بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Sabtu, 31 Desember 2022

Larangan Menjual Hasil Qurban

One Day One Hadits (230)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Larangan Menjual Hasil Qurban

عن أبى سعيد ، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :
وَلاَ تَبِيعُوا لُحُومَ الْهَدْىِ وَالأَضَاحِىِّ فَكُلُوا وَتَصَدَّقُوا وَاسْتَمْتِعُوا بِجُلُودِهَا وَلاَ تَبِيعُوهَا

Dari Abu Sa’id, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Janganlah menjual hewan hasil sembelihan hadyu dan sembelian udh-hiyah (qurban).Tetapi makanlah, bershodaqohlah, dan gunakanlah kulitnya untuk bersenang-senang, namun jangan kamu menjualnya.” Hadits ini adalah hadits yang dho’if (lemah).[HR. Ahmad no. 16256, 4/15.]

Pelajaran yang terdapat didalam dalam hadist

1. Tidak tepatlah praktek sebagian kaum muslimin ketika melakukan ibadah yang satu ini dengan menjual hasil qurban termasuk yang sering terjadi adalah menjual kulit. Bahkan untuk menjual kulit terdapat hadits khusus yang melarangnya. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ بَاعَ جِلْدَ أُضْحِيَّتِهِ فَلاَ أُضْحِيَّةَ لَهُ

“Barangsiapa menjual kulit hasil sembelihan qurban, maka tidak ada qurban baginya.”( HR. Al Hakim. Beliau mengatakan bahwa hadits ini shahih. Adz Dzahabi mengatakan bahwa dalam hadits ini terdapat Ibnu ‘Ayas yang didho’ifkan oleh Abu Daud). Maksudnya, ibadah qurbannya tidak ada nilainya.

2. Larangan menjual hasil sembelihan qurban adalah pendapat Imam Asy Syafi’i dan Imam Ahmad. Imam Asy Syafi’i mengatakan, “Binatang qurban termasuk nusuk (hewan yang disembelih untuk mendekatkan diri pada Allah). Hasil sembelihannya boleh dimakan, boleh diberikan kepada orang lain dan boleh disimpan. Aku tidak menjual sesuatu dari hasil sembelihan qurban (seperti daging atau kulitnya, pen).

3. Walaupun hadits di atas dho’if, menjual hasil sembelihan qurban tetap terlarang. Alasannya, qurban dipersembahkan sebagai bentuk taqorrub pada Allah yaitu mendekatkan diri pada-Nya sehingga tidak boleh diperjualbelikan.

Tema hadist yang berkaitan dengan al quran

- Lebih baik menshadaqahkan seluruh dagingnya kecuali sesuap atau dua suap yang ia makan,karena itu sunnah.
Semua kriteria diatas merupakan satu isyarat bahwa dalam persoalan qurban, yang diutamakan adalah banyaknya daging, sebab inilah yang menjadi tujuan utama dari qurban itu sendiri, yaitu amal sosial sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama.

Allah berfirman:

وَلَنْ يَنَالَ اللهَ لُحُوْمُهَا وَلاَ دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ 
التَّقْوَى مِنْكُمْ 

‘Tidak akan sampai pada Allah daging dan darah dari hewan qurban tersebut,namun yang akan sampai padaNya adalah taqwa dari kalian semua’.(Al Hajj : 37)

Rabu, 28 Desember 2022

Tadabbur Al-Quran Hal. 264

Tadabbur Al-Quran Hal. 264
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid
- Al-Hijr ayat 45 

اِنَّ الْمُتَّقِيْنَ فِيْ جَنّٰتٍ وَّعُيُوْنٍۗ

Sesungguhnya orang yang bertakwa itu berada dalam surga-surga (taman-taman), dan (di dekat) mata air (yang mengalir).

- Asbabun Nuzul Al-Hijr ayat 45

Ats-Tsa'labi meriwayatkan dari salman alfarisi bahwa ketika ia mendengar ayat "...dan sungguh jahannam itu benar-benar tempat yang dijanjikan bagi mereka semuanya(15:43), ia lari ketakutan selama tiga hari dalam keadaan tidak sadar. Kemudian ia dibawa kehadapan Rasul saw. Ketika ditanya, ia menjawab,"ya rasulallah telah turun ayat, " dan sungguh jahannam itu benar-benar tempat yang dijanjikan bagi mereka semuanya(15:43). Demi Allah yang mengutusmu membawa kebenaran, ayat ini telah meremas jantungku. Maka Allah menurunkan ayat ini.

- Tafsir Al Muyassar Al-Hijr ayat 45

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa kepada Allah, dengan melaksanakan perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya, berada dalam taman-taman dan sungai-sungai yang mengalir,

Senin, 26 Desember 2022

Niat yang Benar

One Day One Hadits (229)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Niat yang Benar

عن أبي ثابت، وقيل: أبي سعيد، وقيل: أبي الوليد، سهل بن حُنَيْفٍ وَهُوَ بدريٌّ رضي الله عنه: أنَّ النَّبيّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ((مَنْ سَأَلَ الله تَعَالَى الشَّهَادَةَ بِصِدْقٍ بَلَّغَهُ اللهُ مَنَازِلَ الشُّهَدَاءِ وَإِنْ مَاتَ عَلَى فِرَاشِهِ)). رواه مسلم. 

Dari Abu Tsabit, dalam suatu riwayat lain disebut-kan Abu Said dan dalam riwayat lain pula disebutkan Abulwalid, iaitu Sahl bin Hanif r.a., dan dia pernah menyaksikan peperangan Badar, bahawasanya Nabi s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa yang memohonkan kepada Allah Ta'ala supaya dimatikan syahid dan permohonannya itu dengan secara yang sebenar-benarnya, maka Allah akan menyampaikan orang itu ke tingkat orang-orang yang mati syahid, sekalipun ia mati di atas tempat tidurnya." (Riwayat Muslim)

Pelajaran yang terdapat dalam hadist

1. Barang siapa berniat untuk suatu amalan kebaikankan dengan benar didalam hatinya maka sungguh telah ditetapkan pahala atasnya walaupun Allooh belum memberikan taufik baginya.

2. Kata Shidqun yang bererti benar itu, maksudnya tidak hanya benar dalam pembicaraannya saja, tetapi juga benar dalam amal perbuatannya.

3. Benar itulah yang dapat menunjukkan ke jalan kebajikan dan kebajikan ini yang menunjukkan ke jalan menuju syurga.

Tema hadist yang berkaitan dengan Al-Quran

1. Shiddiq orang yang benar dalam niat, perbuatan dan perkataannya.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ

Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar. [Surat At-Tawba : 119]

2. Kebenaran dalam semua keadaan.

وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ 

Dan laki-laki dan perempuan yang benar,  [Surat Al-Ahzab : 35].

3.Benar dalam keimanan dan ketaqwaan.

طَاعَةٌ وَقَوْلٌ مَعْرُوفٌ ۚ فَإِذَا عَزَمَ الْأَمْرُ فَلَوْ صَدَقُوا اللَّهَ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ

Taat dan mengucapkan perkataan yang baik (adalah lebih baik bagi mereka). Apabila telah tetap perintah perang (mereka tidak menyukainya). Tetapi jikalau mereka benar (imannya) terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka. [Surat Muhammad : 21]

Minggu, 25 Desember 2022

4 Golongan Yang Terusir Dari Telaga Rasulullah

Tematik (111)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

4 Golongan Yang Terusir Dari Telaga Rasulullah

Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda,

إِنِّي فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ مَنْ مَرَّ عَلَيَّ شَرِبَ ، وَمَنْ شَرِبَ لَمْ يَظْمَأْ أَبَدًا ، لَيَرِدَنَّ عَلَيَّ أَقْوَامٌ أَعْرِفُهُمْ وَيَعْرِفُونِي ، ثُمَّ يُحَالُ بَيْنِي وَبَيْنَهُمْ ، فَأَقُولُ : إِنَّهُمْ مِنِّي ، فَيُقَالُ : إِنَّكَ لَا تَدْرِي مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ ، فَأَقُولُ : سُحْقًا ، سُحْقًا ، لِمَنْ غَيَّرَ بَعْدِي

“Sesungguhnya aku menunggu kalian di telaga, barangsiapa yang menemuiku akan meminum air telaga tersebut, dan siapa yang meminumnya tidak akan pernah haus selamanya. Ada beberapa kaum yang mendatangiku, aku mengetahui mereka, dan mereka mengetahuiku, kemudian mereka dihalangi untuk sampai kepadaku, maka aku berkata: Mereka adalah termasuk golonganku. Maka dikatakan: Sesungguhnya engkau tidak mengetahui apa yang mereka perbuat sepeninggalmu. Maka aku berkata: Celaka, celaka bagi siapa yang merubah setelahku." [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Sahl bin Sa'ad As-Sa'idi radhiyallahu'anhu]

Al-Imam Al-Qurthubi menyimpulkan dari banyak hadits dan penafsiran tentang orang-orang yang akan terusir dari telaga Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam menjadi empat golongan:

1. Orang-orang yang murtad, keluar dari Islam.

2. Ahli bid'ah, mereka yang menambah-nambah dalam agama tanpa petunjuk dari Nabi shallallaahu'alaihi wa sallam, yang paling parah ada 3 kelompok: Khawarij, Syi'ah dan Mu'tazilah.

3. Orang-orang yang suka berbuat zalim, terutama yang memiliki kekuasaan dan orang-orang yang membantu mereka berbuat zalim.

4. Orang-orang yang berbuat dosa secara terang-terangan. (Lihat At-Tadzkiroh, 1/373)

 آمِينَ.

Kamis, 22 Desember 2022

Manfa'at Shalat Malam

One Day One Hadits (227)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Manfa'at Shalat Malam

عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأْبُ الصَّالِحِيْنَ قَبْلَكُمْ وَهُوَ قُرْبَةٌ إِلَى رَبِّكُمْ وَمُكَفِّرَةٌ لِلسَّيِّئَاتِ وَمَنْهَاةٌ عَنِ الإِثْمِ

“Hendaklah kalian melaksanakan qiyamul lail (shalat malam) karena shalat malam adalah kebiasaan orang sholih sebelum kalian dan membuat kalian lebih dekat pada Allah. Shalat malam dapat menghapuskan kesalahan dan dosa. ”Lihat Al Irwa’ no. 452. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan.

Pelajaran yang terdapat dalam hadits

1. Suatu kenikmatan yang sangat indah adalah bila seorang hamba bisa merasakan bagaimana bermunajat dengan Allah di tengah malam terutama ketika 1/3 malam terakhir.

2. Shalat malam (qiyamul lail) biasa disebut juga dengan shalat tahajud. Mayoritas pakar fiqih mengatakan bahwa shalat tahajud adalah shalat sunnah yang dilakukan di malam hari secara umum setelah bangun tidur.

