu hampir sampai.” Lelaki itu menjawab : “Sesungguhnya kita ini milik Allâh 'Azza wa Jalla dan akan kembali kepada-Nya.” Maka Fudhail  rahimahullah berkata : “Apakah kamu paham arti ucapanmu? Kamu berkata bahwa aku milik Allâh 'Azza wa Jalla dan akan kembali kepada- Nya; barangsiapa yang menyadari bahwa dia adalah hamba milik Allâh 'Azza wa Jalla dan akan kembali kepada-Nya, maka hendaknya dia mengetahui bahwa dia akan berdiri di hadapan- Nya pada hari kiamat. Barangsiapa yang mengetahui bahwa dia akan berdiri di hadapan- Nya, maka hendaknya dia mengetahui bahwa dia akan dimintai pertanggungjawaban atas semua perbuatannya di dunia. Barangsiapa yang mengetahui akan dimintai pertanggungjawaban (atas perbuatannya), maka hendaknya dia mempersiapkan jawabannya.”  
Maka lelaki itu bertanya : “Lantas bagaimana caranya untuk menyelamatkan diri ketika itu?” Fudhail rahimahullah menjawab : “Caranya mudah”. Lelaki itu bertanya lagi : “Apa itu?” Fudhail rahimahullah berkata : “Perbaikilah dirimu pada sisa umurmu, maka Allâh 'Azza wa Jalla akan mengampuni dosamu di masa lalu, karena jika kamu tetap berbuat buruk pada sisa umurmu, maka kamu akan disiksa (pada hari kiamat) karena dosamu di masa lalu dan pada sisa umurmu”[27].  
 
Akhirnya, kami menutup tulisan ini dengan doa dari Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam [28] untuk kebaikan agama, dunia dan akhirat kita :  
"Ya Allah, perbaikilah agamaku yang merupakan penentu (kebaikan) semua urusanku, dan perbaikilah (urusan) duniaku yang merupakan tempat hidupku, serta perbaikilah akhiratku yang merupakan tempat kembaliku (selamanya), jadikanlah (masa) hidupku sebagai penambah kebaikan bagiku, dan (jadikanlah) kematianku sebagai penghalang bagiku dari semua keburukan." 
 
 وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، وَآخِرُ دَعْوَاناَ أَنِ الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ  
 
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun XIII/1430/2009M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]   
 
FOOTNOTE  
 
[1] Qatâdah bin Di’âmah As-Sadûsi Al-Bashri (wafat setelah tahun 110 H), adalah Imam besar dari kalangan Tâbi’in yang sangat terpercaya dan kuat dalam meriwayatkan hadits Rasulullah n (lihat kitab “Taqrîbut tahdzîb“, hal. 409).  
[2] Dinukil oleh Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitabnya “Ighâtsatul lahfân” (hal. 152-Mawâridul amân).  
[3] Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitab beliau “Az Zuhd” (hal. 120), dengan sanad yang hasan.  
[4] Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam “Az Zuhd” (hal. 130) dan dinukil oleh Imam Ibnu Rajab Al-Hambali dalam kitab beliau “Jâmi’ul ‘ulûmi wal hikam” (hal. 461).  
[5] HR al Bukhâri (no. 6053).  
[6] Dinukil oleh Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitabnya “Ighâtsatul Lahfân” (hal. 84 – Mawâridul amân).  
[7] Miftâhu Dâris Sa’âdah (1/9-10), juga dinukil oleh Ibnu Rajab dalam kitab beliau “Jâmi’ul ‘Ulûmi Wal Hikam” (hal. 462).  
[8] Ucapan Imam Ibnu Rajab dalam kitab “Jâmi’ul ‘Ulûmi Wal Hikam” (hal. 461), dengan sedikit penyesuaian.  
[9] Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhâri dalam kitab “Shahîhul Bukhâri”  (no. 6053).  
[10] Dinukil oleh oleh Ibnu Rajab dalam kitab “Jâmi’ul ‘Ulûmi Wal Hikam” (hal. 465).  
[11] Ucapan Imam Ibnu Rajab dalam kitab “ Jâmi’ul ‘Ulûmi Wal Hikam ” (hal. 196).  
[12] HR Muslim (no. 2878).  
[13] Lihat penjelasan al-Munâwi dalam kitab beliau “Faidhul qadîr” (6/457).  
[14] Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits riwayat at-Tirmidzi (no. 1083) dan dinyatakan shahîh oleh Syaikh al-Albâni dalam “Ash- Shahîhah” (no. 1391).  
[15] Hadits shahih riwayat Ahmad (4/287-288), Abu Dâwud (no. 4753) dan al-Hâkim (1/37-39), dinyatakan shahîh oleh al-Hâkim dan disepakati oleh adz-Dzahabi.  
[16] Ibid.  
[17] HR al-Bukhâri (no. 4422), hadits yang semakna juga diriwayatkan oleh Imam Muslim (no. 2871).  
[18] Semua ini disebutkan dalam hadits yang shahîh riwayat imam al-Bukhâri (no. 6208) dan Muslim (no. 2292).  
[19] Riwayat Imam al-Bukhâri (no. 6211) dan Muslim (no. 2304) dari Anas bin Mâlik rahimahullah.  
[20] Yûsuf bin Abdullâh bin Muhammad bin Abdul Barr An-Namari Al-Andalusi (wafat 463 H), adalah Syaikhul Islam dan Imam besar Ahlus Sunnah dari wilayah Magrib. Biografi beliau dalam kitab “Tadzkiratul huffâzh” (3/1128).  
[21] Kitab “Syarh Az-Zarqâni ‘Ala Muwaththa-Il Imâmi Mâlik” (1/65).  
[22] Riwayat imam al-Bukhâri (no. 7001) dan Muslim (no. 183) dari Abu Sa’îd al-Khudri Radhiyallahu anhu.  
[23] Ucapan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam kitab beliau “Al-Aqîdah Al Wâsithiyyah” (hal. 20).  
[24] Kitab “Syarhul Aqîdatil Wâsithiyyah” (2/162).  
[25] Taisîrul karîmir Rahmân fî tafsîri kalâmil Mannân (hal. 453).  
[26] Fudhail bin ‘Iyâdh bin Mas’ûd At-Tamîmi (wafat 187 H), adalah seorang Imam besar dari dari kalangan atba’ut tâbi’în yang sangat terpercaya dalam meriwayatkan hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan seorang ahli ibadah (lihat kitab “Taqrîbut Tahdzîb“, hal. 403).  
[27] Dinukil oleh Imam Ibnu Rajab dalam kitab “Jâmi’ul ‘Ulûmi Wal Hikam” (hal. 464).  
[28] Dalam HR Muslim (no. 2720) dari Sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu.