بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Minggu, 30 April 2023

Tadabbur Al-Quran Hal. 293

Tadabbur Al-Quran Hal. 293
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.
- Al-Isra' ayat 110

قُلِ ادْعُوا اللّٰهَ اَوِ ادْعُوا الرَّحْمٰنَۗ اَيًّا مَّا تَدْعُوْا فَلَهُ الْاَسْمَاۤءُ الْحُسْنٰىۚ وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذٰلِكَ سَبِيْلًا

Katakanlah (Muhammad), “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu dapat menyeru, karena Dia mempunyai nama-nama yang terbaik (Asma‘ul husna) dan janganlah engkau mengeraskan suaramu dalam salat dan janganlah (pula) merendahkannya dan usahakan jalan tengah di antara kedua itu.”

- Asbabun Nuzul Al-Isra' ayat 110

Ibnu Mardawaih dan lainnya meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa suatu hari di Mekah Rasulullah berdoa, "Ya Allah ya Rahman". Maka orang-orang musyrik berkata, 'lihatlah orang murtad ini, dia melarang kita berdoa kepada dua tuhan sedangkan dia sendiri berdoa kepada dua tuhan." Maka Allah menurunkan ayat ini. Al-Bukhari dan lainnya meriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang firmannya,"... dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalat...". Ayat ini turun ketika Rasulullah masih dalam tahap dakwah sirriyah di Mekah. Saat itu apabila shalat dengan para sahabat, beliau membaca al-Quaran dengan keras.

Orang-orang quaisy pun mencacinya dan mencaci Allah karena bacaan yang keras itu.

Al-Bukhari meriwayatkan dari Aisyah bahwa ayat ini turunn tentang doa.
Ibnu Jarir meriwayatkan hal serupa dari Ibnu Abbas. Kemudian mentarjih riwayat yang pertama karena sanadnya lebih shahih. Demikian pula an-Nawawi dan lainnya mentarjih. Al-Hafiz ibnu hajar berkata," akan tetapi bias pula kedua riwayat dikompromikan, yaitu ayat ini turun mengenai doa dalam shalat.
Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari abu hurairah. Rasulullah apabila shalat di dekat ka'bah mengucapkan doa dengan suara keras. Maka turunlah ayat ini .
Ibnu jarir dan al-Hakim meriwayatkan dari aisyah. Ayat ini turun tengtang Tasyahuud. Riwayat ini menjelaskan maksud aisyah dalam riwayat sebelumnya.
Ibnu manii' dalam musnadnya menyebutkan riwayat dari Ibnu Abbas bahwa dahulu kaum muslimin mengucapkan doa dengan suara lantang, "Ya Allah berilah aku rahmat". Maka turunlah ayat ini, memerintahkan mereka agar tidak terlalu perlahan dan tidak terlalu keras dalam berdoa.

- Tafsir Al Muyassar Al-Isra' ayat 110

Katakanlah, wahai Rasul, kepada orang-orang musyrik kaummu yang mengingkari doa yang kamu panjatkan, dengan mengucapkan, ya Allah, ya Rahman. Berdoalah kepada Allah, atau berdoalah kepada ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja dari nama-nama-Nya yang kalian seru, maka sesungguhnya kalian berseru kepada satu Rabb: karena semua nama-Nya adalah husna (mahaindah).

Jangan mengeraskan bacaan dalam shalatmu, sehingga orang-orang musyrik mendengarnya, dan janganlah pula merendahkannya, sehingga para sahabatmu tidak mendengarnya. Hendaklah kamu bersikap pertengahan antara jahar (keras) dan berbisik.

Dari Al-Bara' bin Azib Ra., ia berkata, "Saya mendengar Nabi Saw. dalam salat Isya membaca Surah At-Tin dan saya tidak mendengar suara yang lebih bagus dari padanya."(HR Bukhāri-Muslim)

Hadis ini mengandung beberapa faedah di antaranya:

(a) Di antara sunah bacaan dalam salat isya adalah membaca surah-surah pendek seperti surah At-Tin.
(b) Dianjurkan membaguskan suara ketika membaca Al-Quran.
(Abu Usamah Salim bin ldul Hilali, Bahjatun Nāzirina Syarhu Riyādis Şālihina, Jilid 2, t.t.: 233).

- Hadis Nabawi 

Dari Abu Qatadah, ia mengatakan bahwa Nabi Saw. membaca surah Al-Fätihah dan dua surah pada dua rakaat pertama dalam salat zuhur. Terkadang beliau menmperdengarkan bacaannya dan beliau biasa memanjangkan bacaannya pada rakaat pertama,lebih panjang dari rakaat kedua. Demikian pula beliau melakukan hal itu pada salat asar dan subuh.
(HR Bukhāri, Şahih Bukhāri, Juz 1, No. Hadis 776, 1400 H: 252-253).

- Hadis Qudsi 

Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah Swt. akan mengangkat derajat seorang hamba yang saleh di surga. Kemudian hamba itu berkata, Wahai Rabb, bagaimana aku mendapatkan semua ini? Maka Allah berfirman, "Dengan istigfar. (HR Ahmad).
(isamuddin As-Sababati, Jāmiu'l Ahādisil Qudsiyyati, Jilid 2, t.t 412-413).

- Penjelasan Surah An-Isra' Ayat 105-111

Ayat 105-111 surah Al-Isra’ ini menjelaskan Al-Qur’an itu diturunkan dengan hak dan sedikit demi sedikit dalam 23 tahun. Dipercaya atau tidak, kebenaran Al-Qur’an tetap terbukti sampai akhir zaman. Orang-orang dari kalangan Ahlul Kitab yang diberi Allah ilmu sebelum tentang Al-Qur’an, mereka akan tersungkur sujud dan menangis bila mendengarkan Al-Qur‘an sambil memuji Allah atas kebenaran janji-Nya dalam Taurat dan Injil tentang Rasul terakhir, Muhammad Saw.

Sebab itu Allah memerintahkan Rasul Saw. agar mengajak umatnya meminta atau berdoa hanya kepada Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang melalui nama-nama-Nya yang indah. Kalau salat malam, jangan terlalu keras dan jangan terlalu rendah suaranya. Maka pujilah Allah karena segala puji bagi Allah yang tidak punya anak, tidak bersekutu dalam memiliki alam ini, tidak ada yang bisa menyelamatkan dari kehinaan kecuali Dia dan agungkanlah Dia seagung-agungnya.

- Penjelasan  Surah Al-Kahfi Ayat 1-4

Ayat 1-4 surah Al-Kahfi ini menjelaskan Allah lah yang menurunkan Al-Qur’an yang lurus agar dengannya Muhammad Saw. dapat memberikan kabar gembira (surga) bagi kaum Mukmin yang beramal saleh dan kabar takut (neraka) bagi orang yang menuduh Allah memiliki anak. Sebab itu, mengucapkan atau mendoakan keselamatan bagi kaum yang menyekutukan Allah adalah haram.

Jumat, 28 April 2023

Menuntut Ilmu Agama Adalah Jalan Cepat Menuju Syurga

Tematik (137)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Menuntut Ilmu Agama Adalah Jalan Cepat Menuju Syurga

Kalau kita ingin masuk syurga dengan cara paling cepat, cobalah menuntut ilmu agama.

Kembali pada hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju syurga.” (HR. Muslim, no. 2699)

Makna Allah akan mudahkan baginya jalan menuju syurga, ada empat makna sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Rajab Al-Hambali:

Pertama: Dengan menempuh jalan mencari ilmu, Allah akan memudahkannya masuk syurga.

Kedua: Menuntut ilmu adalah sebab seseorang mendapatkan hidayah. Hidayah inilah yang mengantarkan seseorang pada syurga.

Ketiga: Menuntut suatu ilmu akan mengantarkan pada ilmu lainnya yang dengan ilmu tersebut akan mengantarkan pada syurga.

Sebagaimana kata sebagian ulama kala suatu ilmu diamalkan,

مَنْ عَمِلَ بِمَا عَلِمَ أَوْرَثَهُ اللهُ عِلْمَ مَا لَمْ يَعْلَمْ

“Siapa yang mengamalkan suatu ilmu yang telah ia ilmui, maka Allah akan mewarisinya ilmu yang tidak ia ketahui.”

Sebagaimana kata ulama lainnya,

ثَوَابُ الحَسَنَةِ الحَسَنَةُ بَعْدَهَا

“Balasan dari kebaikan adalah kebaikan selanjutnya.”

Begitu juga dalam ayat disebutkan,

وَيَزِيدُ اللَّهُ الَّذِينَ اهْتَدَوْا هُدًى

“Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk.” (QS. Maryam: 76)

Juga pada firman Allah,

وَالَّذِينَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى وَآَتَاهُمْ تَقْوَاهُمْ

“Dan orang-orang yang mau menerima petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan balasan ketaqwaannya.” (QS. Muhammad: 17)

Keempat: Dengan ilmu, Allah akan memudahkan jalan yang nyata menuju syurga yaitu saat melewati shirath (sesuatu yang terbentang di atas neraka menuju syurga)

"Sampai-sampai Ibnu Rajab simpulkan, menuntut ilmu adalah jalan paling ringkas menuju syurga. (Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2: 297-298).."

Semoga dengan ilmu agama, kita dimudahkan untuk masuk syurga.

Tadabbur Al-Qur'an hal. 292

Tadabbur Al-Quran Hal. 292
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Al-Isra' ayat 98 :

ذٰلِكَ جَزَاۤؤُهُمْ بِاَنَّهُمْ كَفَرُوْا بِاٰيٰتِنَا وَقَالُوْٓا ءَاِذَا كُنَّا عِظَامًا وَّرُفَاتًا ءَاِنَّا لَمَبْعُوْثُوْنَ خَلْقًا جَدِيْدًا

Itulah balasan bagi mereka, karena sesungguhnya mereka kafir kepada ayat-ayat Kami dan (karena mereka) berkata, “Apabila kami telah menjadi tulang belulang dan benda-benda yang hancur, apakah kami benar-benar akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk baru?”

- Tafsir Al Muyassar Al-Isra' ayat 98 :

Adzab yang telah diterangkan ini adalah hukuman bagi orang-orang musyrik; dikarenakan mereka kafir kepada ayat-ayat dan keterangan-keterangan Allah, mendustakan rasul-rasul-Nya yang menyeru mereka supaya beribadah kepadaNya, dan perkataan mereka sebagai bentuk pengingkaran (ketika mereka diperintahkan agar mempercayai kebangkitan): Apakah apabila kami telah mati, dan kami telah menjadi tulang belulang yang rusak dan bagian-bagian yang hancur, kami akan dibangkitkan setelah itu sebagai ciptaan yang baru?

- Riyadus Salihin Al-Isra' ayat 98 :

Dari Aisyah Ra., ia berkata, "Rasulullah Saw. bersabda, 'Sesungguhnya setiap manusia dari anak cucu Adam terlahir dengan tiga ratus enam puluh rangkaian persendian. Barangsiapa yang bertakbir, bertahmid, bertahlil, bertasbih serta memohon ampun kepada Allah Swt., menyingkirkan bebatuan, duri-durian atau tulang belulang dari jalan yang biasa dilewati manusia. serta menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar, maka hal itu sebanding dengan tiga ratus enam puluh jumlah persendian. Sungguh pada hari itu ia akan berjalan, sedangkan ia telah menjauhkan dirinya dari azab api neraka" (HR Muslim, Riyādus Sālihin, 2010 M: 57).

- Tibbun Nabawi :

Khasiat Rutab Rutab adalah kurma yang sudah matang dan segar, sebelum jadi Tamir Rutab disebutkan oleh Alah Swt. di dalam kitab-Nya, saat berfirman kepada Maryam, Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya (pohon) itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. (QS Maryam, 19: 25). Tabiat kurma yang masih segar adalah tabiat air yang memiliki sifat panas dan lembab. la menguatkan perut yang dingin, menyeimbangkannya, menambah produksi mani, menambah kegemukan, dan mengandung kalori yang tinggi.

