بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Minggu, 30 Juli 2023

Keutamaan Orang yang Mendamaikan Antara Dua Orang yang Sedang Berselisih

One Day One Hadits (272)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Keutamaan Orang yang Mendamaikan Antara Dua Orang yang Sedang Berselisih

قال الواحدي: هذا مما حثَّ عليه رسول الله صلى الله عليه وسلم، فقال لأبي أيُّوب الأنصاري: ((ألاَ أَدُلُّك على صدقة هي خير لك من حمر النعم)). قال: نعم يَا رسول الله. قال: ((تصلح بين الناس إذا فسدوا، وتقرَّب بينهم إذا تباعدوا)).

Al Wahidi berkata: Inilah yang dianjurkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Beliau pernah bersabda kepada Abu Ayyub al Anshari,
“Maukah aku tunjukkan kepada sedekah yang lebih baik dari onta merah (harta yang paling berharga)?”
Abu Ayyub berkata, “Mau ya Rasulullah.”
Rasulullah bersabda, “Kamu mendamaikan antara manusia apabila mereka berbuat kerusakan (permusuhan, pertikaian, dsb), dan kamu mendekati mereka apabila mereka saling berjauhan.” 

Pelajaran yang terdapat di dalam hadist :

1. Islam selain mengajak kepada kedamaian, ia juga mengajak kepada perdamaian. Apabila suatu waktu terdapat pertikaian atau perselisihan di antara dua orang atau dua kelompok, maka Islam mengajak pemeluknya untuk bisa menjadi penengah yang mendamaikan dan meleraikan pertikaian atau perselisihan dua orang atau dua kelompok tsb.

2. Mendamaikan dua orang atau dua kelompok yang sedang bertikai dan berselisih memiliki potensi pahala yang besar, bahkan tergolong sebagai bagian dari sedekah terbaik di sisi Allah subhanahu wata’ala.

3. Keistimewaan  mendamaikan dua orang atau dua kelompok yang sedang bertikai dan berselisih sebagai mana sedekah  yang lebih baik dari onta merah (harta kendaraan yang paling berharga), mungkin sekarang seperti sedekah dengan mobil alphart atau pajero. 

Tema hadist yang berkaitan dengan al quran :

1. Islam mengajak pemeluknya untuk bisa menjadi penengah yang mendamaikan dan meleraikan pertikaian atau perselisihan dua orang atau dua kelompok tersebut.


إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةٞ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَ أَخَوَيۡكُمۡۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ


“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” (QS Al-Hujurat : 10)

2. Mendaimakan dua orang atau dua golongan yang baru berselisih dengan ikhlas dalam mengerjakannya  seraya mengharapkan pahala yang ada di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala
Yakni pahala yang berlimpah, banyak, dan luas.

لاَ خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إلا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلاحٍ بَيْنَ النَّاسِ[النساء: 114].

"Tiada kebaikannya sama sekali dalam banyaknya pembicaraan rahsia mereka itu, melainkan orang yang memerintahkan bersedekah, menyuruh berbuat kebaikan serta mengusahakan perdamaian antara seluruh manusia." (an-Nisa': 114).

Sabtu, 29 Juli 2023

Tadabbur Al-Quran Hal. 324

Tadabbur Al-Quran Hal. 324
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Al-Anbiya' ayat 31 :

وَجَعَلْنَا فِى الْاَرْضِ رَوَاسِيَ اَنْ تَمِيْدَ بِهِمْۖ وَجَعَلْنَا فِيْهَا فِجَاجًا سُبُلًا لَّعَلَّهُمْ يَهْتَدُوْنَ

Dan Kami telah menjadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh agar ia (tidak) guncang bersama mereka, dan Kami jadikan (pula) di sana jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk.

- Tafsir Al Muyassar  Al-Anbiya' ayat 31 :

Kami telah menciptakan gunung-gunung di bumi untuk mengokohkannya hingga tidak bergoncang. Dan Kami jadikan jalan-jalan yang luas di permukaannya, dengan harapan manusia dapat tertunjukkan kepada penghidupan mereka, dan mentauhidkan Pencipta mereka.

- Mu'jam Al-Anbiya' ayat 31 :

فِجَاجًا

Faija: Al-Faju jamaknya Fijajun, yaitu daerah yang mengepung dua gunung. Kata ini di pergunakan juga untuk (menunjukkan) jalan yang sangat luas. Firman Allah,.mereka datang dari segenap penjuru yang jauh. (OS Al-Haji. 22: 27), .dan Kami jadikan (pula) di sana jalan-jalan yang luas.. (QS Al-Anbiya, 21:31). Sedangkan Al-Fajaju adalah dua lutut yang saling berjauhan. (Ar- Ragib Al-Asfahani, Mujam Mufradati Alfazi Al Qurani, 1431 H/2010 M: 281)

- Riyadus Salihin:

Dari Abu Zar Ra., dia berkata, Nabi Saw. bersabda, "Dilihatkan kepadaku segala amal umatku, yang baik dan yang buruk.

Maka aku mendapatkan di antara kebaikan amal umatku adalah membuang rintangan yang mengganggu di jalanan. Dan aku mendapatkan dalam amal jelek umatku adalah meludah di masjid tanpa dikubur." (HR Muslim)

Hadis tersebut memberikan beberapa faedah:

(a) Banyaknya jalan menuju amal saleh meskipun amal tersebut kecil di hadapan manusia, seolah-olah hal tersebut tidak diperhatikan, seperti menyingkirkan duri di jalan.
(b) Dorongan untuk mengerjakan hal yang bermanfaat bagi manusia dan mendatangkan kemaslahatan umat serta menjauhi setiap bahaya dan yang mengakibatkan kerusakan.
(Dr. Muştafā Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādis Şālihina, Juz 1, 1407H/1987 M:150).

- Hadiš Nabawi :

Dari Abu Hurairah Ra., ia mendatangi Nabi Saw. seraya berkata, "Sesungguhnya jika aku melihatmu, hatiku terasa tenang dan mataku sejuk, maka beritakanlah kepadaku segala sesuatu."

" Beliau Saw. bersabda, "Segala sesuatu Allah Swt. ciptakan dari air," Abu Hurairah Ra. berkata, "Beritakan kepadaku tentang sesuatu yang jika aku amalkan, maka aku akan masuk surga."

Beliau Saw. bersabda, "Sebarkanlah salam, berikan makanan, sambunglah silaturrahim, dan salatlah di saat manusia tidur, maka engkau akan masuk surga dengan selamat." (HR Ahmad, Musnadul Imām Ahmad Bin Hanbal, Tahqiq: Syu'aib Al-Arnaut, Jilid 14, No. Hadiš: 8295: 49),

- Hadis Qudsi :

Dari Abu Zar Ra., Nabi Saw. meriwayatkan firman Allah Swt. yang berbunyi, "Hai hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan diri-Ku perbuatan zalim, dan itupun Aku haramkan di antara kalan. Oleh karena itu, janganlah kamu saling menzalimi!

Hai hamba-Ku, kamu sekalian berada dalam kesesatan, kecuali orang yang telah Aku beri petunjuk. Oleh karena itu, mohonlah petunjuk kepada-Ku, niscaya Aku akan memberikannya kepadamu! Hai hamba-Ku, kamu sekalian berada dalam kelaparan, kecuali orang yang telah Aku beri makan.

Oleh karena itu, mintalah makan kepada-Ku, niscaya Aku akan memberimu makan!

Hai hamba-Ku, kamu sekalian telanjang dan tidak mengenakan sehelai pakaian, kecuali orang yang Aku beri pakaian. Oleh karena itu, mintalah pakaian kepada-Ku, niscaya Aku akan memberimu pakaian Hai hamba-Ku, kamu sekalian senantiasa berbuat salah pada malam dan siang hari. sementara Aku akan mengampuni segala dosa dan kesalahan. O/eh karena itu mohonlah ampunan kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampunimu!" (HR Muslim).
(Mulla Ali Al-Qari, A-Ahādisu'l QudsiyatuT Arba'iniyyah, Juz 1: 82).

- Penjelasan Surah Al-Anbiya' Ayat 25-35 :

Ayat 25-35 menjelaskan beberapa prinsip dasar tauhid yang diturunkan Allah kepada para rasul-Nya dan juga kepada Rasul Muhammad Saw.

Semua Rasul mendapat wahyu dari Allah. Inti ajaran wahyu itu adalah mengesakan atau menauhidkan Allah dan perintah menyembah dan beribadah hanya kepada Allah.

Banyak manusia yang menuduh Allah memiliki anak wanita dari kalangan malaikat. Padahal  malaikat itu hamba-hamba yang dimuliakan Allah. Mereka tidak pernah mendahului ucapan Allah dan melakukan semua perintah Allah. Allah mengetahui apa saja yang dilakukan  para malaikat itu. Mereka tidak bisa memberikan syafaat kecuali kepada orang yang diridai Allah. Malaikat juga sangat berhati-hati berbicara karena takut pada Allah.

Siapa pun yang mengakui dirinya menjadi tuhan selain Allah, maka balasannya adalah neraka Jahanam. Itulah balasan orang zalim, seperti yang dialami Fir’aun.

Peristiwa Big Bang (Dentuman Besar) adalah cara Allah memisahkan antara bumi dan langit. Semua makhluk hidup Allah ciptakan dari air. Namun orang-orang kafir tetap tidak mau beriman dan mengakui Allah, karena mereka menyombongkan diri dan akal.

Bumi yang terhampar, gunung yang menjadi pasak bumi dan langit yang terpelihara, malam dan siang silih berganti, mata hari dan bulan yang beredar di porosnya, semuanya adalah ayat-ayat kebesaran dan ketauhidan Allah. Semuanya bertasbih kepada Allah (berjalan sesuai sistem Allah). Sayang, orang-orang kafir tidak kunjung dapat petunjuk karena berpaling dari ayat-ayat Allah.

Allah telah memutuskan bahwa semua yang bernyawa pasti merasakan kematian, termasuk para nabi dan rasul. Cobaan itu bisa berupa keburukan dan juga kebaikan. Beruntunglah orang yang sabar dan bersyukur.

Kamis, 27 Juli 2023

Setiap Seruas Tulang Manusia Wajib di Sedekahinya

One Day One Hadits (271)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Setiap Seruas Tulang Manusia Wajib di Sedekahinya

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : كُلُّ سُلاَمَى مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ، كُلُّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيْهِ الشَّمْسُ تَعْدِلُ بَيْنَ اثْنَيْنِ صَدَقَةٌ، وَتُعِيْنُ الرَّجُلَ فِي دَابَّتِهِ فَتَحْمِلُهُ عَلَيْهَا أَوْ تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ، وَبِكُلِّ خُطْوَةٍ تَمْشِيْهَا إِلَى الصَّلاَةِ صَدَقَةٌ وَ تُمِيْطُ اْلأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ صَدَقَةٌ . [رواه البخاري ومسلم]

Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu dia berkata : Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : 
"Setiap seruas tulang dari seluruh manusia itu harus memberikan sedekahnya pada setiap hari yang matahari terbit pada hari itu. Mendamaikan dengan cara yang adil antara dua orang adalah sedekah, menolong seseorang pada kenderaannya lalu mengangkatnya di tas kendaraannya itu atau mengangkatkan barang-barangnya ke sana, itupun sedekah, ucapan yang baik juga sedekah dan setiap langkah yang dijalaninya untuk pergi shalat juga merupakan sedekah, menyingkirkan benda-benda yang berbahaya dari jalan termasuk sedekah pula." (Muttafaq 'alaih).

