بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Senin, 27 September 2021

Tanda Husnul Khotimah

Salah satu diantara kabar gembira yang Allah segerakan untuk hamba-Nya yang beriman adalah adanya pujian yang diberikan oleh orang lain untuknya.

Dalam hadis dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya,

Bagaimana jika ada orang yang melakukan amal baik, kemudian dia dipuji oleh masyarakat?

Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

تِلْكَ عَاجِلُ بُشْرَى الْمُؤْمِنِ

Itu adalah kabar gembira bagi mukmin yang disegerakan.” (HR. Ahmad 21380 & Muslim 6891)

Termasuk diantaranya adalah pujian yang diberikan masyarakat di saat kita meninggal. Allah tunjukkan sisi kebaikan kita di hadapan masyarakat di sekitar kita. Dan ini bagian dari doa Ibrahim yang Allah sebutkan dalam al-Quran,

وَاجْعَلْ لِي لِسَانَ صِدْقٍ فِي الْآخِرِينَ

Jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian.” (QS. As-Syu’ara:84)

Makna: “buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian”

Ibrahim memohon kepada Allah agar dia diberi taufik untuk menjadi sumber kebaikan, sehingga semua orang memuji beliau, hingga hari kiamat.

Doa Ibrahim dikabulkan oleh Allah

Di surat Ash-Shaffat, Allah berfirman,

وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الآَخِرِينَ * سَلَامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ * كَذَلِكَ نَجْزِي المُحْسِنِينَ

Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, ‘(Yaitu) kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim.’ Demikianlah Kami beri balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Ash-Shaffat:108–110)

Di surat Maryam, Allah berfirman,

وَوَهَبْنَا لَهُمْ مِنْ رَحْمَتِنَا وَجَعَلْنَا لَهُمْ لِسَانَ صِدْقٍ عَلِيًّا

Kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat Kami dan Kami jadikan mereka buah tutur yang baik lagi tinggi.” (QS. Maryam:50)

Allah jadikan pujian untuk Ibrahim dan keluarganya, bukan hanya pujian di langit, namun juga pujian di bumi. Karena pujian manusia adalah kesaksaian mereka atas perbuatan dan perilaku kita di dunia.

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu menceritakan,

“Suatu ketika para sahabat melihat sebuah jenazah yang diangkat menuju pemakamannya. Mereka pun memuji jenazah ini. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وجبَتْ، وجبتْ، وجبت

‘Wajib … wajib … wajib.’

Tidak berselang lama, lewat jenazah lain. Kemudian para sahabat langsung mencelanya. Seketika, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وجبَتْ، وجبتْ، وجبت

Wajib … wajib … wajib.’

Umar pun keheranan, dan bertanya, ‘Apanya yang wajib?’

Jawab sang Nabi,

هَذَا أَثْنَيْتُمْ عَلَيْهِ خَيْرًا، فَوَجَبَتْ لَهُ الجَنَّةُ، وَهَذَا أَثْنَيْتُمْ عَلَيْهِ شَرًّا، فَوَجَبَتْ لَهُ النَّارُ، أَنْتُمْ شُهَدَاءُ اللَّهِ فِي الأَرْضِ

Jenazah pertama kalian puji dengan kebaikan, maka dia berhak mendapat surga. Jenazah kedua kalian cela, maka dia berhak mandapat neraka. Kalian adalah saksi Allah di muka bumi.” (HR. Bukhari 1367; Muslim 949)

Ada beberapa keadaan ketika kematian, yang itu merupakan tanda husnul khotimah. Dalam kitab Ahkamul Jana`iz disebutkan beberapa diantaranya,

Pertama, mengucapkan syahadat menjelang wafat,

Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ كَانَ آخِرُ كَلاَمِهِ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

Siapa yang akhir ucapannya adalah kalimat ‘La ilaaha illallah’ dia akan masuk surga.” (HR. Abu Daud 3118)

Kedua, meninggal dengan keringat di dahi.

Suatu ketika, Buraidah bin Hashib radhiyallahu ‘anhu datang ke Khurasan, menjenguk saudaranya yang sedang sakit. Ternyata saudaranya dalam kondisi sakaratul maut. Ketika wafat, ada keringat di dahinya.

Buraidah langsung bertakbir,

“Allahu Akbar! Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَوْتُ الْمُؤْمِنِ بِعَرَقِ الْجَبِيْنِ

Meninggalnya seorang mukmin dengan keringat di dahi.” (HR. Ahmad 22964, Nasai 1839 dan yang lainnya)

Ketiga, meninggal pada malam atau siang hari Jum’at,

Dalam hadis dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوْتُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلاَّ وَقَاهُ اللهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ

Apabila ada seorang muslim yang meninggal pada hari Jum’at atau malam Jum’at, maka Allah akan menjaganya dari pertanyaan kubur.” (HR. Ahmad 6582, Turmudzi 1095, dan yang lainnya)

Keempat, syahid di medan perang

Allah Ta’ala berfirman,

وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ

Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati bahkan mereka hidup di sisi Rabb mereka dengan mendapatkan rizki.” (QS. Ali Imran: 169)

Dalam hadis, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan banyak keutamaan orang yang mati di medan jihad,

Dari Miqdam bin Ma’dikarib radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لِلشَّهِيْدِ عِنْدَ اللهِ سِتُّ خِصَالٍ: يُغْفَرُ لَهُ فِي أَوَّلِ دَفْعَةٍ مِنْ دَمِهِ، وَيُرَى مَقْعَدُهُ مِنَ الْجَنَّةِ، وَيُجَارُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَيَأْمَنُ الْفَزَعَ الْأَكْبَرَ، وَيُحَلَّى حِلْيَةَ الْإِيْمَانِ، وَيُزَوَّجُ مِنَ الْحُوْرِ الْعِيْنِ، وَيُشَفَّعُ فِي سَبْعِيْنَ إِنْسَانًا مِنْ أَقَارِبِهِ

Bagi orang syahid di sisi Allah ia beroleh enam perkara, yaitu diampuni dosanya pada awal mengalirnya darahnya, diperlihatkan tempat duduknya di surga, dilindungi dari adzab kubur, aman dari kengerian yang besar (hari kiamat), dipakaikan perhiasan iman, dinikahkan dengan hurun ‘in (bidadari surga), dan diperkenankan memberi syafaat kepada tujuh puluh orang dari kalangan kerabatnya.” (HR. Turmudzi 1764, Ibnu Majah 2905, dan yang lainnya)

Dalam hadis lain, ada seorang bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Ya Rasulullah, kenapa kaum mukminin mendapatkan ditanya dalam kubur mereka kecuali orang yang mati syahid?

Jawaban Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

كَفَى بِبَارَقَةِ السُّيُوْفِ عَلَى رَأْسِهِ فِتْنَةً

Cukuplah kilatan pedang di atas kepalanya sebagai ujian kesabaran baginya.” (HR. Nasai 2065 dan dishahihkan al-Albani)

Kelima, meninggal setelah bersabar dengan ujian yang Allah berikan

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya kepada para sahabat, “Siapakah syahid menurut kalian?”

‘Orang yang mati di jalan Allah, itulah syahid.’ Jawab para sahabat serempak.

“Berarti orang yang mati syahid di kalangan umatku hanya sedikit.” Lanjut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

‘Lalu siapa saja mereka, wahai Rasulullah?’ tanya sahabat.

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan daftar orang yang bergelar syahid,

مَنْ قُتِلَ فِي سَبِيلِ اللهِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ مَاتَ فِي سَبِيلِ اللهِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ مَاتَ فِي الطَّاعُونِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ مَاتَ فِي الْبَطْنِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَالْغَرِيقُ شَهِيدٌ

Siapa yang terbunuh di jalan Allah, dia syahid. Siapa yang mati (tanpa dibunuh) di jalan Allah dia syahid, siapa yang mati karena wabah penyakit Tha’un, dia syahid. Siapa yang mati karena sakit perut, dia syahid. Siapa yang mati karena tenggelam, dia syahid.” (HR. Muslim 1915).

Dalam hadis lain, dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قُتِلَ دُونَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ

“Siapa yang terbunuh karena membela hartanya maka dia syahid.” (HR. Bukhari 2480).

Dalam hadis lain dari Jabir bin Atik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الشَّهَادَةُ سَبْعٌ سِوَى الْقَتْلِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ: الْمَطْعُونُ شَهِيدٌ، وَالْغَرِقُ شَهِيدٌ، وَصَاحِبُ ذَاتِ الْجَنْبِ شَهِيدٌ، وَالْمَبْطُونُ شَهِيدٌ، وَصَاحِبُ الْحَرِيقِ شَهِيدٌ، وَالَّذِي يَمُوتُ تَحْتَ الْهَدْمِ شَهِيدٌ، وَالْمَرْأَةُ تَمُوتُ بِجُمْعٍ شَهِيدٌ

Selain yang terbunuh di jalan Allah, mati syahid ada tujuh: mati karena tha’un syahid, mati karena tenggelam syahid, mati karena sakit tulang rusuk syahid, mati karena sakit perut syahid, mati karena terbakar syahid, mati karena tertimpa benda keras syahid, wanita yang mati karena melahirkan syahid.” (HR. Abu Daud 3111 dan dishahihkan Al-Albani).

Ketika mejelaskan hadis daftar orang yang mati syahid selain di medan jihad, Al-Hafidz Al-Aini mengatakan,

فهم شُهَدَاء حكما لَا حَقِيقَة، وَهَذَا فضل من الله تَعَالَى لهَذِهِ الْأمة بِأَن جعل مَا جرى عَلَيْهِم تمحيصاً لذنوبهم وَزِيَادَة فِي أجرهم بَلغهُمْ بهَا دَرَجَات الشُّهَدَاء الْحَقِيقِيَّة ومراتبهم، فَلهَذَا يغسلون وَيعْمل بهم مَا يعْمل بِسَائِر أموات الْمُسلمين

Mereka mendapat gelar syahid secara status, bukan hakiki. Dan ini karunia Allah untuk umat ini, dimana Dia menjadikan musibah yang mereka alami (ketika mati) sebagai pembersih atas dosa-dosa mereka, dan ditambah dengan pahala yang besar, sehingga mengantarkan mereka mencapai derajat dan tingkatan para syuhada hakiki. Karena itu, mereka tetap dimandikan, dan ditangani sebagaimana umumnya jenazah kaum muslimin.” (Umdatul Qari Syarh Shahih Bukhari, 14/128).

Keenam, meninggal dalam keadaan berjaga (ribath) fi sabilillah (di daerah perbatasan negeri muslim dan kafir).

Salman al-Farisi radhiyallahu ‘anhu menyebutkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

رِبَاطُ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ خَيْرٌ مِنْ صِيَامِ شَهْرٍ وَقِيَامِهِ، وَإِنْ مَاتَ جَرَى عَلَيْهِ عَمَلُهُ الَّذِي كَانَ يَعْمَلُهُ، وَأًُجْرِيَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ وَأَمِنَ الْفَتّاَنَ

Berjaga-jaga (di jalan Allah) sehari dan semalam lebih baik daripada puasa sebulan dan shalat sebulan. Bila ia meninggal, amalnya yang biasa ia lakukan ketika masih hidup terus dianggap berlangsung dan diberikan rizkinya serta aman dari fitnah (pertanyaan kubur).” (HR. Muslim 5047)

Ketujuh, meninggal dalam keadaan beramal shalih.

Dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَالَ: لاَ إِلهَ إِلاَّ الله ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ خُتِمَ لَهُ بِهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ. وَمَنْ صَامَ يَوْمًا ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ خُتِمَ لَهُ بِهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ. وَمَنْ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ خُتِمَ لَهُ بِهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ

Siapa yang mengucapkan La ilaaha illallah karena mengharapkan wajah Allah yang dia menutup hidupnya dengan amal tersebut maka dia masuk surga. Siapa yang berpuasa sehari karena mengharapkan wajah Allah yang dia menutup hidupnya dengan amal tersebut maka dia masuk surga. Siapa yang bersedekah dengan satu sedekah karena mengharapkan wajah Allah yang dia menutup hidupnya dengan amal tersebut maka dia masuk surga.” (HR. Ahmad 23324 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth)

Semoga Allah menjadikan kita hamba-Nya yang istiqamah di atas kebenaran…

Amin.

Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)

Anjuran Shalawat pada Nabi

Terdapat perkataan miring dari sebagian orang yang membenci dakwah sunnah, bahwa salafiyyin, atau orang yang meneladani generasi salafush shalih dalam beragama, enggan bershalawat kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam atau bahkan dituduh anti-shalawat. Padahal salafiyyin, yang senantiasa berpegang-teguh pada dalil-dalil shahih, bershalawat ratusan kali setiap harinya. Hal ini merupakan konsekuensi dari mengikuti dalil-dalil shahih, karena banyak dalil-dalil shahih yang menganjurkan amalan tersebut. Berikut ini beberapa kesempatan dalam satu hari yang dianjurkan untuk bershalawat, berdasarkan dalil-dalil shahih:

1. Ketika Masuk Masjid

Sebagaimana hadits dari Fathimah Radhiallahu’anha:

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا دخل المسجد صلى على محمد وسلم ، وقال : رب اغفر لي ذنوبي ، وافتح لي أبواب رحمتك

Biasanya, ketika Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam masuk ke dalam masjid beliau bershalawat kemudian mengucapkan: Rabbighfirli Dzunubi Waftahli Abwaaba Rahmatik (Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku, dan bukalah untukku pintu-pintu Rahmat-Mu)” (HR. At Tirmidzi, 314. Dishahihkan Al Albani dalam Shahih Sunan At Tirmidzi).

Dan seorang salafi, masuk ke masjid minimal 5 kali dalam sehari.

2. Ketika Keluar Masjid

Sebagaimana kelanjutan hadits dari Fathimah Radhiallahu’anha:

وإذا خرج صلى على محمد وسلم ، وقال : رب اغفر لي ذنوبي وافتح لي أبواب فضلك

Dan ketika beliau keluar dari masjid, beliau bershalawat lalu mengucapkan: Rabbighfirli Dzunubi, Waftahlii Abwaaba Fadhlik (Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku, dan bukalah untukku pintu-pintu keutamaan-Mu)” (HR. At Tirmidzi, 314. Dishahihkan Al Albani dalam Shahih Sunan At Tirmidzi).

Dan seorang salafi, keluar dari masjid minimal 5 kali dalam sehari.

3. Ketika Tasyahud

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

سمع رسول الله صلى الله عليه وسلم رجلا يدعو في صلاته لم يمجد الله تعالى ولم يصل على النبي صلى الله عليه وسلم فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم عجل هذا ثم دعاه فقال له أو لغيره إذا صلى أحدكم فليبدأ بتمجيد ربه جل وعز والثناء عليه ثم يصلي على النبي صلى الله عليه وسلم ثم يدعو بعد بما شاء

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam mendengar seorang lelaki yang berdoa dalam shalatnya tanpa mengagungkan Allah dan tanpa bershalawat. Beliau pun berkata: ‘Orang ini terlalu tergesa-gesa’. Rasulullah lalu memanggil lelaki tersebut lalu menasehatinya: ‘Jika salah seorang diantara kalian berdoa mulailah dengan mengagungkanlah Allah, lalu memuji Allah, kemudian bershalawatlah, barulah setelah itu berdoa apa yang ia inginkan‘” (HR. Abu Daud, 1481. Dishahihkan Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Daud).

Pada ulama mengatakan bahwa tempat shalawat kepada Nabi di dalam shalat adalah setelah tasyahud awal dan akhir. Bahkan sebagian ulama menggolongkan shalawat setelah tasyahud akhir sebagai rukun shalat.

Dan seorang salafi, minimal ber-tasyahud 10 (5 x 2) kali dalam sehari.

4. Ketika disebut nama Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

اَلْبَخِيْلُ مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ

Orang pelit itu adalah orang yang ketika disebut namaku ia enggan bershalawat” (HR. At Tirmidzi no.3546, ia berkata: “Hasan Shahih Gharib”).

Seorang salafi, yang senantiasa bersemangat menuntut ilmu syar’i, ia membaca kitab para ulama, menghafal hadits, duduk di majlis-majlis ilmu, puluhan kali nama Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam disebut di sana sehingga ia pun puluhan kali bershalawat.

5. Ketika selesai mendengar adzan

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إذا سمعتم المؤذن فقولوا مثل ما يقول . ثم صلوا علي . فإنه من صلى علي صلاة صلى الله عليه بها عشرا

Jika kalian mendengarkan muadzin mengumandangkan adzan, ucapkanlah apa yang ia ucapkan. Kemudian bershalawatlah kepadaku. Karena setiap seseorang bershalawat kepadaku, Allah akan bershalawat kepadanya 10 kali” (HR. Muslim, no. 384)

Dan adzan, minimal 5 kali berkumandang setiap harinya.

6. Dalam rangkaian dzikir pagi

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

من صلى علي حين يصبح عشرا وحين يمسي عشرا أدركته شفاعتي يوم القيامة

Barangsiapa bershalawat kepadaku ketika pagi dan ketika sore masing-masing 10 kali, ia akan mendapatkan syafa’atku kelak di hari kiamat” (Dihasankan oleh Al Mundziri dalam Targhib Wat Tarhib, 1/314, juga oleh Al Haitsami dalam Majma’ Az Zawaid, 10/123. Sebagian ulama melemahkan hadits ini, semisal Al Albani dalam Adh Dha’ifah, 5788 )

Dan seorang salafi bersemangat menjaga dzikir pagi setiap harinya. Dalam rangkaian dzikir pagi juga banyak disebut nama Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam sehingga ketika mengamalkan dzikir pagi, puluhan kali shalawat diucapkan.

7. Dalam rangkaian dzikir sore

Sebagaimana hadits pada poin sebelumnya. Seperti paparan sebelumnya, ketika mengamalkan dzikir sore pun, puluhan kali shalawat diucapkan.

8. Ketika hendak berdoa

Sebagaimana hadits pada poin 3. Dan seorang salafi bersemangat memperbanyak doa, dalam rangka mengamalkan firman Allah:

ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

Berdoalah kepada-Ku, akan Aku kabulkan doa kalian. Sungguh orang-orang yang sombong, enggan beribadah kepada-Ku, akan Aku masukkan mereka ke neraka Jahannam yang pedih” (QS. Al-Mu’min: 60)

Terutama pada waktu-waktu yang mustajab untuk berdoa. Dan dalam 1 hari ada puluhan waktu mustajab untuk berdoa. Sehingga seorang salafi, puluhan kali bershalawat sebelum berdoa dalam sehari.

9. Pada waktu-waktu bebas yang tidak ditentukan

Seorang salafi senantiasa menggunakan waktunya agar tidak tersia-sia. Salah satu caranya dengan banyak berdzikir, dan diantara dzikir yang dianjurkan adalah bacaan shalawat kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Dianjurkan untuk memperbanyak shalawat kapan saja tanpa terikat kesempatan tertentu. Berdasarkan firman Allah Ta’ala:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Sesungguhnya Allah dan para Malaikatnya bershalawat kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kepadanya dan doakanlah keselamatan atasnya” (QS. Al Ahzab: 56)

Juga keumuman sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:

فإنه من صلى علي صلاة صلى الله عليه بها عشرا

Karena setiap seseorang bershalawat kepadaku, Allah akan bershalawat kepadanya 10 kali” (HR. Muslim, 384)

Di perjalanan, ketika menunggu, ketika istirahat, ketika berjalan, ketika dalam majelis, dan waktu-waktu lain kapan saja dan di mana saja.

10. Pada hari dan malam Jum’at

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إن من أفضل أيامكم يوم الجمعة فأكثروا علي من الصلاة فيه فإن صلاتكم معروضة علي قال فقالوا يا رسول الله وكيف تعرض صلاتنا عليك وقد أرمت قال يقولون بليت قال إن الله تبارك وتعالى حرم على الأرض أجساد الأنبياء صلى الله عليهم

Hari jumat adalah hari yang paling utama. Oleh karena itu perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari itu. Karena sesungguhnya shalawat kalian itu sampai kepadaku”. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin shalawat kami sampai kepadamu, sementara kelak engkau dikebumikan?”. Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta’ala telah mengharamkan bumi untuk menghancurkan jasad para Nabi shallallahu ‘alaihim” (HR. Abu Daud no. 1047. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami, 2212)

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:

أكثروا الصلاة علي يوم الجمعة و ليلة الجمعة ، فمن صلى علي صلاة صلى الله عليه عشرا

Perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari dan malam Jumat. Karena orang yang bershalawat kepadaku satu kali, Allah akan bershalawat kepadanya 10 kali” (HR. Al-Baihaqi, 3/249. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah, 1407)

Jelaslah sudah bahwa salafiyyin, orang-orang yang berpegang-teguh pada dalil Qur’an dan sunnah yang shahih, akan mengamalkan shalawat ratusan kali dalam sehari, bahkan lebih. Tentu saja dengan suara lirih, sendiri-sendiri, tidak dikeraskan dan tidak pula beramai-ramai. Namun perlu dicatat, bahwa setiap orang tentu memiliki juhud yang berbeda-beda dalam ibadahnya.

