بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Kamis, 31 Agustus 2023

Salah Paham tentang Salafy

Tematik (163)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
 
Salah Paham tentang Salafy

Pepatah lama mengatakan :

“tak kenal maka tak sayang” 

Demikianlah, kadang seorang membenci sesuatu, padahal ia tidak mengenal apa yang ia benci itu. Bisa jadi bila ia mengenalnya, bukan benci namun cinta yang diberikan. 

Demikianlah yang terjadi pada dakwah Salafiyah atau disebut juga Salafi. Banyak orang bergunjing tentang Salafi, padahal ia tidak mengenal bagaimana sebenarnya Salafi atau dakwah salaf itu.

Hasilnya, timbullah tuduhan dan anggapan-anggapan buruk yang keji. Bahkan sampai ada yang menuduh bahwa Salafi adalah aliran sesat‼️ Subhanallaah, sungguh Allah tempat memohon pertolongan.

Apa sih salafi itu❓❓

● Salaf secara bahasa artinya : ‘Setiap amalan shalih yang telah lalu; segala sesuatu yang terdahulu; setiap orang yang telah mendahuluimu, yaitu nenek moyang atau kerabat’ (Lihat Qomus Al Muhith, Fairuz Abadi).

● Secara istilah, yang dimaksud salaf adalah 3 generasi awal umat Islam yang merupakan generasi terbaik, seperti yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam, “Sebaik-baik umat adalah generasiku, kemudian sesudahnya, kemudian sesudahnya” (HR. Bukhari-Muslim)

Tiga generasi yang dimaksud adalah generasi Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dan para sahabat, generasi tabi’in dan generasi tabi’ut tabi’in. Sering disebut juga generasi Salafus Shalih. Tidak ada yang meragukan bahwa merekalah orang-orang yang paling memahami Islam yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam. Maka bila kita ingin memahami Islam dengan benar, tentunya kita merujuk pada pemahaman orang-orang yang ada pada 3 generasi tersebut.

Seorang sahabat yang mulia, Ibnu Mas’ud radhiallahu’anh u berkata :

“Seseorang yang mencari teladan, hendaknya ia meneladani para sahabat Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam karena mereka adalah orang-orang yang paling mulia hatinya, paling mendalam ilmunya, paling sedikit takalluf-nya, paling benar bimbingannya, paling baik keadaannya, mereka adalah orang-orang yang dipilih oleh Allah untuk menjadi sahabat Nabi-Nya, dan untuk menegakkan agamanya. Kenalilah keutamaan mereka. Ikutilah jalan hidup mereka karena sungguh mereka berada pada jalan yang lurus.” (Limaadza Ikhtartu Al Manhaj As Salafi Faqot, Salim bin ‘Ied Al Hilaly)

Kemudian dalam kaidah bahasa, ada yang dinamakan dengan isim nisbah, yaitu isim (kata benda) yang ditambahkan huruf ‘ya’ yang di-tasydid dan di-kasroh, untuk menunjukkan penisbatan (penyandaran) terhadap suku, negara asal, suatu ajaran agama, hasil produksi atau sebuah sifat (Lihat Mulakhos Qowaid Al Lughoh Ar Rabiyyah, Fuad Ni’mah).

Misalnya yang sering kita dengar seperti ulama hadits terkemuka Al-Bukhari, yang merupakan nisbah kepada kota Bukhara (nama kota di Uzbekistan) karena Al-Bukhari memang berasal dari sana. Ada juga yang menggunakan istilah Al-Hanafi, berarti menisbahkan diri pada madzhab Hanafi.

● Maka dari sini dapat dipahami bahwa Salafi maksudnya adalah orang-orang yang menisbahkan (menyandarkan) diri kepada generasi Salafus Shalih.

Atau dengan kata lain :

“Salafi adalah mengikuti pemahaman dan cara beragama para sahabat Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dan orang-orang yang mengikuti jalan mereka”. (Lihat : Kun Salafiyyan ‘Alal Jaddah, hal. 10)

Sehingga dengan penjelasan ini jelaslah bahwa orang yang beragama dengan mengambil sumber ajaran Islam dari 3 generasi awal umat Islam tadi, DENGAN SENDIRINYA ia seorang Salafi. Tanpa harus mendaftar, tanpa berbai’at, tanpa iuran anggota, tanpa kartu anggota, tanpa harus ikut pengajian tertentu, dan tanpa harus memakai busana khas tertentu.

◾Maka, siapapun ia, termasuk Anda yang sedang membaca tulisan ini pun seorang Salafi bila anda selama ini mencontoh Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dan para sahabatnya dalam beragama.