3. Sholat tahjud/ malam kebiasaan amalan orang shaleh, cara untuk medekatkan diri kepada Alloh dan dapat menghapus kesalahan dan mencegah perbuatan dosa.

Tema hadits yang berkaitan dengan Al-Quran

1. Pujian Allah terhadap orang yang waktu malamnya digunakan untuk shalat malam dan sedikit tidurnya. Allah Ta’ala berfirman,

كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ

“Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam.” (QS. Adz Dzariyat: 17)

وَمِنَ اللَّيْلِ فَاسْجُدْ لَهُ وَسَبِّحْهُ لَيْلًا طَوِيلًا

“Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang dimalam hari.” (QS. Al Insan: 26)

2. Tidak sama antara orang yang shalat malam dan yang tidak.

أَمْ مَنْ هُوَ قَانِتٌ آَنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآَخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ

“(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. ” (QS. Az Zumar: 9).

3. Shalat tahajud adalah sifat orang bertakwa dan calon penghuni surga.

إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ (15) آَخِذِينَ مَا آَتَاهُمْ رَبُّهُمْ إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَلِكَ مُحْسِنِينَ (16) كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ (17) وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ (18)

“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (syurga) dan mata air-mata air, sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Di dunia mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar.” (QS. Adz Dzariyat: 15-18).

Rabu, 21 Desember 2022

Tadabbur Al-Quran Hal. 262

Tadabbur Al-Quran Hal. 262
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid

- Al-Hijr ayat 15

لَقَالُوْٓا اِنَّمَا سُكِّرَتْ اَبْصَارُنَا بَلْ نَحْنُ قَوْمٌ مَّسْحُوْرُوْنَ ࣖ

tentulah mereka berkata, “Sesungguhnya pandangan kamilah yang dikaburkan, bahkan kami adalah orang yang terkena sihir.” [793]

- [793] Ayat ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al Qur'an selama-lamanya.

Tafsir Al Muyassar Al-Hijr ayat 15

Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Qur'an kepada nabi Muhammad sallallahu alaihi wa sallam dan Kami berjanji untuk menjaganya dengan memberinya hafalan supaya tidak ditambah dan tidak dikurangi atau ada satu ayat pun yang disia-siakan.

Senin, 19 Desember 2022

MEMINJAM BARANG MILIK MASJID

Tematik (110)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

MEMINJAM BARANG MILIK MASJID

Sebagian masyarakat ketika ada hajatan di rumahnya, baik acara pernikahan dan yang lainnya, mereka meminjam barang-barang masjid, seperti karpet, kipas angin, sound sistem dan yang lainnya. Padahal hal ini terlarang dan tidak diperbolehkan.

Di dalam kitab Fathul Mu’in disebutkan,

وَلاَ يَجُوْزُ اسْتِعْمَالُ حُصُرِ الْمَسْجِدِ وَلاَ فِرَاشِهِ فِيْ غَيْرِ فَرْشِهِ مُطْلَقًا سَوَاءٌ كَانَتْ لِحَاجَةٍ أَمْ لاَ

“Tidak boleh menggunakan alat-alat masjid dan tidak boleh karpetnya di selain tempatnya secara mutlak, sama saja, baik karena ada kebutuhan atau tidak.” (Fathul Mu'in).

Di dalam kitab al-Fatawa al-Fiqhiyah al-Kubra disebutkan,

وَلاَ يَجُوزُ اسْتِعْمَالُ حُصُرِ الْمَسْجِدِ وَلاَ فِرَاشِهِ فِي غَيْرِ فَرْشِهِ مُطْلَقًا سَوَاءً أَكَانَ لِحَاجَةٍ أَمْ لاَ وَاسْتِعْمَالُهَا فِي اْلأَعْرَاسِ مِنْ أَقْبَحِ الْمُنْكَرَاتِ الَّتِيْ يَجِبُ عَلَى كُلِّ أَحَدٍ إِنْكَارُهَا وَقَدْ شَدَّدَ الْعُلَمَاءُ النَّكِيْرَ عَلَى مَنْ يَفْرِشُهَا بِاْلأَعْرَاسِ وَاْلأَفْرَاحِ وَقَالُوْا يَحْرُمُ فَرْشُهَا وَلَوْ فِيْ مَسْجِدٍ آخَرَ

“Tidak boleh menggunakan alat-alat masjid dan tidak boleh karpetnya di selain tempatnya secara mutlak, sama saja, baik karena ada kebutuhan atau tidak. Dan menggunakan karpet masjid di acara nikahan termasuk perbuatan yang sangat mungkar yang wajib diingkari oleh siapa pun. Bahkan ulama sangat mengingkari kepada orang yang menggelar karpet masjid di acara nikahan dan acara untuk senang-senang. Mereka berkata, ‘Haram menggelar karpet masjid di masjid yang lain.’” (al-Fatawa al-Fiqhiyah al-Kubra).

Bagaimana kalau dengan miminjam uang masjid untuk usaha, investasi, kebutuhan pribadi dan yang lainnya? Ini lebih terlarang lagi dan tidak boleh

Syeikh Muhammad Munajed hafidzohullôh ditanya :

ما هو حكم من يقترض أو يُقرض أحداً من المال المتعلق بالمسجد والذى يُجمع للقيام بما يحتاجه المسجد ؟ .

Apa hukum meminjamkan atau meminjami seseorang dari dana yang terkait dngan masjid dan dikumpulkan untuk keperluan masjid?

Beliau menjawab :

الحمد لله
الأموال التي تُجمع للقيام على المساجد بما تحتاجه هي أموالٌ وقفية لا يحل للقائم عليها أن يقترض منها لنفسه ، ولا أن يُقرض منها أحداً ، فهو مؤتمن على هذا المال لإنفاقه في المصرف الذي حدده المتبرع ، وهو – هنا – احتياجات المسجد .
ولا يجوز له التصرف فيه بغير ذلك .

Alhamdulillah

Dana yang dikumpulkan untuk operasional keperluan masjid adalah dana wakaf tidak diperkenankan pelaksana meminjam untuk dirinya dan tidak boleh dipinjamkan kepada seorang pun. Pelaksana diamanahkan oleh penderma untuk keperluan masjid. Tidak diperkenankan dialokasikan untuk selain dari itu. (Al Islam Suaal Wa Jawab No 158131)

Berkata Syekh Zakariya Al-Anshori rahimahullah :

"ليس للناظر أخذ شيء من مال الوقف على وجه الضمان ، فإن فعل ضمنه ... ولا يجوز له إقراضه إياه ، أي : مال الوقف ، كإقراض مال الصبي" انتهى بتصرف .
" أسنى المطالب في شرح روض الطالب " ( 2 / 472 ) .

“Petugas tidak diperkenankan mengambil sedikitpun dari dana wakaf ini, dengan tuntutan ganti. Kalau dia lakukan, maka dia harus menggantinya. Dia tidak dibolehkan meminjamnya, maksudnya dana wakaf. Seperti halnya uang anak kecil.” (Asna Al-mathalib Fi Syarh Raudh At-Thalib, 2/472)

Dalam fatwa islam disebutkan :

الأموال التي تُجمع للقيام على المساجد بما تحتاجه هي أموالٌ وقفية لا يحل للقائم عليها أن يقترض منها لنفسه ، ولا أن يُقرض منها أحداً ، فهو مؤتمن على هذا المال لإنفاقه في المصرف الذي حدده المتبرع

Harta yang diserahkan untuk mengurusi kebutuhan masjid adalah harta wakaf. Tidak boleh bagi pengelola untuk meminjam harta itu, baik untuk kepentingan pribadi, maupun diutangkan ke orang lain. Pengelola harta masjid mendapat amanah untuk menjaga harta ini, agar dialokasikan untuk kepentingan yang diinginkan orang yang infaq. (Fatwa Islam, no. 158131)

Bahkan uang kas atau uang wakaf masjid tidak boleh diberikan walaupun kepada fakir miskin.

Ulama Al Lajnah Ad Daimah ditanya :

هل يجوز أخذ الوقف ‏(‏إكمال المسجد مثلا‏)‏ وصرفه على المساكين، مع العلم أن هذا الوقف مخصص لبناء المسجد‏؟‏

Bolehkah mengambil uang wakaf masjid dan diberikan kepada fakir miskin. Sementara perlu diketahui bahwa uang wakaf ini khusus untuk pembangunan masjid.

Mereka menjawab :

الوقف إذا كان على معين- كالمسجد مثلا- لا يجوز صرفه إلى غيره إلا إذا انقطعت منافع المسجد الموقوف عليه، فصار لا يصلى فيه لعدم السكان حوله، فإنه ينقل إلى مسجد آخر بواسطة المرجع الرسمي المختص في ذلك‏.‏ وبالله التوفيق، وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

Uang wakaf, jika ditujukan untuk program tertentu, misalnya masjid, tidak boleh digunakan untuk selain masjid. Kecuali jika masjid yang menerima infak ini sudah tidak berfungsi. Tidak ada yang shalat di sana, karena penghuni di sekitarnya tidak ada. Sehingga infak bisa dipindahkan ke masjid yang lain, melalui rekomendasi resmi yang menanngani masalah terkait.

Segala taufiq hanya milik Allah. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa aalihi wa shahbihi wa sallam. (Fatwa Lajnah no. 15920)

Minggu, 18 Desember 2022

Perintah Kepada Anak-anak Untuk Mendirikan Shalat

One Day One Hadits (226)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Perintah Kepada Anak-anak Untuk Mendirikan Shalat

عن عبد الله بن عمر رضي الله عنه قال، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
مُرُوْا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ ، وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِيْنَ ، وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu anhu , ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Suruhlah anak kalian shalat ketika berumur tujuh tahun! Dan pukullah mereka ketika berusia sepuluh tahun (jika mereka meninggalkan shalat)! Dan pisahkanlah tempat tidur mereka (antara anak laki-laki dan anak perempuan)!
[Hadits ini hasan. Diriwayatkan oleh Abu Dawud, no. 495; Ahmad, II/180, 187; Al-Hakim, I/197]

Pelajaran yang terdapat di dalam hadits

1. Setiap kepala rumah tangga bertanggung jawab atas orang-orang yang ada dalam rumah tangganya.

2. Setiap orang tua wajib menjaga diri dan keluarganya dari api neraka.

3. Setiap orang tua wajib mendidik istri dan anak-anaknya di atas agama Islam yang benar.

4. Pertama kali yang wajib diajarkan kepada istri dan anak-anak adalah tentang tauhid, mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allâh saja.