Adapun shalawat yang diingkari oleh salafiyyin adalah shalawat yang dikarang-karang serta dibuat-buat oleh orang, dan tidak pernah diajarkan oleh Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam maupun para shahabat serta generasi salafus shalih. Dikarang-karang lafadznya, juga tata-caranya. Para sahabat Nabi, orang yang paling mencintai beliau jauh lebih cinta dari kita semua, mereka tidak pernah mengarang-ngarang shalawat. Mereka bahkan bertanya kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam cara bershalawat:

يا رسول الله ، أما السلام عليك فقد عرفناه ، فكيف الصلاة ؟ قال : ( قولوا :اللهم صل على محمد وعلى آل محمد ، كما صليت على إبراهيم ، إنك حميد مجيد ، اللهم بارك على محمد وعلى آل محمد ، كما باركت على إبراهيم ، إنك حميد مجيد )

Wahai Rasulullah, tata cara salam terhadapmu, kami sudah tahu. Namun bagaimana cara kami bershalawat kepadamu? Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam bersabda: ‘Ucapkanlah: Allahumma Shalli ‘ala Muhammad Wa ‘ala Aali Muhammad, Kamaa Shallaita ‘ala Ibrahim Innaka Hamiidum Majid. Allahumma Baarik ‘ala Muhammad Wa ‘ala Aali Muhammad, Kamaa Baarakta ‘ala Ibraahim, Innaka Hamiidum Majid‘”. (HR. Bukhari 4797)

Apalagi shalawat-shalawat yang dikarang-karang oleh sebagian orang, dibumbui dengan khasiat-khasiat tertentu tanpa dalil. Diperparah lagi jika shalawat-shalawat buatan tersebut dilantunkan beramai-ramai menggunakan pengeras suara. Padahal Allah Ta’ala memerintahkan kita berdzikir dengan rendah diri, penuh takut dan bersuara lirih:

وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ

Berdzikirlah kepada Rabb-mu dengan penuh kerendahan diri, rasa takut serta tanpa suara yang dikeraskan” (QS. Al A’raf: 205)

Renungkanlah, dari apa yang kita paparkan di atas, andai kita mau mengamalkan shalawat berdasarkan dalil yang shahih, hari-hari kita akan sangat sibuk sekali. Maka, untuk apa kita masih mencari-cari atau mengarang-ngarang shalawat sendiri? Sahabat Ibnu Mas’ud Radhiallahu’anhu berkata:

اتَّبِعُوا وَلاَ تَبْتَدِعُوا ، فَقَد كُفِيتُم

Ikutilah saja (sunnah Nabi) dan jangan berbuat bid’ah. Sesungguhnya sunnah Nabi telah mencukupi kalian

Sumber: https://muslim.or.id/6584-siapa-bilang-salafi-pelit-bershalawat.html

Orang yang Dido'akan Malaikat

Berikut golongan orang orang yang dido'akan oleh para malaikat :

1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci.

Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa; Ya Allah, ampunilah hamba-Mu si fulan karena tidur dalam keadaan suci.” (HR. Imam Ibnu Hibban dari Abdullah bin Umar)

2. Orang yang sedang duduk menunggu waktu sholat.

Tidaklah salah seorang di antara kalian yang duduk menunggu sholat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya; Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia.” (HR. Imam Muslim dari Abu Hurairah, Shahih Muslim: 469)

3. Orang-orang yang berada di shaf barisan depan di dalam sholat berjamaah.

Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang – orang) yang berada pada shaf-shaf terdepan.” (HR. Imam Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah dari Barra’ bin ‘Azib)

4. Orang yang menyambung shaf sholat berjamaah (tidak membiarkan kosong di dalam shaf).

Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang-orang yang menyambung shaf-shaf.” (HR. Imam Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah)

5. Para malaikat mengucapkan “aamiin” ketika seorang Imam selesai membaca Al-Fatihah.

Jika seorang Imam membaca; ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladh-dhaalinn’, maka ucapkanlah oleh kalian “aamiin”, karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu.” (HR. Imam Bukhari dari Abu Hurairah, Shahih Bukhari: 782)

6. Orang yang duduk di tempat sholatnya setelah melakukan sholat.

Para malaikat akan selalu bershalawat (berdoa) kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat sholat di mana ia melakukan sholat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata; Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia.” (HR. Imam Ahmad dari Abu Hurairah, Al-Musnad no. 8106)

7. Orang-orang yang melakukan sholat shubuh dan ashar secara berjama’ah.

“Para malaikat berkumpul pada saat sholat shubuh lalu para malaikat (yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu sholat ‘ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga sholat ‘ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, “Bagaimana kalian meninggalkan hamba-Ku?”, mereka menjawab; kami datang sedangkan mereka sedang melakukan sholat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan sholat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat.”

(HR. Imam Ahmad dari Abu Hurairah, Al-Musnad no. 9140)

8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan.

Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata; “aamiin” dan engkau pun mendapatkan apa yang ia dapatkan.”

(HR. Imam Muslim dari Ummud Darda’, Shahih Muslim: 2733)

9. Orang-orang yang berinfak.

Tidak satu hari pun di mana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, “Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak”, dan lainnya berkata, “Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit (bakhil)”.

(HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Abu Hurairah, Shahih Bukhari: 1442 dan Shahih Muslim: 1010)

10. Orang yang sedang makan sahur.

Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat (berdoa ) kepada orang-orang yang sedang makan sahur” Insya Allah termasuk di saat sahur untuk puasa “sunnah”. (HR. Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath-Thabrani, dari Abdullah bin Umar)

11. Orang yang sedang menjenguk orang sakit.

Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh.” (HR. Imam Ahmad dari ‘Ali bin Abi Thalib, Al-Musnad: 754)

12. Seseorang yang sedang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.

Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah di antara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.

(Al-Hadits dari Abu Umamah Al-Bahily).

Semoga kita menjadi salah satu org yg selalu di doakan malaikat.

Aamiin.

Sabtu, 25 September 2021

Bahaya Bid'ah & Pelaku Bid'ah

Sudah selayaknya seorang muslim mencintai orang yang mengamalkan dan mendakwahkan sunnah, bukannya mencintai orang yang mengamalkan dan mendakwahkan bid'ah, apalagi ia sebagai tokoh dari ahlul bid'ah.

(1). Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu berkata :

"Demi Allah, aku yakin saat ini tidak ada seorangpun yang lebih diharapkan kematiannya di atas muka bumi ini oleh syaithan melebihi kematianku". Seseorang bertanya : "Mengapa ?" Ibnu Abbas berkata : "Demi Allah, bermacam-macam bid'ah telah bermunculan dari arah timur dan barat. Lalu bid'ah tersebut dibawa oleh seseorang sampai di hadapanku. Di saat bid'ah itu sampai di hadapanku, aku bergegas membungkamnya dengan Sunnah. Maka Sunnah memadamkannya" (Lihat al-Lalika'i di dalam I'tiqad Ahlus Sunnah 1/55 no. 12)

(2). Fudhail bin ’Iyadh rahimahullah berkata :

من أحب صاحب بدعة أحبط الله عمله وأخرج نور الإسلام من قلبه

"Barangsiapa yang mencintai ahlul bid’ah, maka Allah akan menggugurkan amalannya dan akan mengeluarkan cahaya Islam dari hatinya" (Al-Ibanah al-Kubra II/459 no. 440)

(3). Imam al-Auza'i rahimahullah berkata :

إذا ظهرت البدع فلم ينكرها أهل العلم صارت سنة

Apabila muncul suatu bid'ah namun orang yang memiliki ilmu tidak mengingkarinya niscaya perbuatan tersebut akan dianggap sunnah" (Lihat Syarafu Ashhabil Hadits hal 17)

(4). Imam Malik rahimahullah berkata :

من ابتدع في الإسلام بدعة يراها حسنة ، فقد زعم أن محمدا صلى الله عليه وسلم خان الرسالة ، لأن الله يقول :{اليوم أكملت لكم دينكم}، فما لم يكن يومئذ دينا فلا يكون اليوم دينا

"Barangsiapa yang melakukan bid’ah di dalam Islam yang dianggapnya baik (hasanah), maka sungguh dia telah menganggap (Nabi) Muhammad telah mengkhianati risalah, karena Allah Ta’ala berfirman : "Pada hari ini Aku telah menyempurnakan agama kalian untuk kalian" (QS. Al-Maidah [5]: 3). 

Maka perkara apa saja yang pada masa itu (saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hidup) tidak dianggap (sebagai bagian dari) agama, maka pada hari ini pun tidak (boleh) dianggap sebagai (bagian dari) agama" (Lihat al-I’tisham 1/49 oleh Imam asy-Syathibi 1/49)

(5). Imam Ahmad rahimahullah ditanya :

‏أيؤجر الرجل على بُغض من خالف حديث رسول الله ﷺ ؟

"Apakah seseorang mendapatkan pahala atas kebenciannya terhadap siapa saja yang menyelisihi hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam?". Maka beliau menjawab : إي والله "Ya, demi Allah" (I’laamul Muwaqqi’iin IV/166)

الرَّجُلُ يَصُومُ وَيُصَلِّي وَيَعْتَكِفُ أَحَبُّ إلَيْك أَوْ يَتَكَلَّمُ فِي أَهْلِ الْبِدَعِ؟ فَقَالَ: إذَا صامَ وَصَلَّى وَاعْتَكَفَ فَإِنَّمَا هُوَ لِنَفْسِهِ وَإِذَا تَكَلَّمَ فِي أَهْلِ الْبِدَعِ فَإِنَّمَا هُوَ لِلْمُسْلِمِينَ هَذَا أَفْضَلُ

Apakah orang yang berpuasa, sholat dan i’tikaf lebih baik ataukah yang berbicara tentang kejelekan ahlul bid’ah ? Maka beliau berkata : "Apabila ia berpuasa, sholat dan i’tikaf, maka manfaatnya hanyalah untuk dirinya sendiri, namun apabila ia berbicara tentang (kejelekan) ahlul bid’ah, maka manfaatnya untuk kaum muslimin, ini lebih baik" (Majmu’ Al-Fatawa 28/231)

(6). Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata :

"Seandainya Allah tidak memilih orang yang dapat menolak bahaya ahlul bid'ah maka rusaklah agama ini. Dan kerusakannya lebih dahsyat dari pada kerusakan yang ditimbulkan oleh musuh dari kalangan ahli perang, karena mereka jika telah menguasai tidak akan memulai dengan merusak hati serta agama kecuali terakhir. Adapun ahli bid'ah mereka langsung merusak hati" (Lihat Majmu' Al-Fatawa 28/231-232).

ﻓﺴﺎﺩ ﺍﻟﻴﻬﻮﺩ ﻭﺍﻟﻨﺼﺎﺭﻯ ﻇﺎﻫﺮ ﻟﻌﺎﻣﺔ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ، ﺃﻣﺎ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺒﺪﻉ ﻓﺈﻧﻪ ﻻ ﻳﻈﻬﺮ ﻓﺴﺎﺩﻫﻢ ﻟﻜﻞ ﺷﺨﺺ.