◾Jika anda sekalian memahami penjelasan di atas, seharusnya telah jelas bahwa dakwah salafiyyah adalah Islam itu sendiri, dakwah Salafiyyah adalah Islam yang hakiki.

Mengapa dakwah Salafiyyah adalah Islam yang hakiki❓❓

Karena :

●  Dari manakah kita mengambil sumber pemahaman Al Qur’an dan hadits selain dari para sahabat Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam❓

● Apakah ada sumber lain yang lebih terpercaya ❓

● Apakah Islam dipahami dengan selera dan pemahaman masing-masing orang❓

Bahkan jika seseorang dalam memahami Al Qur’an dan hadits mengambil sumber dari yang lain, maka dapat dipastikan ia telah mengambil jalan yang salah.

Syaikh Salim Bin ‘Ied Al Hilaly setelah menjelaskan surat An Nisa ayat 115 berkata :

“Dengan ayat ini jelaslah bahwa mengikuti jalan kaum mu’minin adalah jalan keselamatan. Dan ayat ini dalil bahwa pemahaman para sahabat mengenai agama Islam adalah hujjah terhadap pemahaman yang lain. Orang yang mengambil pemahaman selain pemahaman para sahabat, berarti ia telah mengalami penyimpangan, menapaki jalan yang sempit lagi menyengsarakan, dan cukup baginya neraka Jahannam yang merupakan seburuk-buruk tempat tinggal.” (Limaadza Ikhtartu Al Manhaj As Salafi Faqot, Salim bin ‘Ied Al Hilaly)

Dan hendaknya, janganlah kita salah kaprah dalam memahami Salafi, di tengah masyarakat, banyak sekali beredar syubhat (kerancuan) dan kalimat-kalimat miring tentang Salafi. Dan ini tidak lepas dari dua kemungkinan. Sebagaimana dijelaskan Syaikh ‘Ubaid bin Sulaiman Al Jabiri ketika ditanya tentang sebuah syubhat, “Kerancuan tentang Salafi yang berkembang di masyarakat ini tidak lepas dari 2 kemungkinan :

▪️Pertama : Disebabkan ketidak-pahaman, atau 

▪️Kedua : Disebabkan adanya i’tikad yang buruk

● Jika karena tidak paham, maka perkaranya mudah. Karena seseorang yang tidak paham namun i’tikad baik, jika dijelaskan padanya kebenaran ia akan menerima, jika telah jelas baginya kebenaran dengan dalilnya, ia akan menerima.

● Adapun kemungkinan yang kedua, pada hakikatnya ini disebabkan oleh fanatik golongan dan taklid buta, -dan ini yang lebih banyak terjadi- dari orang-orang ahlul ahwa (pengikut hawa nafsu) dan pelaku bid’ah yang mereka memandang bahwa manhaj salaf akan membuka tabir penyimpangan mereka.”

(Lihat : Ushul Wa Qowa’id Fii Manhajis Salafi, Syaikh ‘Ubaid bin Sulaiman Al Jabiri )

__

⛔ Dan akibat dari kesalahpahaman tsb, maka muncullah syubat-syubat (kerancuan) ditengah ummat. Berikut adalah beberapa syubhat tersebut, diantaranya :

1️⃣ Salafi dianggapnya sebuah Sekte, Aliran, atau Organisasi. Sebagian orang mengira Salafi adalah sebuah sekte, aliran sebagaimana Jama’ah Tabligh, Ahmadiyah, Naqsabandiyah, LDII, dll. Atau sebuah organisasi massa sebagaimana NU, Muhammadiyah, PERSIS, Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, dll..

Tanggapan :

● Ini adalah salah kaprah. Salafi bukanlah sekte, aliran, partai atau organisasi massa, namun salafi adalah manhaj (metode beragama), sehingga semua orang di seluruh pelosok dunia di manapun dan kapanpun adalah seorang salafi jika ia beragama Islam dengan manhaj salaf tanpa dibatasi keanggotaan.

◾Sebagian orang juga mengira dakwah Salafiyyah adalah gerakan yang dicetuskan dan didirikan oleh Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahab.