Pelajaran yang terdapat dalam hadits:
 
1. Sulam, tulang badan dan ruasnya. Rasulullah bersabda: " Diciptakan manusia atas tiga ratus enam puluh ruas.

2. Memperbarui sedekah-sedekahnya setiap hari sebagai wujud rasa syukur kepada Allah ta'ala atas nikmat-nikmatnya yang berupa kesehatan. Didalam hadist lain disebutkan :((sesungguhnya sedekah itu bisa menolak penyakit)).

3. Allah telah menjadikan -sebagai rasa syukur terhadap ni’mat-Nya- setiap seruas tulang anggota badan untuk menolong hamba-hamba Allah ta’ala, bersedekah kepada mereka dengan menggunakannya sesuai kemaslahatannya.

4. Sedekah tidak hanya terbatas dengan harta saja tetapi sedekah itu banyak.
Temasuk sedekah adalah :
Anjuran untuk mendamaikan kedua belah fihak, tolong menolong, mengucapkan kalimat yang baik, berjalan menuju shalat dan menyingkirkan penghalang dari shalat.

5. Jasad harus dikeluarkan zakatnya sebagaimana harta ada zakatnya. Zakat badan adalah melakukan perbuatan baik, bersedekah dan pintu-pintunya banyak.

6- Anjuran untuk melakukan keadilan, karena dengan keadilanlah ditegakkan langit dan bumi.

Tema hadits yang berkaitan dengan Al quran:

1. Menolong sesama manusia : 

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَاب

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.
ِ[Surat Al-Maeda : 2]

2. Perkataan yang baik : 

وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.
[Surat An-Nisa : 9].

Tadabbur Al-Quran Hal. 323

Tadabbur Al-Quran Hal. 323
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Al-Anbiya' ayat 22 :

لَوْ كَانَ فِيْهِمَآ اٰلِهَةٌ اِلَّا اللّٰهُ لَفَسَدَتَاۚ فَسُبْحٰنَ اللّٰهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُوْنَ

Seandainya pada keduanya (di langit dan di bumi) ada tuhan-tuhan selain Allah, tentu keduanya telah binasa. Mahasuci Allah yang memiliki ‘Arsy, dari apa yang mereka sifatkan.

- Tafsir Al Muyassar Al-Anbiya' ayat 22 :

Seandainya di langit dan bumi terdapat sembahan-sembahan selain Allah yang mengatur urusan keduanya, niscaya sistem keduanya sudah rusak. Mahasuci Allah, Rabb Arsy, dari apa yang disifatkan oleh orang-orang yang ingkar lagi kafir berupa dusta, kebohongan, dan segala kekurangan.

- Hadis Sahih Al-Anbiya' ayat 22 :

Dari Anas bin Malik Ra. dia berkata, "Rasulullah Saw. membaca ayat ini, (Allah) adalah Tuhan yang patut (kita) bertakwa kepada-Nya dan berhak memberi ampun. (Q5 Al-Muddassir, 74: 56). Beliau Saw ber sabda, 'Rabb kalian berfirman, Aku adalah Zat yang berhak untuk ditakuti, maka janganlah mengadakan tuhan selain Aku. Barangsiapa takut untuk menjadikan tuhan selain Aku, maka ia berhak untuk Aku ampuni (HR Ahmad, At-Tirmiži, An-Nasai, lbnu Majah, dan Al-Hakim). (Mulla Ali Al-Qari, Al-Ahādisu'1 Qudsiyyatul Arba iniyyah, Juz 3: 206).

- Riyadus Salihin :

Dari lbnu Mas'ūd Ra., dia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Aku bertemu dengan lbrahim As. pada malam aku disrākan (Isrā-Mirāj), kemudian ia berkata, Wahai Muhammad, sampaikan salam dariku kepada umatmu, dan beritahukan kepada mereka bahwa surga itu debunya harum, airnya segar, dan surga tersebut adalah datar tanamannya adalah kalimat "Subhānallāhi wal Hamdulillāhi Lã llãha illallāhu Allāhu Akbar" (Mahasuci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dan Allah Mahabesar)." (HR Tirmiži).

Hadiš di atas memberikan faedah bahwa berzikir dengan lafaz-lafaz di atas akan menambah kenikmatan surga, pohonnya, dan kecantikannya. Maka semangatlah wahai muslim untuk mendapatkannya.

Sungguh Allah Swt. memberikan keutamaan pada hamba-Nya dan keluasan rahmatNya. (Dr. Muştafā Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādis Şālihina, Juz 2. 1407 H/1987 M: 985).

- Hadis Qudsi :

Dari Anas bin Malik Ra., dia berkata, Rasulullah Saw. membaca ayat ini, .(Allah) adalah Tuhan yang patut (kita) bertakwa kepada-Nya dan berhak memberi ampun).
(QS AI-Muddašsir, 74: 56), Beliau Saw. bersabda, "Rabb kalian berfirman, Aku adalah Zat yang berhak untuk ditakuti, maka janganlah mengadakan tuhan selain Aku.

Barangsiapa takut untuk menjadikan tuhan selain Aku, maka ia berhak untuk Aku ampuni." (HR Ahmad, At-Tirmiżi, An-Nasāi, Ibnu Mājah, dan Al-Hākim) (Mulla Ali Al-Qāri, Al-Ahādisul Qudsiyyatu'l Arba iniyyah,
Juz 3: 206).

- Hadiš Nabawi :

Dari lbnu Abbās Ra., Rasulullah Saw. biasa berdoa ketika dalam kesulitan,

لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ الْعَظِيمُ الْحَلِيمُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ

Lailaha illallahul adhimul halimu la ilaha illallahu rabbussamawati wal ardhi wa rabbul arsyil adhimi. 

(Tiada Tuhan selain Allah Yang Maha agung dan Maha Penyantun. Tiada Tuhan Allah, Tuhan Penguasa Arsy yang agung. Tiada Tuhan selain Allah, Tuhan langit dan  bumi serta Tuhan Arsy yang mulia)." (HR Bukhāri, A-Jāmiu Sahih Bukhāri, Juz Hadis, 6345: 161).

- Penjelasan Surah Al-Anbiya' Ayat 11-24 :

Ayat 11-24 menjelaskan hal-hal berikut:  
  
Sudah banyak kaum sebelum Rasul Saw. yang dibinasakan Allah  disebabkan kemusyrikan dan kezaliman mereka serta permusuhan mereka terhadap para rasul Allah. Ketika Allah turunkan azab-Nya, mereka berlari menghindarinya sehingga meninggalkan semua bentuk kesenangan hidup dan rumah-rumah mewah yang mereka bangun.

Bumi, langit dan apa saja di antara keduanya, termasuk manusia, tidak Allah ciptakan untuk main-main dan percuma, tetapi untuk beribadah kepada-Nya, bertasbih dan menauhidkan-Nya.

Ucapan “Allah itu  memiliki anak” adalah batil dan sangat tidak beradab pada Allah. Allah akan hancurkan kebatilan itu dengan al-haq. Orang yang menyifati Allah seperti itu akan dimasukkan ke neraka wail.

Jika di bumi dan langit ini terdapat dua tuhan selain Allah, pasti keduanya (bumi dan langit) hancur karena  tuhan-tuhan tersebut akan berebut hak cipta  dan kepemilikannya. Mahasuci Allah, Pencipta Arasy, dari apa yang mereka tuduhkan.

Tidak akan ada yang dapat meminta pertanggungjawaban dari Allah atas apa yang di lakukan-Nya.  Sebaliknya, Allahlah yang meminta pertanggung jawaban atas apa yang dilakukan manusia, karena mereka diciptakan-Nya untuk misi ibadah kepada-Nya.

Al-Qur’an dan kitab-kitab Allah sebelumnya adalah kebenaran. Namun, kebanyakan manusia tidak memahami kebenaran dari Allah itu dan bahkan berpaling darinya.

Selasa, 25 Juli 2023

PANDANGAN ISLAM PADA UNGKAPAN FITNAH LEBIH KEJAM DARI PEMBUNUHAN

Tematik (157)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

PANDANGAN ISLAM PADA UNGKAPAN FITNAH LEBIH KEJAM DARI PEMBUNUHAN

Alhamdullillah ash-shalatu wassalamu ‘ala Rasulillah, wa ‘ala alihi wa man walahu. Amma ba’du.

Sering orang mengatakan “fitnah lebih kejam daripada pembunuhan”, tapi dalam konteks yang keliru. Jadi, yang mereka maksud adalah menuduh dengan tuduhan dusta itu lebih kejam daripada pembunuhan. Ini salah kaprah! Tentu pembunuhan jelas lebih parah daripada menuduh orang lain, secara syar’i maupun secara akal sehat.

Sedangkan ayat al-Qur’an :

وَالْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ

“Fitnah itu lebih berat daripada pembunuhan.” (QS. al-Baqarah: 191)

Fitnah di sini artinya adalah kesyirikan. Ath-Thabari dalam tafsirnya menjelaskan :

يعني تعالى ذكره بقوله: ” والفتنة أشد من القتل “، والشرك بالله أشدُّ من القتل

“Yang dimaksud oleh Allah dalam firman-Nya [Fitnah itu lebih berat daripada pembunuhan] adalah bahwa kesyirikan lebih berat daripada pembunuhan.”

Ibnu Katsir juga mengatakan :

وقال أبو العالية ، ومجاهد ، وسعيد بن جبير ، وعكرمة ، والحسن ، وقتادة ، والضحاك ، والربيع بن أنس في قوله : ( والفتنة أشد من القتل ) يقول : الشرك أشد من القتل

“Tafsiran dari Abul Aliyah, Mujahid, Sa’id bin Jubair, Ikrimah, al-Hasan, Qatadah, adh-Dhahak, ar-Rabi’ bin Anas, mereka semua mengatakan bahwa maksud [Fitnah itu lebih berat daripada pembunuhan] adalah bahwa kesyirikan lebih berat daripada pembunuhan.” (Tafsir Ibnu Katsir)

Jadi “fitnah” dalam ayat ini maksudnya adalah perbuatan syirik. Dan memang dosa syirik lebih besar daripada dosa membunuh. 
Allah ta’ala tidak mengampuni dosa syirik, namun Allah mengampuni dosa selain syirik termasuk dosa membunuh tanpa hak. Allah ta’ala berfirman :

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. an-Nisa: 48)

Bahkan dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, disebutkan ada orang yang membunuh 100 jiwa dan Allah ta’ala ampuni dia. Demikian juga dalam hadis Bithaqah riwayat Bukhari dan Muslim, disebutkan ada orang yang memiliki catatan amalan keburukan sebanyak 99 lembar yang setiap lembarannya sejauh mata memandang, namun ia tidak berbuat kesyirikan, ternyata Allah mengampuninya.

Bahkan kesyirikan adalah kezaliman yang paling besar. Allah ta’ala berfirman :

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS. Luqman: 13)

Maka jelas bahwa kesyirikan lebih fatal dan lebih parah daripada pembunuhan. 

Perlu dibedakan antara kata “fitnah” dalam istilah bahasa Indonesia dengan “fitnah” dalam istilah bahasa Arab. Sedangkan al-Quran itu berbahasa Arab. Fitnah dalam bahasa Indonesia artinya tuduhan dusta, sedangkan fitnah dalam bahasa Arab punya banyak makna, di antaranya: 

- syirik,
- kesesatan,
- kerancuan pemahaman,
- ujian,
- kagum pada sesuatu (dalam konteks negatif),
- adzab, dan lain-lain.