5. Wajib bagi orang tua mengajarkan keluarga dan anak-anaknya tentang wudhu dan shalat.

6. Orang tua wajib menganjurkan anak-anaknya shalat ketika mereka berumur tujuh tahun.

7. Pentingnya masalah tauhid dan shalat.

8. Boleh memukul anak bila ia tidak mau shalat, tetapi dengan pukulan yang mendidik dan tidak melukai.

9. Umur tamyîz (mulai berpikir dan bisa membedakan antara baik dan buruk) adalah umur tujuh tahun, sedangkan pubertas (mulai beranjak baligh) dimulai umur sepuluh tahun.

10. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam membedakan antara umur tujuh tahun dan sepuluh tahun, agar para pendidik memperhatikan fase-fase pendidikan anak.

11. Orang tua wajib melindungi anak-anak mereka dari hal-hal yang menimbulkan fitnah dalam rumah tangga.

12. Orang tua wajib memisahkan tempat tidur anak laki-laki dan perempuan.

Tema hadist yang berkaitan dengan Al Qur'an:

1. Perintahkanlah istri, anak-anak, dan anggota keluarga yang ada di rumah kita untuk mengerjakan shalat wajib yang lima waktu sehari semalam dan bersabarlah dalam menyuruh mereka melakukannya.

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ

Dan perintahkanlah kepada keluargamu mengerjakan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberikan rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” [Thâhâ/20:132]

2. Allâh Azza wa Jalla telah mengingatkan tentang generasi mendatang sepeninggal orang-orang yang taat dalam firman-Nya:

فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ ۖ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا

Maka datanglah sesudah mereka pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. [Maryam/19:59]

Sabtu, 17 Desember 2022

Tadabbur Al-Quran Hal. 261

Tadabbur Al-Quran Hal. 261
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid

- Ibrahim ayat 48 

يَوْمَ تُبَدَّلُ الْاَرْضُ غَيْرَ الْاَرْضِ وَالسَّمٰوٰتُ وَبَرَزُوْا لِلّٰهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ

(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka (manusia) berkumpul (di Padang Mahsyar) menghadap Allah Yang Maha Esa, Mahaperkasa.

- Tafsir Al Muyassar Ibrahim ayat 48 

Pembalasan Allah terhadap musuh-musuh-Nya pada hari kiamat, yaitu hari ketika bumi diganti dengan bumi lainnya yang berwarna putih jernih seperti perak. Demikian pula
langit diganti dengan langit lainnya. Semua makhluk akan keluar dari kuburnya dalam keadaan hidup dan berkumpul untuk bertemu Allah yang Maha Esa lagi Mahaperkasa, yang Esa dengan keagungan-Nya, nama-nama dan sifat-sifat-Nya, dan perbuatan-perbuatan-Nya, serta kekuasaan-Nya terhadap segala sesuatu.

- Mu'jam Ibrahim ayat 48

الْوَاحِدِ

Al-Wahdah artinya yang menyendiri, dan A-Wahid hakikatnya adalah sesuatu yang sama sekali tidak memiliki bagian Kemudian lafal ini dimutlakkan bagi setiap yang
diwujudkan sampai kepada jumlah bilangan terkecuali yang sah untuk disifati. Dan A Wähid itu sendiri adalah lafal yang memiliki banyak ati. (Ar-Ragib Al-Asfahāni, Mujam Mufradati Alfazi Al-Qur'ani, 1431 H/2010 M 399)

Sabtu, 10 Desember 2022

Virus Berbahaya bagi Pemuda

One Day One Hadits (224)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Virus Berbahaya bagi Pemuda

عن النعمان بن بشير رضي الله عنه ،أن النبي صلى الله عليه وسلم قال :
أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
  
Dari An Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).

Pelajaran yang terdapat di dalam hadist

1. Penyakit hati.

Kedudukan hati adalah hal mendasar yang menjadi sebab baik dan buruknya seseorang.
Dari hadis di atas dapat diambil pelajaran, bahwa selayaknya para pemuda yang menginginkan kebaikan bagi diri, masyarakat, bangsa, dan negaranya hendaknya memperhatikan kesehatan hati. Hendaknya mereka menjauhi hal yang menyebabkan hatinya tidak sehat.
Dalam sebuah hadist, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إن مما أخشى عليكم شهوات الغي في بطونكم وفروجكم ومضلات الهوى

“Sesungguhnya di antara yang aku takutkan atas kalian adalah syahwat menyimpang pada nafsu perut dan kemaluan kalian, serta hawa nafsu yang menyesatkan” (HR. Ahmad dan yang lainnya. Dishahihkan oleh Syeikh Al-Albani di shahih At-Targhib 52).
Dalam hadits ini, disebutkan kedua macam 
Pada kalimat “syahwat menyimpang pada nafsu perut dan  kemaluan kalian” menunjukkan kepada fitnah syahwat (kedudukan, harta, wanita, homo sex, lesbian, sanjungan, dan yang lainya).Sedangkan pada kalimat “hawa nafsu yang menyesatkan” menunjukkan kepada fitnah syubhat (pemikiran rancu, aliran menyimpang, keyakinan sesat, dan yang lainya).
Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan kedua macam penyakit tersebut adalah induk penyakit hati, beliau berkata,

جِمَاع أمراض القلب هى أمراض الشبهات والشهوات

“Induk yang mengumpulkan seluruh penyakit hati itu ada dua syubhat dan syahwat” (Ighatsatul Lahfan).

2. Teman yang merusak.

Teman sangat berpengaruh dalam keyakinan, prinsip hidup, gaya hidup, dan akhlak seorang pemuda. Banyak remaja yang saat masih duduk di bangku SMP berakhlak baik dan rajin salat. Akan tetapi, ketika ia salah bergaul, disadari atau tidak, pola pikir dan gaya hidup yang bertentangan dengan syariat Islam mulai masuk. Hampir setiap hari dia belajar dari temannya tersebut bagaimana bersikap, memilih aktifitas, dan bergabung dengan suatu komunitas.
Dari pertemannya, seolah ia mendengarkan “kuliah” yang disampaikan temannya tersebut ketika ia bergaul dengannya, sehingga kosakata buruk mulai melekat dibenaknya, pikiran kotor menjadi menu hariannya, dan hobi yang merusak pun mulai akrab dalam kehidupan kesehariannya. Anda jangan kaget, jika ia tiba-tiba berubah menjadi pemuda yang rusak, misalnya suka tawuran, mabuk-mabukan, kasar kepada orang tua dan meninggalkan salat, bahkan melakukan syirik.
Maka benarlah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل

“Seseorang itu sesuai dengan agama teman dekatnya, maka hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani).

Hadits yang berhubungan tema

-  Allah Ta’ala melarang kita mengikuti orang yang mengekor hawa nafsu lagi lalai,

وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا

“Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas” (Al-Kahfi: 28).

Kamis, 08 Desember 2022

TANYA DIRI KITA APAKAH KITA PENGIKUT RASULULLAH ?

Tematik (109)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

TANYA DIRI KITA APAKAH KITA PENGIKUT RASULULLAH ?

Bismillaah

Ciri ciri utama pengikut Rasulullah dan para sahabatnya :

1. Berpegang teguh dengan Al Quran dan As Sunnah dalam segala perkara khususnya ketika terjadi perbedaan pendapat. Allah berfirman :

“Maka jika kalian berbeda pendapat dalam satu perkara, kembalikanlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kalian beriman kepada Allah dan hari akhir” (An Nisa 59)

2. Memahami Al Quran dan As Sunnah dengan pemahaman para shahabat dan yang mengikuti mereka dengan baik dan tidak dipahami sesuai dengan hawa nafsu maupun tokoh tertentu. Allah berfirman :

“Generasi pertama shahabat muhajirin dan anshor serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah meridloi mereka dan merekapun ridlo kepada Allah dan Allah siapkan untuk mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai mereka kekal di dalamnya itulah keberuntungan yang besar”. (At Taubah100)

3. Tetap istiqomah di atas kebenaran Al Quran dan As Sunnah walaupun dihina dan dijauhi oleh masyarakatnya, Rasulullah bersabda :

“Akan senantiasa ada sekelompok orang dari umatku yang terang-terangan di atas kebenaran, tidaklah membahayakan mereka orang-orang yang menghina mereka sampai datang perintah Allah (angin dingin yang mencabut nyawa setiap orang yang memiliki keimanan menjelang kiamat)”
(HR.Muslim)

4. Tidak taqlid kepada madzhab atau tokoh tertentu tetapi melihat dalil yang dipakai.

Bila sesuai dengan Al Quran dan As Sunnah, diterima. Bila tidak, maka ditolak siapapun yang mengucapkannya.

Imam Malik rahimahullah berkata:

“Setiap orang bisa diambil ucapannya dan bisa ditolak kecuali Nabi ”
(Minhaj Al Firqoh An Najiyah 10)

5. Tidak pilih-pilih syariat, semua perintah Allah dan Rasul-Nya dilaksanakan semampunya dan semua larangan ditinggalkan tanpa terkecuali. Allah berfirman :

“Apa saja yang dibawa oleh Rasul untuk kalian maka ambillah dan apa saja yang dilarang maka tinggalkanlah” (Al Hasyr 7)

6. Hanya menggunakan hadits-hadits shahih dan tidak menggunakan hadits-hadits dloif (lemah) dan maudlu’ (palsu) karena yang dloif dan maudlu’ itu merupakan bentuk berdusta atas nama Rasulullah . Beliau bersabda :

“Barang siapa berdusta atas namaku dengan sengaja maka hendaklah menempati tempat duduknya di neraka” (HR.Muslim dan lainnya)

7. Menegakkan seluruh jenis tauhid dan memberantas segala jenis syirik, karena ini adalah inti dakwah para Nabi dan Rasul . Allah berfirman :

“Sungguh kami telah mengutus pada setiap umat seorang rasul untuk menyeru ( kepada umatnya ) beribadahlah hanya kepada Allah ( tauhid ) dan jauhilah sesembahan selain Allah ( syirik )”
(An Nahl 36)

8. Menegakkan Sunnah ( ajaran Rasulullah ) dan memberantas segala jenis kebid’ahan, Rasulullah bersabda :

“Wajib atas kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah khulafaur-rasyidin yang mendapat petunjuk setelahku, gigitlah dengan gigi geraham ( pegang erat-erat dan jauhilah perkara-perkara baru yang tidak diajarkan agama, karena hal itu bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat )” (HR. Imam Ahmad, Abu Dawud, At Tirmidzi, Ibnu Majah dishohihkan syaikh Al Albani dalam Shohibul Jami’ )

9. Mendidik generasi umat dengan pendidikan yang sesuai dengan pendidikan Rasulullah dan para shahabatnya .

10. Giat menuntut ilmu syariat. Karena mereka yakin dengan ilmu ini dapat mengetahui dan mencontoh seluruh ajaran Rasulullah secara terperinci.

