بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Sabtu, 15 Juli 2023

Tadabbur Al-Quran Hal. 318

Tadabbur Al-Quran Hal. 318
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Ta ha ayat 96 :

قَالَ بَصُرْتُ بِمَا لَمْ يَبْصُرُوْا بِهٖ فَقَبَضْتُ قَبْضَةً مِّنْ اَثَرِ الرَّسُوْلِ فَنَبَذْتُهَا وَكَذٰلِكَ سَوَّلَتْ لِيْ نَفْسِيْ

Dia (Samiri) menjawab, “Aku mengetahui sesuatu yang tidak mereka ketahui, jadi aku ambil segenggam (tanah dari) jejak rasul [521] lalu aku melemparkannya (ke dalam api itu), demikianlah nafsuku membujukku.”

- [521] Yang dimaksud dengan "jejak rasul" disini ialah ajaran-ajarannya. Menurut pendapat ini, Samiri mengambil sebahagian dari ajaran-ajaran Nabi Musa kemudian dilemparkannya ajaran-ajaran itu sehingga dia menjadi sesat. Menurut sebagian ahli tafsir yang lain, yang dimaksud dengan "jejak rasul" ialah jejak telapak kuda Jibril alaihissalam. Artinya, Samiri mengambil segumpal tanah dari jejak tapak kuda itu lalu dilemparkannya ke dalam logam yang sedang dibakar sehingga logam itu berbentuk anak sapi yang mengeluarkan suara. Wallahu a' lam.

- Tafsir Al Muyassar Ta ha ayat 96 :

Samiri menjawab: Aku telah melihat apa yang tidak mereka lihat, yaitu Jibril menunggang kuda, pada waktu mereka keluar dari lautan dan Fir'aun dan berikut tentaranya tenggelam, lalu aku ambil dengan tanganku tanah bekas kaki kuda Jibril, lantas aku lemparkan pada perhiasan yang aku buat menjadi patung anak sapi, sehingga menjadi patung anak sapi bertubuh yang memiliki suara; sebagai cobaan. Demikianlah nafsuku yang senantiasa menyuruh kepada keburukan menjadikan aku memandang baik perbuatan ini.

- Tatsir Ibnu Kasir :

Allah Swt. memberitahukan tentang Musa As., ketika pulang kepada kaumnya, ia melihat perkara besar telah terjadi menimpa kaumnya, maka spontan dia dipenuhi kemarahan dan melemparkan Lauh-Lauh (lembaran-lembaran) llahiyyah yang ada pada tangannya, lalu menarik kepala saudaranya (Harun) ke arahnya. Mulailah di situ Musa menyalahkan saudaranya Harun As. dengan mengatakan, ...Wahai Harun! Apa yang menghalangimu ketika engkau melihat mereka telah sesat, (sehingga) engkau tidak mengikuti aku? (QS Tāhā, 20: 92-93) yakni engkau memberitahuku ketika hal ini terjadi pertama kali. ...Apakah engkau telah (sengaja) melanggar perintahku? (QS Tähā, 20: 93). yakni yang aku berikan padamu, berupa ..Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah (dirimu dan kaummu), dan janganlah engkau mengikuti jalan orang-orang yang berbuat kerusakan. (Q5 Al-A'rāf, 7: 142).

Harun As. menjawab, ...Wahai putra ibuku! Janganlah engkau pegang janggutku dan jangan (pula) kepalaku. Aku sungguh khawatir engkau akan berkata (kepadaku) "Engkau telah memecah-belah antara Bani Israil dan engkau tidak memelihara amanatku."a (QS Tāhā, 20:94).

Inilah permohonan maaf Harun As. kepada Musa As. atas keterlambatan kabar yang disampaikan kepada Musa As. karena ia tidak langsung menemui Musa As. dan memberitahunya tentang kejadian yang luar biasa ini. ...Aku sungguh khawatir, dan engkau tidak memerhatikan perkataanku. Yaitu, engkau tidak menjaga perintahku ketika aku jadikan engkau penggantiku di antara mereka. (QS Tāhā, 20: 94). Ibnu Abbās Ra. berkata, "Harun As. itu sangat hormat dan patuh kepada Musa As." (Ibnu Kasir, Tafsirul Qurānil Azimi, Jilid 9, 1421 H/2000 M: 361).