Kurma adalah buah yang paling bagus untuk penduduk Madinah dan daerah lainnyang memang ditanami pohon kurma, dan sangat bermanfaat bagi badan. Sehubungan dengan itu, Nabi Saw. biasa berbuka saum dengan kurma segar, kurma kering. Atau dengan air dingin karena sifatnya yang lembut dan manis.
(Ibnu'l Qayyim Al-Jauziyyah, ZāduT Ma 'ādi fi Hadyi Khayri'l bādi, Juz 4, t.t.: 312-313).

- Medical Hadis :

Dari Abdulah bin Ja far, dia berkata, "Aku pernah melihat Rasulullah Saw. memakan mentimun dengan Rütab (kurma yang matang sebelum jadi tamr)."

Dari Anas, ia berkata, "Rasulullah Saw. berbukadengan beberapa Rutab sebelum melakukan salat. Jika tidak ada, maka dengan beberapa kurma (tamr), dan apabila tidak ada kurma, maka beliau meneguk air beberapa kali."
(HR Abu Dāwud). (Ibnu'! Qayyim Al-Jauziyyah, At-Tibbun Nabawi, t.t.: 240).

- Penjelasan Surah An-Isra' Ayat 97-104 :

Ayat 97-104 masih membahas penolakan orang-orang kafir terhadap wahyu Allah, termasuk Fir’aun, sebab-sebab penolakan dan nasib mereka di akhirat kelak. Orang-orang yang mendapat hidayah Allah adalah orang-orang yang selamat di dunia dan akhirat. Sedangkan orang-orang yang tersesat dari jalan Allah, akan dikumpulkan di Mahsyar dalam keadaan buta, bisu dan tuli. Kemudian, mereka dimasukkan ke dalam neraka Jahanam dan apinya tak pernah padam. Semua itu adalah balasan penolakan mereka terhadap Al-Qur’an dan tidak percaya kepada hari kebangkitan. 

Kalau orang-orang yang menolak kebenaran Al-Qur’an itu mau mempelajari bagaimana Allah menciptakan langit dan bumi, pasti mereka meyakini Allah Maha Kuasa berbuat segala sesuatu. Rezeki yang mereka dapatkan, semuanya dari Allah. Mengapa manusia masih kikir kepada Allah dan Kitab Petunjuk-Nya, yakni Al-Qur’an? 

Sebab itu, Allah menghibur Rasul Saw. sambil mengingatkan bahwa sebelumnya, Fir’aun juga menolak sembilan mukjizat yang Allah berikan kepada Musa dan menuduh Musa terkena sihir. Padahal, semuanya diturunkan Allah. Sebab itu, Musa yakin Fir’aun akan binasa. Sesuai waktu yang ditentukan, Allah menenggelamkan Fir’aun dan pasukannya di laut merah. Setelah itu, Allah perintahkan Bani Israel untuk menetap di suatu tempat sampai datang janji kedua, maka Allah akan kumpulkan mereka dengan musuh mereka, seperti yang dijelaskan ayat 7.

Rabu, 26 April 2023

Kapan Shalat Idul Adha?

One Day One Hadits (253)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Kapan Shalat Idul Adha?

عَنْ كُرَيْبٍ أَنَّ أُمَّ الفَضْلِ بِنْتَ الحَرْثِ بَعَثَتْهُ إِلَى مُعَاوِيَةَ بِالشَّامِ فَقَالَ: قَدِمْتُ الشَّامَ فَقَضَيْتُ حَاجَتَهَا وَاسْتَهَلَّ عَلىَ رَمَضَان وَأَنَا بِالشَّامِ فَرَأَيْتُ الهِلاَلَ لَيْلَةَ الجُمُعَةِ . ثُمَّ قَدِمْتُ المَدِيْنَةَ فيِ آخِرِ الشَّهْرِ فَسَأَلَنيِ عَبْدُ اللهِ بْنِ عَبَّاس ثُمَّ ذَكَرَ الهِلاَلَ فَقَالَ: مَتىَ رَأَيْتُمُ الهِلاَلَ ؟ فَقُلْتُ : رَأَيْتُهُ لَيْلَةَ الجُمُعَةِ. فَقَالَ: أَنْتَ رَأَيْتَهُ ؟ فَقُلْتُ نَعَمْ وَرَآهُ النَّاسُ وَصَامُوا وَصَامَ مُعَاوِيَةُ. قَالَ: لَكِنَّا رَأَيْنَاهُ لَيْلَةَ السَّبْتِ فَلاَ نَزَالُ نَصُوْمُ حَتىَّ نُكْمِلَ ثَلاَثِيْنَ يَوْمًا أَوْ نَرَاهُ. فَقُلْتُ: أَلاَ تَكْتَفيِ بِرُؤْيَةِ مُعَاوِيَة ؟ فَقَالَ لاَ هَكَذَا أَمَرَنَا النَّبِيُّ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ 

Dari Kuraib radhiyallahuanhu bahwa Ummul Fadhl telah mengutusnya pergi ke Syam, Kuraib berkata, "Aku tiba di negeri Syam dan aku selesaikan tugasku, lalu datanglah hilal Ramadhan sementara aku di Syam. Aku melihat hilal pada malam Jumat. Kemudian aku pulang ke Madinah di akhir bulan. Maka Abdullah bin Abbas bertanya padaku, "(Aku pun menceritakan tentang hilal di Syam). Ibnu Abbas ra bertanya, "Kapan kamu melihat hilal?". "Aku melihatnya malam Jumat", jawab Kuraib. Ibnu Abbas bertanya lagi, "Kamu melihatnya sendiri?". "Ya, orang-orang juga melihatnya dan mereka pun berpuasa, bahkan Mu'awiyah pun berpuasa", jawab Kuraib. Ibnu Abbas berkata, "Tetapi kami (di Madinah) melihat hilal malam Sabtu. Dan kami akan tetap berpuasa hingga 30 hari atau kami melihat hilal". Kuraib bertanya, "Tidakkan cukup dengan ru'yah Mu'awiyah?". Ibnu Abbas menjawab, "Tidak, demikianlah Rasulullah SAW memerintahkan kami.” (HR. Muslim)

Pelajaran yang terdapat di dalam hadist :

1. Ketika Islam mengembangkan sayap selebar-lebarnya di muka bumi, konsekuensi perbedaan hasil rukyat itu bisa diwujudkan oleh Sultan di masing-masing tempat.

2. Keputusan Khalifah Muawiyah di Damaskus berlaku untuk wilayah Damaskus. Sedangkan untuk Madinah, penguasa setempat berhak menetapkan hari yang berbeda.

3. Jadi kalau ada perbedaan penetapan tanggal antara berbagai negara Islam, memang harus diterima sebagai fakta sejarah. Bahkan itulah syariah Islam.
Ulama Kerajaan Saudi Arabia Syeikh Al-Ustaimin rahimahullah juga menjelaskan hal ini dalam fatwanya :  

وكذلك لو قدر أنه تأخرت الرؤية عن مكة وكان اليوم التاسع في مكة هو الثامن عندهم فإنهم يصومون يوم التاسع عندهم الموافق ليوم العاشر في مكة

Begitu juga bila ditetapkan hasil rukyat negara itu tertinggal dari Mekkah, sehingga tanggal 9 di Mekkah menjadi tanggal 8  di negara itu, maka penduduk negara itu puasanya pada tanggal 9 menurut negara itu, walaupun itu berarti sudah tanggal sudah tanggal 10 di Mekkah. (Majmu Fatawa Ibnu Utsaimin)

4. Kapan Shalat Idul Adha?
Tergantung anda saat itu lagi ada dimana. Kalau Anda berada di Saudi, Mesir atau Inggris, silahkan kerjakan di hari Sabtu 9 Juli 2022
Tapi kalau Anda berada di Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam bahkan Hongkong, kerjakannya di hari Ahad 10 Juli 2022.

Tema hadist yang berkaitan dengan al quran :

- Allah menjadikan bulan sabit sebagai tanda-tanda waktu puasa kaum muslim dan waktu berbuka mereka, bilangan idah istri-istri, dan tanda waktu agama (ibadah haji) mereka.

يَسْأَلُونَكَ عَنِ الأهِلَّةِ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ وَلَيْسَ الْبِرُّ بِأَنْ تَأْتُوا الْبُيُوتَ مِنْ ظُهُورِهَا وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنِ اتَّقَى وَأْتُوا الْبُيُوتَ مِنْ أَبْوَابِهَا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ 

Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah, "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji." Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kalian beruntung.(Al Baqoroh : 189)

Selasa, 25 April 2023

Tadabbur Al-Qur'an Hal. 291

Tadabbur Al-Quran Hal. 291
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Al-Isra' ayat 96 :

قُلْ كَفٰى بِاللّٰهِ شَهِيْدًاۢ بَيْنِيْ وَبَيْنَكُمْۗ اِنَّهٗ كَانَ بِعِبَادِهٖ خَبِيْرًاۢ بَصِيْرًا

Katakanlah (Muhammad), “Cukuplah Allah menjadi saksi antara aku dan kamu sekalian. Sungguh, Dia Maha Mengetahui, Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.”

- Tafsir Al Muyassar Al-Isra' ayat 96 :

Katakanlah kepada mereka: Cukuplah Allah sebagai saksi antara aku dengan kalian atas kebenaranku dan kebenaran kenabianku. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui ihwal para hamba-Nya, lagi Maha Melihat perbuatan mereka, dan Dia akan membalas mereka atas perbuatan tersebut.

- Hadis Sahih Al-Isra' ayat 96 :

Dari Abu Hurairah, ia menceritakan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, "Pada hari kiamat beberapa orang dari pengikutku mendatangiku, kemudian mereka disingkirkan dari telaga, maka aku katakan, Ya Rabbi (wahai Tuhanku), mereka adalah pengikutku! Allah menjawab, Kamu tak mempunyai pengetahuan tentang yang mereka kerjakan sepeninggalmu. Mereka berbalik ke belakang (murtad)"
(HR Bukhari). (Mahmud bin Al-Jamil, Sahih Al-Ahādis Al-Qudsiyyah, 1422 H/2001 M:297-298)

- Hadis Qudsi :

Dari Abu Hurairah, ia menceritakan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, "Pada hari kiamat, beberapa orang sahabatku mendatangiku, kemudian mereka disingkirkan dari telaga, maka aku katakan, Ya Rabbi (wahai Tuhanku), mereka sahabatku!' Allah menjawab, Kamu tak mempunyai pengetahuan tentang yang mereka kerjakan sepeninggalmu. Mereka berbalik ke belakang (murtad)." (HR Bukhāri) R (Mahmud bin Al-Jamil, Sahih A-Ahädis A-Qudsiyyah, 1422 H/2001 M: 297-298).

- Hadis Nabawi :

Imam Ahmad berkata, "Ibnu Numair telah menceritakan kepada kami, Isma'il bin Umar dari Nufai telah menceritakan kepada kami, dia berkata, 'Saya telah mendengar Anas bin Malik berkata, 'Dikatakan, Wahai Rasulullah Saw. bagaimana mungkin manusia dikumpulkan pada hari kiamat dengan ditelungkupkan di atas wajah-wajah mereka?' Rasulullah Saw., menjawab, Zat yang membuat manusia berjalan di atas kaki-kaki mereka sangatlah berkuasa untuk membuat mereka berjalan di atas wajah-wajah mereka." (HR Ahmad, Musnadul mām Ahmad Bin Hanbal, Tahqiq: Syu'aib A-Arnaut, Jilid 20, No. Hadis 12.708, 1420 H/1999 M: 131).