(fawaid Abu Ilyas Su’aidi As Sidawi hafidzahullah)

📎Sunnah dijaga dengan kebenaran, kejujuran, dan keadilan bukan dengan kedustaan dan kedhaliman."
(Ibnu Taimiyyah rahimahullahu)

Senin, 05 Desember 2022

Ada Tiga Hal Yang Mengikuti Jenazah

One Day One Hadits (223)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Ada Tiga Hal Yang Mengikuti Jenazah

عن أنس رضي الله عنه عن رَسُول الله صلى الله عليه وسلم، قَالَ: ((يَتْبَعُ المَيتَ ثَلاَثَةٌ: أهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَملُهُ، فَيَرجِعُ اثنَانِ وَيَبْقَى وَاحِدٌ: يَرجِعُ أهْلُهُ وَمَالُهُ، وَيَبقَى عَملُهُ)). مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. 

Dari Anas r.a. dari Rasulullah s.a.w., sabdanya:

"Mengikuti kepada seseorang mayit itu tiga hal, iaitu keluarganya, hartanya serta amalnya. Kemudian kembalilah yang dua macam dan tertinggallah yang satu. Kembalilah keluarga serta hartanya dan tertinggallah amalnya." (Muttafaq 'alaih)

Pelajaran yang terdapat dalam hadits:

1. Anak Adam mesti memiliki keluarga yang selalu bergaul dengan dirinya, harta sebagai bekal hidupnya, dua sahabat ini selalu menyertainya dan suatu saat akan berpisah dengannya.

2. Maka orang yang berbahagia adalah orang yang menjadikan harta sebagai sarana untuk berdzikir kepada Allah subhanahu wa ta’ala, dan menafkahkannya untuk kepentingan akhirat, dan dia mengambil harta itu sebatas kebutuhan yang bisa menyampaikannya untuk kehidupan akherat, dia mencari istri yang shalehah yang bisa menjaga keimanannya.

3. Adapun orang yang menjadikan harta dan keluarga yang menyibukkannya sehingga melalaikan Alloh subhanahu wa ta’ala maka dia temasuk orang yang merugi.

4. Ibnu Umar radhiyallohu ‘anhuma tidak bangga kepada hartanya kecuali apa yang telah dipersembahkannya sebagai amal shaleh karena Alloh subhanahu wa ta’ala, sehingga pada suatu ketika pada saat dia menunggang seekor onta, lalu dia kagum dengannya, maka diapun segera turun darinya dan mengaraknya dan menjadikannya sebagai sedekah di jalan Allah subhanahu wa ta’ala. Adapun teman yang ketiga: Dia adalah amal yang mengikuti pemiliknya ke dalam kubur dan hidup bersamanya dalam kubur tersebut, dia bersamanya pada saat dibangkitkan menghadap Allah subhanahu wa ta’ala. Amal itu menyertainya pada saat dikumpulkan di padang mahsyar, di atas shiroth(titian), pada saat ditimbang dan dengan amal itu pula seseorang akan memperoleh tingkat kedudukannya di surga atau di neraka.

Tema hadits yang berkaitan dengan Al-Quran:

1. Adapun orang yang menjadikan harta dan keluarga yang menyibukkannya sehingga melalaikan Allah subhanahu wa ta’ala maka dia temasuk orang yang merugi.

شَغَلَتْنَا أَمْوَالُنَا وَأَهْلُونَا فَاسْتَغْفِرْلنَا

“Harta dan keluarga kami telah merintangi kami, maka mohonkanlah ampunan untuk kami…”. (QS. Al-Fath: 11).

2. Harta dan anak tidak boleh menjauhkan dari zikrulloh.

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَن ذِكْرِ اللَّهِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُون
َ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.. (QS. Al-Munafiqun: 9).

3. Maka apabila anak Adam mati, dan meninggalkan dunia ini maka dia tidak mengambil manfaat apapun dari keluarga dan hartanya kecuali doa keluarga baginya, permohonan ampun mereka untuk dirinya dan perbuatan-perbuatan yang dijelaskan oleh syara’ yang bisa mendatangkan manfaat untuk dirinya serta apa yang dikeluarkan dari hartanya untuk kebutuhan dirinya. 

 يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

(yaitu) di hari dimana harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna. kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”. (QS. Al-Asyu’ara: 88-89).

4. Waspadai!, keluarga itu ada yang menjadi musuh bagimu.

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu (QS. Al-Taghabun: 14).

Jumat, 02 Desember 2022

JANGAN SALAH MEMINTA SYAFA'AT

Tematik (108)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

JANGAN SALAH MEMINTA SYAFA'AT

Syafaat di hari akhirat adalah salah satu keyakinan yang harus diimani oleh setiap mukmin. Allah Ta’ala akan memberikan syafaat melalui hamba-hamba pilihan-Nya. Di antara syafaat yang terbesar adalah syafaat yang diberikan kepada Nabi ﷺ.

Bagi orang yang mencintai Nabi, syafaat beliau adalah harapan yang sangat dinanti. Namun, banyak orang keliru dalam memahami syafaat, bahkan sebagiannya terjerumus dalam praktek kemusyrikan karena tidak memahami masalah ini dengan benar. Semoga penjelasan berikut dapat memberikan pemahaman yang benar tentang syafaat.

MAKNA SYAFAAT

Kata syafaat secara bahasa merupakan isim dari syafa’a yasyfa’u, yaitu jika menjadikan sesuatu menjadi dua. As sya’fu artinya lawan kata dari ganjil, seperti dalam firman Allah “was syaf’i wal watri" (dan yang genap dan yang ganjil). Sedangkan menurut istilah, syafaat berarti sarana/perantara bagi orang lain unuk mendatangkan manfaat atau menolak mudharat. Contoh mendatangkan manfaat adalah syafaat Nabi ﷺ bagi penghuni surga untuk memasukinya. Adapun contoh menolak mudharat ialah syafaat beliau bagi orang yang berhak masuk neraka, sehingga dia tidak jadi memasukinya. (Al Qoulul Mufiid Syarhu Kitabi at Tauhid, Syaikh ‘Utsaimin)

SYAFAAT BERMANFAAT

Pembaca yang dirahmati Allah, perlu diketahui bahwa syafaat yang disebutkan dalam al Quran dan as Sunnah ada dua macam. Syafaat bermanfaat yang ditetapkan oleh syariat dan syafaat batil yang ditolak oleh syariat. Syafaat yang ditetapkan oleh syariat, yaitu yang ditetapkan oleh Allah Ta’ala dalam kitab-Nya atau yang ditetapkan oleh Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Syafa’at ini hanya diberikan bagi orang-orang yang bertauhid. Syafaat jenis inilah yang akan bermanfaat bagi kaum muslimin di akhirat.

Syafaat ini bisa diperoleh dengan adanya dua syarat, yaitu adanya izin dan ridho dari Allah Ta’ala. Izin dari Allah bagi syaafi’ (orang yang memberikan syafaat) untuk memberikan syafaat, dan keridhoan Allah bagi masyfu’ lahu (orang yang diberi syafaat). Kedua syarat ini disebutkan dalam firman Allah Ta’ala (artinya) :  “Dan berapa banyak malaikat di langit, syafaat mereka sedikitpun tidak berguna kecuali sesudah Allah mengijinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai(Nya)” (QS. An-Najm : 26). [Syarhu al Qowaaidil Arba’, Syaikh Sholeh Alu Syaikh].

SYAFAAT BATIL YANG TERBAIK

Jenis yang kedua adalah syafaat batil yang tertolak. Yaitu syafaat yang tidak akan bisa memberi manfaat sama sekali. Inilah syafaat untuk orang-orang musyrik berupa syafaat dari sesembahan mereka yang dianggap bisa menyelamatkan mereka di sisi Allah Ta’ala. Syafaat ini sama sekali tidak akan memberikan manfaat kepada mereka. Allah Ta’ala berfirman (artinya) : "Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafa’at dari orang-orang yang memberikan syafaat” (QS. Al-Muddatsir: 48).

Allah tidak ridha terhadap kemusyrikan orang-orang musyrik tersebut dan tidak mungkin mengizinkan kepada siapapun untuk memberi syafaat bagi mereka, karena tiada syafaat kecuali bagi orang-orang yang diridhai oleh Allah. Ketergantungan orang-orang musyrik terhadap sesembahan mereka yang mereka ibadahi serta perkataan mereka: “Mereka itu adalah para pemberi syafaat bagi kami di sisi Allah”, adalah ketergantungan yang batil yang tidak bermanfaat. Bahkan hal ini justru akan menyebabkan mereka semakin jauh dari Allah. Orang-orang musyrik mengharap syafaat dari berhala-berhala mereka dengan cara yang batil, yaitu dengan beribadah kepada berhala-berhala ini. Ini merupakan kebodohan. Sebuah usaha mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dengan sesuatu yang justru malah semakin menjauhkan mereka dari Allah.

MINTA KEPADA SANG PEMILIK SYAFAAT

Pembaca yang dirahmati Allah, hakekatnya syafaat hanyalah milik Allah. Allah Ta’ala berfirman (artinya) “Katakanlah: Hanya kepunyaan Allah lah syafaat itu semuannya. Milik-Nya lah kerajaan langit dan bumi. Kemudiaan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (QS. Az Zumar: 44).

Dalam ayat di atas, dengan jelas Allah menyebutkan bahwa seluruh syafaat hanyalah milik-Nya semata. Allah kemudian memberikan kepada sebagian hamba-Nya untuk memberikan syafaat kepada sebagian hamba yang lainnya dengan tujuan untuk memuliakan dan menampakkan kedudukan pemberi syafaat dibanding yang disyafaati serta memberikan keutamaan dan karunia-Nya kepada yang disyafaati untuk bisa mendapatkan kenikmatan yang lebih baik atau kebebasan dari adzab-Nya.

Orang yang memberi syafaat dan orang yang diberi syafaat itupun bukan sembarang orang. Syafaat hanya terjadi jika ada izin Allah kepada orang yang memberi syafaat untuk memberi syafaat dan ridha Allah kepada pemberi syafaat dan yang disyafaati. Allah berfirman (artinya),  "Allah mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya.” (QS. Al Anbiya: 28)*.

Setelah kita mengetahui bahwa syafaat adalah milik Allah semata, maka kita hanya boleh meminta kepada Allah. Diperbolehkan meminta kepada Allah agar para pemberi syafaat diizinkan untuk memberikan syafaat di akhirat nanti. Seperti mengatakan "Ya Allah, jadikanlah Muhammad ﷺ pemberi syafa’at bagiku. Dan janganlah engkau cegah diriku dari mendapatkan syafaatnya”, atau perkataan yang semisal.