"Kerusakan Yahudi dan Nasrani jelas bagi keumuman kaum Muslimin, sedangkan ahlul bid'ah, kerusakan mereka tidak diketahui oleh setiap orang" (Lihat Majmu' Al-Fatawa 28/232)

(7). Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhohullah berkata :

لا شك أن البدعة شر من المعصية، وخطر المبتدع أشد على الناس من خطر العاصى

"Tidak diragukan bahwa bid’ah lebih buruk dibandingkan maksiat, dan bahaya ahlul bid’ah lebih besar dibandingkan bahaya orang yang berbuat maksiat" (Al-Ajwibatul Mufidah hal 27)

Wallahu Waliyyut Taufiq Was Sadaad

Budak Dunia

TIGA PULUH ENAM (36) TANDA ANDA SUDAH MENJADI BUDAK DUNIA

1. Anda tidak bersiap-siap saat waktu shalat akan tiba.

2. Anda melalui hari ini tanpa sedikitpun membuka lembaran Al-Qur'an lantaran Anda terlalu sibuk.

3. Anda sangat perhatian dengan omongan orang lain tentang diri Anda.

4. Anda selalu berpikir setiap waktu bagaimana caranya agar harta Anda semakin bertambah.

5. Anda marah ketika ada orang yang memberikan nasihat bahwa perbuatan yang Anda lakukan adalah haram.

6. Anda terus menerus menunda untuk berbuat baik. “Aku akan mengerjakannya besok, nanti, dan seterusnya.”

7. Anda selalu mengikuti perkembangan gadget terbaru dan selalu berusaha memilikinya.

8. Anda sangat tertarik dengan kehidupan para selebriti.

9. Anda sangat kagum dengan gaya hidup orang-orang kaya.

10. Anda ingin selalu menjadi pusat perhatian orang.

11. Anda selalu bersaing dengan orang lain untuk meraih cita-cita duniawi.

12. Anda selalu merasa haus akan kekuasaan dan kedigdayaan dalam hidup, dan perasaan itu tidak dapat dibendung.

13. Anda merasa tertekan manakala Anda gagal meraih sesuatu.

14. Anda tidak merasa bersalah saat melakukan dosa-dosa kecil.

15. Anda tidak mampu untuk segera berhenti berbuat yang haram, dan selalu menunda bertaubat kepada Allah.

16. Anda tidak kuasa berbuat sesuatu yang diridhai Allah hanya karena perbuatan itu bisa mengecewakan orang lain

17. Anda sangat perhatian terhadap harta benda yang sangat ingin Anda miliki.

18. Anda merencanakan kehidupan hingga jauh ke depan.

19. Anda menjadikan aktivitas belajar agama sebagai aktivitas pengisi waktu luang saja, setelah sibuk berkarir.

20. Anda memiliki teman-teman yang kebanyakannya tidak bisa mengingatkan Anda kepada Allah.

21. Anda menilai orang lain berdasarkan status sosialnya di dunia.

22. Anda melalui hari ini tanpa sedikitpun terbersit memikirkan kematian.

23. Anda meluangkan banyak waktu sia-sia melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat bagi kehidupan akhirat.24. Anda merasa sangat malas dan berat untuk mengerjakan suatu ibadah.

25. Anda tidak kuasa mengubah gaya hidup Anda yang suka berfoya-foya, walaupun Anda tahu bahwa Allah tidak menyukai gaya hidup seperti itu.

26. Anda senang berkunjung ke negeri-negeri kafir.

27. Anda diberi nasihat tentang bahaya memakan harta riba, akan tetapi Anda beralasan bahwa beginilah satu-satunya cara agar tetap bertahan di tengah kesulitan ekonomi.

28. Anda ingin menikmati hidup ini sepuasnya.

29. Anda sangat perhatian dengan penampilan fisik Anda.

30. Anda meyakini bahwa hari kiamat masih lama datangnya.

31. Anda melihat orang lain meraih sesuatu dan Anda selalu berpikir agar dapat meraihnya juga.

32. Anda ikut menguburkan orang lain yang meninggal, tapi Anda sama sekali tidak memetik pelajaran dari kematiannya.

33. Anda ingin semua yang Anda harapkan di dunia ini terkabul.

34. Anda mengerjakan shalat dengan tergesa-gesa agar bisa segera melanjutkan pekerjaan.

35. Anda tidak pernah berpikir bahwa hari ini bisa jadi adalah hari terakhir Anda hidup di dunia.

36. Anda merasa mendapatkan ketenangan hidup dari berbagai kemewahan yang Anda miliki, bukan merasa tenang dengan mengingat Allah.

TAMBAHAN:

Cinta dunia menjadikan dunia sebagai cita-cita terbesar manusia. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

Shahîh, HR Ahmad (V/183), Ibnu Majah (no. 4.105), Ibnu Hibban (no. 72-Mawâriduzh Zham-ân), dan al-Baihaqi (VII/288) dari Sahabat Zaid bin Tsabit z . Lafazh ini milik Ibnu Majah. Dishahîhkan oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahîhah (no. 950).

Imam Ibnul-Qayyim rahimahullah berkata:Pecinta dunia tidak akan terlepas dari tiga hal:

(1) kesedihan (kegelisahan) yang terus-menerus,

(2) kecapekan (keletihan) yang berkelanjutan, dan

(3) penyesalan yang tidak pernah berhenti.

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla berfirman :Wahai anak Adam! Curahkanlah (gunakanlah) waktumu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku penuhi dadamu dengan kekayaan (kecukupan) dan Aku tutup kefakiranmu. Jika engkau tidak melakukannya, maka Aku penuhi kedua tanganmu dengan kesibukan.

Jumat, 24 September 2021

Dari Siapa Kamu Mengambil Ilmu Agamamu!

Di antara adab dan syarat yang paling penting dalam hal menuntut ilmu adalah mengetahui sumber pengambilan ilmu yang benar dan memahami siapa yang pantas dijadikan sebagai rujukan dan guru dalam menimba ilmu agama.

Imam besar Ahlus sunnah dari generasi Tabi’in, Muhammad bin Sirin berkata, “Sesungguhnya ilmu agama (yang kamu pelajari) adalah agamamu (yang akan membimbingmu meraih ketakwaan kapada Allâh), maka telitilah dari siapa kamu mengambil (ilmu) agamamu.

Artinya, janganlah kamu mengambil ilmu agama dari sembarang orang, kecuali orang yang telah kamu yakini keahlian dan kepantasannya untuk menjadi tempat mengambil ilmu.

Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu berkata :

اُنْظُرُوا عَمَّنْ تَأْخُذُونَ هَذَا الْعِلْمَ فَإِنَّمَا هُوَ دِينٌ

“Perhatikanlah dari siapa kamu mengambil ilmu ini, karena sesungguhnya ia adalah agama”

Perkataan ini juga diriwayatkan dari sejumlah Salafush Shalih, seperti Muhammad bin Siirin, adh Dhahhak bin Muzahim, dan lain-lain (Lihat muqaddimah Shahih Muslim).

Imam Malik rahimahullah berkata :

لاَ يُؤْخَذُ الْعِِلْمُ عَنْ أَرْبَعَةٍ: سَفِيْهٍ مُعلِنِ السَّفَهِ , وَ صَاحِبِ هَوَى يَدْعُو إِلَيْهِ , وَ رَجُلٍ مَعْرُوْفٍ بِالْكَذِبِ فِيْ أَحاَدِيْثِ النَّاسِ وَإِنْ كَانَ لاَ يَكْذِبُ عَلَى الرَّسُوْل صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , وَ رَجُلٍ لَهُ فَضْلٌ وَ صَلاَحٌ لاَ يَعْرِفُ مَا يُحَدِّثُ بِهِ

Ilmu tidak boleh diambil dari empat orang:

(1) Orang bodoh yang nyata kebodohannya,

(2) Shahibu hawa` (pengikut hawa nafsu) yang mengajak agar mengikuti hawa nafsunya,

(3) Orang yang dikenal dustanya dalam pembicaraan-pembicaraannya dengan manusia, walaupun dia tidak pernah berdusta atas (nama) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ,

(4) Seorang yang mulia dan shalih yang tidak mengetahui hadits yang dia sampaikan.

Kamis, 23 September 2021

Tata Cara Shalat

1.1. Batasan batasan Anggota Wudhu


1.2. Tata Cara Wudhu sesuai Rosululloh


2.1. Tata cara Tayamum


2.2. Tata cara Tayamum


2.3. Tata cara Tayamum di kendaraan


4. Persiapan Shalat


5. Berdiri Ketika Shalat Fardhu


6. Sutra


9. Takbiratul ihram


10. Bersedekap


11. Melihat Tempat Sujud


12. Membaca ta'awudz dan basmalah


13. Membaca Al Fatihah


14. Bacaan Amin yg benar dalam Shalat


20. Tuma'ninah dalam ruku'


21. Gerakaan I’tidal dalam Shalat


22. Bacaan I’tidal


24. Tata Cara sujud yg benar dalam Shalat


25. Wajib Tuma’ninah ketika sujud


26. Bacaan Sujud


27. Bangkit dari sujud


28. Larangan ketika sujud


29. Cara bangkit


30. Duduk istirahat


31. Tata cara duduk diantara dua sujud


32. Doa diantara dua sujud


33. Tata Cara Tasyahud Awal


34. Bacaan Doa Tasyahud Awal


35. Dua Catatan untuk Tasyahud Awal


36. Bacaan dalam Tasyahud Akhir


37.1. Tata cara duduk ketika Tasyahud Akhir


37.2. Cara Salam


Rabu, 22 September 2021

Hisab (Tanya Jawab)

 Pertanyaan.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : "Apakah hari perhitungan itu hanya sehari ?"

Jawaban :

Memang hari perhitungan itu hanya sehari, akan tetapi sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun, sebagaimana difirmankan Allah Ta'ala.

"Artinya : Seorang peminta telah meminta kedatangan azab yang bakal terjadi. Untuk orang-orang kafir, yang tidak seorangpun dapat menolaknya, (Yang datang) dari Allah, Yang mempunyai tempat-tempat naik. Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Rabb dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun". [Al-Ma'arij : 1-4].

Yakni, azab ini akan menimpa orang-orang kafir dalam sehari yang kadarnya limu puluh ribu tahun. Dalam hadits Shahih Muslim disebutkan hadits dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :"Tiada seorangpun dari pemilik emas atau pemilik perak yang tidak menunaikan haknya, melainkan pada hari kiamat akan dibentangkan untuknya papan dari logam dan dipanaskan di atasnya dalam Naar Jahannam, lalu dipangganglah lambungnya, dahinya dan punggungnya. Ketika telah dingin, dikembalikan lagi dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun sehingga tertunaikanlah segala yang berkaitan dengan hamba". Hari yang panjang ini adalah hari yang menyusahkan bagi orang-orang kafir. Allah Ta'ala berfirman.

"Artinya : Dan adalah (hari itu), hari yang penuh kesukaran bagi orang-orang yang kafir". [Al-Furqan : 26].

"Artinya : Maka waktu itu adalah waktu (datangnya) hari yang sulit, bagi orang-orang kafi lagi tidak mudah". [Al-Mudatsir : 10].

Namun dapat dipahami dari dua ayat ini bahwa bagi orang-orang mukmin adalah mudah. Hari yang amat panjang ini dan penuh dengan hal-hal yang menakutkan dan perkara-perkara yang luar biasa djadikan mudah oleh Allah Ta'ala bagi orang mukmin dan menyusahkan bagi orang kafir. Kita memohon kepada Allah Ta'ala kiranya berkenan menjadikan kita dan saudara-saudara kita termasuk golongan yang diberi kemudahan oleh Allah pada hari kiamat.