- Riyāduş Şālihin :

Abu Sa'id Al-Khudriy dan Abu Hurairah Ra. menceritakan bahwa Rasulullah Saw., bersabda, "Tidaklah Allah Swt. mengutus seorang nabi pun, dan tidak pula mengangkat seorang khalifah, melainkan ia mempunyai dua kubu, yaitu kubu yang memerintahkan dan mendorongnya melakukan kebaikan dan kubu yang memerintahkan dan mendorongnya melakukan keburukan. Orang yang terjaga adalah yang dijaga Allah Swt." (HR Bukhāri).

Hadis di atas mengandung beberapa faedah, antara lain seorang hakim (atau pemimpin) wajib memilih suatu kelompok masyarakat yang dikenal takwa, amanah, dan memberikan nasihat, yang akan mendekatkan mereka kepadanya untuk diajak bermusyawarah dalam berbagai persoalan. (Dr Muştafā Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādis Salihina, Juz 1, 1407 H/1987 M: 559).

- Penjelasan Surah An-Isra' Ayat 87-96 :

Ayat 87-96 menjelaskan tiga hal: 

Meneruskan ayat sebelumnya terkait kekuasaan mutlak Allah terkait penghapusan Al-Qur’an dari dalam diri Rasul Saw. Karena karunia Allah sangat besar kepada Nabi Muhammad Saw. maka Allah tidak melenyapkan Al-Qur’an itu dari dalam dadanya dan memeliharanya dengan baik. Sebab itu, Allah memerintahkan Nabi Muhammad Saw. untuk menjelaskan kepada manusia bahwa Al-Qur’an itu benar datang dari Allah. Kalau masih tidak percaya kepada Al-Qur’an cobalah jin dan manusia berkumpul untuk membuat seperti Al-Qur’an. Pasti tidak akan mampu dan mereka akan gagal.

Allah telah jelaskan berbagai perumpamaan dalam Al-Qur’an. Kebanyakan manusia tetap saja kafir padanya dan tidak mau menjadikannya sebagai sistem hidup. Mereka tidak mau beriman kecuali jika Rasul Saw. mampu membuat sungai yang di celah-celahnya memancar mata air, atau menjatuhkan benda langit berkeping-keping, atau hadirkan malaikat sehingga bisa bertatap muka, atau mampu membangun rumah dari perhiasan, atau naik ke langit sambil membawa pulang kitab yang bisa dibaca. Tantangan tersebut dijawab Rasul Saw.: Maha Suci Allah. Aku hanya seorang Rasul (utusan) Allah. 

Faktor yang membuat manusia tidak beriman kepada Al-Qur’an ialah mereka ragu apakah Allah mengutus manusia sebagai Rasul-Nya. Sekiranya di atas bumi ada komunitas malaikat, pasti Allah utus pula malaikat sebagai Rasul-Nya. Allah perintahkan Nabi Muhammad untuk mengatakan pada mereka: Cukuplah Allah sebagai saksi di antara saya dan kalian, karena Allah itu Maha Mengetahui lagi Maha Melihat. 

LARANGAN MEMAKAI KAIN WARNA KUNYIT, ORANGE & MERAH

Tematik (136)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

LARANGAN MEMAKAI KAIN WARNA KUNYIT, ORANGE & MERAH

🍂Hadis Sahih No 5173 Diceritakan oleh Abdullah ibn Amr ibn al-'Ash bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam Melihat saya mengenakan dua pakaian sperti warna kuning kunyit, lalu dia berkata: "Ini adalah pakaian (biasanya dipakai oleh) orang-orang yang tidak beriman, jadi jangan memakainya...

Hadits No 1798. Anas radhiyallahu anhu berkata: Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam melarang orang-orang mengenakan pakaian yang dicelupkan dengan kunyit.
[Al-Bukhari dan Muslim].

Hadits No 1799 dari Abdullah bin Amr bin Al-`Ash berkata: Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wasallam melihat saya mengenakan 2 pakaian berwarna Kuning seperti kunyit (Orange) dan bertanya," Apakah ibumu telah memerintahkanmu untuk memakai ini? "Saya bertanya kepada Rasulullah," Haruskah saya mencucinya? "Dia menjawab," Sebaiknya Engkau membakarnya.
(365, RIYAD-US-SALIHEEN)

Meski warna 'oranye' tidak disebut, namun warna oranye secara khusus adalah warna perincian dari kuning kunyit karena warna pakaian untuk orang-orang beriman bukanlah warna tersebut. 

Rasulullah Shallallahu'alaihi Wassalam tidak menyetujui sahabat-sahabatnya yg memakai pakaian berwarna orange karena biasanya dipakai atau dikaitkan dengan agama dan pakaian orang-orang kafir.

Bahkan saat ini praktik dan pendeta Hindu atau biksu Buddha memakai warna pakaian berwarna orange ini, dan pakaian warna ini umumnya terkait dengan pakaian dan warna religius orang-orang kafir.

Untuk Merah:

Sa'sa'ah bin Suwhan berkata kepada 'Ali bin Abi Thalib r.a :

"Wahai Komandan Orang-orang terpercaya! Laranglah kami dari apa yang Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah melarangmu." Dia berkata: "Dia melarang kita dari Ad-Dubba, Al-Hantam, Al-Ji'ah, dan dari memakai cincin emas, dan dari mengenakan sutra, dan dari memakai pakaian berwarna merah al-Mitharah."

Senin, 24 April 2023

Syarah Aqidatul Awam (21)

Syarah Aqidatul Awam (21)
------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Bait 21

وَالْمَـلَكُ الَّـذِيْ بِلاَ أَبٍ وَأُمْ (21) لاَ أَكْلَ لاَ شُـرْبَ وَلاَ نَوْمَ لَـهُمْ

Adapun para malaikat itu tetap tanpa bapak dan ibu, tidak makan dan tidak minum serta tidak tidur

Syarah :

Umat Islam wajib percaya kepada adanya malaikat sebab hal itu sudah ditegaskan dalam al-Qur’an. Sebagaimana firman Allah SWT:

ءَامَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ ءَامَنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ. (البقرة، 285)

“Rasul Telah beriman kepada al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (Mereka berdoa): "Ampunilah kami Ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali." (QS. al-Baqarah: 285).

Iman kepada malaikat artinya adalah meyakini bahwa Allah SWT telah menciptakan makhluk yang terbuat dari cahaya, dan tidak pernah durhaka kepada Allah SWT.

Malaikat adalah makhluk yang sangat mengagumkan. Mereka tidak makan, tidak minum, tidak tidur, tidak berkeluarga. Mereka dapat merubah bentuk dirinya menjadi manusia, sebagaimana terjadi pada malaikat Jibril ketika menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad SAW. Tidak jarang ia menampakkan dirinya dalam bentuk manusia.

Masing-masing malaikat diberi tugas oleh Allah SWT. Di antara mereka ada yang ditugaskan untuk menyampaikan wahyu, mencatat amal manusia, menjaga surga, mengikuti dan menghadiri majlis dzikir. Di antara mereka ada yang ditugaskan hanya untk menyembah dan bertasbih kepada Allah SWT. Ada pula yang ditugaskan untuk menjaga badan manusia dan sebagainya.

Para malaikat hanya mengerjakan apa yang diperintahkan Allah SWT kepadanya. Mereka tidak melanggar larangan Allah SWT ataupun sesuatu yang tidak diperintahkan kepadanya. Dalam al-Qur’an disebutkan:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلاَئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادٌ لاَ يَعْصُونَ اللهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ. (التحريم، 6)

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. al-Tahrim : 6).

Minggu, 23 April 2023

Tadabbur Al-Qur'an Hal. 290

Tadabbur Al-Quran Hal. 290
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Al-Isra' ayat 80 :

وَقُلْ رَّبِّ اَدْخِلْنِيْ مُدْخَلَ صِدْقٍ وَّاَخْرِجْنِيْ مُخْرَجَ صِدْقٍ وَّاجْعَلْ لِّيْ مِنْ لَّدُنْكَ سُلْطٰنًا نَّصِيْرًا

Dan katakanlah (Muhammad), ya Tuhanku, masukkan aku ke tempat masuk yang benar dan keluarkan (pula) aku ke tempat keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi-Mu kekuasaan yang dapat menolong(ku). [482]

- [482] Memohon kepada Allah agar kita memasuki suatu ibadah dan selesai daripadanya dengan niat yang baik dengan penuh keikhlasan serta bersih dari riya dan dari sesuatu yang merusakkan pahala. Ayat ini juga mengisyaratkan kepada Nabi Muhammad supaya berhijrah dari Makkah ke Madinah. Dan ada juga yang menafsirkan; Memohon kepada Allah agar kita memasuki kubur dengan baik dan keluar (dibangkitkan) daripadanya dengan baik pula.

- Asbabun Nuzul Al-Isra' ayat 80 :

Diriwayatkan oleh lbnu Abi Hatim yang bersumber dari Sa'id bin Jubair. Hadits ini mursal. Diriwayatkan pula oleh lbnu Jarir, dan disebutkan bahwa yang berkata kepada Rasulullah itu adalah kaum Yahudi. Hadits inipun mursal, bahwa kaum musyrikin berkata kepada Nabi sallallahu alaihi wa sallam: "Nabi-nabi bertempat tinggal di Syam, mengapa engkau tinggal di Madinah?" Ketika itu hampir dilaksanakan oleh Nabi, turunlah ayat ini yang memberitahukan maksud kaum musyrikin yang ingin mengusir beliau.

Diriwayatkan oleh At Tirmidzi yang bersumber dari lbnu Abbas bahwa ayat ini turun saat Nabi melaksanakan hijrah dari Mekah ke Madinah.

Keterangan: Berdasarkan riwayat ini jelaslah bahwa ayat tersebut di atas adalah Makiyyah (diturunkan di Mekah). Dan lbnu Marduwaih meriwayatkan hadits yang semakna dengan lafal yang lebih jelas lagi.

Sumber: Asbabun Nuzul-K.H.Q.Shaleh - HAA. Dahlan dkk.

At-tirmidzi meriwayatkan dari ibnu abbas bahwa Nabi saw dahulu tinggal di Mekah lelu diperintahkan berhijrah. Maka turunlah ayat ini. Ayat ini turun di mekah. Ibnu Mardawaih meriwayatkan dengan lafaz yang lebih jelas lagi.

- Tafsir Al Muyassar Al-Isra' ayat 80 :

Katakanlah: Wahai Rabb-ku, masukkanlah aku dalam perkara yang itu baik bagiku dengan masuk yang benar, dan keluarkanlah aku dalam perkara yang buruk bagiku dengan keluar yang benar, dan berikanlah kepadaku dari sisi-Mu hujah (argumen) yang kukuh, yang dengannya Engkau menolongku atas semua orang yang menyelisihiku.

- Riyaduş Salihin :

Dari Jabir Ra., ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Barang siapa yang khawatir tidak bisa bangun di akhir malam, hendaklah ia melakukan witir di awal malam. Dan barang siapa yang berharap mampu bangun di akhir malam, hendaklah ia witir di akhir malam, karena salat di akhir malam disaksikan (oleh para malaikat) dan hal itu adalah lebih afdal (utama)." (HR Muslim)

Hadis ini memberi faedah:

(a) Boleh melaksanakan salat malam pada awal malam dan akhir malam.
(b) Barang siapa yang takut tidak bisa melaksanakannya pada akhir malam, makadianjurkan baginya untuk melaksanakannya pada awal malam.
(c) Barang siapa yang merasa mampu melaksanakannya pada akhir malam, maka dianjurkan baginya untuk melaksanakannya sampai akhir malam.
(d) Menjelaskan keutamaan salat malam karena sesungguhnya salat malam itu disaksikan oleh malaikat.
(Abu Usamah Salim bin 'idul Hilali, Bahjatun Nāzirina Syarhu Riyādis Salihina, Jilid 2, t.t.:308). 