SALAH DALAM MEMINTA SYAFAAT

Setelah kita memahami hakekat syafaat, hendaknya kita meminta syafaat hanya kepada Allah. Karena hanya Allahlah yang memiliki syafaat. Barangsiapa yang meminta syafaaat kepada selain Allah, pada hakekatnya dia telah berdoa kepada selain Allah. Ini merupakan salah satu bentuk kesyirikan, meskipun dia meminta kepada Nabi shalallhu ‘alaihi wa sallam. Dengan demikian, salah ketika orang yang meminta syafaat mengatakan : "Wahai Nabi, berilah aku syafaat, atau Wahai Nabi, syafaatilah aku, dan yang semisalnya".

Syafaat hanya milik Allah dan Nabi tidak bisa memberikan syafaat tanpa ridho dan izin dari-Nya. Sehingga, tidak boleh meminta syafaat kepada makhluk, termasuk kepada Nabi sekalipun. Mengapa? Karena meminta syafaat adalah termasuk doa permintaan. Seseorang yang meminta syafaat kepada selain Allah berarti dia telah berdoa kepada selain Allah. Doa adalah ibadah yang harus ditujukan kepada Allah dan tidak boleh ditujukan kepada selain-Nya. Barang siapa yang beribadah kepada selain Allah dia telah melakukan syirik akbar. Demikian pula bagi orang yang meminta syafaat kepada selain Allah dia telah berbuat syirik akbar. [Lihat Syarhu al Qowaaidil Arba’, Syaikh Sholeh Alu Syaikh]

Pembaca yang budiman, jangan sampai kita terjebak untuk meminta syafaat langsung kepada selain Allah, termasuk kepada Nabi ﷺ. Hal ini bukan berarti kita mengingkari adanya syafaat beliau. Tetapi syafaat itu hanyalah milik Allah. Bagaimana Allah hendak memberikan syafaat-Nya kepada seseorang sementara dia berbuat syirik dengan meminta syafaat kepada Nabi? Pantaskah bagi kita tatkala Allah telah menetapkan bahwa syafaat hanya milik-Nya, kemudian kita justru meminta kepada Nabi?. Mari kita renungkan.

SIAPAKAH YANG BERHAK MENDAPATKAN SYAFAAT ?

Syafaat hanya akan Allah berikan kepada orang-orang yang diridhai-Nya. Siapa orang-orang yang Allah ridhai? Merekalah ahli tauhid, yang menyembah hanya kepada Allah semata dan tidak melakukan kesyirikan sedikitpun. Orang-orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallah dan mengamalkan konsekuensi dari yang dia ucapkan. Merekalah yang berbahagia dengan pemberian syafaat dari Allah. Rasulullah ﷺ bersabda : "Orang yang paling berbahagia dengan (mendapatkan) syafaatku pada hari kiamat adalah orang yang mengucapkan (kalimat) Laa ilaaha illallahu (tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah) dengan ikhlas dari hati atau jiwanya.“ (HR Bukhari).

Pembaca yang dirahmati Allah, pemahaman yang benar tentang syafaat akan memotivasi orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk semakin rajin beribadah dan mengamalkan ketaatan kepada-Nya, juga akan menambah kecintaan kepada Rasulullah ﷺ dan berusaha meneladani sunnah beliau. Dengan memahami masalah ini, juga akan menumbuh suburkan dalam diri orang yang beriman kecintaan kepada Allah. Dia akan semakin mengetahui betapa agung kasih sayang dan rahmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dan bertauhid, tatkala Allah senantiasa memudahkan bagi mereka sebab-sebab untuk pengampunan dosa-dosa mereka, agar mereka meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang mendapat syafaat dari Allah di akhirat kelak. Wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa sallam.

Kamis, 01 Desember 2022

Keutamaan Orang Kaya yang Bersyukur

One Day One Hadits (222)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Keutamaan Orang Kaya yang Bersyukur

 عن أبى ذَرٍّ رضِي اللهُ عنه قال، قال رسول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
إِنَّ الْمُكْثِرِينَ هُمْ الْمُقِلُّونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِلَّا مَنْ أَعْطَاهُ اللَّهُ خَيْرًا فَنَفَحَ فِيهِ يَمِينَهُ وَشِمَالَهُ وَبَيْنَ يَدَيْهِ وَوَرَاءَهُ وَعَمِلَ فِيهِ خَيْرًا

Dari Abu Dzar radhiyallahu anhu berkata, bersabda rasulullah shallallahu alaihi wa sallama:
“Sesungguhnya orang yang banyak harta adalah yang miskin pahala pada hari kiamat kecuali orang yang Allah berikan kebaikan (harta) lalu ia membagikannya ke kanan, kiri, ke arah depan dan belakangnya, serta berbuat yang baik dengannya.” (HR. Bukhari dan Musim)

Pelajaran yang terdapat di dalam hadist:

1. Yang dimaksudkan dengan ‘memperbanyak’ adalah dengan harta, dan ‘menyedikitkan’ adalah dengan pahala akhirat. Ini (terjadi) pada diri orang yang memperbanyak harta, akan tetapi dia tidak memenuhi sifat dengan yang ditunjukkan oleh pengecualian setelahnya, yaitu berinfaq”. [Fathul Bari 18/261] .

2. Dari hadits yang mulia ini, kita mengetahui bahwa mayoritas orang kaya itu lupa bersyukur kepada Pemberi nikmat hakiki, yaitu Allâh Azza wa Jalla .

3. Mereka hanya sibuk dalam urusan harta dan dunia, melalaikan urusan akhirat dan amalan yang mulia. Akibatnya, mereka sedikit sekali mendapatkan kebaikan di sisi Rabbnya. Kecuali orang yang banyak berinfak untuk meraih keridhoan Allâh Azza wa Jalla dengan memberikan harta kepada orang-orang yang membutuhkan di mana saja mereka berada.

4. Ini adalah tentang keutamaan orang kaya yang bersyukur kepada Allâh Azza wa Jalla , karena kebanyakan orang kaya lupa terhadap nikmat-Nya.

Tema hadist yang berkaitan dengan Al qur'an :

1. Dalam riwayat Muslim, “Kaum Fuqara’ Muhajirin datang kembali kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka berkata, ‘Saudara-saudara kami yang kaya mendengar apa yang telah kami kerjakan, lalu mereka juga melakukan amalan serupa?’.” Maka Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallam membaca firman Allah,

ذَلِكَ فَضْلُ الله يُؤتِيهِ مَنْ يَشَاءُ

“Itulah karunia Allah yang diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki.” (QS. Al-Maidah: 54)

2. Namun di sisi lain hati-hati banyak ayat yang menyebutkan tentang bahaya dunia. Banyak orang yang tergelincir karenanya. Oleh sebab itu Allah sering sekali mengingatkan agar jangan sampai terpedaya dengannya.

فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ

“Maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (menaati) Allah.” (QS. Luqman: 33)

3. Imam al-Bukhari dalam Shahihnya membuat bab “Al-Muktsiruun Hum al-Muqilluun” (Orang-orang yang banyak harta adalah mereka yang akan miskin pahala pada hari kiamat). Lalu beliau menyebutkan firman Allah Ta’ala,

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan?” (QS. Huud: 15-16).

Selasa, 29 November 2022

SAAT DITIPU ORANG LAIN

Tematik (107)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

SAAT DITIPU ORANG LAIN

Mungkin Anda akan marah, jengkel, susah tidur karena pikiran yang sangat terganggu.

Jika Anda seorang mukmin yang kuat, harusnya hal seperti ini tidak perlu terjadi .. harusnya pikiran Anda tetap tenang dan santai, karena beberapa alasan berikut ini :

1. Hakmu tidak akan hilang.

Karena kalau Anda merelakan harta itu untuk penipu, maka Allah akan ganti dengan yang lebih baik dan lebih banyak .. sedang, kalau Anda tidak merelakannya, maka Anda bisa menuntutnya di akherat nanti sesuai kadarnya .. hak Anda tetap terjaga dengan baik.

2. Perbuatan dia tidak akan mengurangi jatah rezekimu.

Saat Anda ditipu oleh seseorang, sebenarnya memang saat itulah waktu Anda menikmati rezeki itu telah selesai, sehingga rezeki itu memang harus diambil dari Anda.

3. Bahkan Anda bisa mendapatkan do’a yang mustajab.

Karena ketika Anda ditipu, berarti Anda dizalimi, dan do’anya orang yang dizalimi itu mustajab, karena tidak adanya hijab antara do’anya dengan Allah ta’ala, sebagaimana disebutkan dalam hadits.

Dan tidak ada masalah kita mend’oakan keburukan kepada orang yang menzalimi kita, sebagaimana dilakukan oleh beberapa sahabat Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam ketika dizalimi orang lain.

4. Anda bisa mendapatkan pahala, penghapus dosa, dan kedudukan yang tinggi di sisi Allah, bila Anda bisa menghadapinya dengan sabar dan rela atas takdir Allah tersebut .. sehingga sebenarnya ketika sedang ditipu, Anda diberi peluang mendapatkan ganti yang jauh lebih baik.

5. Ingatlah bahwa itu merupakan takdir yang memang dikehendaki Allah terjadi.. Anda marah atau rela, tetap saja harus terjadi, dan tidak mungkin bisa dihindari.

Jika semua ini Anda tahu, tanyakan kepada diri Anda, mengapa saya harus marah dan jengkel .. bukankah lebih baik saya melupakannya dan memikirkan hal lain yang lebih bermanfaat untuk masa yang akan datang.

Minggu, 27 November 2022

Orang Yang Bijak Versus Dungu

One Day One Hadits (221)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Orang Yang Bijak Versus Dungu

عن شداد بن أوس رضي اللَّه عنه قال، قال رسول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :

 الْكَيِّسِ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْأَحْمَقُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وتمنّى على الله الأمانى 
 
“Orang yang bijaksana ialah orang yang menguasai dirinya dan berbuat untuk bekal sesudah mati. Dan orang yang dungulah yang menuruti hawa nafsunya dan mengharapkan ridha Allah dan pahala-Nya dengan angan-angan kosong.” [ Hr Ahmad & Hr Tirmizi] 

Pelajaran yang terdapat didalam hadist

1. Iman itu hendaklah tampak dalam amal dan perbuatan dan bukan hanya dalam angan-angan.

2. Iman adalah apa yang menetap di hati dan dibuktikan oleh amal perbuatan.

3. Rasulullah saw. pun menegaskan pengertian itu dan bahwasanya penyerahan diri kepada Allah dengan disertai amal saleh dan kebajikan adalah hal yang dibenarkan oleh akal yang sehat dan bijaksana, dan bahwasanya hal yang berlawanan dengan itu adalah suatu ketololan dan kedunguan

Tema hadist yang berkaitan dengan Al qur'an :

1. Allah swt. telah menolak anggapan segolongan orang yang mengira bahwa angan-angan dapat mengantar orang mencapai tujuannya. 