Ini pun kesalahan besar‼️

Dijelaskan oleh Syaikh ‘Ubaid yang ringkasnya :

“Dakwah salafiyyah tidak didirikan oleh seorang manusia pun. Bukan oleh Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahab bersama saudaranya Imam Muhammad Bin Su’ud, tidak juga oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan murid-muridnya, bukan pula oleh Imam Mazhab yang empat, bukan pula oleh salah seorang Tabi’in, bukan pula oleh sahabat, bukan pula oleh Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam, dan bukan didirikan oleh seorang Nabi pun. Melainkan dakwah Salafiyah ini didirikan oleh Allah Ta’ala. Karena para Nabi dan orang sesudah mereka menyampaikan syariat yang berasal dari Allah Ta’ala. Oleh karena itu, tidak ada yang dapat dijadikan rujukan melainkan nash dan ijma”  (Ushul Wa Qowaid Fii Manhajis Salaf)

● Oleh karena itu, dalam dakwah salafiyyah tidak ada ketua umum Salafi, Salafi Cabang Jogja, Salafi Daerah, Tata tertib Salafi, AD ART Salafi, Alur Kaderisasi Salafi, dan tidak ada muassis (tokoh pendiri) Salafi. Tidak ada pendiri Salafi melainkan Allah dan Rasul-Nya, tidak ada AD-ART Salafi melainkan Qur’an dan Sunnah dengan pemahaman para sahabat.

2️⃣ Salafi Gemar Mengkafirkan dan Membid’ahkan.

Tanggapan :

Musuh utama seorang muslim adalah kekufuran dan kesyirikan, karena tujuan Allah menciptakan makhluk-Nya agar makhluk-Nya hanya menyembah Allah semata.

Allah Ta’ala berfirman, “Sungguh kesyirikan adalah kezaliman yang paling besar” [QS. Luqman: 13].

Setelah itu, musuh kedua terbesar seorang muslim adalah perkara baru dalam agama, disebut juga bid’ah. Karena jika orang dibiarkan membuat perkara baru dalam beragama, akan hancurlah Islam karena adanya peraturan, ketentuan, ritual baru yang dibuat oleh orang-orang belakangan. Padahal Islam telah sempurna tidak butuh penambahan dan pengurangan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Setiap bid’ah adalah kesesatan” (HR. Muslim)

Maka tentu tidak bisa disalahkan ketika ada da’i yang secara intens mendakwahkan tentang bahaya syirik dan bid’ah, mengenalkan bentuk-bentuk kesyirikan dan kebid’ahan agar umat terhindar darinya. Bahkan inilah bentuk sayang dan perhatian terhadap umat.

Kemudian, para ulama melarang umat Islam untuk sembarang memvonis bid’ah, sesat apalagi kafir kepada individu tertentu. Karena vonis yang demikian bukanlah perkara remeh. Diperlukan timbangan Al Qur’an dan As Sunnah serta memperhatikan kaidah-kaidah yang telah ditetapkan oleh para ulama dalam hal ini.

● Penjelasan dari Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani yang perlu ditulis dengan tinta emas, beliau rahimahullaah berkata :

“Dalil-dalil terkadang menunjukkan bahwa perbuatan tertentu adalah perbuatan kufur, atau perkataan tertentu adalah perkataan kufur. Namun di sana terdapat faktor yang membuat kita tidak memberikan vonis kafir kepada individu tertentu (yang melakukannya). Faktornya banyak, misalnya karena ia tidak tahu, atau karena ia dikalahkan oleh orang kafir dalam perang.”

(Fitnah At Takfir, Muhammad Nashiruddin Al Albani)

Dari sini jelaslah bahwa menjelaskan perbuatan tertentu adalah perbuatan kufur bukan berarti memvonis semua pelakunya itu per individu pasti kafir. Begitu juga menjelaskan kepada masyarakat bahwa perbuatan tertentu adalah perbuatan bid’ah bukan berarti memvonis pelakunya pasti ahlul bid’ah. Syaikh Abdul Latif Alu Syaikh menjelaskan : “Ancaman (dalam dalil-dalil) yang diberikan terhadap perbuatan dosa besar terkadang tidak bisa menyebabkan pelakunya per individu terkena ancaman tersebut” (Ushul Wa Dhawabith Fi At Takfir, Syaikh Abdul Latif bin Abdurrahman Alu Syaikh)

3️⃣ Salafi Memecah-Belah Ummat.

Tanggapan :

Untuk menjelaskan permasalahan ini, perlu pembaca ketahui tentang 3 hal pokok :

◾Pertama, perpecahan umat adalah sesuatu yang tercela. Sebagaimana firman Allah Ta’ala :

“Berpegang teguhlah pada tali Allah dan jangan berpecah-belah” (QS. Al-Imran: 103).

◾Kedua, perpecahan umat adalah suatu hal yang memang dipastikan terjadi dan bahkan sudah terjadi. Sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam :

“Umatku akan berpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan, semuanya akan masuk neraka kecuali satu. Maka kami-pun bertanya, siapakah yang satu itu ya Rasulullah? Beliau menjawab: yaitu orang-orang yang berada pada jalanku dan jalannya para sahabatku di hari ini” [HR. Tirmidzi].