- Hadis Nabawi :

Abu Salamah bin Abdurrahman mengatakan bahwa dia pernah bertanya kepada Aisyah Ra. tentang cara salat malam Rasulullah pada bulan Ramadan. Lalu, 'Aisyah menjawab,"Rasulullah Saw. tidak pernah melaksanakan salat malam pada bulan Ramadan atau pada bulan-bulan lainnya, lebih dari sebelas raka'at. Beliau salat empat raka'at, jangan kamu tanya tentang bagus dan panjangnya, kemudian beliau salat empat rakaat lagi. Jangan kamu tanya tentang bagus dan panjangnya, kemudian beliau salat tiga rakaat."
Aisyah berkata, "Aku bertanya, wahai Rasulullah, apakah engkau tidur sebelum melaksanakan witir? Beliau menjawab, "Wahai Aisyah, kedua mataku tidur namun hatiku tidaklah tidur.
(HR Bukhāri, Sahih Bukhāri, Juz 2, No. Hadis 2013, 1403 H: 61).

- Hadis Qudsi :

Dari Abu Hurairah Ra., ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Tuhan kita Yang Maha berkah dan Maha tinggi turun di setiap malam ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir, Dia berfirman, Siapa yang berdoa kepada-Ku, pasti Aku kabulkan, dan Siapa yang meminta kepada-Ku, pasti Aku penuhi, dan siapa yang memohon ampunan kepada-Ku, pasti Aku ampuni." (HR Bukhāri, Sahihu'l Bukhāri, Juz 1, No. Hadis 1145, 1400H: 356).

- Penjelasan Surah An-Isra' Ayat 76-86 :

Ayat 76-86 meneruskan ayat sebelumnya terkait dahsyatnya perlawanan kaum kafir Mekkah terhadap dakwah Rasul Saw. Kalau merela sampai berhasil mengusir Rasul Saw. dari Mekkah, maka Allah berjani mengazab mereka sebagaimana yang terjadi pada umat-umat terdahulu. Janji Allah ini terbukti. Tidak lama setelah Rasul Saw. keluar dari Mekkah dan hijrah ke Madinah, Allah merekayasa azab kaum kafir Mekkah dengan perang Badar. Demikianlah sunnatullah yang berlaku.

Agar Rasul Saw. dan para sahabat kuat berjuang, Allah perintahkan mereka untuk menegakkan salat fardhu lima kali sehari. Selain itu, salat tahajud di tengah malam sangat kuat pengaruhnya terhadap keimanan dan pembentukan karakter serta dapat mengangkat derajat kemuliaan di sisi Allah.

Kebathilan itu akan hilang jika hak itu ditegakkan. Al-Qur’an diturunkan sebagai obat dan rahmat bagi kaum Mukmin, namun kerugian bagi kaum yang zalim. Di antara sifat manusia ialah berpaling dari Allah saat dapat nikmat-Nya dan berputus asa jika ditimpa kesulitan. 

Setiap manusia bekerja berdasarkan keinginannya. Allah Maha Mengetahui siapa yang berhak mendapat petunjuk. Sedangkan ruh (nyawa) itu urusan Allah. Allah kuasa melenyapkan wahyu dari dada Rasul Saw. dan tidak akan ada yang dapat menolong Beliau.

Jumat, 21 April 2023

Tadabbur Al- Qur'an Hal. 289

Tadabbur Al-Quran Hal. 289
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Al-Isra' ayat 70 :

۞ وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِيْٓ اٰدَمَ وَحَمَلْنٰهُمْ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنٰهُمْ مِّنَ الطَّيِّبٰتِ وَفَضَّلْنٰهُمْ عَلٰى كَثِيْرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيْلًا ࣖ

Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.

- Tafsir Al Muyassar Al-Isra' ayat 70 :

Sesungguhnya Kami telah muliakan keturunan Adam dengan akal dan diutusnya para Rasul. Kami mudahkan untuk mereka semua yang ada di alam semesta, dan Kami mudahkan untuk mereka binatang di daratan dan bahtera di lautan untuk mengusung mereka. Kami beri mereka rizki dari makanan dan minuman yang baik-baik, dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang besar atas kebanyakan makhluk.

- Mu'jam Al-Isra' ayat 70 :

كَرَّمْنَا

Karama: Al-Karamu jika (kata) ini disifatkan kepada Allah Swt, kata ini menjadi sebuah nama tentang seluruh kebaikan-Nya dan pemberian nikmat-Nya. Contohnya, firman Allah Swt,..maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya, Mahamulia. (QS An-Naml 27 40) Jika disifatkan kepada manusia kata ini menjadi sebuah nama bagi akhlak dan perbuatan yang terpuji yang nampak darinya. Tidak bisa dikatakan dia itu "Karim" (yang mulia) bila tidak jelas akhlaknya dan pekerjaannya terpuji, Sebagian ulama mengatakan bahwa Al-Karamu itu seperti Al-Hurriyah (kebebasan). Namun Al-Hurriyah itu dikatakan untuk kebaikan-kebaikan yang kecil dan yang besar, sedang A-Karamu tidak bisa dikatakan kecuali untuk kebaikan-kebaikan yang besar saja. (Ar-Ragib Al-Asfahani, Mujam Mufradati Alfazi A/Qur'ani, 1431 H/2010 M: 324).

- Tazkiyyatun Nafs :

Allah Swt. berfirman, "Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna." (QS Al-Isrā, 17:70).

Mahasuci Allah Swt. yang telah mengaruniakan kepada manusia segala kemuliaan: akal, ilmu, pandai berbicara, bentuk yang indah, dan mulia, perawakan yang sedang, dapat menyerap ilmu-ilmu dengan cara menyelidiki dalil, dapat memiliki akhlak yang mulia seperti berbakti, taat, dan patuh.

Alangkah jauh perbedaan keadaan manusia sewaktu masih berbentuk air mani yang tersimpan di dalam rahim dengan keadaannya sewaktu malaikat memasuki tempatnya di Surga Adn. Tidak ada yang bisa kita ucapkan selain, "Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik." (QS AI-Mu'minūn, 23: 14).

Dunia ibaratnya sebuah desa dan orang mukmin adalah kepalanya. Semua makhluk berkhidmat kepadanya dan diciptakan untuk memenuhi kebutuhannya. Para malaikat yang memikul Arsy Tuhan dan makhluk-makhluk lain yang ada di sekitarnya beristigfar untuk manusia. Para malaikat yang dipercayakan untuk menjadi pengawalnya selalu menjaga. Mereka ditugaskan untuk menangani hujan dan tanaman, juga menundukanNya dan Dia telah menundukkan sungai-sungai bagimu. Dan Dia telah menundukkan matahari dan bulan bagimu yang terus-menerus beredar (dalam orbitnya), dan telah menundukkan malam dan siang bagimu. Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah Swt., niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah Swt.. (QS lbrāhim, 14:32-34).

Orang yang merenungkan secara mendalam karunia-karunia Allah Swt. dan memikirkan hikmah serta sifat-sifat-Nya, akan lebih jauh jangkauannya dan lebih banyak memperoleh hasil daripada mereka yang diam di tempat, tidak beranjak dari daerah kesenangannya, dan tabiatnya yang cukup rela dengan kehidupan manusia-manusia biasa, dan tidak mau seperti mereka. Padahal, barang-barang berharga hanya dapat diraih oleh orang yang mau menempuh beratnya perjalanan yang jauh ke penjuru dunia, sehingga akhirnya dia senang mendapatkan hasil jerih payahnya. Orang-orang seperti ini menganggap ringan apa yang dipandang berat oleh para pemalas dan cukup senang menghadapi apa yang dipandang susah oleh orang-orang bodoh.
(lbnu'l Qayyim Al-Jauziyyah, Miftāhu Dāris Sa'ādati, Juz 2, 1416 H/1996 M: 201-202).

- Riyāduş Salihin :

Dari Anas bin Mālik Ra., dia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah Swt. sangat suka kepada hamba-Nya yang mengucapkan Tahmid (Alhamdulillāh) sesudah makan dan minum." (HR Muslim).

Hadis di atas mengandung beberapa faedah: Keutaman memuji Allah Swt. dan orang yang melakukannya akan mendapatkan pahala yang besar, keutamaan Allah Swt. dan keluasan rahmat-Nya.
(Dr. Mustafa Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Mutta-qina Syarhu Riyādis Sālihina, Juz 2, 1407 H/1987 M: 961).

- Medical Hadis :

Dari Abu Sa'id Al-Khudriy Ra., ia menceritakan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, "Pada hari kiamat bumi bagaikan sekeping roti, Allah Al-Jabbār memutar-mutarnya dengan tangan-Nya, sebagaimana salah seorarng diantara kalian bisa memutar-mutar rotinya dalam perjalanan, sebagai kabar gembira bagi penghuni surga." (HR Bukhāri) (Ibnu'l Qayyim Al-Jauziyyah, At-Tibbun Nabawi, t.t.: 234).

- Tibbun Nabawi :

Khasiat Khubz (roti)

Dilihat dari proses pembuatannya, jenis roti yang paling baik ialah roti yang dibakar di atas tungku dan padat dagingnya, lalu roti panggang. Selanjutnya, roti yang dimasak di atas abu panas. Jika diamati dari bahan bakunya, maka roti yang paling baik ialah yang terbuat dari gandum yang masih segar. Selain itu, bila dilihat dari kandungan nilai gizi, maka roti tepung putih yang paling banyak kandungan gizi. Kemudian, bila dilihat dari aspek waktu mengkonsumsi, waktu yang paling baik untuk memakan roti ialah pada petang hari, pada hari yang sama pembuatannya. Sedangkan roti yang lembut paling mudah dicerna dan kebalikannya adalah roti yang kering (lbnu'l Qayyimal-Jauziyyah, Zãdu' Ma'adi fi Hadyi Khayril bādi, Juz 4, t.t. 304-305).

- Penjelasan Surah An-Isra' Ayat 67-75

Ayat 67 - 70 meneruskan ayat sebelumnya terkait berbagai karunia Allah yang dianugerahkan kepada manusia, kendati kebanyakan manusia mengingkari-Nya. Di antara sikap dan prilaku manuisia yang tidak baik ialah apabila menghadapi bahaya di tengah lautan, mereka berdoa kepada Allah agar diselamatkan. Namun, setelah sampai ke daratan, mereka kafir kembali. Di antara ciri orang kafir itu merasa aman dari ancaman Allah seperti, ditenggelamkan ke dalam bumi, serangan badai atau angin topan yang akan meneggelamkan mereka. Padahal, bila ancaman itu datang, tidak ada yang dapat menolong selain Allah. 

Sepantasnyalah manusia mengakui Allah, menauhidkan dan menaati-Nya, karena Ia telah memuliakan manusia, memudahkan mereka bergerak di laut dan di darat serta memberi mereka rezki dari yang baik-baik serta  berbagai kelebihan dibanding makhluk lainnya. Sungguh tidak logis jika manusia masih membangkang dan mengingkari-Nya.

Ayat 71  dan 72 menjelasakan bahwa setiap manusia di akhirat nanti akan dipanggil untuk diberikan kitab catatan amal masing-masing. Jika kitab catatan amal diberikan dari sebelah kanannya, maka ia akan dapat membacanya dengan baik dan ia akan selamat dari azab neraka. Siapa saja yang waktu hidup di dunia tidak menjadikan Al-Qur’an dan ajaran Rasul Saw. sebagai sistem hidup, maka ia di akhirat nanti akan lebih tersesat lagi dan akan masuk neraka.