لَيْسَ بِأَمانِيِّكُمْ وَلا أَمانِيِّ أَهْلِ الْكِتابِ مَنْ يَعْمَلْ سُوءاً يُجْزَ بِهِ وَلا يَجِدْ لَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلا نَصِيراً , وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلا يُظْلَمُونَ نَقِيراً 

“(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah. Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, Maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.” (Annisa 123-124). 

2. Kemudian Allah menerangkan jalan keluarnya, yaitu dengan penyerahan diri kepada Allah dan penyempurnaan amal saleh

 وَمَنْ أَحْسَنُ دِيناً مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْراهِيمَ حَنِيفاً وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْراهِيمَ خَلِيلاً 

 “Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.” (Annisa 125).

Sabtu, 26 November 2022

Tadabbur Al-Quran Hal. 257

Tadabbur Al-Quran Hal. 257
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.
- Ibrahim ayat 11 :

قَالَتْ لَهُمْ رُسُلُهُمْ اِنْ نَّحْنُ اِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ يَمُنُّ عَلٰى مَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖۗ وَمَا كَانَ لَنَآ اَنْ نَّأْتِيَكُمْ بِسُلْطٰنٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗوَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ

Rasul-rasul mereka berkata kepada mereka, “Kami hanyalah manusia seperti kamu, tetapi Allah memberi karunia kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Tidak pantas bagi kami mendatangkan suatu bukti kepada kamu melainkan dengan izin Allah. Dan hanya kepada Allah saja hendaknya orang yang beriman bertawakal.

- Tafsir Al Muyassar Ibrahim ayat 11 :

Tatkala Rasul-rasul mendengar apa yang dikatakan kaum mereka, maka mereka berkata kepada kaumnya: Kami tidak lain hanyalah manusia seperti kalian sebagaimana yang kalian katakan, tetapi Allah memberikan karunia-Nya kepada siapa yang di kehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya, lalu memilih mereka untuk mengemban risalah-Nya. Bukti-bukti nyata yang kalian minta, tidak mungkin dan tidak mampu kami datangkan kecuali dengan izin Allah dan taufik-Nya. Hanya kepada Allah sematalah orang-orang yang Mukmin bersandar
dalam segala urusan mereka.

- Mujam Ibrahim ayat 11 :

يَمُنُّ

Al-Mannu ialah sesuatu yang ditimbang. Sedangkan Al-Minnah adalah kenikmatan yang sangat berbobot. Hal itu dapat dikatakan dari dua segi; Pertama, kenikmatan
dengan perbuatan sebagaimana dalam surah Ali "Imrān, 3: 164. Kedua kenikmatan dengan perkataan. Hal itu merupakan hal yang buruk di antara manusia, kecuali jika terjadi kufur nikmat (mengingkari nikmat). sebagaimana dalam surah Al-Hujurāt,
49 17. Dikatakan bahwa Al-Manna adalah makanan seperti embun yang berasa manis yang jatuh ke atas pepohonan. (Ar-Rāgib Al-Asfahani, Mu'jam Mufradãti Alfázi A Qurani, 1431 H/2010 M: 359).

Jumat, 25 November 2022

Penghina Nabi Pasti Binasa

Tematik (106)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Penghina Nabi Pasti Binasa

Terdapat banyak dalil yang menegaskan bahwa Allah akan membela kehormatan Nabi-Nya ketika ada banyak musuh islam yang berusaha menghina dan melecehkan beliau. Berikut diantaranya,

Allah berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ يُؤْذُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَأَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا مُهِينًا

(QS. al-Ahzab: 57)

Allah juga berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ يُحَادُّونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ فِي الْأَذَلِّينَ

Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, mereka termasuk orang-orang yang sangat hina. (QS. al-Mujadilah: 20).

Surat al-Kautsar & Perjalanan Penghina Nabi
Di akhir surat al-Kautsar,
Allah menegaskan,

إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ

“Sesungguhnya setiap orang yang membencimu, dialah orang yang terputus dari segala bentuk kebaikan.” (QS. al-Kautsar: 3)

Ayat ini, meskipun turun berkenaan dengan orang kafir Quraisy yang menghina Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, seperti Abu Jahal, Abu Lahab, al-Ash bin Wail, Uqbah bin Abi Mu’ith, namun hukumnya berlaku umum, bagi setiap manusia yang melecehkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Syaikhul Mufassir (bapak ahli tafsir), at-Thabari mengatakan:

إن الله تعالى ذكره أخبره أن مبغض رسول الله صلّى الله عليه وسلم هو الأقل الأذل المنقطع عقبه، فذلك صفة كل من أبغضه من الناس، وإن كانت الآية نزلت في شخص معين

“Sesungguhnya Allah Ta’ala mengabarkan bahwa orang yang membenci Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dialah orang yang lemah, hina, yang terputus keturunannya. Itu merupakan sifat bagi setiap manusia yang membenci beliau. Meskipun ayat ini turun berkenan dengan orang tertentu.” (Tafsir at-Thabari, 12:726)

Perlindungan Allah ini menjadi tanda kenabian beliau, meskipun beliau sudah meninggal. Seolah telah menjadi sunatullah, setiap orang yang menghina Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pasti celaka dunia akhirat. Dzat Sang Kuasa, tidak rela ketika utusan-Nya dilecehkan para musuhnya.

Berikut beberapa bukti sejarah:

Pertama, semua orang yang menghina Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari kalangan kafir Quraisy, mati dalam kondisi mengenaskan. Abu Lahab mati dalam keadaan mengidap penyakit Adasah, badannya mengeluarkan bau yang sangat busuk. Sampai tidak ada satupun keluarganya yang mau mendekatinya. Dia dimandikan dengan disiram air dari jauh. Dan ketika dikuburkan, orang-orang melempari tanah dan batu ke lubang kuburnya dari jauh.

Utbah bin Abu Lahab pernah menarik baju Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian meludahi wajah beliau yang mulia. Akhirnnya di suatu perjalanan, kepalanya diterkam singa, padahal dia sudah berlindung di tengah kerumunan rombongannya.

Abu Jahal dipenggal kepalanya oleh Ibnu Masud di kerumunan bangkai orang kafir yang berserakan ketika perang badar, setelah dia dijatuhkan dengan serangan putra Afra dan Muadz bin Amr bin Jamuh.

Kisah-kisah lain semacam ini, banyak disebutkan di buku-buku sirah.

Kedua, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengirim surat ajakan untuk masuk Islam kepada dua raja yang menguasai dunia ketika itu. Kaisar (raja Romawi) dan Kisra (raja Persia). Keduanya tidak menerima ajakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun dengan sikap yang berbeda. Raja Romawi menghormati surat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan memuliakan orang yang membawa surat itu.

Sebagai balasannya, kerajaannya tetap dijaga. Bahkan sampai abad 15, kerajaan Romawi masih ada.

Berbeda dengan raja Persia. Dia merobek-robek surat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menghina Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hasilnya, kerajaannya runtuh di zaman Umar bin Khattab. Betapa pendek usianya.

Ketiga, dalam banyak kesempatan, ketika kaum muslimin hendak menaklukkan musuhnya, mereka baru berhasil, setelah ada diantara musuh mereka yang menghina Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Diceritakan Syaikhul Islam:

وقد كان المسلمون إذا حاصروا أهل حصن واستعصى عليهم ، ثم سمعوهم يقعون في النبي صلى اللّه عليه وسلَّم ويسبونه ، يستبشرون بقرب الفتح ، ثم ما هو إلا وقت يسير ، ويأتي الله تعالى بالفتح من عنده انتقاماً لرسوله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Dulu ada sekelompok kaum muslimin yang mengepung benteng musuh (orang kafir) dan berusaha menyerang mereka. Sampai mereka mendengar ada sebagian musuh yang mencela kehormatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menghina beliau. Seketika itu, kaum muslimin langsung bergembira dengan dekatnya kemenangan yang akan segera datang. Kemudian hanya dalam waktu yang singkat, Allah memberikan kemenangan, karena murka-Nya untuk membela utusan-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (ash-Sharim al-Maslul, hlm. 116).

Tidak Hanya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam

Janji ini tidak hanya beliau berikan untuk Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam semata. Bahkan, Allah memberi janji inni untuk semua nabi dan rasul yang menjadi utusan-Nya.

Allah berfirman,

وَلَقَدِ اسْتُهْزِئَ بِرُسُلٍ مِنْ قَبْلِكَ فَحَاقَ بِالَّذِينَ سَخِرُوا مِنْهُمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ

Sungguh beberapa rasul sebelum kamu telah diperolok-olok, maka turunlah kepada orang-orang yang mencemoohkan di antara mereka balasan (azab) karena penghinaan mereka. (QS. al-An’am: 10)

Jika kita tidak bisa bertindak apapun untuk membalas mereka secara langsung, jangan lupakan dalam doa anda, sebagai pembelaan untuk Nabi kita tercinta.."

Allahu a’lam

Senin, 21 November 2022

Kasadaran Menjaga Diri

One Day One Hadits (220)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Kasadaran Menjaga Diri

عن أنسٍ رضي الله عنه قَالَ: إِنَّكُمْ لَتعمَلُونَ أعْمَالًا هي أدَقُّ في أعيُنِكُمْ مِنَ الشَّعْرِ، كُنَّا نَعُدُّهَا عَلَى عَهْدِ رَسُول الله صلى الله عليه وسلم مِنَ المُوبِقاتِ. رواه البخاري. 
وَقالَ: ((المُوبقاتُ)): المُهلِكَاتُ. 

Dari Anas r.a., katanya: "Sesungguhnya engkau semua pasti melakukan berbagai amalan - yang diremehkannya sebab dianggap dosa kecil-kecil saja, yang amalan-amalan itu adalah lebih halus - lebih kecil - menurut pandangan matamu daripada sehelai rambut. Tetapi kita semua di zaman Rasulullah s.a.w. menganggapnya termasuk golongan dosa-dosa yang merosakkan - menyebabkan kecelakaan dan kesengsaraan."
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan ia mengatakan bahawa erti Almubiqat ialah apa-apa yang merosakkan.

Pelajaran yang terdapat dalam hadist:

1. Kesempurnaan para sahabat radhiAlloohu anhu dalam menjaga diri dan malunya kepada Allooh SWT.

2. Hendaknya setiap orang selalu waspada akan dosa-dosa kecil, karena ia bisa menghancurkan baginya didalam agamanya.

3. Gambaran dosa kecil seperti bisa/racun, yang dianggap kecil/remeh tapi bisa merusak seluruh badan.

4. Seorang mukmin melihat dosanya seperti batu besar khawatir kalau akan menjatuhinya, seorang munafik melihat dosanya seperti lalat yang lewat di depan hidungnya.