◾Ketiga, persatuan Islam bukanlah semata-mata persatuan badan, kumpul bersama, dengan keadaan aqidah yang berbeda-beda. Mentoleransi segala bentuk penyimpangan, yang penting masih mengaku Islam. Bukan itu persatuan Islam yang diharapkan. Perhatikan baik-baik hadits tadi, saat umat Islam berpecah belah seolah-olah Rasulullah memerintahkan untuk bersatu pada satu jalan, yaitu jalan yang ditempuh oleh para sahabat, inilah manhaj salaf.

● Sehingga, ketika ada seorang yang menjelaskan kesalahan-kesal ahan dalam beragama yang dianut sebagian kelompok, aliran, partai atau ormas Islam, bukanlah upaya untuk memecah belah ummat.

●Melainkan, itu adalah sebuah upaya untuk mengajak ummat BERSATU di satu jalan yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam tersebut. Bahkan adanya bermacam aliran, sekte, partai dan ormas Islam itulah yang menyebabkan perpecahan ummat. Karena mereka tentu akan loyal kepada tokoh-tokoh mereka masing-masing, loyal kepada peraturan mereka masing-masing, loyal kepada tradisi mereka masing-masing, bukan loyal kepada Islam.

● Selain itu, jika ada saudara kita yang terjerumus dalam kesalahan, siapa lagi yang hendak mengoreksi kalau bukan kita sesama muslim❓❓ Tidak akan kita temukan orang kuffar yang melakukannya. Dan bukankah Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda :

“Agama adalah nasehat” (HR. Muslim).

Dan jika koreksi itu benar, bukankah wajib menerimanya dan menghempas jauh kesombongan❓❓

Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda :

“Kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia” (HR. Muslim)

4️⃣ Salafi Aliran Sesat.

Tanggapan :

Orang yang menuduh dakwah salafiyyah sebagai aliran sesat, seperti dijelaskan oleh Syaikh Ubaid, bisa jadi ia memang orang awam yang belum mengenal apa itu salafi, atau bisa jadi ia orang benci kepada dakwah salafiyyah karena dakwah ini telah membuka tabir yang selama ini menutupi penyimpangan-penyimpangan yang dimilikinya.

Anggapan bahwa Salafy adalah aliran sesat sama sekali tidak benar karena dua hal :

◾Pertama, dakwah salafiyyah bukan aliran atau sekte tertentu dalam Islam, sebagaimana telah dijelaskan.

◾Kedua, sebagaimana telah diketahui bahwa sesuatu dikatakan tersesat jika ia telah tersasar dari jalan yang benar, dan menempuh jalan yang salah.

Maka, bagi yang menuduh hendaknya mendatangkan bukti bahwa dakwah salafiyyah menyimpang dari ajaran Al Qur’an dan As Sunnah yang benar. Niscaya mereka tidak akan bisa mendatangkan buktinya‼️

Sebagaimana yang difatwakan Majelis Ulama Indonesia Jakarta Utara dalam menanggapi kalimat-kalimat miring yang menuduh bahwa salafi adalah aliran sesat, dalam surat edaran MUI Jakarta Utara tanggal 8 April 2009 berjudul “Pandangan MUI Kota Administrasi Jakarta Utara tentang Salaf/Salafi”.

Dalam surat edaran MUI tersebut ditetapkan :

a) Pertama, penjelasan tentang Salaf/Salafi :

Salaf/Salafi tidak termasuk ke dalam 10 kriteria sesat yang telah ditetapkan oleh MUI. Sehingga Salaf/Salafi bukanlah merupakan sekte atau aliran sesat sebagaimana yang berkembang belakangan ini.

Salaf/Salafi adalah nama yang diambil dari kata salaf yang secara bahasa berarti orang-orang terdahulu, dalam istilah adalah orang-orang terdahulu yang mendahului kaum muslimin dalam Iman, Islam dst. mereka adalah para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka.

Penamaan salafi ini bukanlah penamaan yang baru saja muncul, namun sejak dahulu ada.

Dakwah salaf adalah ajakan untuk memurnikan agama Islam dengan kembali kepada Al Qur’an dan As Sunnah dengan menggunakan pemahaman para sahabat Radhiallahu’anh um.

b) Kedua, nasehat dan tausiah kepada masyarakat :

Hendaknya masyarakat tidak mudah melontarkan kata sesat kepada suatu dakwah tanpa di klarifikasi terlebih dahulu,
Hendaknya masyarakat tidak terprovokasi dengan pernyataan-pern yataan yang tidak bertanggung jawab.