Terlalu berlebihan dalam memikirkan dan menyelami masalah-masalah ghaib, seperti ini termasuk perbuatan tanatthu' (berelebihan/melampui batas) yang pernah disinyalir oleh Nabi melalui sabdanya ;" Celakalah orang-orang yang berlebihan, celakalah orang-orang yang berlebihan, celakalah orang-orang yang berlebihan".

Tugas kita sebagai manusia dalam masalah-masalah semacam ini adalah pasrah saja dan mengambil zhahirnya makna tanpa perlu menyelami atau berusaha mengqiyaskan dengan hal-hal yang terdapat di dunia ; karena hal-hal yang ada di akhirat itu tidak seperti yang ada di dunia. Meskipun terdapat keserupaan secara makna, akan tetapi antara keduanya terdapat perbedaan yang besar. Sebagai contoh, Allah Ta'ala menyebutkan bahwa di dalam surga itu terdapat kurma, delima, buah-buahan, daging burung, madu, air, susu, khamr, dan sejenisnya namun Allah Ta'ala berfirman.

"Artinya : Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan". [As-Sajadah : 17].

Dalam sebuah hadits qudsi disebutkan bahwa Allah berkata :
"Artinya : Aku sediakan bagi hamba-hamba-Ku yang shalih sesuatu yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah di dengar oleh telinga, dan belum pernah terdetik dalam hati maunusia".

Nama-nama ini yang memiliki substansi di dunia ini tidak berarti bahwa hal itu sama seperti yang disebutkan oleh Allah mengenai hal-hal yang ada di akhirat, meskipun secara asalnya maknanya ada kesamaan.

Setiap hal-hal yang ghaib yang memiliki kesamaan asal maknanya dengan hal-hal yang bisa kita lihat di alam dunia ini tidak memiliki kesamaan dalam substansi. Karena kita dan siapa saja mesti memperhatikan kaedah ini dan hendaklah dalam menghadapi masalah-masalah yang ghaib seperti ini dibiarkan menurut makna zhahirnya saja tanpa perlu berusaha mencari-cari arti lain dibalik itu.

Oleh karena itulah ketika Imam Malik Rahimahullah ditanya mengenai firman Allah Ta'ala.

"Artinya : Yang Maha Rahman beristiwa di atas 'Arsy".

"Bagaimana Ia beristiwa ?", beliau menggeleng-gelengkan kepala sampai keringatnya bercucuran, karena pertanyaan tersebut terasa amat berat baginya. Kemudian beliau berkata yang kemudian jawaban beliau ini menjadi masyhur dan menjadi neraca untuk setiap apa yang disifatkan oleh Allah bagi diri-Nya. 
Kata beliau :"Istiwa' itu tidak majhul, kaifiatnya tidak ma'qul (tidak masuk akal atau tidak bisa dimengerti), iman dengannya wajib, dan mempertanyakannya adalah bid'ah".

Mempertanyakan secara mendalam mengenai masalah-masalah semacam ini merupakan bid'ah, karena para sahabat Radhiyallahu 'Anhum yang merupakan generasi yang paling tamak terhadap ilmu dan kebaikan, apalagi kalau dibandingkan dengan kita, tidak pernah bertanya kepada Nabi dengan sejenis pertanyaan-pertanyaan semacam itu. Cukuplah kiranya mereka itu mejadi teladan.

Apa yang kami katakan disini yang ada kaitannya dengan masalah hari akhir, tak berbeda permasalahannya dengan segala yang terkait dengan sifat-sifat Allah 'Azza wa Jalla yang Dia sendiri sifatkan untuk diri-Nya. Di antaranya : Dia memiliki ilmu, kekuasaan, pendengaran, penglihatan, perkataan dan sebagainya. Maka substansi dari itu semua jika dinisbatkan kepada Allah 'Azza wa Jalla, tentu tidak ada sesuatupun yang menyerupai atau menyamainya, yang jika hal itu dinisbatkan kepada manusia apa yang menyerupainya. Setiap sifat mengikuti maushufnya (yang disifati). karena Allah Ta'ala tidak ada yang menyerupainya dalam hal sifat-sifat-Nya.

Pendek kata, bahwa hari akhir adalah satu hari. Ia merupakan hari yang amat menyusahkan bagi orang-orang kafir, dan bagi orang-orang mukmin ringan dan mudah. Segala pahala dan siksa yang ada di hari akhir itu termasuk perkara yang tidak bisa diketahui hakekatnya di kehidupan dunia ini, meskipun asal maknanya dapat kita ketahui dalam kehidupan dunia ini.

[Disalin dari buku Fatawa Anil Iman wa Arkanihi, edisi Indonesia Soal Jawab Masalah Iman dan Tauhid terbitan At-Tibyan' hal 39-42]

<< Kembali>>

Bagaimana Amal Perbuatan Itu Ditimbang (tanya jawab)

 Pertanyaan.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : “Bagaimana amal perbuatan itu ditimbang sedangkan ia adalah sekedar sifat bagi yang melakukan amalan tersebut ?

Jawaban.

Kaedah dalam menghadapi masalah semacam ini adalah - - sebagaimana telah kita kemukakan juga di atas- - kita pasrah dan menerima apa adanya saja. Kita tidak perlu menanyakan bagaimana dan mengapa. Namun ada juga ada ulama –Rahimahullah- yang berusaha memberikan jawaban atas pertanyaan diatas.

Mereka mengatakan bahwa amal perbuatan tersebut itu dirubah menjadi suatu bentuk sehingga ia memiliki jism lalu ditaruh dalam timbangan sehingga dapat diketahui berat atau ringannya amal tersebut.

Mereka mengambil contoh dari hadits shahih dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Pada hari kiamat kematian itu dijadikan dalam bentuk kibas (domba), kemudian memanggil penghuni jannah, “Wahai penghuni jannah!” Lalu merekapun muncul dan menjulurkan lehernya untuk melihat. Kemudian ia memanggil. ‘Wahai penghuni naar !” Lalu merekapun muncul dan menjulurkan lehernya untuk melihat. “Apa yang terjadi ?” Lalu kematian itu didatangkan dalam bentuk domba, lalu ditanyakan, “Apakah kalian tahu ini ?” Mereka menjawab “Ya”. Kematian itu akhirnya disembelih antara jannah dan naar, lalu dikatakan, “Wahai penghuni jannahm kekallah dan tiada kematian. Dan wahai penghuni naar, kekallah dan tiada kematian!”.

Kita semua tahu bahwa kematian merupakan sifat, akan tetapi Allah menjadikannya sebagai suatu bentuk yang berdiri sendiri. Demikian jugalah amal perbuatan itu menjadi suatu bentuk lalu ditimbang. Wallahu ‘alam.


[Disalin dari buku Fatawa ‘Anil Iman wa Arkanihi edisi Indonesia Soal Jawab Masalah Iman Dan Tauhid, At-Tibyan hal 45-46]

<< Kembali>>

Jannah dan Naar ? (Tanya Jawab)

Pertanyaan :

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : "Apakah Jannah dan Naar sudah ada ?

Jawaban :

Ya, memang Jannah maupun Naar sekarang ini sudah ada. Dalilnya bisa kita dapatkan dalam Kitab dan Sunnah.

Dalam Al-Kitab, Allah berfirman mengenai Naar.
Artinya : "Dan takutlah akan naar yang dipersiapkan bagi orang-orang kafir" [Ali-Imran : 131]

Dan mengenai Jannah, Allah Ta'ala berfirman.
Artinya : "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada
Jannah yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa
" [Ali-Imran : 133]

Dalam As-Sunnah, telah disebutkan dalam kitab Shahih Al-Bukhari dan Muslim serta lainnya mengenai kisah gerhana matahari bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bangkit untuk shalat, lalu diperlihatkan Jannah dan Naar kepada beliau.

Beliau menyaksikan Jannah sehingga ingin meraih satu tanda darinya, kemudian ternyata beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak melakukannya. Selanjutnya beliau melihat Naar, dan beliau melihat bahwa di dalam Naar tersebut terdapat 'Amru bin Luhay Al-Khaza'i' menjulurkan ususnya keluar dari perutnya dan ia menjulurkannya ke dalam api Naar. Karena dialah orang yang mula-mula memasukkan kemusyrikan ke dalam tubuh bangsa Arab. Dengan demikian dia memperoleh bagian dari adzab yang menimpa orang-orang yang datang setelahnya (yang mengikuti tindak kemusyrikannya).

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam juga melihat seorang wanita sedang di adzab gara-gara seekor kucing yang diikatnya hingga mati ; tidak diberi makan dan tidak pula dilepaskan untuk mencari makan sendiri. Ini semua menunjukkan bahwa Jannah maupun Naar sekarang ini sudah ada.

[Disalin dari kitab Fatawa Anil Iman wa Arkaniha, yang di susun oleh Abu Muhammad Asyraf bin Abdul Maqshud, edisi Indonesia Soal-Jawab Masalah Iman dan Tauhid, hal 50-52 Pustaka At-Tibyan]

<< Kembali>>

Dua Kalimat Syahadat (Tanya Jawab)

 Tanya :

Apakah maksud dua kalimat syahadat ?

Jawab :

Dua kalimat syahadat "kesaksian bahwa tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan kesaksian bahwa Muhammad adalah utusan Allah" adalah kunci masuk Islam, dan tidak mungkin seseorang masuk kedalam Agama Islam kecuali dengan keduanya, oleh karena itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan Mu'adz bin Jabal ketika mengutusnya ke Yaman agar memulai da'wahnya dengan mengajak manusia untuk mengucapkan dua kalimat syahadat ( yaitu kesaksian bahwa tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah ). 
Adapun kalimat yang pertama " kesaksian bahwa tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah " maksudnya adalah seseorang mengakui dengan lisan dan hatinya bahwa tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah 'Azza wa Jalla, karena kata ilaah berarti yang disembah. Dan maksudnya adalah tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah Ta'ala, kalimat ini mengandung "nafi" yang berarti meniadakan dan "itsbat" yang berarti menetapkan, adapun nafi yaitu kata-kata " laa ilaaha" yang berarti tiada tuhan yang berhak disembah, adapun Itsbat yaitu pada kata-kata " illa Allah" yang berarti kecuali Allah. 
Dan kesaksian tersebut merupakan pengakuan dengan lisan setelah beriman dengan kata-kata yang diucapkan itu dengan hati, kalimat ini mengandung memurnikan ibadah hanya untuk Allah semata dan meniadakan kebolehan beribadah kepada selain Allah. Adapun kalimat yang kedua " kesaksian bahwa Muhammad adalah utusan Allah" maksudnya adalah pengakuan dengan lisan dan menyakini dengan hati bahwa Muhammad bin Abdullah adalah utusan Allah kepada seluruh makhluk-Nya baik jin atau manusia, 
sebagaimana Allah berfirman :{ Katakanlah (hai Muhammad) wahai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kamu semua, (Allah) Yang miliknya kerajaan langit dan bumi tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Dia Yang Menghidupkan dan Mematikan, Maka berimanlah kamu sekalian kepada Allah dan Rasul-Nya nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kalimat-Nya dan ikutilah dia agar kamu mendapat petunjuk} al-'araaf :58
Kesaksian ini menuntut orang yang mengucapkannya untuk membenarkan apa yang Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam kabarkan, dan mentaati perintah-perintahnya dan menjauhi segala larangannya dan tidak beribadah kepada Allah kecuali sesuai dengan syariat yang dibawanya, dan syahadat ini juga menuntut agar tidak berkeyakinan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mempunyai hak dalam ketuhanan dan untuk mengatur alam semesta dan mempunyai hak untuk disembah, akan tetapi dia adalah seorang hamba yang tidak boleh disembah, seorang rasul yang tidak pernah dusta dan tidak boleh didustakan, dan tidak dapat mendatangkan kebaikan atau menangkal bahaya dari dirinya atau dari orang lain kecuali dengan kehendak Allah Ta'ala sebagaimana Allah berfirman:
{ Katakanlah : aku tidak mengatakan kepada kalian , bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak pula aku mengetahui yang ghaib dan tidak pula aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku.} al-An'aam : 50
Dia adalah seorang hamba yang diperintahkan yang mengikuti apa yang diperintahkan. 
Dan Allah berfirman : { katakanlah : sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu kemaudharatan-pun kepadamu dan tidak pula sesuatu keemanfa'atan. Katakanlah : sesungguhnya aku sekli-kali tiada seorangpun yang dapat melindungiku dari azab Allah dan sekali-kali tiada akan memperoleh tempat berlindung selain dari-Nya.} al-Jinn : 21-22. Wallahu a'lam.