Tema hadist yang berkaitan dengan Al-Quran:

1. Ilmu yang bermanfaat yang menjadikan orang takut kepada Allooh SWT.

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ

Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
[Surat Fatir : 28]

2. Ilmu Allooh meliputi segala sesuatu.

يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ

Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati.
[Surat Ghafir : 19].

Jumat, 18 November 2022

Tadabbur Al-Quran Hal. 256

Tadabbur Al-Quran Hal. 256
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.
- Ibrahim ayat 7 :

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.”

- Tafsir Al Muyassar Ibrahim ayat 7 :

Musa mengatakan kepada mereka: Ingatlah tatkala Rabb kalian memaklumatkan dengan maklumat yang tegas:

Sungguh jika kalian bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya, niscaya Dia benar-benar akan menambah kalian dari karunia-Nya. Sebaliknya, jika kalian mengingkari nikmat Allah, niscaya Dia pasti akan mengazab kalian dengan azab yang pedih.

- Riyadus Salihin Ibrahim ayat 7 :

Dari Abdullah bin Mas üd, ia berkata, "Rasulullah Saw. bersabda, Tidak boleh hasad dengki) kecuali pada dua hal (Pertama) kepada seorang yang dikaruniäkan harta kekayaan oleh Allah Swt., lalu ia membelanjakannya dalam kebenaran. (Kedua) kepada seorang laki-laki yang diberi Allah Swt. hikmah (ilmu), hingga ia memberi keputusan dengannya dan juga mengajarkannya"" (HR Bukhari dan Muslim) (An-Nawawi, Riyādus Sälihin, No. Hadis 544, 2010 M: 179)

- Mu'jam Ibrahim ayat 7 :

لَشَدِيْدٌ

Asv-Syaddu artinya tanggungan yang kuat. Dikatakan, Syadadtu Syaiā, aku kuatkan tanggungannya. Firman Allah,dan menguatkan persendian tubuh mereka.... (Qs Al-Insan, 76: 28). Sedangkan Asy-5yiddah, dapat dipergunakan untuk kekuatan pada tanggungan, pada badan, kekuatan jiwa, dan siksaan.

Firman Allah, padahal orang-orang itu lebih besar kekuatannya dari mereka (QS Fätir, 35: 44) 4..ke dalam azab yang keras... (Qs Qaf, 50: 26). (Ar Rãgib Al-Asfahāni, Mu'jam Mufradāti Alfāzi Al-Qurani, 1431 H/2010 M: 193).

Senin, 14 November 2022

Tadabbur Al-Quran Hal. 255


بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Ibrahim ayat 3 :

ۨالَّذِيْنَ يَسْتَحِبُّوْنَ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا عَلَى الْاٰخِرَةِ وَيَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَيَبْغُوْنَهَا عِوَجًا ۗ اُولٰۤىِٕكَ فِيْ ضَلٰلٍۢ بَعِيْدٍ

(yaitu) orang yang lebih menyukai kehidupan dunia daripada (kehidupan) akhirat, dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan (jalan yang) bengkok. Mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh.

- Tafsir Al Muyassar Ibrahim ayat 3 :

Orang-orang yang berpaling dan tidak beriman kepada Allah serta mengikuti rasul-rasul-Nya, mereka itulah orang-orang yang memilih kehidupan dunia yang fana dan meninggalkan akhirat yang kekal. Mereka menghalangi manusia dari mengikuti agama Allah, dan mereka menginginkannya sebagai jalan yang bengkok agar sejalan dengan hawa nafsu mereka. Orang-orang yang bersifatkan dengan sifat-sifat ini berada dalam kesesatan dari kebenaran, jauh dari segala sebab-sebab hidayah.

- Mu'jam Ibrahim ayat 3 :

عِوَجًا

Al- Awaju artinya miring/bengkok dari keadaan yang asalnya tegak lurus. Al- Awaj bisa juga diartikan bagi sesuatu yang mudah dicapai oleh penglihatan, semacam kayu yang tegak lurus. Adapun Al-iwaj, dapat diartikan
sesuatu yang dapat dicapai oleh pikiran dan penglihatan. Firman Allah, +(Yaitu) A-Qur'an dalam bahasa Arab, tidak ada kebengkokan (di dalamnya)..(Q5 Az-Zumar, 39: 28). (Ar Ragib Al-Asfahāni, Mu jam Mufradati Alfazi
A-Quräni, 1431 H/2010 M: 264).

Minggu, 13 November 2022

PERCERAIAN

Tematik (105)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

PERCERAIAN
Istri gugat cerai suami, apa alasan syar'inya??

Penceraian sangat di benci Allah tapi di halalkan sepanjang alasan yang tepat sesuai syariat. Penikahan bukan untuk membuat pesakitan atau penderitaan, namun bila terjadi perselisihan ada tahapan yang harus di lalui..

Wali siperempuan berkewajiban mendamaikan atau mencari solusi, atas pesoalan selagi belum melanggar norma yang di syariatkan agama

Bahkan bila persoalan sampai kepengadilan, maka hakimpun mendamaikan dan mencari solusi.

Apa saja yang membolehkan para istri untuk melakukan gugat cerai?

" Imam Ibnu Qudamah telah menyebutkan kaidah dalam hal ini. Beliau mengatakan,

وجمله الأمر أن المرأة إذا كرهت زوجها لخلقه أو خلقه أو دينه أو كبره أو ضعفه أو نحو ذلك وخشيت أن لا تؤدي حق الله في طاعته جاز لها أن تخالعه بعوض تفتدي به نفسها منه

“Kesimpulan masalah ini, bahwa seorang wanita, jika membenci suaminya karena akhlaknya atau karena fisiknya atau karena agamanya, atau karena usianya yang sudah tua, atau karena dia lemah, atau alasan yang semisalnya, sementara dia khawatir tidak bisa menunaikan hak Allah dalam mentaati sang suami, maka boleh baginya untuk meminta khulu’ (gugat cerai) kepada suaminya dengan memberikan biaya/ganti untuk melepaskan dirinya.” (al-Mughni, 7:323).

Mengambil faidah dari keterangan Ustadz Firanda, M.A., berikut beberapa kasus yang membolehkan sang istri melakukan gugat cerai,

1. Jika sang suami sangat nampak membenci sang istri, akan tetapi sang suami sengaja tidak ingin menceraikan sang istri agar sang istri menjadi seperti wanita yang tergantung.

2. Akhlak suami yang buruk terhadap sang istri, seperti suka menghinanya atau suka memukulnya.

3. Agama sang suami yang buruk, seperti sang suami yang terlalu sering melakukan dosa-dosa, seperti minum khomr, berjudi, berzina, atau sering meninggalkan sholat, suka mendengar musik, dll

4. Jika sang suami tidak menunaikan hak utama sang istri, seperti tidak memberikan nafkah kepadanya, atau tidak membelikan pakaian untuknya, dan kebutuhan-kebutuhan primer yang lainnya, padahal sang suami mampu.

5. Jika sang suami ternyata tidak bisa menggauli istrinya dengan baik, misalnya jika sang suami cacat, atau tidak bisa melakukan hubungan biologis, atau tidak adil dalam mabit (jatah menginap), atau tidak mau atau jarang memenuhi kebutuhan biologisnya karena condong kepada istri yang lain.

6. Jika sang wanita sama sekali tidak membenci sang suami, hanya saja sang wanita khawatir tidak bisa menjalankan kewajibannya sebagai istri sehingga tidak bisa menunaikan hak-hak suaminya dengan baik. Maka boleh baginya meminta agar suaminya meridoinya untuk khulu’, karena ia khawatir terjerumus dalam dosa karena tidak bisa menunaikan hak-hak suami.

7. Jika sang istri membenci suaminya bukan karena akhlak yang buruk, dan juga bukan karena agama suami yang buruk. Akan tetapi sang istri tidak bisa mencintai sang suami karena kekurangan pada jasadnya, seperti cacat, atau buruknya suami.

(Silahkan lihat Roudhotut Toolibiin 7:374, dan juga fatwa Syaikh Ibn Jibrin rahimahullah)

Jika data yang Anda sampaikan benar, insya Allah wanita itu berhak melakukan gugat cerai. Terutama karena sang suami tidak mau shalat. Dia bisa melaporkan ke PA (Pengadilan Agama) untuk menyampaikan semua aduhannya. Jika pihak PA menyetujui, maka sang istri bisa lepas dari ikatan pernikahan dengan suaminya yang pertama.

Allahu a’lam

Sabtu, 12 November 2022

Mengobati Penyakit Futur

One Day One Hadits (219)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Mengobati Penyakit Futur

عَنْ مُجَاهِدٍ قَالَ دَخَلْتُ أَنَا وَيَحْيَى بْنُ جَعْدَةَ عَلَى رَجُلٍ مِنَ الأَنْصَارِ مِنْ أَصْحَابِ الرَّسُولِ قَالَ ذَكَرُوا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مَوْلاَةً لِبَنِى عَبْدِ الْمُطَّلِبِ فَقَالَ إِنَّهَا قَامَتِ اللَّيْلَ وَتَصُومُ النَّهَارَ. قَالَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لَكِنِّى أَنَا أَنَامُ وَأُصَلِّى وَأَصُومُ وَأُفْطِرُ فَمَنِ اقْتَدَى بِى فَهُوَ مِنِّى وَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِى فَلَيْسَ مِنِّى إِنَّ لِكُلِّ عَمَلٍ شِرَّةً ثُمَّ فَتْرَةً فَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى بِدْعَةٍ فَقَدْ ضَلَّ وَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى سُنَّةٍ فَقَدِ اهْتَدَى »

Dari Mujahid, ia berkata, aku dan Yahya bin Ja’dah pernah menemui salah seorang Anshor yang merupakan sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, para sahabat Rasul membicarakan bekas budak milik Bani ‘Abdul Muthollib. Ia berkata bahwa ia biasa shalat malam (tanpa tidur) dan biasa berpuasa (setiap hari tanpa ada waktu luang untuk tidak puasa). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Akan tetapi aku tidur dan aku shalat malam. Aku pun puasa, namun ada waktu bagiku untuk tidak berpuasa. Siapa yang mencontohiku, maka ia termasuk golonganku. Siapa yang benci terhadap ajaranku, maka ia bukan termasuk golonganku. Setiap amal itu ada masa semangat dan ada masa malasnya. Siapa yang rasa malasnya malah menjerumuskan pada bid’ah, maka ia sungguh telah sesat. Namun siapa yang rasa malasnya masih di atas ajaran Rasul, maka dialah yang mendapat petunjuk.” (HR. Ahmad 5: 409).