Ayat 73-75 menjelaskan betapa dahsyatnya pengaruh perlawanan dan tipu daya orang-orang kafir itu sehingga hampir mereka berhasil memalingkan Rasulullah Saw. dari tugas utama Beliau, yakni menegakkan agama tauhid dengan murni dan bersih. Kalaulah bukan Allah kokohkan hati dan sikap Rasulullah Saw. pasti Beliau terpengaruh sedikit demi sedikit. Kalau hal itu terjadi, Allah akan azab Rasulullah Saw. waktu hidup dan setelah mati dengan azab berlipat ganda. Kemudian Allah tidak akan menolong Beliau.

Kamis, 20 April 2023

Janganlah Berbuat Dholim Dibulan-bulan Harram

One Day One Hadits (251)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Janganlah Berbuat Dholim Dibulan-bulan Harram

عن أبي بكره رضي الله عنه قال، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا ، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

Dari Abu Bakrah radliallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya zaman berputar sebagai mana ketika Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun ada dua belas bulan. Diantaranya ada empat bulan haram (suci), tiga bulan berurutan: Dzul Qo’dah, Dzulhijjah, dan Muharram, kemudian bulan Rajab suku Mudhar, antara Jumadi Tsani dan Sya’ban.” (HR. Al Bukhari & Muslim)

Pelajaran yang terdapat di dalam hadist:

1. Dalam hadits ini, telah menerangkan bulan-bulan dalam syariat Islam yang berjumlah dua belas bulan, empat diantaranya adalah bulan harom.

2. Kita dilarang berbuat dholim terhadap diri-diri kita di bulan-bulan harom itu, dikarenakan dosa perbuatan itu di bulan-bulan tersebut lebih besar berlipat ganda dan akan menghantarkan kepada berbagai bentuk kedholiman yang lainnya, bukan berarti bahwa kedholiman di bulan-bulan lainnya itu dibolehkan.

3. Diantara bentuk-bentuk kemaksiatan yang dilakukan di bulan-bulan tersebut khususnya Muharram, yang itu merupakan bentuk kedholiman terhadap diri sendiri adalah perbuatan syirik terhadap Alloh ta’ala yang merupakan sebesar-besar kedholiman.

4. Sebagian atau kebanyakan manusia menyangka bahwa yang dimaksud dengan kesyirikan itu hanyalah penyembahan terhadap berhala atau patung-patung. Ini adalah pemahaman yang keliru.

5. Kesyirikan itu mencakup seluruh bentuk peribadatan baik berupa amalan hati, ucapan ataupun perbuatan yang ditujukan dan dipalingkan kepada selain Alloh ta’ala.
 
6. Hal ini mencakup seluruh aspek peribadatan, seperti tawakkal kepada selain Alloh, berdoa kepada selain Alloh, menyembelih kepada selain Alloh, beristighotsah kepada selain Alloh pada perkara-perkara yang tidak mampu mengabulkannya kecuali Alloh semata dan lain sebagainya dari macam-macam peribadatan. Semuanya itu termasuk dalam kesyirikan yang terlarang. 

Tema hadist yang berkaitan dengan Al-Quran:

1. Alloh telah menerangkan bulan-bulan dalam syariat Islam yang berjumlah dua belas bulan, empat diantaranya adalah bulan harom

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ ۚ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً ۚ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ

“Sesungguhnya jumlah bulan dalam hukum Alloh dan yang telah termaktub dalam lauhul mahfudz itu adalah sebanyak dua belas bulan, pada hari diciptakannya langit dan bumi. Diantaranya adalah empat bulan harom (bulan suci). Alloh telah mengharomkan di dalamnya peperangan (yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah, Muharrom dan Rojab). Itulah agama yang lurus, maka janganlah kalian berbuat dholim terhadap diri-diri kalian di bulan-bulan itu, lantaran keharoman perbuatan dholim di dalamnya lebih besar dan dosanya lebih besar daripada di bulan-bulan lainnya.” (lihat Tafsir Muyassar QS. At-Taubah: 36)

2. Syirik terhadap Alloh ta’ala yang merupakan sebesar-besar kedholiman, sebagaimana wasiat Luqman al-Hakim terhadap anaknya 

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Ingatlah -wahai Rosul- nasehat Luqman kepada anaknya ketika itu: “Wahai anakku, janganlah engkau berbuat syirik kepada Alloh, sehingga engkau mendholimi dirimu sendiri. Sungguh, kesyirikan itu adalah sebesar-besar dan seburuk-buruk dosa.” (Tafsir Muyassar QS. Luqman: 13)

3. Bahaya Syirik. Siapa yang berbuat kesyirikan, sungguh ia telah mendholimi dirinya sendiri. 

ومن يشرك بالله فقد ضل ضلالا بعيدا

“Siapa yang menjadikan sekutu bagi Alloh ta’ala yang Al-Wahid Al-Ahad (mahaesa) dari makhluk-Nya, sungguh ia telah sangat jauh dari kebenaran.” (Tafsir Muyassar QS. An-Nisa: 116)

ومن يشرك بالله فقد افترى إثما عظيما

“Siapa yang berbuat syirik, menyekutukan Alloh dengan selain-Nya, maka ia telah membuat dosa yang sangat besar.” (Tafsir QS. An-Nisa’: 48)

إنه من يشرك بالله فقد حرم الله عليه الجنة ومأواه النار وما للظالمين من أنصار

“Sesungguhnya siapa yang menyekutukan Alloh dengan selain-Nya dalam peribadatan, sungguh telah Alloh haromkan atasnya jannah dan menjadikan neraka sebagai tempat tinggalnya serta tidaklah ada penolong yang menyelamatkannya dari neraka itu.” (Tafsir QS. Al-Maidah: 72)

Selasa, 18 April 2023

Tadabbur Al Qur'an hal. 287

Tadabbur Al-Quran Hal. 287
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Al-Isra' ayat 56

قُلِ ادْعُوا الَّذِيْنَ زَعَمْتُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ فَلَا يَمْلِكُوْنَ كَشْفَ الضُّرِّ عَنْكُمْ وَلَا تَحْوِيْلًا

Katakanlah (Muhammad), “Panggillah mereka yang kamu anggap (tuhan) selain Allah, mereka tidak kuasa untuk menghilangkan bahaya darimu dan tidak (pula) mampu mengubahnya.”

- Asbabun Nuzul Al-Isra' ayat 56

Bukhari dan lainnya meriwayatkan dari ibnu Masud. Dulu sejumlah manusia menyembah segolongan jin, lalu jin itu masuk Islam tapi manusia penyembah mereka tetap berpegang kepada agama mereka. Maka Allah menurunkan ayat ini.

- Tafsir Al Muyassar Al-Isra' ayat 56 

Katakanlah, wahai Rasul, kepada orang-orang musyrik dari kaummu, "Sesungguhnya sembahan-sembahan ini yang kalian seru untuk menghilangkan kemudharatan dari kalian tidak mampu melakukan hal itu, tidak mampu memindahkannya dari kalian kepada orang lain, dan tidak mampu pula memindahkannya dari satu keadaan ke keadaan yang lain. Sebab, yang kuasa atas hal itu adalah Allah semata." Ayat ini berlaku umum untuk semua yang diseru selain Allah, baik yang sudah mati maupun yang tidak tampak, dari kalangan para nabi, orang-orang shalih dan selain mereka, dengan lafal istighatsah, doa maupun selainnya. Sebab tidak ada yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah.

- Tazkiyyatun Nafs 

Allah Swt. telah berfirman, Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan, siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah Swt.). Mereka mengharapkan rahmat-Nya dan takut terhadap azab-Nya. Sungguh, azab Tuhanmu itu sesuatu yang (harus) ditakuti. (QS Al-Isra, 17:57)

Frase "mencari jalan" dalam ayat ini artinya mencari cara untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. dengan melakukan ibadah dan mencintaiNya. Ada tiga sendi iman, yaitu cinta, rasa takut, dan berharap.

Tentang pengharapan ini Allah Swt. telah menjelaskan, <Katakanlah (Muhammad Saw.), "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa." Maka barang siapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya, maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia menyekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya. (QS A-Kahf, 18:110) dan firman-Nya, (Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS Al-Baqarah, 2: 218).
Di dalam hadiš disebutkan dari Jābir Ra., ia berkata, Rasululah Saw. bersabda, "Allah Swt. berfirman, "Aku berada pada persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Maka hendaklah dia membuat persangkaan kepada-Ku menurut kehendaknya." (HR Muslim). Rajā' merupakan ayunan langkah yang membawa hati ke tempat Sang Kekasih, yaitu Allah Swt. dan negeri akhirat. Ada yang berpendapat bahwa Raja artinya kepercayaan tentang kemurahan Allah Swt.

Perbedaan Raja' (mengharap) dengan berangan-angan, yaitu berangan-angan disertai kemalasan, pelakunya tidak pernah bersungguh-sungguh dan berusaha. Sementara, mengharap itu disertai dengan usaha dan tawakal. Yang pertama seperti keadaan orang yang berangan-angan, andaikan dia mempunyai sebidang tanah yang dapat dia tanami dan hasilnya pun dipetik. Yang kedua seperti keadaan orang yang mempunyai sebidang tanah, lalu dia olah dan tanami, lalu dia berharap tanamannya tumbuh. Karena itu, para ulama telah sepakat bahwa Raja tidak dianggap sah kecuali disertai usaha.

Raja itu ada tiga macam. Dua macam merupakan perbuatan terpuji dan satu macam lagi merupakan perbuatan tercela. Pertama, harapan seseorang agar dapat taat kepada Allah Swt. berdasarkan cahaya dariNya, lalu dia mengharap pahala-Nya. Kedua, seseorang yang berbuat dosa lalu bertobat dan mengharap ampunan, kemurahan, dan kasih sayang-Nya. Ketiga, orang yang melakukan kesalahan dan mengharap rahmat Allah Swt. tanpa disertai usaha. Ini sesuatu yang menipu dan harapan yang dusta.

Orang yang berjalan di jalan Allah Swt. mempunyai dua pandangan :
Pertama, pandangan kepada diri sendiri, aib, dan kekurangan amalnya, sehingga membukakan pintu ketakutan, agar dia melihat keluasan karunia Allah Swt.
Kedua, pandangan yang membukakan pintu harapan baginya. Karena itu, ada yang mengatakan bahwa batasan Raja  adalah keluasan rahmat Alah Swt. Ahmad bin 'Asinm pernah ditanya, "Apakah tanda Raja pada diri hamba?" Dia menjawab, jika dia dikelilingi kebaikan, maka dia mendapat ilham untuk bersyukur, sambil mengharap kesempurnaan nikmat dari Allah Swt. di dunia dan di akhirat, serta mengharap kesempurnaan ampunan-Nya di akhirat." (bnu'l Qayyim al-Jauziyyah, Madariju al-Sālikina Manāzilu lyyāka Na 'budu wa lyyāka Nasta'in, Juz 2, t.t.: 36-37).

Riyadus Salihin

Dari Jābir bin Abdullah Ra., sesungguhnya dia pernah mendengar Rasululfah Saw. bersabda, tiga hari sebelum wafat, Janganlah salah seorang di antara kalian meninggal melainkan dia berbaik sangka terhadap Rabbnya." (HR Muslim).

Hadis di atas mengandung faedah tentang peringatan dari rasa putus asa dan mendorong agar optimis penuh harapan, terutama ketika di akhir hayat. (Dr. Mustafā Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyadis Salihina, Juz 1, 1407 H/1987 M: 398). 