Semua makna fitnah dalam bahasa Arab maknanya negatif. 
Contoh penggunaannya dalam kalimat : 

“Fitnah akhir zaman” artinya: berbagai kesesatan dan kerancuan yang merebak di akhir zaman.

“Fulanah terfitnah oleh si Fulan” artinya: Fulanah kagum pada si Fulan sampai terjerumus pada zina hati.

“Wanita adalah fitnah” artinya: wanita adalah ujian.

Contohnya dalam hadis dari Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam juga bersabda,

ما تَركتُ بَعدي فِتنَةً أضرَّ على الرجالِ منَ النساءِ

“Tidaklah ada sepeninggalku fitnah (cobaan) yang paling berbahaya bagi lelaki selain fitnah (cobaan) wanita.” (HR. al-Bukhari no. 5096, Muslim no. 2740)

Fitnah di sini artinya ujian. 

Demikian juga dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

بَادِرُوا بالأعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ المُظْلِمِ، يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا، أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا، يَبِيعُ دِينَهُ بعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا

“Bersegeralah untuk beramal (shalih) sebelum datangnya fitnah yang samar seperti potongan malam gelap. Sehingga seseorang di pagi hari masih beriman dan sore hari sudah kafir. Di sore hari masih beriman namun di pagi hari sudah kafir. Ia menjual agamanya demi mendapatkan harta dunia.” (HR. Muslim no.118)

Fitnah di sini maknanya kesesatan atau kerancuan pemahaman. 

Kesimpulannya, perlu dibedakan antara fitnah dalam istilah bahasa Indonesia dengan fitnah dalam istilah bahasa Arab agar tidak keliru dalam memahami.

Wallahu a’lam. Semoga Allah memberi taufik.

Senin, 24 Juli 2023

Tadabbur Al-Quran Hal. 322

Tadabbur Al-Quran Hal. 322
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Al-Anbiya' ayat 1 :

اِقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِيْ غَفْلَةٍ مُّعْرِضُوْنَ ۚ

Telah semakin dekat kepada manusia perhitungan amal mereka, sedang mereka dalam keadaan lalai (dengan dunia), berpaling (dari akhirat).

- Tafsir Al Muyassar Al-Anbiya' ayat 1 :

Sudah dekat waktu perhitungan manusia atas perbuatan yang telah mereka lakukan. Kendati demikian, orang-orang kafir hidup dalam keadaan lalai dari hakikat ini, lagi berpaling dari peringatan tersebut.

- Hadis Sahih Al-Anbiya' ayat 1 :

Dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw, beliau bersabda, Kiamat terjadi sementara seseorang sedang memeras unta perahan, belum juga wadahnya sampai ke mulutnya hingga kiamat terjadi. Dua orang saling berjual beli baju, belum juga keduanya berjual beli hingga kiamat terjadi. Dan seseorang memperbaiki telaganya, belum juga ia kembali hingga kiamat terjadi (HR Muslim, Sahih Muslim, Juz 4, No. Hadis 2954, 1412 H/1991 M: 2270)

- Tafsir Ath Tabari :

Kami membenarkan rasul-rasul Kami yang telah didustakan oleh umat-umat mereka. Mereka menanyakan ayat-ayat (bukti-bukti), maka Kami mendatangkan pada mereka apa yang mereka minta, akan tetapi mereka mendustakannya dan bersikeras untuk mengingkari kenabian setelah didatangkan berbagai tanda kekuasaan Tuhan mereka.

Kami ancam mereka dengan kehancuran disebabkan kekufuran mereka terhadap Tuhannya setelah datang bukti yang mereka minta. Sebagaimana firman-Nya, ..Tetapi barangsiapa kafir di antaramu setelah (turun hidangan) itu, maka sungguh, Aku akan mengazabnya dengan azab yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara umat manusia (seluruh alam). (0S Al-Māidah, 5: 115) dan firman-Nya yang lain, Dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apa pun yang akan menyebabkan kamu segera ditimpa (azab).
(QS Hūd, 11: 64) dan ayat-ayat serupa yang menerangkan ancaman-ancaman Allah Swt. setelah datangnya bukti kenabian.

Firman-Nya, 4..Maka Kami selamatkan mereka.. Maka Kami selamatkan para rasul ketika umat-umat mereka bersikukuh untuk mendustakannya setelah terdapat bukti-bukti. ...Dan orang-orang yang Kami kehendaki.. Mereka adalah para pengikut rasul-rasul, yaitu orang-orang yang telah membenarkan dan beriman kepadanya. "...Dan Kami binasakan orang-orang yang melampaui batas. Kami telah membinasakan orang-orang yang telah melampaui batas atas diri mereka sendiri karena kekufuran mereka terhadap Tuhan.

Qatadah berkata mengenai firman-Nya, ..Kami binasakan orang-orang yang melampaui batas. A-Musrifün (yang melampauí batas) adalah Al-Musyrikün (orang-orang musyrik). (At-Tabari, Jāmiul Bayāni An Ta wili Ayil Qurāni, Juz 16, 1422 H/2001 M: 231). 

- Riyadus Shalihin :

Dari lbnu Abbas Ra., dia berkata, pada suat hari aku pernah berada di belakang Rasulullah Saw., beliau bersabda, "Hai ananda, sesungguhnya aku akan mengajarimu beberapa kalimat. Jagalah Allah, niscaya Dia menjagamu, jagalah Allah, niscaya kau menemukan-Nya di hadapanmu. Bila kau meminta, mintalah pada Allah, dan bila kau meminta pertolongan, mintalah kepada Allah. Ketahuilah seandainya umat bersatu untuk memberimu manfaat, mereka tidak akan memberi manfaat apa pun selan yang telah ditakdirkan Allah Swt. untukmu, dan seandainya mereka bersatu untuk membahayakanmu, mereka tidak akan membahayakanmu sama sekali kecuali yang telah
ditakdirkan Allah Swt. padamu. Pena-penavtelah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering' (maksudnya takdir telah dicatat)," (HR Tirmiżi).

- Hadiš Nabawi :

Dari Amr bin Syu'aib, dari bapaknya, dari kakeknya, dia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Makanlah, minumlah, bersedekahlah, dan berpakaianlah dengan tidak merasa bangga dan sombong serta berlebih-lebihan." (HR Ahmad, Musnad Imam Ahmad,
Jilid 11, No. Hadis 6695, 1420 H/1999 M:294; Sahih Bukhāri, juz 7, 1400 H: 141).

- Hadis Qudsi :

Dari Anas Ra., dia me-marfu'-kannya, (Nabi Saw. bersabda), "Sesungguhnya Allah Swt. berfirman kepada seorang penduduk neraka yang paling ringan siksaannya, "Seandainya kamu memiliki sesuatu dari kekayaan bumi, apakah kamu akan menggunakannya untuk menebus dirimu?" Orang itu menjawab, Ya.' Lalu Allah Swt. berfirman, "Sungguh Aku dahulu meminta darimu sesuatu yang lebih ringan dari itu, tepatnya saat kamu berada di dalam perut ibumu, yaitu agar kamu tidak menyekutukan-Ku, namun kamu enggan dan tetap berbuat syirik." (HR AI-Bukhāri dan Muslim). (Mulla Ali Al-Qarí, A-Ahādisu1 Qudsiyyatul Arba iniyyah, Juz 3: 235).

- Penjelasan Surah Al-Anbiya Ayat 1-10 :

Ayat 1-10 surah Al-Anbiya’ ini menjelaskan beberapa hal penting berikut:

Hari kiamat sudah dekat, namun manusia lalai karena tenggelam dalam kehidupan dunia dan menghindar dari mengimaninya.

Bila dibacakan  ayat-ayat Al-Qur’an, me-reka mendengarkannya sambi bermain-main dan  hati mereka dilalaikan kehidupan dunia.

Kaum kafir Mekah menuduh Rasul Saw. sebagai tukang sihir, wahyu yang diturunkan Allah dalam sihir,  hasil mimpi dan untaian syair belaka, karena  mereka lihat Muhammad Saw. hanyalah manusia biasa.

Allah memerintahkan Rasul Saw. untuk mengingatkan mereka bahwa Dia mengetahui ucapan tersebut karena Allah itu Maha Melihat dan Maha Mendengar.      

Permintaan kaum kafir agar Rasul Saw. bisa membuktikan kerasulannya dengan memperlihatkan mukjizat kebe-saran Allah seperti para rasul sebelum Beliau tidak dapat diterima. Betapa banyak mukjizat Allah waktu itu diperlihatkan, namun kaum para rasul itu tetap saja kafir pada Allah dan kepada mereka. Betapa banyak negeri yang telah Allah hancurkan, karena tidak mau beriman kepada Allah dan para rasul mereka.     

Semua rasul Allah itu adalah dari kalangan lelaki yang  diberi wahyu. Mereka manusia biasa, makan dan juga mati. Allah buktikan janji-Nya dengan menyelamatkan orang-orang yang beriman dan membinasakan orang  yang kafir pada-Nya dan kepada para rasul-Nya. Sungguh Al-Qur’an itu diturunkan Allah kepada Muhammad Saw. dan di dalamnya penuh pelajaran. Mengapa manusia tidak memahaminya? 

Sabtu, 22 Juli 2023

12 KESYIRIKAN YANG DIANGGAP TRADISI

Tematik (156)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

12 KESYIRIKAN YANG DIANGGAP TRADISI 
[Penyimpangan Aqidah Di Sekitar Kita]

Ketahuilah, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati anda, di tengah-tengah masyarakat kita masih banyak sekali praktek kesyirikan yang merusak bahkan membatalkan tauhid.

Perbuatan-perbuatan tersebut dilakukan oleh sebagian orang dengan dalih bahwa amalan tersebut adalah tradisi dan adat-istiadat peninggalan leluhur.

Padahal perbuatan tersebut adalah bentuk kesyirikan yang membahayakan agama mereka. 

Di antara perbuatan-perbuatan tersebut adalah:

1. Tathayyur.

Tathayyur adalah beranggapan sial dengan waktu tertentu, tempat tertentu, atau sesuatu yang dilihat, didengar, atau diketahui. (Al-Qaulul Mufid)

Di sebagian daerah, penduduk membangun rumah menghadap arah tertentu. Mereka juga memulai membangun dan menempatinya di hari tertentu, dengan keyakinan akan mendatangkan keberuntungan dan menjauhkan kesialan.

Ada pula yang tidak mau berdagang di hari tertentu dan melarang pernikahan di bulan tertentu. Semua ini adalah bentuk tathayyur syirik, harus dijauhi oleh seorang muslim.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata:
“Thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik.” (HR. Abu Dawud no. 3910, lihat al-Qaulul Mufid)

2. Tamimah.

Tamimah adalah sesuatu yang digantungkan pada seorang anak untuk menolak ‘ain atau musibah.

Sering kita melihat benda-benda yang digantungkan di rumah, mobil, toko, atau dipakaikan pada anak dengan niat menolak bala.

Semua ini termasuk jenis tamimah yang syirik. Orang yang melakukannya terjatuh dalam kesyirikan. (Lihat al-Qaulul Mufid)

3. Tiwalah.

Ia adalah sesuatu yang dibuat untuk membuat suami/seorang lelaki mencintai istrinya/seorang wanita atau sebaliknya.