Fatwa, 28 dzulhijjah ,Majmu' Fatawa, Syaikh 'Utsaimin, Jilid 12, hal, 415

<< Kembali>>

Makna Ikhlas (Tanya Jawab)

 Tanya :

Apakah makna ikhlas itu ?

Jawab :

Ikhlas karena Allah artinya apabila seseorang memaksudkan ibadahnya untuk bertaqarrub ( mendekatkan diri ) kepada Allah dan bertawassul ( menjadikan ibadahnya itu untuk mencapai ) kemuliaan-Nya. Apabila seseorang memaksudkan ibadahnya untuk sesuatu yang lain, maka disini ada uraiannya, yang dapat dirinci menurut tiga macam golongan :

1.Seseorang bermaksud untuk taqarrub kepada selain Allah dalam ibadah ini dan untuk mendapatkan sanjungan dari orang lain. Tentu saja hal ini menggugurkan pahala amal dan ini termasuk syirik.

Dalam hadits qudsi Allah berfirman :" Aku adalah sekutu yang paling tidak membutuhkan sekutu. Barang siapa melakkukan suatu amal yang dia menyekutukan selain Aku di dalamnya bersamaKu, maka Aku meninggalkannya dan dia tetap dalam sekutunya".

2. Ibadahnya dimaksudkan untuk mencapai tujuan duniawi, seperti kursi kepemimpinan, kedudukan dan harta, tanpa memaksudkannya untuk taqarrub kepada Allah, maka amal semacam ini gugur dan tidak dapat mendekatkanya kepada Allah sebagai mana Allah berfirman :

"Barang siapa yang menghendaki kehiduupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepadanya balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka, dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan" ( Hud: 15-16 ).

Perbedaan antara golongan pertama dan kedua, kalau golongan pertama bermaksud agar mendapat sanjungan dari ibadahnya kepada Allah, sedang golongan kedua tidak bermaksud agar dia disanjung sebagai ahli ibadah kepada Allah, dan dia tidak ada kepentingan dengan sanjungan manusia karena perbuatannya

3. Seseorang memaksudkan ibadahnya untuk taqarrub kepada Allah dan sekaligus untuk tujuan duniawi yang bisa diperolehnya. Seperti dia bermaksud membersihkan badan di samping berniat beribadah kepada Allah tatkala melakukan thaharah , mendirikan shalat sambil melatih badan dan pergerakkannya, puasa sambil menyusutkan berat badan dan menghilangkan kelebihan lemak, menunaikan ibadah haji sambil melihat masya'ir dan para jama'ah, semua ini dapat mengurangi balasan keikhlasan.

Andaikata yang lebih banyak adalah niat ibadah, maka dia kehilangan balasan kesempurnaan amal.Tetapi hal itu tidak menyeretnya kepada dosa, yang didasarkan pada firman Allah :

"Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia(rizki hasil perniagaan ) dari Rabb-Mu" ( al-Baqarah:198).

Apabila yang lebih banyak adalah niat untuk selain ibadah, maka dia tidak memperoleh balasan di akhirat. Tetapi balasannya hanya dia peroleh di dunia saja. Bahkan dikhawatirkan hal itu akan menyeretnya kepada dosa. Sebab dia menjadikan ibadah yang mestinya merupakan tujuan paling tinggi, sebagai sarana untuk mendapatkan keduniaan yang rendah nilainya, akhirnya ia termasuk orang-orang yang Allah firmankan :

{ dan diantara mereka ada orang yang mencelamu tentang pembagian zakat, jika mereka diberi sebagian dari padanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi sebagian daripadanya, dengan serta merta mereka menjadi marah }.Terjemah QS: At-Taubah:58.

Dalam sunan Abu Daud, dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu :

sesungguhnya ada seorang laki-laki berkata: Wahai Rasulullah, seseorang ada yang ingin berjihad, dan dia ingin mendapatkan imbalah dari imbalan dunia? Maka Beliau berkata : "Tidak ada pahala baginya" orang itu mengulang hingga tiga kali. Dan beliau berkata," tidak ada pahala baginya". Dan dalam hadits Bukhari dan Muslim,Rasulullah bersabda :"Barangsiapa yang hijrahnya untuk dunia yang bisa diperolehnya atau untuk wanita yang bisa dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa yang dia berpindah kepadanya".

Apabila dua tujuan dalam takaran yang berimbang, niat ibadah tidak lebih banyak daripada niat selain ibadah, maka penilaian yang lebih dekat dengan kebenaran ialah, dia tidak mendapat pahala apa-apa. Perbedaan antara golongan ini dengan golongan sebelumnya, bahwa tujuan selain ibadah pada golongan sebelumnya merupakan itu sasarannya.Kehendaknya merupakankehendak yang berasal dari amalnya, seakan-akan apa yang dituntut dari pekerjaannya hanyalah urusan dunia belaka.

Apabila ada yang bertanya : apakah timbangan untuk mengetahui tujuan orang yang termasuk dalam golongan ini, lebih banyak untuk ibadah atau pun bukan untuk ibadah ? Dapat dijawab : timbangannya ialah apabila dia tidak menuruh perhatian kecuali kepada ibadah, berhasil maupun tidak , maka hal ini telah menunjukkan niatnya lebih besar tertuju untuk ibadah. Dan kebalikannnya merupakan indikasi dari kebalikannya pula.

Bagaimanapun juga, niat adalah perkataan hati, yang urusannya amat besar dan penting. Seseorang bisa naik ke derajat shiddiqin dan bisa melorot ke tingkatan orang-orang yang paling bawah karena perkataan hati itu. Sebagian orang salaf berkata : diriku tidak pernah berperang melawan sesuatu seperti perangnya menghadapi keikhlasan ." kita memohon keikhlasan dalam niat dan kebaikan dalam amal kepada Allah bagi kami dan juga bagi kalian semua.

Fatwa syaikh Muhammad Shalih 'Utsaimin.juz: 1 

<< Kembali>>

Soal Jawab Aqidah

 1. 𝗨𝗻𝘁𝘂𝗸 𝗔𝗽𝗮 𝗔𝗹𝗹𝗮𝗵 𝗠𝗲𝗻𝗰𝗶𝗽𝘁𝗮𝗸𝗮𝗻 𝗞𝗶𝘁𝗮 ?

𝗝𝗮𝘄𝗮𝗯

" Dia menciptakan kita agar beribadah kepada-nya serta tidak menyekutukanNya dengan sesuatu pun.

𝗗𝗮𝗹𝗶𝗹 𝗗𝗮𝗿𝗶 𝗔𝗹 - 𝗤𝘂𝗿'𝗮𝗻 : 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku."

(QS. Az-Zariyat 51: Ayat 56)

𝗗𝗮𝗹𝗶𝗹 𝗗𝗮𝗿𝗶 𝗛𝗮𝗱𝗶𝘀𝘁

"Hak Allah atas hambanya bahwa mereka menyembahnya dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu pun." ( HR. Muttafaqun alaih )

2. 𝗕𝗮𝗴𝗮𝗶𝗺𝗮𝗻𝗮 𝗞𝗶𝘁𝗮 𝗠𝗲𝗻𝘆𝗲𝗺𝗯𝗮𝗵 𝗔𝗹𝗹𝗮𝗵 𝗧𝗮'𝗮𝗹𝗮 ?

𝗝𝗮𝘄𝗮𝗯

" sebagaimana Allah dan rasulnya perintahkan."

𝗗𝗮𝗹𝗶𝗹 𝗗𝗮𝗿𝗶 𝗔𝗹-𝗤𝘂𝗿'𝗮𝗻

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَمَآ أُمِرُوٓا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ ۚ وَذٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

"Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah, dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan sholat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar)." (QS. Al-Bayyinah 98: Ayat 5)

𝗗𝗮𝗹𝗶𝗹 𝗗𝗮𝗿𝗶 𝗛𝗮𝗱𝗶𝘀𝘁/𝗦𝘂𝗻𝗻𝗮𝗵 : 

" Barangsiapa melakukan suatu amal yang tidak ada dalam ajaran kami, maka amalan itu tertolak."

( HR. Muslim )

3. 𝗔𝗽𝗮𝗸𝗮𝗵 𝗞𝗶𝘁𝗮 𝗠𝗲𝗻𝘆𝗲𝗺𝗯𝗮𝗵 𝗔𝗹𝗹𝗮𝗵 𝗗𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗣𝗲𝗿𝗮𝘀𝗮𝗮𝗻 𝗧𝗮𝗸𝘂𝘁 𝗗𝗮𝗻 𝗛𝗮𝗿𝗮𝗽 ?

𝗝𝗮𝘄𝗮𝗯 : 

" Ya ! Kita menyembah Allah dengan rasa takut dan harap."

𝗗𝗮𝗹𝗶𝗹 𝗗𝗮𝗿𝗶 𝗔𝗹 - 𝗤𝘂𝗿'𝗮𝗻 : 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَلَا تُفْسِدُوا فِى الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلٰحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِينَ

"Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan." (QS. Al-A'raf 7: Ayat 56)

𝗗𝗮𝗹𝗶𝗹 𝗗𝗮𝗿𝗶 𝗛𝗮𝗱𝗶𝘀𝘁/𝘀𝘂𝗻𝗻𝗮𝗵 : 

" saya memohon surga kepada Allah dan berlindung dengannya dari neraka." ( HR. Abu Daud, Hadist Shahih )

4. 𝗔𝗽𝗮 𝗬𝗮𝗻𝗴 𝗗𝗶𝗺𝗮𝗸𝘀𝘂𝗱 𝗜𝗵𝘀𝗮𝗻 𝗗𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗜𝗯𝗮𝗱𝗮𝗵 ?