- Medical Hadis 

Diriwayatkan dari Nabi Saw. bahwa beliau pernah menjenguk Sa'ad bin Abu Waqqas Ra. di Mekah. Saat itu beliau bersabda, "Tolong panggilkan dokter untuknya." Lalu, Al-Hāris bin Kaladah pun dipanggil. Setelah memeriksa keadaan Sa'ad, Al-Hariš berkata, "Dia tidak apa-apa. Buatkan dia ramuan Hulbah dengan kurma segar yang dimasak, lalu minumkan kepadanya." Maka apa yang diperintahkanya itu dilaksanakan, hingga Sa'ad benar-benar sembuh. (HR Ibnu Mājah dengan perbedaan redaksi) (ibnu'l Qayyim AlJauziyyah, At-Tibbun Nabawi, t.t.: 232-233).

- Tibbun Nabawi 

Khasiat Hulbah

Hulbah (termasuk jenis bij-bijian) memiliki sifat yang panas pada tahapan kedua dan kering pada tahapan pertama, Jika dimasak dengan menggunakan air, baik untuk kerongkongan, dada, dan perut. 

Hulbah dapat meredakan batuk dan asma, melancarkan pernapasan dan meningkatkan produksi mani. Selain itu, bagus untuk mengobati masuk angin, lendir, dan wasir.

Wanita yang terkena tumor rahim dapat berendam di dalam air rebusan Hulbah. Dapat pula dioleskan pada bagian yang terkena tumor. Untuk mengobati isi perut, Hulbah dapat dicampur dengan Samin dan Alvanid (lbnu'l Qayyim al-Jauziyyah, Zadul Ma ādi fi Hadyi Khayril 'bādi, Juz 4, t.t.:301-302).

- Penjelasan Surah An-Isra' Ayat 50-58

Ayat 50 -58 meneruskan ayat sebelumnya dan menjelaskan beberapa hal berikut :

Orang-orang yang mengingkari kebangkitan manusia setelah jadi tulang belulang itu hati mereka keras bagaikan batu atau besi atau benda besar lainnya yang ada di langit. Mereka menggeleng-gelengkan kepala keheranan sambil mempertanyakan kapan kiamat itu terjadi. Allah perintahkan Rasul Saw. untuk menjelaskan bahwa kiamat itu sudah dekat. Pada hari kiamat nanti mereka akan bangkit dari dalam kubur atas perintah Allah dan mengira tinggal di dalamnya sebentar saja.

Hamba-hamba Allah yang Mukmin wajib berkata baik, karena setan bisa masuk menciptakan konflik di antara mereka melalui perkataan yang tidak baik.

Allah Maha Mengetahui siapa dari manusia yang berhak mendapatkan rahmat-Nya dan siapa yang berhak mendapatkan azab-Nya. Rasulullah tidak diutus sebagai penjaga manusia, tapi penyampai agama Allah.

Allah juga Maha Mengetahui siapa di antara hamba-Nya yang berhak diberikan keutamaan, di antaranya adalah Nabi Daud dengan Kitab Zabur-Nya.

Tuhan-tuhan yang mereka sembah seperti malaikat, jin, Nabi Isa, ‘Uzair dan sebagainya tidak memiliki kekuasaan menghilangkan bahaya atau mengalihkannya. Mereka semuanya meminta kepada Allah dan mencari jalan keselamatan dari Tuhan Pencipta  mereka, yakni Allah Ta’ala. Mereka berharap rahmat-Nya dan takut pada azab-Nya. Azab Allah itulah yang harus ditakuti.

Telah menjadi keputusan Allah jika penduduk suatu negeri durhaka pada-Nya, pasti Ia musnahkan atau azab yang amat keras.

Senin, 17 April 2023

Kesulitan Akan Dimudahkan

One Day One Hadits (250)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Kesulitan Akan Dimudahkan

عَنِ ابْنِ عَبَّاس رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلم قَالَ : إِنَّ اللهَ تَجَاوَزَ لِيْ عَنْ أُمَّتِي : الْخَطَأُ وَالنِّسْيَانُ وَمَا اسْتُكْرِهُوا عَلَيْهِ [حديث حسن رواه ابن ماجة والبيهقي وغيرهما]

Dari Ibnu Abbas radiallahuanhuma : Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya Allah ta’ala memafkan umatku karena aku (disebabkan beberapa hal) : Kesalahan, lupa dan segala sesuatu yang dipaksa “
(Hadits hasan diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Baihaqi dan lainnya)

Pelajaran yang terdapat dalam hadits:

1. Allah ta’ala mengutamakan umat ini dengan menghilangkan berbagai kesulitan dan memaafkan dosa kesalahan dan lupa.
2. Sesungguhnya Allah ta’ala tidak menghukum seseorang kecuali jika dia sengaja berbuat maksiat dan hatinya telah berniat untuk melakukan penyimpangan dan meninggalkan kewajiban dengan sukarela .
3. Manfaat adanya kewajiban adalah untuk mengetahui siapa yang ta’at dan siapa yang membangkang.
4. Ada beberapa perkara yang tidak begitu saja dimaafkan. Misalnya seseorang melihat najis di bajunya akan tetapi dia mengabaikan untuk menghilangkannya segera, kemudian dia shalat dengannya karena lupa, maka wajib baginya mengqhada shalat tersebut. Contoh seperti itu banyak terdapat dalam kitab-kitab fiqh.

Tema hadits yang berkaitan dengan Al-Quran:

1. Dosa karena adanya kesengajaan:

وَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ فِيمَا أَخْطَأْتُمْ بِهِ وَلَٰكِنْ مَا تَعَمَّدَتْ قُلُوبُكُمْ ۚ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
[Surat Al-Ahzab : 5]

2. Toleransi hukum Islam : 

وَأَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلَّهِ ۚ فَإِنْ أُحْصِرْتُمْ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِ ۖ وَلَا تَحْلِقُوا رُءُوسَكُمْ حَتَّىٰ يَبْلُغَ الْهَدْيُ مَحِلَّهُ ۚ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ بِهِ أَذًى مِنْ رَأْسِهِ فَفِدْيَةٌ مِنْ صِيَامٍ أَوْ صَدَقَةٍ أَوْ نُسُكٍ ۚ فَإِذَا أَمِنْتُمْ فَمَنْ تَمَتَّعَ بِالْعُمْرَةِ إِلَى الْحَجِّ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِ ۚ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ فِي الْحَجِّ وَسَبْعَةٍ إِذَا رَجَعْتُمْ ۗ تِلْكَ عَشَرَةٌ كَامِلَةٌ ۗ ذَٰلِكَ لِمَنْ لَمْ يَكُنْ أَهْلُهُ حَاضِرِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah. Jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka (sembelihlah) korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfid-yah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan 'umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah). Dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya.
[Surat Al-Baqara : 196]

3. Manusiawi dalam penerapan hukum :

فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَأَنْفِقُوا خَيْرًا لِأَنْفُسِكُمْ ۗ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.
[Surat At-Taghabun : 16]

Selasa, 11 April 2023

LARANGAN MEMPERSULIT ORANG LAIN

One Day One Hadits (249)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

LARANGAN MEMPERSULIT ORANG LAIN

وَعَنْ أَبِي صِرْمَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ ضَارَّ مُسْلِمًا ضَارَّهُ اَلله وَمَنْ شَاقَّ مُسَلِّمًا شَقَّ اَللَّهُ عَلَيْهِ، أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ وَاَلتِّرْمِذِيُّ وَحَسَّنَهُ.

Dari Abi Shirmah radhiallahu ‘anhu beliau berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, “Barang siapa yang memberi kemudaratan kepada seorang muslim, maka Allah akan memberi kemudaratan kepadanya, barang siapa yang merepotkan (menyusahkan) seorang muslim maka Allah akan menyusahkan dia.” ([1])

Makna Hadits :

Tidak diragukan lagi bahwasanya makna dari hadits ini adalah benar, terdapat hadits-hadits lain yang menguatkan makna dari hadits ini. Seperti dalam sebuah hadits yang sahih, Nabi ﷺ pernah berdoa,

اَللَّهُمَّ مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِ فَاشْقُقْ عَلَيْهِ

“Ya Allah, barang siapa yang mengurusi urusan umatku kemudian dia merepotkan umatku maka susahkanlah dia.” ([2])

Hadits ini menunjukkan dua kaidah penting dalam syariat Islam, yaitu:

Balasan sesuai dengan jenis perbuatan baik berupa kebaikan maupun keburukan (اَلْجَزَاءُ مُمَاثِلٌ لِلْعَمَلِ مِنْ جِنْسِهِ فِي الْخَيْرِ وَالشَّرِّ )
Inilah hikmah yang ditetapkan oleh Allah ﷻ, Allah memberikan balasan sesuai dengan apa yang dilakukan oleh seorang hamba. Barang siapa melakukan amalan yang dicintai oleh Allah, maka Allah akan mencintainya pula. Barang siapa memudahkan urusan seorang muslim maka Allah akan mudahkan urusannya di dunia maupun di akhirat. Barang siapa yang menghilangkan penderitaan seorang muslim maka Allah akan menghilangkan penderitaannya di dunia dan di akhirat. Barang siapa membantu untuk memenuhi kebutuhan saudaranya maka Allah akan membantu untuk memenuhi kebutuhannya.

Sebaliknya dalam keburukan pun demikian. Barang siapa melakukan amalan yang dibenci oleh Allah maka Allah akan membencinya. Barang siapa memberi kemudaratan kepada seorang muslim maka Allah akan memberikan kemudaratan kepadanya. Barang siapa membuat makar, maka Allah akan membuat makar kepada dia. Barang siapa membuat susah dan menimbulkan kesulitan bagi saudaranya maka Allah akan membuat dia ikut susah.

Kemudaratan harus dihilangkan (الضَّرَرُ يُزَالُ)
Kaidah ini sesuai dengan hadits bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda,

لا ضَرَرَ وَلا ضِرَارَ

“Tidak boleh memberi kemudaratan sama sekali baik memberi kemudaratan kepada diri sendiri ataupun kepada orang lain.” ([3])

Syariat memerintahkan untuk menghilangkan setiap kemudaratan baik kemudaratan kepada diri sendiri maupun kepada orang lain. Merokok dan bunuh diri diharamkan karena akan memberikan kemudaratan kepada diri sendiri, lebih-lebih karena bisa memberi kemudaratan kepada orang lain. Kemudaratan di sini sama dengan makna kemudaratan pada hadits yang sedang dibahas yaitu barang siapa memberi kemudaratan kepada orang lain, niscaya Allah akan memberi kemudaratan kepadanya.

Bentuk-Bentuk Kemudaratan

Kemudaratan itu terbagi menjadi dua bentuk. Bisa berupa kemudaratan secara langsung kepada orang lain. Seperti mengganggunya, menyakitinya, dan lainnya. Atau dengan bentuk menghalangi maslahat yang seharusnya diterima oleh orang lain. Sehingga sama saja artinya dia memberikan kemudaratan kepada orang tersebut. Lalu kemudaratan yang dimaksudkan di sini berlaku umum. Baik berkaitan dengan jiwanya (tubuhnya), ataupun hartanya, harga dirinya, anaknya, istrinya, orang tuanya, dan segala hal yang berkaitan dengan dirinya.

Ada banyak bentuk-bentuk muamalah (transaksi-transaksi) yang diharamkan oleh Nabi ﷺ karena dapat memberikan kemudaratan kepada orang lain. Di antaranya larangan melakukan ghisy (penipuan dalam jual beli). Ketika dua orang berserikat dalam jual beli maka salah satu dari keduanya tidak boleh memberi kemudaratan kepada yang lainnya. Demikian juga tidak boleh memberi kemudaratan dengan menunda membayar utangnya kepada orang yang telah mengutanginya padahal dia telah mampu untuk membayarnya. Begitu pula dalam hal muamalah antar tetangga, tidak boleh mengganggu tetangganya baik dengan perkataan maupun perbuatan, secara langsung maupun tidak langsung. Tidak boleh parkir sembarangan di jalan umum di kompleks perumahan sehingga menghalangi tetangga yang ingin lewat dengan mobilnya.