Adapun dublah (cincin yang dipakai oleh seseorang setelah menikah) dengan keyakinan bahwa selama cincin emas tersebut dipakai maka pernikahannya akan tetap langgeng, ini adalah keyakinan yang syirik, karena tidak ada yang bisa membolak-balikkan hati manusia selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Memakai cincin seperti ini minimal tasyabbuh (menyerupai) orang kafir, haram hukumnya. Bisa juga terjatuh dalam kesyirikan, jika dia berkeyakinan bahwa cincin itu bisa menjadi sebab langgengnya pernikahan. (Lihat al-Qaulul Mufid Syarah Kitabut Tauhid)

4. Jampi-jampi/mantra.

Yang dimaksud adalah ruqyah (bacaan-bacaan) yang syirik, yang mengandung permintaan bantuan kepada jin.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah melarang tiga hal di atas dalam hadits beliau:
“Sesungguhnya jampi-jampi, tamimah, dan tiwalah adalah syirik.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud, dishahihkan oleh asy-Syaikh al-Albani)

Adapun ruqyah yang dibenarkan oleh syariat adalah yang memenuhi tiga syarat berikut:
– Bacaan dari Al-Qur’an, As-Sunnah, dan doa-doa yang baik.
– Menggunakan bahasa Arab dan dimengerti maknanya.
– Diyakini hanya semata-mata sebagai sebab, tidak bisa berpengaruh selain dengan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala. (Lihat Fathul Majid).

5. Perdukunan.

Ini adalah musibah yang melanda banyak kaum muslimin. Banyak orang menjadi pelanggan dukun dalam keadaan senang ataupun susah, padahal ancaman bagi dukun dan yang mendatanginya sangat besar.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata:
“Barangsiapa mendatangi dukun dan bertanya sesuatu, tidak akan diterima shalatnya selama empat puluh malam.” (HR. Muslim).

Dalam hadits lain, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata:
“Barangsiapa mendatangi dukun dan bertanya sesuatu kemudian membenarkannya, dia telah mengkufuri apa yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.”

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah menegaskan bahwa mendatangi dukun ada beberapa rincian hukum,

a. Datang dan bertanya kepadanya, maka tidak diterima shalatnya empat puluh hari.
b. Datang, bertanya kepadanya, dan membenarkan ucapannya, maka ia telah ingkar kepada apa yang diturunkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
c. Datang untuk membongkar kesesatannya, diperbolehkan. (Lihat al-Qaulul Mufid).

Adapun tentang kafirnya dukun, Syaikh Hafizh bin Ahmad al-Hakami menyebutkan sembilan alasan kafirnya dukun.Di antara yang beliau sebutkan adalah bahwa seorang dukun telah menjadi wali setan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya setan itu membisikkan kepada kawan-kawannya….” (Al-An’am: 121).

Padahal setan tidak akan menjadikan seorang menjadi wali selain seorang yang kafir. (Lihat Ma’arijul Qabul hlm. 423-424).

6. Sembelihan untuk selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberitakan bahwa termasuk orang yang dilaknat adalah seorang yang melakukan sembelihan untuk selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata:
“Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah. Allah melaknat orang yang melaknat (mencerca) dua orang tuanya. Allah melaknat orang yang melindungi pelaku pelanggaran syar’i. Dan Allah melaknat orang yang mengubah-ubah batas tanah.” (HR. Muslim)

Di antara sembelihan yang dipersembahkan untuk selain Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah berbagai bentuk sembelihan untuk jin.

a. Larung (sedekah laut).
Di antara sembelihan syirik adalah sembelihan tahunan yang dipersembahkan untuk selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, baik untuk laut (sedekah laut), sungai, gunung, maupun yang lainnya.

b. Sembelihan untuk pengantin.
Di sebagian tempat ada sebuah tradisi penyembelihan ketika ada pernikahan. Kedua mempelai diperintahkan untuk menginjakkan kedua kaki mereka di darah sembelihan tersebut sebelum memasuki rumahnya.

c. Sembelihan untuk rumah baru.
Di sebagian daerah, ketika telah selesai membangun rumah, mereka menyembelih seekor hewan. Sebagian mereka bahkan menanam kepala hewan tersebut di rumah barunya. Ini juga termasuk sembelihan yang syirik.

d. Memenuhi keinginan jin yang masuk pada tubuh seseorang.
Ketika ada orang kerasukan jin kemudian diruqyah, jin terkadang minta disembelihkan hewan untuk dirinya. Jika terjadi hal demikian, permintaan jin itu tidak boleh ditunaikan, karena hal tersebut adalah sembelihan untuk jin. (Lihat al-Qaulul Mufid, asy-Syaikh Muhammad al-Wushabi).

7. Kesyirikan di kuburan.

Di antara perbuatan syirik yang dianggap biasa adalah perbuatan-perbuatan di pekuburan sebagai berikut:

a. Berdoa kepada penghuni kubur.
b. Nadzar untuk penghuni kubur.
c. Isti’anah, meminta tolong kepada penghuni kubur.
d. Isti’adzah, meminta perlindungan kepada penghuni kubur.
e. Istighatsah, meminta dihilangkan bencana kepada penghuni kubur.

Ketahuilah, semua hal di atas adalah kemungkaran yang harus diingkari.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata:
“Barangsiapa melihat kemungkaran hendaknya dia ubah dengan tangannya. Jika tidak mampu, dengan lisannya. Jika tidak mampu juga maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim) (Lihat Ma’ariful Qabul, Ighatsatul Lahafan, Tahdzirul Muslimin).

8. Mencari berkah dari benda-benda tertentu.

Sebagian orang mencari berkah kepada pohon, kuburan, atau benda-benda yang mereka miliki, seperti keris dan cincin.

Faedah

Tidak boleh bertabarruk (mencari berkah) dari diri seseorang, dengan tubuh atau bagian tubuh seseorang tertentu, selain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Seorang muslim tidak boleh mencari berkah dengan diri seseorang yang dianggap shalih, baik ludah, rambut maupun bagian tubuh lainnya.

Hal ini berdasarkan beberapa alasan.

a. Hal tersebut kekhususan bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
b. Tidak ada seorang pun setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat yang meminta berkah dengan bagian tubuh Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali bin Abi Thalib, dan sahabat lainnya. Seandainya hal tersebut dibolehkan, niscaya akan dilakukan oleh orang-orang di zaman mereka.
c. Akan menyebabkan fitnah dan ujub (bangga diri) dari orang yang dimintai berkah. (Lihat Taisir al-‘Azizil Hamid, hlm. 144-145)

9. Sihir.

Sihir adalah satu amalan kufur yang harus dijauhi oleh seorang muslim. 
Seseorang yang belajar dan mengajarkan sihir telah terjatuh dalam kekufuran. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir). Hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia.” (Al-Baqarah: 102) (Lihat Ma’arijul Qabul hlm. 407-411).

10. Sedekah bumi.

Sedekah bumi yaitu memberikan sesuguh/sesaji ketika hendak panen padi dan lainnya. Menurut mereka, sesaji itu dipersembahkan untuk Dewi Sri. Ini pun termasuk bentuk kesyirikan.

11. Sesajen.

Yakni memberikan sesuguh untuk karuhun ketika hendak melaksanakan acara tertentu.

12. Memberikan penghormatan dengan membungkuk.

Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Membungkuk ketika memberikan penghormatan adalah perbuatan yang dilarang. Hal ini sebagaimana dalam riwayat at-Tirmidzi dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa mereka bertanya tentang seseorang yang berjumpa dengan temannya lalu membungkuk kepadanya.

Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Tidak boleh.”

Juga karena ruku dan sujud tidak boleh dilakukan selain untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala, walaupun hal ini menjadi bentuk penghormatan pada syariat sebelum kita, sebagaimana dalam kisah Yusuf ‘alaihis salam:
“Dan ia menaikkan kedua ibu bapaknya ke atas singgasana. Mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf. Yusuf pun berkata, “Wahai ayahku, inilah ta’bir mimpiku yang dahulu itu.” (Yusuf: 100).

Adapun dalam syariat kita, bersujud tidak diperbolehkan selain untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala. (Lihat Majmu’ al-Fatawa, 1/259).

Ketahuilah, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati anda, apa yang kami sampaikan hanyalah sebagian amalan syirik yang ada di tengah-tengah masyarakat kita.

Semuanya harus kita jauhi.

Kita juga harus memperingatkan umat Islam untuk menjauhi amalan-amalan syirik.

Ketahuilah, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati anda, segala adat-istiadat dan kebiasaan masyarakat harus tunduk kepada syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Maka demi Rabb-mu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap keputusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (An-Nisa: 65).

Janganlah kita seperti orang-orang jahiliyah yang tidak mau beriman kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam dengan alasan mengikuti nenek moyang.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang keadaan kaum musyrikin:
Apabila dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang telah diturunkan oleh Allah,” mereka menjawab, “(Tidak), kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami.” (Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui sesuatu pun dan tidak mendapat petunjuk? (al-Baqarah: 170).

Seorang muslim harus mendahulukan syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala di atas segala hal. Dia harus mengutamakan syariat daripada hawa nafsu, adat-istiadat, dan pendapat akalnya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mencela orang yang lebih mendahulukan hawa nafsunya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutupan atas penglihatannya? Siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (al-Jatsiyah: 23).

Mudah-mudahan tulisan yang ringkas ini bisa menjadi nasihat dan menjadi salah satu sebab musnahnya praktik-praktik kesyirikan yang telah menyebar di negeri kita ini.

Wallahu waliyut taufik.

[Faidah ini diambil dari tulisan Al-Ustadz Abdurrahman Mubarak yang berjudul “Penyimpangan Akidah di Sekitar Kita” dalam majalah Asy Syariah no. 67/VI/1432 H/2010, hal. 48-53]

Halal dan Baik Syarat Diterimanya Doa

One Day One Hadits (270)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Halal dan Baik Syarat Diterimanya Doa

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللهَ تَعَالَى طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّباً، وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِيْنَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِيْنَ فَقَالَ تَعَالَى : يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحاً  وَقاَلَ تَعَالَى :  يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ  ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ ياَ رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِّيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لَهُ . [رواه مسلم

Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu dia berkata : Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya Allah ta’ala itu baik, tidak menerima kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah memerintahkan orang beriman sebagaimana dia memerintahkan para rasul-Nya dengan firmannya : Wahai Para Rasul makanlah yang baik-baik dan beramal shalehlah. Dan Dia berfirman : Wahai orang-orang yang beriman makanlah yang baik-baik dari apa yang Kami rizkikan kepada kalian. Kemudian beliau menyebutkan ada seseorang melakukan perjalan jauh dalam keadaan kumal dan berdebu. Dia memanjatkan kedua tangannya ke langit seraya berkata : Ya Robbku, Ya Robbku, padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan kebutuhannya dipenuhi dari sesuatu yang haram, maka (jika begitu keadaannya) bagaimana doanya akan dikabulkan. (Riwayat Muslim).

Pelajaran yang terdapat dalam hadist:

1. Dalam hadits diatas terdapat pelajaran akan sucinya Allah ta’ala dari segala kekurangan dan cela.

2. Allah ta’ala tidak menerima kecuali sesuatu yang baik. Maka siapa yang bersedekah dengan barang haram tidak akan diterima.