𝗝𝗮𝘄𝗮𝗯 : 

" Ihsan artinya merasa diawasi oleh Allah, yang dia selalu melihat kita."

𝗗𝗮𝗹𝗶𝗹 𝗗𝗮𝗿𝗶 𝗔𝗹 - 𝗤𝘂𝗿'𝗮𝗻 : 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

يٰٓأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِى خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وٰحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَآءً ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِى تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَالْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

"Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 1)

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

الَّذِى يَرٰىكَ حِينَ تَقُومُ

"Yang melihat engkau ketika engkau berdiri (untuk sholat)," (QS. Asy-Syu'ara' 26: Ayat 218)

𝗗𝗮𝗹𝗶𝗹 𝗗𝗮𝗿𝗶 𝗛𝗮𝗱𝗶𝘀𝘁/𝘀𝘂𝗻𝗻𝗮𝗵 : 

" Ihsan adalah engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihatnya, sesungguhnya dia melihatmu." ( HR. Muslim )

5. 𝗨𝗻𝘁𝘂𝗸 𝗔𝗽𝗮 𝗔𝗹𝗹𝗮𝗵 𝗠𝗲𝗻𝗴𝘂𝘁𝘂𝘀 𝗣𝗮𝗿𝗮 𝗥𝗮𝘀𝘂𝗹 ?

𝗝𝗮𝘄𝗮𝗯 : 

untuk mengajak beliau beribadah kepada-nya dan menghapuskan kesyirikan terhadapnya.

𝗗𝗮𝗹𝗶𝗹 𝗗𝗮𝗿𝗶 𝗔𝗹 - 𝗤𝘂𝗿'𝗮𝗻 : 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِى كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطّٰغُوتَ ۖ فَمِنْهُمْ مَّنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلٰلَةُ ۚ فَسِيرُوا فِى الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عٰقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ

"Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang Rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), "Sembahlah Allah, dan jauhilah Tagut", kemudian di antara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka berjalanlah kamu di Bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul)."

(QS. An-Nahl 16: Ayat 36)

𝗗𝗮𝗹𝗶𝗹 𝗗𝗮𝗿𝗶 𝗛𝗮𝗱𝗶𝘀𝘁/𝘀𝘂𝗻𝗻𝗮𝗵 : 

" para nabi itu bersaudara dan agama mereka satu."

( HR. Muttafaqun alaih )

Yakni : semua rasul mengajak kepada tauhid.

6 . 𝗔𝗣𝗔 𝗬𝗔𝗡𝗚 𝗗𝗜𝗠𝗔𝗞𝗦𝗨𝗗 𝗗𝗘𝗡𝗚𝗔𝗡 𝗧𝗔𝗨𝗛𝗜𝗗 𝗨𝗟𝗨𝗛𝗜𝗬𝗬𝗔𝗛 ?

𝗝𝗮𝘄𝗮𝗯𝗮𝗻 :

" Artinya mengesakannya dalam beribadah, doa, nadzar dan hukum."

𝗗𝗮𝗹𝗶𝗹 𝗗𝗮𝗿𝗶 𝗔𝗹 - 𝗤𝘂𝗿'𝗮𝗻 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

فَاعْلَمْ أَنَّهُۥ لَآ إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنۢبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنٰتِ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوٰىكُمْ

"Maka ketahuilah, bahwa tidak ada Tuhan (yang patut disembah) selain Allah, dan mohonlah ampunan atas dosamu dan atas (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat usaha dan tempat tinggalmu." (QS. Muhammad 47: Ayat 19)

𝗗𝗮𝗹𝗶𝗹 𝗗𝗮𝗿𝗶 𝗛𝗮𝗱𝗶𝘀𝘁/𝗦𝘂𝗻𝗻𝗮𝗵 

"Hendaklah yang pertama kali yang engkau serukan kepada mereka syahadat bahwa tidak ilah yang berhak disembah kecuali Allah. ( Muttafaqun alaih )

7. 𝗔𝗣𝗔 𝗠𝗔𝗞𝗡𝗔 𝗨𝗡𝗚𝗞𝗔𝗣𝗔𝗡 "𝗟𝗔𝗔 𝗜𝗟𝗔𝗛𝗔 𝗜𝗟𝗟𝗔𝗟𝗟𝗔𝗛 " ?

𝗝𝗮𝘄𝗮𝗯:

" Tidak ada yang disembah dengan Haq kecuali Allah."

𝗗𝗮𝗹𝗶𝗹 𝗗𝗮𝗿𝗶 𝗔𝗹-𝗤𝘂𝗿'𝗮𝗻

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

ذٰلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِۦ هُوَ الْبٰطِلُ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِىُّ الْكَبِيرُ

"Demikianlah (kebesaran Allah) karena Allah, Dialah (Tuhan) Yang Hak. Dan apa saja yang mereka seru selain Dia, itulah yang batil, dan sungguh Allah, Dialah Yang Maha Tinggi, Maha Besar."

(QS. Al-Hajj 22: Ayat 62)

𝗗𝗮𝗹𝗶𝗹 𝗗𝗮𝗿𝗶 𝗛𝗮𝗱𝗶𝘀𝘁/𝗦𝘂𝗻𝗻𝗮𝗵 

" Barangsiapa yang berkata : " tida ada ilah yang Haq disembah kecuali Allah, haramlah hartanya ( untuk diambil ) dan darahnya ( untuk ditumpahkan ).

( HR. Muslim )

8. 𝗔𝗣𝗔 𝗠𝗔𝗞𝗡𝗔 𝗧𝗔𝗨𝗛𝗜𝗗 𝗗𝗔𝗟𝗔𝗠 𝗛𝗔𝗟 𝗦𝗜𝗙𝗔𝗧 𝗔𝗟𝗟𝗔𝗛 ?

𝗝𝗮𝘄𝗮𝗯 :

Mengukuhkan apa yang disifatkan Allah dan rasulnya untuk dirinya.

𝗗𝗮𝗹𝗶𝗹 𝗗𝗮𝗿𝗶 𝗔𝗹-𝗤𝘂𝗿'𝗮𝗻

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

فَاطِرُ السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضِ ۚ جَعَلَ لَكُمْ مِّنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوٰجًا وَمِنَ الْأَنْعٰمِ أَزْوٰجًا ۖ يَذْرَؤُكُمْ فِيهِ ۚ لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

"(Allah) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu pasangan-pasangan dari jenis kamu sendiri, dan dari jenis hewan ternak pasangan-pasangan (juga). Dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Melihat." (QS. Asy-Syura 42: Ayat 11)

𝗗𝗮𝗹𝗶𝗹 𝗗𝗮𝗿𝗶 𝗛𝗮𝗱𝗶𝘀𝘁/𝗦𝘂𝗻𝗻𝗮𝗵

" Rabb kita yang maha agung dan tinggi setiap malam turun ke langit dunia." ( Muttafaqun alaih )

Makna : turun sesuai dengan keangungannya dan kesuciannya.

9. 𝗔𝗣𝗔 𝗙𝗔𝗘𝗗𝗔𝗛 𝗧𝗔𝗨𝗛𝗜𝗗 𝗕𝗔𝗚𝗜 𝗦𝗘𝗢𝗥𝗔𝗡𝗚 𝗠𝗨𝗦𝗟𝗜𝗠 ?

𝗝𝗮𝘄𝗮𝗯 :

" Petunjuk di dunia dan rasa aman di akhirat "

𝗗𝗮𝗹𝗶𝗹 𝗗𝗮𝗿𝗶 𝗔𝗹-𝗤𝘂𝗿'𝗮𝗻 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

الَّذِينَ ءَامَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوٓا إِيمٰنَهُمْ بِظُلْمٍ أُولٰٓئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُّهْتَدُونَ

"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan syirik, mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk." (QS. Al-An'am 6: Ayat 82)

𝗗𝗮𝗹𝗶𝗹 𝗗𝗮𝗿𝗶 𝗛𝗮𝗱𝗶𝘀𝘁/𝗦𝘂𝗻𝗻𝗮𝗵

" Hak hamba terhadap Allah bahwa dia tidak menyiksa orang yang tidak menyekutukanNya dengan sesuatu pun. ( Muttafaqun alaih )

10. 𝗗𝗜𝗠𝗔𝗡𝗔 𝗔𝗟𝗟𝗔𝗛 ?

𝗝𝗮𝘄𝗮𝗯:

" Allah ada diatas langit, diatas Arsy."

𝗗𝗮𝗹𝗶𝗹 𝗗𝗮𝗿𝗶 𝗔𝗹-𝗤𝘂𝗿'𝗮𝗻

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

الرَّحْمٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوٰى

"(yaitu) Yang Maha Pengasih, yang bersemayam di atas 'Arsy." (QS. Ta-Ha 20: Ayat 5)

𝗗𝗮𝗹𝗶𝗹 𝗗𝗮𝗿𝗶 𝗛𝗮𝗱𝗶𝘀𝘁/𝗦𝘂𝗻𝗻𝗮𝗵 

" Sesungguhnya Allah telah menulis buku ( yang tertulis di dalamnya ) " sesungguhnya rahmatku mengalahkan kemurkaanku." Kitab itu berada disisinya diatas Arsy." ( HR. Bukhori )

11. 𝗔𝗣𝗔𝗞𝗔𝗛 𝗔𝗟𝗟𝗔𝗛 𝗕𝗘𝗥𝗦𝗔𝗠𝗔 𝗞𝗜𝗧𝗔 𝗗𝗘𝗡𝗚𝗔𝗡 𝗜𝗟𝗠𝗨𝗡𝗬𝗔 𝗔𝗧𝗔𝗨 𝗗𝗘𝗡𝗚𝗔𝗡 𝗗𝗭𝗔𝗧𝗡𝗬𝗔 ?

𝗝𝗮𝘄𝗮𝗯 ?

" Allah bersama kita dengan ilmunya Mendengar dan melihat."

𝗗𝗮𝗹𝗶𝗹 𝗗𝗮𝗿𝗶 𝗔𝗹-𝗤𝘂𝗿'𝗮𝗻

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

قَالَ لَا تَخَافَآ ۖ إِنَّنِى مَعَكُمَآ أَسْمَعُ وَأَرٰى

"Dia (Allah) berfirman, "Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku bersama kamu berdua, Aku mendengar dan melihat."" (QS. Ta-Ha 20: Ayat 46)

𝗗𝗮𝗹𝗶𝗹 𝗗𝗮𝗿𝗶 𝗛𝗮𝗱𝗶𝘀𝘁/𝗦𝘂𝗻𝗻𝗮𝗵

" Sesungguhnya kalian menyeru dzat yang maha mendengar maha dekat dan dia bersama kalian.

( HR. Muslim )

Yaitu dengan ilmunya melihat dan mendengar kalian.