- Riyadus Salihin :

Dari Usamah bin Zaid Ra., dia berkata, "Rasulullah Saw. mengutus kami ke perkampungan Hurqah di Bani Juhainah. Kami menyerang mereka di pagi buta dan membuat mereka tercerai-berai. Saya dan seorang laki-laki Ansār berhasil menemukan seseorang dari mereka. Tatkala kami bisa mengepung, ia tiba-tiba mengatakan, 'Lāläha illalläh.' Si laki-laki Ansar menahan penyerbuannya, sedang aku meneruskannya hingga kubunuh orang itu. Ketika kami pulang, peristiwa ini disampaikan kepada Nabi Saw., sehingga beliau bertanya kepadaku, "Apakah kamu membunuhnya setelah ia mengucapkan 'Lā llãha illallāh?" Aku menjawab, 'Betul, Ya Rasulullah, ia mengucapkannya hanya sekadar mencari keselamatan.' Nabi Saw. melanjutkan, Apakah kamu membunuhnya setelah ia mengucapkan 'Lã llãha illallāh?' Nabi Saw. berulangkali menegurku dengan ucapan ini, hingga aku berharap kalaulah aku belum masuk Islam sebelum itu." (HR Al-Bukhari- Muslim).

Hadis di atas memberikan faedah kewajiban menjalankan hukum-hukum Islam dengan asas praduga tak bersalah. Tidak boleh menghakimi dengan perkara yang batin. Sebagai tindakan pencegahan, maka dilarang bagi orang yang berperang membunuh musuh yang sudah bersyahadat dengan dalih ketidakjujuran. (Dr. Mustafa Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyadis Salihina, Juz 1, 1407 H/1987 M: 360-361).

- Hadis Nabawi :

Dari Ummu Salamah Ra., dia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Saya hanyalah manusia biasa, dan kalian seringkali mengadukan sengketa kepadaku, bisa jadi sebagian di antara kalian lebih pandai bersilat lidah daripada lainnya sehingga aku putuskan seperti yang kudengar, maka barang siapa yang kuputuskan menang dengan menganiaya hak saudaranya, janganlah ia mengambilnya, sebab sama artinya aku ambilkan penyulut api baginya." (HR Bukhari, Sahih Bukhari, Juz 4, No. Hadis, 7179, 1422 H: 335).

- Hadis Qudsi :

Dari Abu Hurairah Ra. ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda. "Saat Allah menciptakan Adam, Dia mengusap punggungnya, lalu dari punggungnya berjatuhan setiap jiwa yang diciptakan Allah dari keturunan Adam hingga hari kiamat. dan Dia menjadikan kilatan cahaya di antara kedua mata setiap orang dari mereka. Kemudian mereka dihadapkan kepada Adam As., ia bertanya, "Wahai Rabb, siapa mereka?' Allah Swt. menjawab, Mereka keturunanmu. Adam As. melihat seseorang dari mereka dan kilatan cahaya di antara kedua matanya membuatnya kagum, Adam As. bertanya, Wahai Rabb, siapa dia? Allah Swt. menjawab, la orang akhir zaman dari keturunanmu bernama Daud.

Adam bertanya, Wahai Rabb, berapa lama Engkau menciptakan umurnya?" Allah Swt menjawab, 'Enam puluh tahun. Adam As bertanya, Wahai Rabb, tambahilah empat puluh tahun dari umurku.' Saat usia Adam As. ditentukan, malaikat maut mendatanginya lalu berkata, Bukankah usiaku masih tersisa empat puluh tahun? Malaikat maut berkata. 'Bukankah kau telah memberikannya kepada anakmu, Dāud? Adam As. membantah, lalu keturunannya juga membantah. Adam As dibuat lupa dan keturunannya juga dibuat lupa. Adam As. salah dan keturunannya juga salah." (HR Abu Dāwud) (Syaikh Mustafa Al-Adawy, Sahihu'l Ahādisil Qudsiyyati, t.t.: 86).

- Penjelasan Surah Thaha Ayat 88-98 :

Ayat 88-98 masih meneruskan kisah Nabi Musa dengan kaumnya dan menjelaskan betapa sulitnya  Nabi Musa membina keimanan Bani Israil yang selamat bersamanya dari kejaran Fir’aun. Mereka tetap menyekutukan Allah dengan menyembah anak sapi yang diciptakan oleh arsitek kemusyrikan yang bernama Samiri. Ia bisa mendesain patung anak sapi yang bersuara. Teman-temannya tertipu, padahal patung itu tidak bisa menjawab ucapan mereka dan tidak  pula bisa memberi manfaat atau mudarat kepada mereka sedikitpun.

Sebelumnya, Nabi Harun sudah menasehati mereka. Tapi, tidak mereka dengar. Musa sempat marah kepada Harun karena dianggap tidak tegas terhadap mereka. Lalu Musa menanya Samiri kenapa ia rekayasa tuhan anak sapi itu. Samiri mengatakan bahwa ia melihat Jibril waktu membinasakan Fir’aun dan mengambil segenggam tanah bekas kuda Musa, lalu dilemparkan ke dalam api yang sedang membakar perhiasan emas yang dibawa dari Mesir itu. Seperti itulah hawa nafsu Samiri menguasai dirinya. Lalu Musa mengusir Samiri dan akan mempertanggung-jawabkan perbuatannya itu pada Allah kelak di akhirat. Musa membakar patung anak sapi itu dan membuang abunya ke laut.