3. Sesuatu yang disebut baik adalah apa yang dinilai baik disisi Allah ta’ala.

4. Berlarut-larut dalam perbuatan haram akan menghalangi seseorang dari terkabulnya doa.

5. Orang yang maksiat tidak termasuk mereka yang dikabulkan doanya kecuali mereka yang Allah kehendaki.

6. Makan barang haram dapat merusak amal dan menjadi penghalang diterimanya amal perbuatan.

7. Anjuran untuk berinfaq dari barang yang halal dan larangan untuk berinfaq dari sesuatu yang haram.

8. Seorang hamba akan diberi ganjaran jika memakan sesuatu yang baik dengan maksud agar dirinya diberi kekuatan untuk ta’at kepada Allah.

9. Doa orang yang sedang safar dan yang hatinya sangat mengharap akan terkabul.

10. Dalam hadits terdapat sebagian dari sebab-sebab dikabulkannya do’a : Perjalanan jauh, kondisi yang bersahaja dalam pakaian dan penampilan dalam keadaan kumal dan berdebu, mengangkat kedua tangan ke langit, meratap dalam berdoa, keinginan kuat dalam permintaan, mengkonsumsi makanan, minuman dan pakaian yang halal.

Tema hadits dan ayat yang terkait :

1. Mempersembahkan yang terbaik kepada Allah :

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
[Surat Al-Qasas : 77]

2. Mengkonsumsi yang halal : 

وَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي أَنْتُمْ بِهِ مُؤْمِنُونَ

Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.
[Surat Al-Maeda : 88]

3. Meratap dalam berdoa : 

إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ نِدَاءً خَفِيًّا

Yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.
[Surat Maryam : 3]

تَتَجَافَىٰ جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ

Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezeki yang Kami berikan.
[Surat As-Sajda : 16]

Jumat, 21 Juli 2023

Tadabbur Al-Quran Hal. 321

Tadabbur Al-Quran Hal. 321
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Ta ha ayat 131 : 

وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ اِلٰى مَا مَتَّعْنَا بِهٖٓ اَزْوَاجًا مِّنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ەۙ لِنَفْتِنَهُمْ فِيْهِ ۗوَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَّاَبْقٰى

Dan janganlah engkau tujukan pandangan matamu kepada kenikmatan yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka, (sebagai) bunga kehidupan dunia agar Kami uji mereka dengan (kesenangan) itu. Karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal.

- Asbabul Nuzul Ta ha ayat 131 :

Ibnu Abi Syaibah, ibnu Mardawaih, al-bazzar dan abu Ya'la meriwayatkan dari abu Rafi'. Nabi saw menjamu seoarng tamu, lalu beliau mengutus saya kepada seorang Yahudi untuk berutang tepung yang akan dibayar pada bulan Rajab. Si Yahudi berkata, "Tidak bisa kecuali dengan gadai.' Saya pun menghadap Rasulullah dan memberitahu beliau. Beliau bersabda, 'demi Allah, aku sungguh terpercaya di langit dan di bumi.' Belum sempat saya keluar dari rumah beliau, ayat ini sudah turun.

- Tafsir Al Muyassar Ta ha ayat 131 :

Janganlah kamu melihat kesenangan yang telah Kami berikan kepada orang-orang musyrik itu dan orang-orang yang serupa dengan mereka; karena ia adalah perhiasan yang bakal lenyap dalam kehidupan dunia ini. Kami berikan kesenangan kepada mereka untuk menguji mereka dengannya. Rizki Rabb-mu dan pahalanya adalah lebih baik dan lebih kekal bagimu daripada kesenangan yang telah Kami berikan kepada mereka; karena tiada putus-putusnya dan tiada habis-habisnya.

- Riyāduş Şālihin :

Dari Abu Hurairah Ra., dia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Barang siapa bersuci di rumahnya, kemudian berjalan ke salah satu rumah Allah (masjid) untuk melaksanakan kewajiban yang Allah tetapkan, maka kedua langkahnya, yang satu menghapus kesalahan dan satunya lagi meninggikan derajat." (HR Al-Bukhāri-Muslim).

Hadis di atas memberikan faedah
bahwa orang yang pergi ke masjid untuk melaksanakan salat wajib, setiap langkahnya akan menghapus dosa-dosa kecil yang merupakan hak Allah Swt. dan Dia mengangkat derajat pada langkah yang lainnya. Allah Swt. Mahaluas keutamaan-Nya dan
Maha Dermawan pemberian-Nya. Adapun dosa besar dan merampas hak-hak orang lain, maka penghapusnya adalah dengan
tobat yang disertai dengan perbuatan yang baik.
(Dr. Mustafa Sa'id Al-Khin, Nuzhatul
Muttaqina Syarhu Riyādis Sālihina, Juz 2, 1407 H/1987 M: 778).

- Hadiš Nabawi :

Dari Zaid bin Sabit, dia berkata, Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda, "Barang siapa yang menjadikan dunia sebagai tujuannya, maka Alah akan mencerai-beraikan urusannya, dan akan menjadikannya miskin. Tidak-
lah dia akan mendapatkan dunia kecuali apa yang telah ditetapkan baginya. Dan barang siapa yang menjadikan akhirat sebagai tujuannya, maka Allah akan menyatukan urusannya dan menjadikan kaya hatinya, dan dunia akan datang kepadanya dalam
keadaan hina." (HR Ibnu Mājah, Sunan lbni Mājah, No. Hadis, 4105, t.t.: 683),

- Hadiš Qudsi :

Diriwayatkan bahwa pada suatu hari
Nabi Saw. melewati para sahabatnya, lalu beliau bersabda kepada mereka, "Apakah kalian mengetahui apa yang Tuhan kalian firmankan?" Mereka menjawab, Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Beliau mengatakan demikian sebanyak tiga kali. Allah
berfirman, "Demi kekuasaan dan kemuliaanKu, tidaklah seseorang melaksanakan salat pada waktunya kecuali Aku memasukkannya ke dalam surga, dan barang siapa yang melaksanakannya bukan pada waktunya, jika Aku berkehendak, maka Aku menyayanginya dan jika Aku berkehendak, maka Aku akan
mengazabnya." (HR At-Tabrani). (Işāmuddin Aş-Sabābați, Jāmiu'l Ahādisil Qudsiyyati, Jilid 1, t.t: 194),

- Penjelasan Surah Thaha Ayat 126-135 :

Ayat 126-135 menjelaskan :

Meneruskan ayat sebelumnya terkait  nasib orang-orang yang tidak mau menjadikan Al-Qur’an sebagai sistem hidup.  Di akhirat nanti, Allah melupakan orang-orang yang melupakan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup semasa hidup di dunia. Balasannya adalah azab neraka dan mereka kekal di dalamnya. Mengapa mereka  tidak mau mengambil pelajaran dari berbagai kaum yang dihancurkan sebelum mereka? 

Allah emberikan kiat kepada Rasul Saw. agar sukses menghadapi pembangkangan kaumnya dengan cara: 

Sabar atas penghinaan kaum kafir. 

Bertasbih sebelum matahari terbit dan sebelum tenggelam (doa pagi dan sore), dan di tengah malam.

Tidak teperdaya oleh kehidupan dunia yang diberikan kepada kaum kafir dan meyakini surga jauh lebih baik dari dunia dan seisinya. 

Membentuk keluarga menjadi keluarga ahli ibadah dimulai dengan menegakkan salat secara baik dan konsisten.

Tidak menerima berbagai alasan kaum kafir untuk tidak beriman kepada akhirat, karena semua sebab kehancuran umat terdahulu sudah dijelaskan Allah dalam Al-Qur’an.  Nanti di akhirat mereka akan mengetahui siapa yang sesat dan siapa yang dapat petunjuk.

Kamis, 20 Juli 2023

Tadabbur Al-Quran Hal. 320

Tadabbur Al-Quran Hal. 320
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Ta ha ayat 114 :

فَتَعٰلَى اللّٰهُ الْمَلِكُ الْحَقُّۚ وَلَا تَعْجَلْ بِالْقُرْاٰنِ مِنْ قَبْلِ اَنْ يُّقْضٰٓى اِلَيْكَ وَحْيُهٗ ۖوَقُلْ رَّبِّ زِدْنِيْ عِلْمًا

Maka Mahatinggi Allah, Raja yang sebenar-benarnya. Dan janganlah engkau (Muhammad) tergesa-gesa (membaca) Al-Qur'an sebelum selesai diwahyukan kepadamu [525], dan katakanlah, “Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku. ”

- [525] Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa sallam dilarang oleh Allah menirukan bacaan Jibril alaihissalam kalimat demi kalimat sebelum Jibril selesai membacakannya, agar beliau dapat menghafal dan benar-benar memahami ayat yang diturunkan itu.

- Tafsir Al Muyassar Ta ha ayat 114 :

Maka Mahasuci Allah dan Mahatinggi, serta Mahasuci dari segala kekurangan, Raja yang menguasai kekuasaan-Nya dengan segala wewenang, yang bertindak terhadap segala sesuatu, Yang Mahabernar, jani-Nya benar, ancaman-Nya benar, dan segala sesuatu dari-Nya adalah benar. Janganlah tergesa-gesa, wahai Rasul, dengan mendahului Jibril dalam membaca Al Qur'an sebelum ia selesai darinya, dan katakanlah: Wahai Rabb-ku, tambahkanlah ilmu kepadaku di samping ilmu yang telah Engkau ajarkan kepadaku.

- Asbabul Nuzul Ta ha ayat 114 :

Ibnu abi Hatim meriwayatkan dari as-Suddi bahwa dahulu apabila Jibril turun membawa wahyu, Nabi saw meletihkan dirinya karena menghafalnya sehingga beliau mengalami kepayahan karena khawatir jibril naik ke langit sebelum beliau menghafalnya. Maka Allah menurunkan ayat ini.

- Riyadus Salihin : 

Dari Abu Hurairah Ra., dia berkata, Rasulullah Saw. telah bersabda, "Sesungguhnya Allah memiliki kecemburuan dan orang mukmin juga mermiliki kecemburuan. Kecemburuan Allah adalah apabila seorang mukmin mengerjakan apa yang diharamkan oleh Allah." (HR Al-Bukhāri-Muslim).

Hadis di atas memberikan faedah tentang dijauhkannya perkara yang haram, karena melakukan hal yang diharamkan akan menyebabkan Allah Swt. marah karena cemburu. (Dr. Mustafa Sa'id AI-Khin, Nuzhatu Muttaqina Syarhu Riyadis Salihina, Juz 1 1407 H/1987 M: 96-97), 

- Hadis Nabawi :

Abu Hurairah Ra., dari Nabi Saw., beliau bersabda, "Sesungguhnya di dalam surga ada sebatang pohon, yang seorang pengendara kuda harus berjalan di bawah naungannya selama tujuh puluh, -atau beliau menyebutkan seratus tahun, dan itu adalah pohon khuldi." Hajjaj menyebutkan, "Atau selama seratus tahun pohon khuldi."

Aku bertanya kepada Syu'bah, "Apakah itu pohon khuldi?" Maka ia menjawab, "Di dalamnya tidak ada pohon kecuali pohon itu." (HR Ahmad, Musnadul lmām Ahmad Bin Hanbal, Tahqiq: Syu'aib Al-Arnaut, Jilid 15: 537).