Demikian juga berkaitan dengan lalu lintas, janganlah seseorang memberi kemudorotan kepada orang lain, seperti menjalankan kendaraan dengan terlalu cepat sehingga menakutkan para pengendara di sekitarnya, apalagi dengan berjalan secara zigzag. Demikian juga ketika lampu merah hendaknya sabar mengantri dan jangan nyelonong langsung ke depan dan masuk samping jalan. Sehingga semua perkara yang bisa mendatangkan kemudaratan kepada saudaranya dilarang dalam syariat.

Bahkan dalam perkara warisan tidak boleh seseorang mengeluarkan wasiat yang bisa memberi kemudaratan kepada ahli warisnya. Sebagaimana firman Allah ﷻ,

مِنْ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُوصَى بِهَا أَوْ دَيْنٍ غَيْرَ مُضَارٍّ

“Bahwasanya harta waris itu dibagi setelah wasiat yang diwasiatkan (setelah membayar hutang) dengan syarat tidak boleh memberi kemudaratan.” (QS An Nisā’: 12)

Misalnya sebelum meninggal dunia dia menulis wasiat. Dalam wasiatnya tersebut dia mengkhususkan sebagian hartanya kepada sebagian ahli waris melebihi ahli waris yang lain. Maka hal yang seperti ini akan menimbulkan mudarat bagi ahli waris yang lain. Atau dia sengaja memberi wasiat kepada selain ahli waris agar ahli waris hanya mendapatkan sedikit dari hartanya. Semua perbuatan ini dilarang karena akan memberi kemudaratan.

Demikian juga tidak boleh seorang suami memberi kemudaratan kepada istrinya dalam bentuk apa pun. Misalnya dia menahan istrinya dan tidak menceraikannya padahal istrinya hidup dalam ketidaknyamanan sehingga istrinya sakit hati dan hidupnya terkatung-katung (seakan-akan tidak memiliki suami). Atau dia telah menceraikan istrinya kemudian menjelang masa ‘iddah selesai dia merujuknya kembali, tetapi bukan berniat untuk mengembalikan kemaslahatan pernikahan, melainkan untuk menyakiti hati mantan istrinya agar mantan istrinya tersebut tidak bisa menikah lagi dengan orang lain. Demikian juga seorang suami yang memiliki istri lebih dari satu kemudian dia lebih condong kepada salah satu istrinya, sehingga memberi kemudaratan kepada istri yang lain.

Di antara kemudaratan lainnya pula yang sangat besar yang mungkin sebagian orang melupakannya yaitu menjatuhkan harga diri orang lain. Dia mengghibahi saudaranya, membuka aibnya, dan merendahkan saudaranya, kemudian dia merasa tidak memberikan kemudaratan kepada saudaranya tersebut. Padahal perbuatan-perbuatan tersebut merupakan kemudaratan yang lebih besar daripada kemudaratan yang berkaitan dengan harta dan jiwa. Sebagaimana perkataan seorang penyair,

جَرَاحَاتُ السِّنَانِ لَهَا الْتِئَامُ وَلَا يَلْتَامُ مَا جَرَحَ اللِّسَانُ

“Luka yang disebabkan sayatan pedang masih bisa diperbaiki (bisa sembuh) akan tetapi luka yang disebabkan oleh sayatan lisan susah untuk disembuhkan.” ([4])

Oleh karena itu, semua kemudaratan kepada orang lain apa pun bentuknya dilarang dalam syariat. Demikian juga Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadits ini bahwa barang siapa yang memberatkan seorang muslim maka dia akan diberi keberatan (kesulitan) juga oleh Allah ﷻ. Hal seperti ini banyak terjadi di instansi-instansi pemerintahan yang berkaitan dengan urusan orang banyak. Jika dia sengaja merepotkan rakyat maka dia akan mendapat kerepotan dari Allah di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu, hendaknya dia berusaha untuk bekerja dengan baik dan maksimal demi kemaslahatan kaum muslimin.

Footnote:

___________

([1]) HR. Abu Dawud no. 3635, Tirmizi no. 1940 dan dihasankan oleh Imam Tirmizi

([2]) HR. Muslim no. 1828

([3]) HR. Ad-Daraquthni no. 522

([4]) Al-Latha’if Wa Adz-Dzara’if, karya Ats-Tsa’alabi 1/104

Wallahu a'lam

Senin, 10 April 2023

Tadabbur Al-Quran Hal. 284

Tadabbur Al-Quran Hal. 284
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Al-Isra' ayat 26 :

وَاٰتِ ذَا الْقُرْبٰى حَقَّهٗ وَالْمِسْكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيْرًا

Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.

- Asbabun Nuzul Al-Isra' ayat 26 :

At-Tabrani dan lainnya meriwayatkan dari abu said al-Khudri bahwa ketika turun, 'dan berikanlah kepada kerabat dekat haknya...' Rasulullah memanggil Fatimah lalu memberinya Fadak. Ibnu Katsir berkata,"hadis ini bermasalah, sebab ia mengisyaratkan bahwa ayat ini surat Madaniyah, padahal menurut pendapat yang masyhur tidak demikian. Ibnu Mardawaih meriwayatkan hal serupa dengan Ibnu Abbas.

- Tafsir Al Muyassar Al-Isra' ayat 26 :

Berbuat baiklah kepada semua orang yang memiliki hubungan kekerabatan denganmu, dan berikan kepadanya haknya berupa berbuat baik dan berbakti. Berilah kepada orang miskin yang tidak memiliki sesuatu yang dapat mencukupi kebutuhannya, dan musafir yang terputus dari keluarga dan hartanya. Janganlah membelanjakan hartamu di luar ketaatan kepada Allah, atau dengan cara pemborosan dan menghambur-hamburkan.

Jumat, 07 April 2023

Manisnya Buah Menjaga Lisan dan Kemaluan

One Day One Hadits (248)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Manisnya Buah Menjaga Lisan dan Kemaluan

عن سهل بن سعد رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال :
مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ ، وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ 

رواه البخاري (رقم/6474)

Dari Sahal bin Saad radliyallaahu anhu, sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
“Barangsiapa yang menjamin padaku bahwa dia mampu menjaga antara dua tulang rahangnya (lisan) dan di antara dua kakinya (kemaluan) maka aku jamin ia masuk surga.” (HR. Bukhari)

Pelajaran yang terdapat dalam  hadist :

1. Lisan merupakan salah satu nikmat Allah yang diberikan kepada kita. Lisan merupakan anggota badan manusia yang cukup kecil jika dibandingkan anggota badan yang lain. Akan tetapi, ia dapat menyebabkan pemiliknya ditetapkan sebagai penduduk surga atau bahkan dapat menyebabkan pemiliknya dilemparkan ke dalam api neraka.

2. Oleh karena itu, sudah sepantasnya setiap muslim memperhatikan apa yang dikatakan oleh lisannya, karena bisa jadi seseorang menganggap suatu perkataan hanyalah kata-kata yang ringan dan sepele namun ternyata hal itu merupakan sesuatu yang mendatangkan murka Allah.

3. Oleh karena itu wajib bagi setiap muslim untuk menjaga lisan dan kemaluannya dari perkara-perkara yang diharamkan oleh Allah, dalam rangka untuk mencari keridhaan-Nya dan mengharap balasan berupa pahala dari-Nya. Semua ini adalah perkara yang mudah bagi orang-orang yang dimudahkan oleh Allah Ta’ala.

4. Semoga kita bisa menjaga lisan, kemaluan, tangan, pendengaran, penglihatan dan seluruh anggota badan dari yang diharamkan Allah hingga ajal menjemput maka kita insyaAllah berhak mendapatkan surga yang penuh kenikmatan dan berjumpa dengan Rabbnya.

Tema hadist yang  berkaitan dengan Al Qur'an :

1. Ketika kita telah mengetahui bahaya yang timbul akibat tidak menjaga lisan, dan kita pun telah mengetahui bagaimana manisnya buah menjaga lisan, sudah sepantasnya kita selalu berfikir sebelum kita mengucapkan suatu perkataan. Apakah kiranya perkataan tersebut akan mendatangkan keridhaan Allah Ta’ala atau bahkan sebaliknya ia akan mendatangkan kemurkaan Allah Ta’ala. 

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

“Tiada suatu ucapan yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (Qaaf: 18).

2. Laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya. (Al-Ahzab: 35) Yakni memeliharanya dari hal-hal yang diharamkan dan dosa-dosa, terkecuali terhadap hal-hal yang diperbolehkan. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حافِظُونَ إِلَّا عَلى أَزْواجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ فَمَنِ ابْتَغى وَراءَ ذلِكَ فَأُولئِكَ هُمُ العادُونَ

dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. (Al-Mu-minun: 5-7).

Kamis, 06 April 2023

Tadabbur Al-Quran Hal. 283

Tadabbur Al-Quran Hal. 283
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Al-Isra' ayat 13 :

وَكُلَّ اِنْسَانٍ اَلْزَمْنٰهُ طٰۤىِٕرَهٗ فِيْ عُنُقِهٖۗ وَنُخْرِجُ لَهٗ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ كِتٰبًا يَّلْقٰىهُ مَنْشُوْرًا

Dan setiap manusia telah Kami kalungkan (catatan) amal perbuatannya di lehernya. Dan pada hari Kiamat Kami keluarkan baginya sebuah kitab dalam keadaan terbuka.

- Tafsir Al Muyassar:

Setiap manusia, Allah jadikan amal perbuatannya, baik kebaikan maupun keburukan, sebagai sesuatu yang menyertainya. la tidak dihisab karena perbuatan orang lain, dan tidak pula orang lain dihisab karena amalnya. Pada Hari Kiamat kelak Allah akan mengeluarkan baginya sebuah buku yang didalamnya tertulis semua perbuatannya, dan ia melihatnya dalam keadaan terbuka.

- Hadis Sahih (ayat 13)

Telah menceritakan kepada kami Ar-Rabi bin Sulaiman Al-Muażzin, telah menceritakan kepada kami bnu Wahb, dari Sulaiman bin Bilal, dari Al- Ala" binbAbdurrahman, dari ayahnya, dari Abu Hurairah Ra., bahwasanya Rasulullah Saw. bersabda, "Apabila manusia meninggal maka  amal-amalnya terputus kecuali dari tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya." (HR Abu Dawud, Aunul Ma'bud, Juz 8, No. 2877, 1428 H/2007 M: 70).

Selasa, 04 April 2023

Hukum Adzan Dan Iqamat Ketika Memakamkan Jenazah

Tematik (132)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Hukum Adzan Dan Iqamat Ketika Memakamkan Jenazah

Sangat banyak mereka yang saat memasukkan mayat ke liang kubur diiringi adzan dan iqamat. Ada sebagian kecil Ulama yang menyunnahkan, namun sama sekali tidak berhujjah dengan hadits atau atsar yang shahih. Sebagian mereka yang menyunnahkan itu biasanya hanya besandar pada istihsan (penganggapan baik sesuatu) dengan dalil analogi. Analoginya begini:

Bayi ketika baru lahir ke dunia itu diadzankan dan di iqamatkan, maka demikian pula saat mati dan dimakamkan sangat baik diadzankan dan diiqamatkan. Benarkah demikian ?

Ana telah pernah memuat tulisan tentang hukum mengadzankan dan mengiqamatkan bayi yang baru dilahirkan yang kesimpulannya hadits-hadits tersebut sangat lemah. Dengan demikian, karena adzan dan iqamat itu urusan ibadah dan ibadah tidak boleh dilakukan kecuali dengan dalil yang shahih, maka perbuatan itu termasuk bid'ah.