12. 𝗔𝗣𝗔 𝗗𝗢𝗦𝗔 𝗬𝗔𝗡𝗚 𝗣𝗔𝗟𝗜𝗡𝗚 𝗕𝗘𝗦𝗔𝗥 ?

𝗝𝗮𝘄𝗮𝗯 :

Dosa yang paling besar adalah syirik menyekutukan Allah.

𝗗𝗮𝗹𝗶𝗹 𝗗𝗮𝗿𝗶 𝗔𝗹-𝗤𝘂𝗿'𝗮𝗻

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَإِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يٰبُنَىَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

"Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, "Wahai anakku! Janganlah engkau menyekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar."" (QS. Luqman 31: Ayat 13)

𝗗𝗮𝗹𝗶𝗹 𝗗𝗮𝗿𝗶 𝗛𝗮𝗱𝗶𝘀𝘁/𝗦𝘂𝗻𝗻𝗮𝗵

" Nabi shalallahu alaihi wassalam ditanya tentang dosa apa yang paling besar. Beliau bersabda : engkau menyekutukan Allah sedang dia telah menciptakan kamu." ( HR. Muslim )

13. 𝗔𝗣𝗔 𝗦𝗬𝗜𝗥𝗜𝗞 𝗕𝗘𝗦𝗔𝗥 𝗜𝗧𝗨 ?

𝗝𝗮𝘄𝗮𝗯 :

Yaitu menunjukkan ibadah untuk selain Allah.

𝗗𝗮𝗹𝗶𝗹 𝗗𝗮𝗿𝗶 𝗔𝗹-𝗤𝘂𝗿'𝗮𝗻

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

قُلْ إِنَّمَآ أَدْعُوا رَبِّى وَلَآ أُشْرِكُ بِهِۦٓ أَحَدًا

"Katakanlah (Muhammad), "Sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhanku dan aku tidak menyekutukan sesuatu pun dengan-Nya."" (QS. Al-Jinn 72: Ayat 20)

𝗗𝗮𝗹𝗶𝗹 𝗗𝗮𝗿𝗶 𝗛𝗮𝗱𝗶𝘀𝘁/𝗦𝘂𝗻𝗻𝗮𝗵

" Dosa yang paling besar dari dosa-dosa besar adalah menyekutukan Allah." ( HR. Bukhori )

14. 𝗔𝗣𝗔 𝗕𝗔𝗛𝗔𝗬𝗔 𝗦𝗬𝗜𝗥𝗜𝗞 𝗕𝗘𝗦𝗔𝗥 ?

𝗝𝗮𝘄𝗮𝗯 :

Syirik besar menyebabkan pelakunya kekal di neraka.

𝗗𝗮𝗹𝗶𝗹 𝗗𝗮𝗿𝗶 𝗔𝗹-𝗤𝘂𝗿'𝗮𝗻

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوٓا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ ۖ وَقَالَ الْمَسِيحُ يٰبَنِىٓ إِسْرٰٓءِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّى وَرَبَّكُمْ ۖ إِنَّهُۥ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوٰىهُ النَّارُ ۖ وَمَا لِلظّٰلِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

"Sungguh, telah kafir orang-orang yang berkata, "Sesungguhnya Allah itu dialah Al-Masih putra Maryam." Padahal Al-Masih (sendiri) berkata, "Wahai Bani Israil! Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu." Sesungguhnya barang siapa mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka sungguh, Allah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya ialah neraka. Dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang zalim itu." (QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 72)

𝗗𝗮𝗹𝗶𝗹 𝗗𝗮𝗿𝗶 𝗛𝗮𝗱𝗶𝘀𝘁/𝗦𝘂𝗻𝗻𝗮𝗵

" Barangsiapa mati dalam keadaan menyekutukan Allah dengan sesuatu pasti masuk neraka."

( HR. Muslim )

15. 𝗔𝗣𝗔𝗞𝗔𝗛 𝗔𝗠𝗔𝗟𝗔𝗡 𝗕𝗘𝗥𝗠𝗔𝗡𝗙𝗔𝗔𝗧 𝗝𝗜𝗞𝗔 𝗗𝗜𝗕𝗔𝗥𝗘𝗡𝗚𝗜 𝗞𝗘𝗦𝗬𝗜𝗥𝗜𝗞𝗔𝗡 ?

𝗝𝗮𝘄𝗮𝗯𝗮𝗻 :

Amal Yang dibarengi dengan syirik tidak bermanfaat.

𝗗𝗮𝗹𝗶𝗹 𝗗𝗮𝗿𝗶 𝗔𝗹-𝗤𝘂𝗿'𝗮𝗻

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

ذٰلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِى بِهِۦ مَنْ يَشَآءُ مِنْ عِبَادِهِۦ ۚ وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ

"Itulah petunjuk Allah, dengan itu Dia memberi petunjuk kepada siapa saja di antara hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki. Sekiranya mereka menyekutukan Allah, pasti lenyaplah amalan yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-An'am 6: Ayat 88)

𝗗𝗮𝗹𝗶𝗹 𝗗𝗮𝗿𝗶 𝗛𝗮𝗱𝗶𝘀𝘁/𝗦𝘂𝗻𝗻𝗮𝗵

" Barangsiapa yang beramal suatu amalan ia menyekutukan di dalamnya selain Aku, Aku tinggalkan dia dan sekutunya." ( HR. Muslim )


Selasa, 21 September 2021

Audio MP3 Hadits tentang Akhlakul Karimah

1. Muliakan Tamu Menyambung Silaturrahmi Berkata yg Baik

 

2. Mencintai Sudaranya Seperti Mencintai Diri Sendiri

 

3. Apabila Bersin Ucapkanlah Alhamdulillah

 

4. Makanlah dengan Tangan Kananmu

 

5. Sambunglah Shilaturrahmi Agar Bertambah Rizki dan Umurnya

 

6. Akan Tetapi Allah Melihat Hati - Amalan Kalian

 

7. Bertaubatlah kpd Allah karena Aku Bertaubat Sehari 100 x

 

8. Hak Seorang Muslim dengan Muslim Lainnya Ada 6 Perkara

 

9. Ucapkanlah Nama Allah - Makanlah dg Tangan Kananmu

 

10. Apabila Menguap Tutupilah Mulutnya dg Tangannya

 

11. Mandi Jumat

 

12. Nasehat utk anaknya

 

13. Musbil

 

14. Musbil 2

 

15. Izin 3x

 

16. Bermuka manis

 

17. Mentalkim

 

18. Mayat yang disyafa'ati-100

 

19. Mayat yang disyafa'ati-40

 

20. Masuk surga lantaran 3 anaknya meninggal

 

Audio MP3 Kitab Tsalatsatul Ushul - Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

1. Pertemuan 1

 

2. Pertemuan 2

 

3. Pertemuan 3

 

4. Pertemuan 4

 

5. Pertemuan 5

 

6. Pertemuan 6

 

7. Pertemuan 7

 

8. Pertemuan 8

 

9. Pertemuan 9

 

10. Pertemuan 10

 

Audio MP3 Tafsir Juz Amma - Ustadz Firanda Andirja

1. Tafsir Surat Asy-Syams

 

2. Tafsir Al-Fajr

 

3. Tafsir Surat Quraisy, Al-Maun, Dan Al-Kautsar

 

4. Tafsir Surat Az-Zalzalah

 

5. Tafsir Surat At-Tin

 

6. Tafsir Surat At-Takatsur

 

7. Tafsir Surat Asy-Syarh

 

8. Tafsir Surat Al-Qariah

 

9. Tafsir Surat Al-Qadr

 

10. Tafsir Surat Al-Muthaffifin

 

11. Tafsir Surat Al-Lail

 

12. Tafsir Surat Al-Kafirun, An-Nasr, Dan Al-Masad

 

13. Tafsir Surat Al-Infithar

 

14. Tafsir Surat Al-Humazah Dan Al-Fil

 

15. Tafsir Surat Al-Ghasyiyah

 

16. Tafsir Surat Al-Bayyinah

 

17. Tafsir Surat Al-Balad

 

18. Tafsir Surat Al-Asr

 

19. Tafsir Surat Al-Alaq

 

20. Tafsir Surat Al-Adiyat

 

21. Tafsir Surat Adh-Dhuha

 

22. Tafsir At-Thariq

 

23. Tafsir At-Takwir

 

24. Tafsir Al-Muthaffifin Dan Al-Insyiqaq

 

25. Tafsir Al-Buruj

  "

26. Surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, Dan An-Nas

 

Audio MP3 HADIST PILIHAN - DR Murtaza Aish

Hadits 1 : Mengetahui ilmu Tauhid merupakan jalan menuju surga

 

Hadits 2 : Keutamaan dua ayat terakhir surat Al Baqarah

 

Hadits 3 : Keutamaan menyampaikan hadits

 

Hadits 4 : Menjaga kemurnian aqidah tauhid dari kesyirikan dan kerancuan

 

Hadits 5 : Manusia fakir kepada Allah dalam semua kondisinya

 

Hadits 6 : Anjuran selalu berakhlak yang baik

 

Hadits 7 : Islam bukan agama laknat dan cela

 

Hadits 8 : Islam agama sifat malu lemah lembut dan berinteraksi yang baik

 

Hadits 9 : Doa setelah makan dan minum

 

Hadits 10 : Perkataan yang paling utama disisi Allah

 

Hadits 11 : Mengada-ada dalam urusan agama adalah sesat

 

Hadits 12 : Doa yang paling banyak dipanjatkan rasulullah

 

Hadits 13 : Yang Allah cintai dari negeri adalah masjidnya

 

Hadits 14 : Berlindung dari Allah dari penyakit ganas

 

Hadits 15 : Keutamaan puasa arafah

 

Hadits 16 : Mengkhususkan hari jumat dengan puasa hukumnya makruh

 

Hadits 17 : 3 doa mustajab

 

Hadits 18 : Janganlah hulu dalam mengagungkan nabi saw

 

Hadits 19 : Hindari gambar tanpa ada kebutuhan

 

Hadits 20 : Diantara sebab masuk surga

 

Hadits 21 : Agama Islam melarang perbuatan dosa

 

Hadits 22 : Dilarang menghibah diantara ghibah orang lain

 

Hadits 23 : Allah mencintai hamba yang bertakwa

 

Hadits 24 : Keutamaan surat Al Mulk

 

Hadits 25 : Wajib memberikan perhatian terhadap shalat

 

Hadits 26 : Islam agama toleransi

 

Hadits 27 : Tujuan hidup manusia meraih ridha AllahA

 

Hadits 28 : Islam adalah agama interaksi dengan baik

 

Hadits 29 : Membaca rukun dan sujud

 

Hadits 30 : Kedudukan dan keutamaan masjid

 

Hadits 31 : Keutamaan memberi kemudahan dalam jual beli

 

Hadits 32 : Anjuran memenuhi hak

 

Hadits 33 : Kaum muslimin laksana bangunan yang saling menopang satu sama lain

 

Hadits 34 : Orang bahagia

 

Hadits 35 : Doa kofarat majelis

 

Hadits 36 : Hukum waris