- Hadis Qudsi :

Dari Abu Hurairah Ra., dia berkata, Nabi Saw. bersabda, "Rabb kalian telah berfirman, Kalau saja hamba-hamba-Ku taat kepada-Ku, niscaya Aku akan menyiram mereka dengan hujan di waktu malam, dan Aku akan menerbitkan matahari kepada mereka di waktu siang, serta Aku tidak akan memperdengarkan suara halilintar kepada mereka." Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya berbaik sangka kepada Allah Swt. termasuk beribadah kepada Allah Swt. dengan baik." Dan Rasulullah Saw bersabda, "Perbaharuilah iman kalian Maka ditanyakan kepada beliau, Bagaimana kami memperbaharui iman kami, waha Rasulullah? Beliau Saw. bersabda, Perbanyaklah mengucapkan; Lã llāha illallah. (HR Ahmad, ArRaudatu/ Bahiyyatu fi Syarh Ahadisi'l Qudsiyyatil Arbainiyyati, Juz 3 199).

- Penjelasan Surah Thaha Ayat 114-125 :

Ayat 114 menjelaskan bahwa yang menurunkan Al-Qur’an itu adalah Allah, Raja yang Mahatinggi lagi Hak. Sebab itu, Allah menegur Rasul Saw. agar tidak tergesa-gesa membaca Al-Qur’an sebelum selesai diwahyukan dan meminta kepada Allah agar ilmunya ditambah.

Ayat 115-125 menjelaskan kelicikan setan menggoda Adam. Kendati Adam melanggar perintah Allah, namun ia tetap dipilih Allah menjadi khalifah-Nya dan menerima tobatnya, karena kesalahan yang dikakukan Adam bukan karena kesombongan dalam hatinya, melainkan tertipu bujuk rayu Iblis. Iblis menjebaknya dengan kata-kata yang sepintas terlihat benar dengan bernaung di balik kata “pohon kekal” dan “kerajaan yang tidak akan pernah hancur’. Lalu Adam dan istrinya tertipu.

Hikmah di balik kesalahan Adam itu ialah Allah menunaikan janji-Nya untuk menjadikan Adam sebagai khalifah-Nya di bumi. Dalam kehidupan di dunia, anak cucu Adam akan menghadapi berbagai ujian dari Allah untuk menguji siapa di antara mereka yang bertakwa kepada-Nya dan siapa yang durhaka pada-Nya.

Agar manusia tidak tersesat, Allah memberi mereka hidayah (petunjuk) yang termuat dalam Kitab-Kitab-Nya, termasuk Al-Qur’an. Siapa yang tidak mengamalkan isi Al-Qur’an, akan menghadapi kehidupan yang sempit dan dihimpun di Mahsyar dalam keadaan buta. Lalu, mereka bertanya kenapa mereka saat itu buta.

Rabu, 19 Juli 2023

Mukmin yang Kuat Dicintai Alloh

One Day One Hadits (269)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Mukmin yang Kuat Dicintai Alloh

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: رسول الله صلى الله عليه وسلم قال:
الْمُؤْمِنُ الْقَوِىُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِى كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَىْءٌ فَلاَ تَقُلْ لَوْ أَنِّى فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا. وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ

"Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Namun masing-masing ada kebaikan. Semangatlah meraih apa yang manfaat untukmu dan mohonlah pertolongan kepada Allah, dan jangan bersikap lemah. Jika engkau tertimpa suatu musibah janganlah mengatakan, "Seandainya aku berbuat begini dan begitu, niscaya hasilnya akan lain." Akan tetapi katakanlah, "Allah telah mentakdirkannya, dan apa yang Dia kehendaki Dia Perbuat." Sebab, mengandai-andai itu membuka pintu setan." (HR. Muslim)

Pelajaran yang terdapat didalam hadist:

1. Seorang mukmin semestinya menjadi orang yang kuat, dinamis dan penuh semangat. Karena setiap dari amalnya tidak akan disia-siakan oleh Rabb-nya.

2. Bekerja dan semua usahanya untuk kebaikan dunia dan akhiratnya dinilai sebagai ibadah untuknya.

3. Kemudian kesungguhan usaha dan isti'anah tadi diikuti dengan husnudzan (prasangkan baik kepada-Nya), bahwa Dia akan memberikan yang terbaik kepada dirinya.

4. Setiap ketetapan Alloh mengandung hikmah yang boleh jadi tidak diketahuinya dan tidak terlihat oleh matanya. Sehingga saat terjadi sesuatu yang berbeda ia tetap tenang dan semangat. Ia tidak melemah dan menyesali usahanya tersebut.

5. Mengandai-andai di kala terjadi sesuatu yang tidak sesuai keinginan akan membuka pintu syetan, yakni akan menyebabkan perselisihan, lemah semangat, marah, was-was, merana dan sedih. Semua ini termasuk dari perbuatan syetan sehingga Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam  melarang membuka kesempatan pada syetan untuk menggoda hamba dengan kalimat pengandaian. Ia meyakini, apa yang sudah Alloh takdirkan atasnya pasti itu akan menimpanya, tak seorangpun yang sanggup menghalau dan menolaknya.

6. Maka apabila yang menjadi kehendak perbuatannya tidak menjadi kenyataan yang diharapkan, untuk menghindar dari provokasi syetan, katakanlah:"qoddaralloh wa maa sya-a fa'ala." Artinya,"Alloh telah mentaqdirkannya dan apa yang Dia kehendaki Dia berbuat."

7. Adapun hukum penggunakan kata (لَوْ) ‘seandainya’ maka hukumya berbeda-beda tergantung niatnya.
a. Jika diucapkan pada keadaan yang seseorang tersebut tidak mungkin lagi mendapatkannya maka pertakaan (لَوْ) ‘seandainya’ akan membuka pintu bagi amalan syaithon.
b. Demikian juga halnya jika digunakan untuk menghayalkan/berharap keburukan dan maksiat.
c. Adapun jika digunakan untuk mengharapkan/berharap kebaikan atau untuk menjelaskan ilmu yang bermanfaat maka terpuji.

Tema yang berkaitan dengan Al-Quran:

1. Kekuatan bagi Alloh, Rasul dan bagi orang-orang mukmin

وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَٰكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ

Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.
[Surat Al-Munafiqoon : 8]

2. Apa yang Allah 'Azza wa Jalla  kehendaki maka Dia lakukan, tak seorangpun yang bisa melarang dan menahan-Nya dari melakukan keinginan-Nya dalam kekuasaan yang Dia miliki.

إِنَّ رَبَّكَ فَعَّالٌ لِمَا يُرِيدُ      

"Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki." (QS. Huud: 107).

3. Meyakini hikmah dalam takdir       

وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا

"Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Hikmah." (QS. al-Insan: 30)

4. Allah menjelaskan bahwa Masyi'ahnya (kehendak-Nya) diiringi dengan hikmah dan ilmu. Berapa banyak kenyataan yang dibenci orang tapi akibatnya baik untuk dirinya dan sebaliknya.

وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.
[Surat Al-Baqara : 216].

Selasa, 18 Juli 2023

RUH YANG TERTOLAK DI LANGIT, DAN TAHUKAH KAMU APAKAH SIJJIN ITU?

Tematik (155)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

RUH YANG TERTOLAK DI LANGIT, DAN TAHUKAH KAMU APAKAH SIJJIN ITU?

Allah Ta'ala berfirman.: 
كَلَّا إِنَّ كِتَابَ الْفُجَّارِ لَفِي سِجِّينٍ  وَمَا أَدْرَاكَ مَا سِجِّينٌ  كِتَابٌ مَرْقُومٌ  وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ

"Sekali-kali jangan curang, karena sesungguhnya kitab orang yang durhaka tersimpan dalam Sijjin. Tahukah kamu apakah Sijjin itu? ialah kitab yang tertulis. Kecelakaan besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan"

(QS. Muthaffifin : 7-10)

Sijjin adalah nama Kitab yang mencatat segala perbuatan orang-orang yang durhaka. Diambil dari kata dasar as-sijnu yang bermakna penjara yang sangat sempit. Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah dalam hadist Bara' bin 'Azib, ruh orang-orang kafir dan fasik ditolak oleh langit. Allah Kemudian memerintahkan para malaikat untuk mencampakkannya ke Sijjin, yaitu di sebelah penjara yang sempit pada lapisan bumi yang paling bawah, (lihat pula Al-Furqan: 13).

(Tafsir Ibnu Katsir, 8/ 349-350) 

...Sesungguhnya seorang hamba yang kafir jika menjelang berakhirnya kehidupan di dunia dan menuju akhirat, turunlah para Malaikat dari langit yang berwajah buruk. Para Malaikat itu membawa kain yang kumal/kasar. Para Malaikat itu duduk di dekatnya sejarak pandangan matanya. Kemudian datanglah Malaikat maut hingga duduk di dekat kepalanya dan berkata: Wahai jiwa yang buruk, keluarlah menuju kemarahan dan kemurkaan dari Allah. Maka ruh itu pun bercerai berai terpisah dalam jasadnya. Malaikat maut pun mencabut ruh itu bagaikan dicabutnya besi untuk membakar daging dari bulu domba yang basah. Kemudian segera diambil ruh itu oleh Malaikat maut dan tidaklah ditinggalkan sekejap mata pun hingga diletakkan pada kain kasar itu. Keluarlah aroma busuk bagaikan bangkai terburuk yang pernah ditemukan di muka bumi.

Kemudian para Malaikat itu pun naik dengan membawa ruh itu (ke langit). Tidaklah berpapasan dengan sekelompok Malaikat kecuali Malaikat-Malaikat yang dilewatinya berkata: Ruh siapakah yang buruk ini? Mereka berkata: Ini adalah fulan bin fulan, disebutkan dengan nama terburuk yang pernah disandangnya di dunia. (Demikian terus berlangsung) hingga sampai di langit dunia. Para Malaikat itu minta dibukakan pintu langit, namun tidaklah dibukakan. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membaca:

لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ 

Tidaklah dibukakan untuk mereka pintu-pintu langit, dan mereka tidak akan masuk Surga hingga unta masuk ke lubang jarum (QS. al-A'raaf: 40)

Allah Azza Wa Jalla berfirman: Tuliskanlah kitabnya di Sijjin di lapisan bumi paling bawah. Kemudian dilemparkanlah ruhnya begitu saja. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membaca:

وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنْ السَّمَاءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ 

Dan barangsiapa yang berbuat syirik kepada Allah, seakan-akan ia terjatuh dari langit kemudian disambar oleh burung atau terbang tertiup angin ke tempat yang jauh (QS. al-Hajj: 31)

Kemudian dikembalikanlah ruhnya pada jasadnya. Kemudian datanglah dua Malaikat yang mendudukkannya dan berkata: Siapa Rabbmu. Orang itu berkata: Hah... hah... aku tidak tahu. Kedua Malaikat itu berkata: Apa agamamu? Orang itu berkata: Hah... hah... aku tidak tahu. Kedua Malaikat itu berkata: Siapakah laki-laki ini yang diutus kepada kalian? Orang itu berkata: Hah... hah... aku tidak tahu. Kemudian penyeru di langit berseru: Orang itu telah berdusta. Hamparkanlah untuknya (permadani) dari Neraka dan bukakanlah untuknya pintu menuju Neraka sehingga ia bisa merasakan hawa panasnya. Disempitkan kuburnya (menghimpitnya) hingga tulang-tulang rusuknya berantakan. Kemudian datanglah seorang laki-laki yang berwajah buruk berpakaian buruk berbau busuk berkata: 'Bergembiralah dengan hal-hal yang membuatmu bersedih. Ini adalah harimu yang sebelumnya telah dijanjikan untukmu.' Orang itu berkata: Siapakah engkau yang berwajah buruk ini? Lelaki itu berkata: 'aku adalah amalanmu yang buruk.' Orang itu berkata: Wahai Rabbku, janganlah engkau tegakkan hari kiamat." 