Jika mengadzankan dan mengiqamatkan bayi yang baru dilahirkan yang dijadikan pokok qiyasnya saja adalah sangat lemah, maka bagaimanakah lagi mengqiyaskan suatu amalan ibadah dalam hal ini mengadzankan dan mengiqamatkan jenazah yang hendak dimasukan ke liang lahat yang sama sekali tidak ada hadits pendukungnya dengan hadits yang lemah semacam mengadzankan dan mengiqamatkan bayi yang baru dilahirkan ini. Amalan rapuh berpegang dengan amalan rapuh lainnya. Allahul Musta’an.

Secara pasti jelas, tidak ada satu haditspun yang menunjukkan perintah atau contoh baik dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam atau satu saja diantara sekian ribu Shahabat radhiallahu ‘anhum ajma’in yang pernah mengamalkan hal ini. Bahkan tak sedikit para Ulama yang *menetapkan bid'ahnya hal ini.

Berikut kutipan perkataan beberapa Ulama dalam masalah ini :

1. Madzhab Hanafi.

Fatwa Ibnu ‘Abidin Al Hanafi rahimahullah berkata:

أنه لا يسن الاذان عند إدخال الميت في قبره كما هو المعتاد الآن، وقد صرح ابن حجر في فتاويه بأنه بدعة.

“Tidak disunnahkan adzan saat memasukkan mayat ke dalam kuburnya, sebagaimana kebiasaan yang dilakukan orang saat ini. Bahkan Ibnu Hajar telah menandaskan dalam kumpulan fatwanya bahwa hal itu adalah bid'ah." (Hasyiyah Ibnu Abidin II:255)

2. Madzhab Maliki.

Al Hathab Ar Ru’aini rahimahullah berkata:

وفي فتاوى الأصبحي هل ورد في الأذان والإقامة عند إدخال الميت القبر خبر فالجواب لا أعلم فيه ورود خبر ولا أثر إلا ما يحكى عن بعض المتأخرين ولعله مقيس على استحباب الأذان والإقامة في أذن المولود

Dalam fatwa-fatwanya Al Ashbahi (terdapat pertanyaan): "Apakah ada khabar (hadits) dalam masalah adzan dan iqamat saat memasukkan mayit ke kubur ?". Maka Jawabannya: "Saya tidak mengetahui adanya sebarang hadits maupun atsar yang terkait masalah ini, kecuali hanya sekedar apa yang diceritakan oleh Ulama belakangan. Boleh jadi berdalil dengan mengqiyaskan (menganalogikan) anjuran adzan dan iqamat pada bayi  yang baru dilahirkan.

فإن الولادة أول الخروج إلى الدنيا وهذا أول الخروج منها وهذا فيه ضعف فإن مثل هذا لا يثبت إلا توفيقا

Karena (boleh jadi pihak yang menyunnahkan beralasan) kelahiran itu awal keluarnya (manusia) ke alam dunia, dan (kematian) ini awal keluarnya manusia dari dunia. Namun ada yang lemah dalam hal ini. Karena masalah semacam ini tidak bisa ditetapkan kecuali dengan dalil yang mantap/kokoh." (Mawaahibul Jalil fi Syarhi Mukhtashar as Syaikh Khalil III:319)

3. Madzhab Syafi'i.

Ibnu Hajar Al Haitsami As Syafi'i rahimahullah berkata:

(وَسُئِلَ) نَفَعَ اللَّهُ بِهِ بِمَا لَفْظُهُ مَا حُكْمُ الْأَذَانِ وَالْإِقَامَةِ عِنْدَ سَدِّ فَتْحِ اللَّحْدِ ؟ (فَأَجَابَ) بِقَوْلِهِ هُوَ بِدْعَةٌ …

Ibnu Hajar rahimahullah pernah ditanya -semoga Allah memberikan manfaat dengannya : “Apa hukum adzan dan iqamat saat menutup liang lahat?“. Ibnu Hajar rahimahullah menjawab: “Ini adalah bid'ah“. (Al Fatawa al Fiqhiyah al Kubra III:166)

Sementara masih dari tokoh Madzhab Syafi’i, Al Bajirami  rahimahullah mengatakan:

وَلَا يُنْدَبُ الْأَذَانُ عِنْدَ سَدِّهِ خِلَافًا لِبَعْضِهِمْ

“Tidak dianjurkan adzan saat menutup liang lahat, ini berbeda dengan sebagian orang yang menyunnahkannya." (Hasyiyah Al-Bajirami ‘ala Al-Manhaj V:38)

Prof. DR. Wahbah Az-Zuhaili sampai berkata:

ولا يسن عند إدخال الميت القبر على المعتمد عند الشافعية .

“Dan tidaklah disunnahkan (adzan) saat memasukkannya mayat ke liang kubur menurut pendapat yang terkuat dari kalangan Ulama Madzhab Syafi'i." (Al Fiqhul Islam wa Adillatuh I:562)

4. Madzhab Hanbali.

Ibnu Qudamah rahimahullah berkata:

أجمعت الأمة على أن الأذان والإقامة مشروع للصلوات الخمس ولا يشرعان لغير الصلوات الخمس…

"Umat Islam sepakat bahwasanya adzan dan iqamat itu hanya disyari'atkan untuk shalat lima waktu dan keduanya (adzan dan iqamat) tidak disyari'atkan untuk selain shalat lima waktu…" (Al Mughni as Syarhul Kabir I:388)

Fatwa Lajnah Ad Da’imah Saudi Arabia berkata:

لا يجوز الأذان ولا الإقامة عند القبر بعد دفن الميت، ولا في القبر قبل دفنه، لأن ذلك بدعة محدثة ….

“Tidak boleh adzan maupun iqamat saat di pemakaman, baik setelah menguburkan mayit maupun sebelumnya, karena itu adalah bid'ah muhdatsah (yang diada-adakan)." (Fatwa Lajnah ad Daa’imah IX:72)

Fatwa Syaikh bin Baaz rahimahullah, saat ditanya masalah ini maka beliau menegaskan:

هذا بدعة، الأذان في القبر والإقامة في القبر بدعة لا تجوز، كل هذا لا يجوز، لا بعد الدفن ولا قبل الدفن، كله لا يجوز.

“Ini adalah bid'ah, adzan dikuburan dan iqamat di kuburan adalah bid'ah, tidak boleh, semuanya ini bid'ah, baik (adzan dan iqamat) setelah pemakaman maupun sebelum pemakaman, semuanya adalah bid'ah." 

Syaikh Muqbil bin Hadi rahimahullah berkata:

الأذان على القبر يعتبر بدعة ، لأنّه لم يثبت عن النّبيّ - صلّى الله عليه وعلى آله وسلّم -

“Adzan di atas kubur hukumnya bid'ah, karena hal ini tidak pernah ada periwayatan yang kokoh dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam…“

```Kesimpulannya```, adzan dan Iqamat saat menguburkan jenazah adalah bid'ah.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

Minggu, 02 April 2023

Tadabbur Al-Quran Hal. 282

Tadabbur Al-Quran Hal. 282
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Al-Isra' ayat 1 :

سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ

Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.

- Asbabun Nuzul Al-Isra' ayat 1 :

Dari Anas bin Malik Ra., Rasulullah Saw. bersabda, "Didatangkan kepadaku Buraq, yaitu hewan putih tinggi yang lebih tinggi dari keledai dan lebih pendek dari kuda, yang bisa
meletakkan kakinya sejauh pandangannya, saya menaikinya dan berjalan bersamanya hingga sampai di Baitul Maqdis, lalu saya mengikatnya dengan tali yang biasa dipakai oleh para nabi, kemudian saya masuk ke Baitul Maqdis dan salat di dalamnya dua rakaat, kemudian saya keluar hingga Jibril As. datang kepadaku dengan membawa satu bejana arak
dan satu bejana susu, maka saya memilih 289 susu. (HR Ahmad, Musnadul Imām Ahmad bin Hanbal, Tahqiq: Syu'aib Al-Arnaut, Jilid 38,
No. Hadis 23332, 1416 H/1996 M: 357).

- Mu'jam Al-Isra' ayat 1 :

اَسْرٰى

Asrã berasal dari kata As-surā, artinya perjalanan waktu malam. Allah Swt. berfirman, sebab itu pergilah bersama keluargamu pada akhir malam.. (QS Hüd, 11: 81)
Ada yang berpendapat bahwa Asra bukan berasal dari kata Sarā-Yasri, tetapi dari kata As-Sarat, yaitu bumi yang sangat luas. Dan asalnya dari kata Sarwa (bukan dengan Ya tapi dengan Wawu). Maka firman Allah
Mahasuci (Allah), yang telah memper
jalankan hamba-Nya (Muhammad)... (Qs Al-Isra, 17: 1), berarti ia pergi bersamanya dari bumi yang sangat luas. (Ar-Rāgib Al-Asfahani, Mujam Mufradati Alfāzi Al Qurani, 1431 H/2010 M: 174).

- Tafsir Al Muyassar Al-Isra' ayat 1 :

Kami kabarkan kepada Bani Israil dalam Taurat yang diturunkan kepada mereka bahwa mereka akan membuat
kerusakan dua kali di Baitul Maqdis dan sekitarnya, dengan kezaliman, membunuh para nabi, takabbur, melampaui batas dan permusuhan.

Sabtu, 01 April 2023

Pahala Kebaikan Dilipatgandakan

One Day One Hadits (247)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Pahala Kebaikan Dilipatgandakan

عَنْ ابْنِ عَبَّاسِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلى الله عليه وسلم فِيْمَا يَرْوِيْهِ عَنْ رَبِّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : إِنَّ اللهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ، ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ : فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ عَشْرَةَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيْرَةٍ، وَإِنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً “
[رواه البخاري ومسلم في صحيحهما بهذه الحروف]

Dari Ibnu Abbas radhiallahuanhuma, dari Rasulullah saw sebagaimana dia riwayatkan dari Rabbnya Yang Maha Suci dan Maha Tinggi : Sesungguhnya Allah telah menetapkan kebaikan dan keburukan, kemudian menjelaskan hal tersebut : Siapa yang ingin melaksanakan kebaikan kemudian dia tidak mengamalkannya, maka dicatat disisi-Nya sebagai satu kebaikan penuh. Dan jika dia berniat melakukannya dan kemudian melaksanakannya maka Allah akan mencatatnya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat bahkan hingga kelipatan yang banyak. Dan jika dia berniat melaksanakan keburukan kemudian dia tidak melaksanakannya maka baginya satu kebaikan penuh, sedangkan jika dia berniat kemudian dia melaksanakannya Allah mencatatnya sebagai satu keburukan.
(Riwayat Bukhori dan Muslim dalam kedua shahihnya dengan redaksi ini).

Pelajaran yang bisa diambil dari hadist :

1. Kasih sayang Allah terhadap hamba-Nya yang beriman sangat luas dan ampunannya menyeluruh sedang pemberian-Nya tidak terbatas.

2. Sesungguhnya apa yang tidak kuasa oleh manusia, dia tidak diperhitungkan dan dipaksa menunaikannya.

3. Allah tidak menghitung keinginan hati dan kehendak perbuatan manusia kecuali jika kemudian dibuktikan dengan amal perbuatan dan praktek.

4. Seorang muslim hendaklah meniatkan perbuatan baik selalu dan membuktikannya, diharapkan dengan begitu akan ditulis pahalanya dan ganjarannya dan dirinya telah siap untuk melaksanakannya jika sebabnya telah tersedia.

5. Semakin besar tingkat keikhlasan semakin berlipat-lipat pahala dan ganjaran.

Tema hadits yang berkaitan dengan Al-Quran:

Anjuran berlomba-lomba untuk kebaikan :
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
[Surat Al-Baqarah : 148]