Pelajaran yang terdapat di dalam hadits:

1. Secara bahasa Futur berarti putusnya kegiatan setelah kontinyu bergerak. Juga dapat berarti dalam diam setelah bergerak. Atau : malas, lamban dan santai setelah sungguh-sungguh. Penyakit futur ini menimpa orang-orang yang telah bergerak. Ia tidak menimpa orang yang tidak atau belum bergerak.

2. Riwayat di atas menunjukkan bahwa setiap orang akan semangat dalam sesuatu, dan waktu ia kendor semangatnya. Dan di antara sebab mudah futur (malas dalam ibadah) adalah karena terlalu berlebihan dalam suatu amalan. Sehingga sikap yang bagus adalah pertengahan dalam amalan atau belajar, tidak meremehkan dan tidak berlebihan.

3. Untuk mengobati penyakit futur ini, beberapa ulama memberikan beberapa resep.
a. Jauh dari kemaksiatan.
b. Tekun mengamalkan amalan siang dan malam
c. Mengagendakan amalan yang ia kerjakan.
d. Menjauhi hal-hal yang berlebihan.
Berlebihan dalam kebaikan bukan merupakan tindakan bijaksana. Apalagi berlebihan
dalam keburukan.
e. Melazimi Jamaah
“ Jamaah itu rahmat. Sehingga terhindarlah ia dari kebosanan dan kerutinan".
f. Mengenal kendala yang akan menghadang.
g. Memilih teman yang shalih
h. Menghibur diri dengan hal yang 
ubah.
i. Mengingat mati, syurga dan neraka
j. Muhasabah (menghisab) diri.

Tema hadits yang berkaitan dengan Al-Quran:

1. Jauh dari kemaksiatan

 وَلَا تَطْغَوْا فِيهِ فَيَحِلَّ عَلَيْكُمْ غَضَبِي ۖ وَمَنْ يَحْلِلْ عَلَيْهِ غَضَبِي فَقَدْ هَوَىٰ

“Dan janganlah kamu melampaui batas yang menyebabkan kemurkaan –Ku menimpamu. Dan barang siapa di timpa musibah oleh kemurkaan-Ku, maka binasalah ia”. (QS. Toha;81)

2. Tekun mengamalkan amalan siang dan malam.

وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا

Dan orang-orang yang melalui malam harinya dengan bersujud dan berdiri untuk Robb mereka”. (QS. Al-Furqon:64).

3. Menjauhi hal-hal yang berlebihan.

فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ 

Maka bertaqwalah kamu kepada Allah sesuai dengan kesanggupanmu !
(QS. At-Taghobun:16)

4. Mengenal kendala yang akan menghadang

وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ 

Dan beberapa banyak Nabi yang berpernag bersama mereka sebagian besar karena bencana yang menimpa di jalan Allah, dan tidak pula lesu dan tidak pula menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang orang yang sabar. (QS. Ali- Imran :146).

Tadabbur Al-Quran Hal. 254

Tadabbur Al-Quran Hal. 254
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Ar-Ra'd ayat 38 :

وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ وَجَعَلْنَا لَهُمْ اَزْوَاجًا وَّذُرِّيَّةً ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗلِكُلِّ اَجَلٍ كِتَابٌ

Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad) dan Kami berikan kepada mereka istri-istri dan keturunan. Tidak ada hak bagi seorang rasul mendatangkan sesuatu bukti (mukjizat) melainkan dengan izin Allah. Untuk setiap masa ada Kitab (tertentu) [422].

- [422] Pasa setiap masa, ada hukum yang diberlakukan oleh Allah atas hamba-hamba-Nya sesuai dengan garis kebijakan-Nya.

- Asbabun Nuzul  Ar-Ra'd ayat 38 :

Ibnu abi hatim meriwayatkan dari mujahid bahwa orang-orang Quraisy berkata ketika turun ayat ini, "Hai Muhammad, kami lihat kamu tidak berdaya sama sekali. ". Maka allah menurunkan ayat berikutnya.

- Tafsir Al Muyassar Ar-Ra'd ayat 38 :

Ketika mereka bertanya: Mengapa kamu, wahai Rasul, menikah dengan wanita? Maka, sesungguhnya Kami telah mengutus sebelummu rasul-rasul dari kalangan manusia, dan Kami juga memberikan kepada mereka istri-istri
dan keturunan. Jika mereka mengatakan: Seandainya ia memang seorang rasul, niscaya ia telah mendatangkan mukjizat-mukjizat yang kami minta, maka tidak ada kekuasaan bagi seorang rasul untuk mendatangkan mukjizat yang diinginkan kaumnya kecuali dengan seizin Allah. Tiap-tiap perkara yang ditetapkan Allah memiliki ketetapan dan masa tertentu yang telah ditulis Allah di sisi-Nya, yang tidak bisa dimajukan dan ditunda.

Rabu, 09 November 2022

Kesuksesan Yang Sebenarnya Hanya Pada Diri Seorang Mukmin

One Day One Hadits (218)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Kesuksesan Yang Sebenarnya Hanya Pada Diri Seorang Mukmin

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ ِلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ

“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2999 dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan radhiyallahu ‘anhu).

Pelajaran yang terdapat dalam hadist:

1. Seseorang mukmin adalah manusia yang menakjubkan. Menghadapi hidup ini selalu sukses.
- Mendapatkan nikmat yang menyenangkan, bersyukur, Allah akan menambah nikmat, bersyukur lagi, tambah nikmat lagi puncaknya nikmat bagi orang yang bersyukur adalah surga.
- Mendapatkan cobaan yang menyakitkan, sabar, Allah akan memberikan kebaikan (diberi pahala, diampuni dosa, dihapus azab di akhirat), mendapatkan cobaan lagi, sabar lagi,
Allah memberikan kebaikankan lagi, puncaknya kebaikan yang diberikan bagi orang yang sabar adalah surga.

2. Merupakan sunnatullah yang berlaku pada para hamba-Nya. Oleh karena itulah, kita melihat manusia ini berbeda kondisi kehidupannya. Ada yang hidup dengan sehat, harta yang melimpah, fasilitas dan kedudukan. Ada juga yang ditakdirkan hidup dengan kurang sehat lagi pas-pasan. Bahkan ada juga yang hidup fakir miskin dan tidak punya apa-apa.

3. Syukur tidak akan mungkin bisa terwujud jika tidak diawali dengan keridhoan.
Orang yang mendapatkan penghasilan yang sedikit,  pendapatan yang pas-pasan, tidak akan bisa bersyukur jika tidak ada keridhoan. Demikian pula orang yang diberi kelancaran rizki dan harta yang melimpah, akan terus merasa kurang dan tidak akan bersyukur jika tidak diiringi keridhoan.

4. Sabar tidak akan terwujud tanpa adanya keyakinan (akan takdir Allah), semakin yakin, semakin ringan menghadapi berbagai macam cobaan.

Tema hadist yang berkaitan dengan Al-Quran.

1. Merupakan sunatullah yang berlaku pada hambanya lapang dan sempit, nikmat yang menyenangkan dan cobaan yang menyakitkan.

وَقَطَّعْنَاهُمْ فِي الْأَرْضِ أُمَمًا ۖ مِنْهُمُ الصَّالِحُونَ وَمِنْهُمْ دُونَ ذَٰلِكَ ۖ وَبَلَوْنَاهُمْ بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yang saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran).
[Surat Al-Araf : 168]

2. Balasan orang yang bersyukur.

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".[Surat Ibrahim : 7]

3. Balasan orang yang sabar.

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.
[Surat Az-Zumar : 10]

Kamis, 03 November 2022

Orang Yang Diuji Adalah Dikasihi Oleh Allah

One Day One Hadits (217)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Orang Yang Diuji Adalah Dikasihi Oleh Allah

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: (إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ)

Diriwayatkan dari Anas ibn Malik radhiyallahu ‘anhu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya besarnya pahala itu sesuai dengan besarnya cobaan. Dan sesungguhnya apabila Allah mencintai sebuah kaum niscaya Allah akan memberikan cobaan kepada mereka. Maka barangsiapa yang ridha (dengan ketetapan Allah –pent), maka Allah akan ridha kepadanya. Dan barangsiapa yang tidak ridha, maka Allahpun tidak akan ridha kepadanya.” (HR. At-Turmudzi, no. 2320 dan Ibnu Majah, no. 4021 dengan sanad yang hasan)

Pelajaran yang terdapat di dalam hadist :

1. Hadits ini memuat kandungan. Yakni bahwa cobaan itu adalah suatu kebaikan. Dan bagi orang yang diuji adalah dikasihi oleh Allah, manakala dia sabar atas ujian yang ditimpakan oleh Allaq dan rela menerimanya.

2. Bahwa pahala dan kenikmatan yang akan diterima seorang hamba kelak di akhirat itu sesuai dengan kadar besar kecilnya cobaan dan musibah yang dia terima di dunia.
Al-Imam Sufyan Ats-Tsauriy rahimahullah berkata,

إِنَّمَا الأَجرُ عَلَى قَدرِ الصَّبرِ

“Sesungguhnya pahala itu tergantung kepada kesabaran seseorang saat mendapatkan musibah”.

3. Pada dasarnya cobaan dan ujian yang Allah berikan kepada hamba-Nya adalah bukti cinta-Nya kepada hamba tersebut.

4. Maka selayaknya kita menghadapi ujian dan cobaan itu dengan ridho/cinta pula.

5. Kewajiban menerima segala ujian dan cobaan yang Allah berikan dengan kepasrahan dan keridhaan dan larangan menghadapi ujian dengan menggerutu dan berkeluh kesah.

6. Penjelasan tentang adanya perbedaan manusia dalam menghadapi ujian dan cobaan dari Allah. Ada yang menerimanya dengan penuh keridhaan dan ada pula yang tidak menerimanya dengan lapang dada bahkan berkeluh kesah ataupun berburuk sangka kepada Dzat yang memberikannya –wal ‘iyaadzubillah.

7. Penengasan kaedah “Al-Jazaa-u Min Jinsil Amal” (Balasan itu sesuai dengan perbuatan). Yaitu Allah akan memberikan keridhaan kepada hamba-Nya yang menerima ujian dan cobaan dengan keridhaan dan Allah akan memberikan kebencian kepada hamba-Nya yang menerima ujian dan cobaan dengan kebencian pula.

8. Penetapan adanya sifat “Ridha” dan “Benci” bagi Allah yang sesuai dengan keagungan dan kemuliaan-Nya.

Tema hadist yang berkaitan dengan al quran :

- Penjelasan bahwa pahala dan kenikmatan yang akan diterima seorang hamba kelak di akhirat itu sesuai dengan kadar besar kecilnya cobaan dan musibah yang dia terima di dunia dan dia bersabar atasnya. Allah ta’ala berfirman,

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَاب

“Sesungguhnya orang-orang yang sabar itu akan disempurnakan pahala mereka tanpa hitungan”
(QS. Az Zumar: 10).