(HR. Ahmad, Abu Daud, Shahih Al-Jami' Ash-Shaghir no.1676, dari Al-Bara' bin 'Azib) 

Wallahu A'lam

Senin, 17 Juli 2023

Tadabbur Al-Quran Hal. 319

Tadabbur Al-Quran Hal. 319
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Ta ha ayat 105 : 

وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْجِبَالِ فَقُلْ يَنْسِفُهَا رَبِّيْ نَسْفًا ۙ

Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang gunung-gunung, maka katakanlah, “Tuhanku akan menghancurkannya (pada hari Kiamat) sehancur-hancurnya,

- Asbabul Nuzul Ta ha ayat 105 : 

Ibnul Mundzir meriwayatkan dari Ibnu Juraij bahwa orang-orang quarisy berkata, "Hai Muhammad, apa yang dilakukan Tuhanmu terhadap gunung-gunung itu pada hari kiamat? Maka turunlah ayat ini,

- Tafsir Al Muyassar Ta ha ayat 105 :

Kaummu bertanya kepadamu, wahai Rasul, tentang kesudahan gunung-gunung pada hari kiamat. Katakanlah kepada mereka: Rabb-ku akan melenyapkannya dari tempatnya, lalu menjadikannya sebagai debu-debu yang berhamburan.

- Tazkiyyatun Nafs :

Allah Swt. berfirman, Pada hari itu tidak berguna syafaat (pertolongan), kecuali dari orang yang telah diberi izin oleh Tuhan Yang Maha Pengasih, dan Dia ridai perkataannya (Qs Taha, 20:109) Allah Swt. mengabarkan bahwa pada hari itu (hari kiamat) tidak akan ada syafaat yang bermanfaat kecuali setelah Allah Swt. meridai perkataan orang yang diberi syafaat, dan setelah Allah Swt. memberikan izin kepada orang yang memberi syafaat. Adapun orang musyrik, maka Allah Swt. tidak meridainya, dan tidak meridai perkataannya, karena itu Allah Swt. tidak mengizinkan kepada orang-orang untuk memberi syafaat kepadanya, sebab Allah Swt. menggantungkan syafaat tersebut dengan dua perkara, yakni keridaanNya terhadap orang yang diberi syafaat dan ijin-Nya terhadap orang yang memberi syafaat. Jika kedua hal tersebut tidak terkumpul, maka syafaat itu tidak akan pernah terjadi.

Rahasia hal di atas adalah bahwa segala urusan adalah milik Allah Swt. semata, tidak seorang pun yang mengurusi suatu urusan bersama-Nya. Sedangkan makhluk yang paling tinggi, utama dan mulia di sisi-Nya adalah para rasul dan malaikat terdekat, dan mereka semua adalah hamba semata, mereka tidak mendahului perkataan-Nya, tidak pula lancang di hadapan-Nya. Mereka tidak melakukan sesuatu kecuali setelah mendapatkan izin dan perintah-Nya. Apalagi pada hari yang sedikit pun seseorang tak lagi dapat menolong orang lain, sebab mereka adalah orang-orang yang dikuasai dan diatur, tindakan mereka terikat dengan perintah dan izin-Nya.

Maka, jika seorang musyrik menyekutukan mereka dengan-Nya, dan menjadikan mereka sebagai pemberi syafaat selain Allah Swt., dan ia mengira bahwa jika ia melakukan hal itu, lalu mereka akan memberi syafaat di sisi Allah Swt., maka dia adalah sebodoh-bodoh orang tentang hak Allah Swt., dan tentang apa yang wajib bagi-Nya serta apa yang tertolak di sisi-Nya. Sungguh hal semacam ini adalah sesuatu yang mustahil terjadi. Hal itu sama dengan menyerupakan Tuhan dengan para raja dan penguasa, dimana mereka mengangkat orang-orang yang loyal kepada mereka sehingga memberi syafaat (sebagai perantara) terhadap berbagai keperluan rakyatnya. Dan dengan analogi yang batil seperti inilah, orang-orang musyrik membuat patung-patung untuk disembah, dan menjadikan penolong dan wali selain Allah Swt.

Perbedaan antara keduanya adalah perbedaan antara makhluk dengan A-Khālik (Maha Pencipta), antara Rabb (Maha Pengatur) dengan Marbüb (yang diatur), antara tuan dengan hamba, antara raja dengan rakyat jelata, antara si kaya dengan si miskin, dan antara Zat yang sama sekali tidak membutuhkan kepada seseorang dengan orang yang menmbutuhkan kepada yang lain dalam segala hal. Para pemberi syafaat di kalangan makhluk adalah berarti sekutu-sekutu mereka.

Sebab terwujudnya maslahat rakyat adalah karena mereka, sedang mereka para pemberi syafaat yang berarti para perantara adalah para penolong dan pembantu mereka. Dan seandainya urusan para raja dan para penguasa itu tidak dibantu mereka, tentu lidah dan tangan para penguasa dan raja itu tidak akan sampai kepada rakyat.

Dan karena kebutuhan mereka kepada para pemberi syafaat itu, sehingga mau tidak mau mereka harus menerima syafaat tersebut, meskipun mereka tidak mengijinkan,  Adapun Zat Yang Mahakaya, yang kekayaan merupakan sesuatu yang tak terpisahkan dari Zat-Nya, semua yang selain-Nya membutuhkan Zat-Nya, semua yang ada di langit dan di bumi adalah hamba-Nya, dipaksa dengan kekuasaan-Nya dan diatur dengan kehendak-Nya. Bahkan seandainya Dia menghancurkan mereka semua, maka tidak berkurang sedikit pun keagungan, kekuasaan, kerajaan, rubūbiyah dan lahiyah-Nya. (Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah, IgasatulLahfani fi Masayidi Asy-Syaitani, Juz 1, t.t.: 403-405).

- Riyadus Salihin :

Dari Abu Umāmah Ra., dia berkata, Saya mendengar Rasulullah Saw. bersabda, "Bacalah Al-Qur'an, karena ia akan datang memberi syafaat kepada para pembacanya pada hari kiamat nanti." (HR Muslim)

Hadis di atas mengandung faedah tentang keutamaan membaca Al-Qur'an, dan sesungguhnya Al-Quran itu memberi syafaat kepada para pembaca ayat-ayatnya dan pengamal isinya pada hari kiamat nanti.

(Dr. Mustafā Said Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādis Sālihina, Juz 1, 1407 H/1987 M: 739).

- Medical Hadis :

Dari Abu Hurairah Ra., Rasulullah Saw. bersabda, "Sekiranya tidak memberatkan umatku atau manusia, niscaya aku akan perintahkan kepada mereka untuk bersiwak (menggosok gigi) pada setiap kali hendak salat." (HR Al-Bukhāri dan Muslim). (Ibnu'l Qayyim Al-Jauziyyah, At-Tibbun Nabawi, t.t.: 248).

- Tibbun Nabawi :

Khasiat Siwak

Siwak yang paling baik ialah siwak yang berbahan kayu pohon arok atau yang sejenisnya, dan tidak dianjurkan dari bahan pohon yang tidak jelas atau sembarangan, sebab boleh jadi mengandung racun. Cara menggunakannya pun harus sedang-sedang saja. Jika digunakan secara berlebihan atau terlalu sering, justru bisa mengikis lapisan luar gigi dan membuatnya tidak mengkilap dan putih lagi, sehingga gigi mudah terpengaruh udara dan kotoran.

Jika siwak digunakan dengan cara yang sedang-sedang saja, maka gigi menjadi mengkilap, akarnya kuat, lidah terasa bebas bergerak, mencegah gigi berlubang, baunya sedap, otak menjadi encer dan nafsu makan bertambah. Penggunaan siwak ini sangat dianjurkan setiap kali hendak melaksanakan salat atau saat berwudu, termasuk ketika bangun tidur dalam keadaan mulut mengeluarkan bau tidak sedap.

Siwak dapat digunakan oleh orang yang sedang şaum maupun yang tidak, berdasar kepada keumuman hadiš dari Rasulullah Saw. Apalagi siwak membuat Allah Swt. rida. sebagaimana diterangkan dalam banyak hadis lainnya, antara lain diriwayatkan dari Hużaifah Ra., ia berkata, ika Nabi Saw. bangun di malam hari, beliau membersihkan mulutnya dengan siwak." (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Menguatkan pernyataan di atas, dalam hadis lain diterangkan dari Aisyah Ra.. dari Rasulullah Saw., beliau bersabda, "Bersiwak mendatangkan kewangian mulut, dan mendapat rida Allah Swt." (HR AI-Bukhari secara Mu'allaq, yaitu hadis yang dari pangkal sanadnya dihilangkan satu rawi atau lebih secara berurutan). (ibnu'l Qayyim Al- Jauziyyah, Zadu'l Ma adi fi Hadyi Khayril lbadi, Juz 4, t.t.: 158-160).

- Penjelasan Surah Thaha Ayat 99-113 :

Ayat 99-113 menjelaskan kisah-kisah nyata yang disebutkan dalam Al-Qur’an itu untuk dijadikan pelajaran dan Al-Qur’an itu sendiri adalah pelajaran dari Allah. Orang-orang yang tidak mau menjadikan Al-Qur’an sebagai pelajaran yang mengatur sistem kehidupan mereka di dunia, maka di akhirat mereka akan memikul dosanya selama-lamanya di dalam neraka dan mereka kekal di dalamnya. Setelah peristiwa kiamat, mereka yang membangkang kepada Allah akan dihimpunkan di mahsyar dalam keadaan buta. Sambil berbisik, mereka berkata bahwa kehidupan dunia terasa lebih kurang sehari saja. 

Allah akan hancurkan semua yang ada di alam ini pada hari kiamat nanti. Pada hari itu semua makhluk tidak ada yang bisa bersuara. Tidak ada lagi rekomendasi kecuali atas izin Allah.  Semua wajah manusia tunduk pada Allah yang Hidup dan Berdiri Sendiri. Gagallah orang-orang yang zalim dan musyrik. Orang  yang beriman dan beramal saleh yang banyak dan didasari keimanan kepada Allah, mereka tidak takut dizalimi dan dikurangi haknya sedikitpun.

Al-Qur’an itu diturunkan Allah dengan bahasa Arab. Allah jelaskan di dalamnya berbagai ancaman-Nya agar manusia bertakwa kepada-Nya atau agar mereka menjadikannya pelajaran.

Minggu, 16 Juli 2023

13 Ciri Dukun yang Mengaku Sebagai Ustadz

Tematik (154)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

13 Ciri Dukun yang Mengaku Sebagai Ustadz

Sebagian kita mungkin merasa bingung dan kurang mengerti cara membedakan antara dukun dan bukan dukun. Karena seringkali si dukun juga membaca ayat-ayat Al Qur’an untuk mengelabui pasiennya agar dikira bukan dukun. Syaikh Wahid Abdussalam Bali menjelaskan kepada kita 13 ciri dukun yang sangat kentara diantaranya ialah :

1. Dukun biasanya akan menanyakan nama pasien dan nama ibunya (biasanya ditanyakan pula weton/hari kelahiran lengkap dengan pasarannya contoh Jum’at Kliwon, atau Kamis Wage dll-pent).

2. Dukun biasanya meminta benda yang mengandung jejak pasien seperti pecinya, sapu tangan dll.

3. Terkadang dukun meminta jenis hewan dengan kriteria tertentu (kalau di jawa biasanya ayam cemani yaitu ayam dengan warna kulit serba hitam) untuk disembelih dengan tanpa menyebut nama Allah. Kadang darahnya dilumurkan pada bagian tubuh yang sakit, atau kadang dibuang dilokasi tertentu.

4. Dukun biasanya menulis rajah-rajah.

5. Dukun biasanya membaca mantra atau rajah yang tidak difahami maknanya.

6. Dukun biasanya memberi pada pasien kantung berisi tulisan atau nomor-nomor atau simbol-simbol tertentu.

7. Dukun biasanya memerintahkan pasien untuk menyendiri di kamar tertutup yang tidak terkena sinar matahari dalam jangka waktu tertentu (bisa disebut patigeni).

8. Dukun biasanya meminta pasien agar tidak bersentuhan dengan air selama biasanya 40 hari. Ini menunjukkan bahwa jin yang dimintai tolon adalah dari jenis jin nasrani.

9. Dukun biasanya memberikan pada pasien benda tertentu yang harus ditanam di dalam tanah.

10. Dukun biasanya memberikan pasien kertas untuk dibakar sebagai wewangian.

11. Dukun biasanya berkomat-kamit membaca japa mantra yang tidak difahami maknanya.

12. Dukun biasanya sebelum ditanya ia akan memberitahu nama pasien dan kesulitan yang sedang dihadapi.

13. Dukun biasanya memberi huruf-huruf yang terpotong diberbagai media kemudian menyuruh untuk meminumnya. (Ash Shorimul Battar Fit Tasodda Lis saharotil Aysror : 77-78).

Sabtu, 15 Juli 2023

Tadabbur Al-Quran Hal. 318

Tadabbur Al-Quran Hal. 318
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Ta ha ayat 96 :

قَالَ بَصُرْتُ بِمَا لَمْ يَبْصُرُوْا بِهٖ فَقَبَضْتُ قَبْضَةً مِّنْ اَثَرِ الرَّسُوْلِ فَنَبَذْتُهَا وَكَذٰلِكَ سَوَّلَتْ لِيْ نَفْسِيْ

Dia (Samiri) menjawab, “Aku mengetahui sesuatu yang tidak mereka ketahui, jadi aku ambil segenggam (tanah dari) jejak rasul [521] lalu aku melemparkannya (ke dalam api itu), demikianlah nafsuku membujukku.”

- [521] Yang dimaksud dengan "jejak rasul" disini ialah ajaran-ajarannya. Menurut pendapat ini, Samiri mengambil sebahagian dari ajaran-ajaran Nabi Musa kemudian dilemparkannya ajaran-ajaran itu sehingga dia menjadi sesat. Menurut sebagian ahli tafsir yang lain, yang dimaksud dengan "jejak rasul" ialah jejak telapak kuda Jibril alaihissalam. Artinya, Samiri mengambil segumpal tanah dari jejak tapak kuda itu lalu dilemparkannya ke dalam logam yang sedang dibakar sehingga logam itu berbentuk anak sapi yang mengeluarkan suara. Wallahu a' lam.

- Tafsir Al Muyassar Ta ha ayat 96 :

Samiri menjawab: Aku telah melihat apa yang tidak mereka lihat, yaitu Jibril menunggang kuda, pada waktu mereka keluar dari lautan dan Fir'aun dan berikut tentaranya tenggelam, lalu aku ambil dengan tanganku tanah bekas kaki kuda Jibril, lantas aku lemparkan pada perhiasan yang aku buat menjadi patung anak sapi, sehingga menjadi patung anak sapi bertubuh yang memiliki suara; sebagai cobaan. Demikianlah nafsuku yang senantiasa menyuruh kepada keburukan menjadikan aku memandang baik perbuatan ini.

- Tatsir Ibnu Kasir :

Allah Swt. memberitahukan tentang Musa As., ketika pulang kepada kaumnya, ia melihat perkara besar telah terjadi menimpa kaumnya, maka spontan dia dipenuhi kemarahan dan melemparkan Lauh-Lauh (lembaran-lembaran) llahiyyah yang ada pada tangannya, lalu menarik kepala saudaranya (Harun) ke arahnya. Mulailah di situ Musa menyalahkan saudaranya Harun As. dengan mengatakan, ...Wahai Harun! Apa yang menghalangimu ketika engkau melihat mereka telah sesat, (sehingga) engkau tidak mengikuti aku? (QS Tāhā, 20: 92-93) yakni engkau memberitahuku ketika hal ini terjadi pertama kali. ...Apakah engkau telah (sengaja) melanggar perintahku? (QS Tähā, 20: 93). yakni yang aku berikan padamu, berupa ..Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah (dirimu dan kaummu), dan janganlah engkau mengikuti jalan orang-orang yang berbuat kerusakan. (Q5 Al-A'rāf, 7: 142).

Harun As. menjawab, ...Wahai putra ibuku! Janganlah engkau pegang janggutku dan jangan (pula) kepalaku. Aku sungguh khawatir engkau akan berkata (kepadaku) "Engkau telah memecah-belah antara Bani Israil dan engkau tidak memelihara amanatku."a (QS Tāhā, 20:94).

Inilah permohonan maaf Harun As. kepada Musa As. atas keterlambatan kabar yang disampaikan kepada Musa As. karena ia tidak langsung menemui Musa As. dan memberitahunya tentang kejadian yang luar biasa ini. ...Aku sungguh khawatir, dan engkau tidak memerhatikan perkataanku. Yaitu, engkau tidak menjaga perintahku ketika aku jadikan engkau penggantiku di antara mereka. (QS Tāhā, 20: 94). Ibnu Abbās Ra. berkata, "Harun As. itu sangat hormat dan patuh kepada Musa As." (Ibnu Kasir, Tafsirul Qurānil Azimi, Jilid 9, 1421 H/2000 M: 361).

- Riyadus Salihin :

Dari Usamah bin Zaid Ra., dia berkata, "Rasulullah Saw. mengutus kami ke perkampungan Hurqah di Bani Juhainah. Kami menyerang mereka di pagi buta dan membuat mereka tercerai-berai. Saya dan seorang laki-laki Ansār berhasil menemukan seseorang dari mereka. Tatkala kami bisa mengepung, ia tiba-tiba mengatakan, 'Lāläha illalläh.' Si laki-laki Ansar menahan penyerbuannya, sedang aku meneruskannya hingga kubunuh orang itu. Ketika kami pulang, peristiwa ini disampaikan kepada Nabi Saw., sehingga beliau bertanya kepadaku, "Apakah kamu membunuhnya setelah ia mengucapkan 'Lā llãha illallāh?" Aku menjawab, 'Betul, Ya Rasulullah, ia mengucapkannya hanya sekadar mencari keselamatan.' Nabi Saw. melanjutkan, Apakah kamu membunuhnya setelah ia mengucapkan 'Lã llãha illallāh?' Nabi Saw. berulangkali menegurku dengan ucapan ini, hingga aku berharap kalaulah aku belum masuk Islam sebelum itu." (HR Al-Bukhari- Muslim).

Hadis di atas memberikan faedah kewajiban menjalankan hukum-hukum Islam dengan asas praduga tak bersalah. Tidak boleh menghakimi dengan perkara yang batin. Sebagai tindakan pencegahan, maka dilarang bagi orang yang berperang membunuh musuh yang sudah bersyahadat dengan dalih ketidakjujuran. (Dr. Mustafa Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyadis Salihina, Juz 1, 1407 H/1987 M: 360-361).

- Hadis Nabawi :

Dari Ummu Salamah Ra., dia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Saya hanyalah manusia biasa, dan kalian seringkali mengadukan sengketa kepadaku, bisa jadi sebagian di antara kalian lebih pandai bersilat lidah daripada lainnya sehingga aku putuskan seperti yang kudengar, maka barang siapa yang kuputuskan menang dengan menganiaya hak saudaranya, janganlah ia mengambilnya, sebab sama artinya aku ambilkan penyulut api baginya." (HR Bukhari, Sahih Bukhari, Juz 4, No. Hadis, 7179, 1422 H: 335).

- Hadis Qudsi :

Dari Abu Hurairah Ra. ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda. "Saat Allah menciptakan Adam, Dia mengusap punggungnya, lalu dari punggungnya berjatuhan setiap jiwa yang diciptakan Allah dari keturunan Adam hingga hari kiamat. dan Dia menjadikan kilatan cahaya di antara kedua mata setiap orang dari mereka. Kemudian mereka dihadapkan kepada Adam As., ia bertanya, "Wahai Rabb, siapa mereka?' Allah Swt. menjawab, Mereka keturunanmu. Adam As. melihat seseorang dari mereka dan kilatan cahaya di antara kedua matanya membuatnya kagum, Adam As. bertanya, Wahai Rabb, siapa dia? Allah Swt. menjawab, la orang akhir zaman dari keturunanmu bernama Daud.

Adam bertanya, Wahai Rabb, berapa lama Engkau menciptakan umurnya?" Allah Swt menjawab, 'Enam puluh tahun. Adam As bertanya, Wahai Rabb, tambahilah empat puluh tahun dari umurku.' Saat usia Adam As. ditentukan, malaikat maut mendatanginya lalu berkata, Bukankah usiaku masih tersisa empat puluh tahun? Malaikat maut berkata. 'Bukankah kau telah memberikannya kepada anakmu, Dāud? Adam As. membantah, lalu keturunannya juga membantah. Adam As dibuat lupa dan keturunannya juga dibuat lupa. Adam As. salah dan keturunannya juga salah." (HR Abu Dāwud) (Syaikh Mustafa Al-Adawy, Sahihu'l Ahādisil Qudsiyyati, t.t.: 86).

- Penjelasan Surah Thaha Ayat 88-98 :

Ayat 88-98 masih meneruskan kisah Nabi Musa dengan kaumnya dan menjelaskan betapa sulitnya  Nabi Musa membina keimanan Bani Israil yang selamat bersamanya dari kejaran Fir’aun. Mereka tetap menyekutukan Allah dengan menyembah anak sapi yang diciptakan oleh arsitek kemusyrikan yang bernama Samiri. Ia bisa mendesain patung anak sapi yang bersuara. Teman-temannya tertipu, padahal patung itu tidak bisa menjawab ucapan mereka dan tidak  pula bisa memberi manfaat atau mudarat kepada mereka sedikitpun.

Sebelumnya, Nabi Harun sudah menasehati mereka. Tapi, tidak mereka dengar. Musa sempat marah kepada Harun karena dianggap tidak tegas terhadap mereka. Lalu Musa menanya Samiri kenapa ia rekayasa tuhan anak sapi itu. Samiri mengatakan bahwa ia melihat Jibril waktu membinasakan Fir’aun dan mengambil segenggam tanah bekas kuda Musa, lalu dilemparkan ke dalam api yang sedang membakar perhiasan emas yang dibawa dari Mesir itu. Seperti itulah hawa nafsu Samiri menguasai dirinya. Lalu Musa mengusir Samiri dan akan mempertanggung-jawabkan perbuatannya itu pada Allah kelak di akhirat. Musa membakar patung anak sapi itu dan membuang abunya ke laut.