Kepada para da’i, ustadz, tokoh agama serta tokoh masyarakat hendaknya dapat menenangkan serta memberikan penjelasan yang objektif tentang masalah ini kepada masyarakat.

Hendaknya masyarakat tidak bertindak anarkis dan main hakim sendiri, sebagaimana terjadi di beberapa daerah.

[Surat edaran MUI, “Pandangan MUI Kota Administrasi Jakarta Utara tentang Salaf/Salafi”, 8 April 2009] 

___

Terakhir, Agama adalah nasehat. Maka kita menasehati diri sendiri dan kaum muslimin sekalian untuk menjadi Salafi. 

Bagaimana caranya untuk menjadi salafi❓

Menjadi seorang Salafi adalah dengan menjalankan Islam sesuai dengan apa yang telah dituntunkan Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dan dipahami oleh generasi Salafus Shalih. Dan wajib hukumnya bagi setiap muslim untuk ber-Islam dengan manhaj salaf.

Ibnul Qayyim Al Jauziyyah berkata :

“Para sahabat Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam semua diampuni oleh Allah. Wajib mengikuti metode beragama para sahabat, perkataan mereka dan aqidah mereka sebenar-benarny a”  (I’lamul muwaqqi’in, (120/4), dinukil dari Kun Salafiyyan ‘Alal Jaddah, Abdussalam Bin Salim As Suhaimi)

Semoga Allah Ta’ala senantiasa menunjukkan kita kepada jalan yang lurus, yaitu jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang diberikan ni’mat, bukan jalannya orang-orang yang dimurkai dan orang-orang tersesat.

Selasa, 29 Agustus 2023

Tadabbur Al-Quran Hal. 332

Tadabbur Al-Quran Hal. 332
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Al-Hajj ayat 2 :

يَوْمَ تَرَوْنَهَا تَذْهَلُ كُلُّ مُرْضِعَةٍ عَمَّآ اَرْضَعَتْ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى النَّاسَ سُكٰرٰى وَمَا هُمْ بِسُكٰرٰى وَلٰكِنَّ عَذَابَ اللّٰهِ شَدِيْدٌ

(Ingatlah) pada hari ketika kamu melihatnya (goncangan itu), semua perempuan yang menyusui anaknya akan lalai terhadap anak yang disusuinya, dan setiap perempuan yang hamil akan keguguran kandungannya, dan kamu melihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, tetapi azab Allah itu sangat keras.

- Tafsir Al Muyassar Al-Hajj ayat 2 :

Pada hari ketika kalian melihat terjadinya kiamat, ibu lupa dengan bayinya yang disusuinya; karena ia tertimpa kesusahan, wanita yang mengandung menggugurkan kandungannya karena ketakutan, dan akal manusia hilang. Mereka seperti orang mabuk, karena sangat mencekam dan menakutkan. Mereka tidak mabuk karena khamar, tetapi azab yang sangat keras itu telah menghilangkan akal dan kesadaran mereka.

- Hadis Sahih Al-Hajj ayat 2 :

Dari Al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakr, bahwasannya Aisyah Ra. berkata, "Rasulullah Saw. bersabda, (Pada hari Kiamat) kalian akan dikumpulkan dengan keadaan tidak beralas kaki, telanjang, dan tidak berkhitan Aisyah berkata, Ya Rasulullah, laki-laki dan perempuan, satu sama lain dapat melihat auratnya?' Nabi menjawab, Kejadian ketika itu lebih dahsyat sehingga memalingkan mereka dari keinginan seperti itu'" (HR Bukhari, Fathul Bari, Juz 13, No 6527, 1416 H/1996 M: 187).

- Mujam Al-Hajj ayat 2 :

تَذْهَلُ

Zahala: Aż-Zuhūl ialah urusan yang menimbulkan kesedihan dan kekacauan pikiran. Disebutkan,"zahala an każa wa azhalahu kaža" yang artinya ia bingung karena masalah ini dan menjadikan pikirannya kusut. (Ar-Ragib Al-Asfahäni, Mujam Mufradati Alfazi Al-Qurāni, 1431 H/2010 M: 137)

- Tazkiyyatun Nafs :

Mahabbah (cinta) merupakan tempat persinggahan, yang menjadi ajang perlombaan di antara orang-orang yang suka berlomba, menjadi sasaran orang-orang yang beramal, dan menjadi curahan orang-orang yang mencintai. Dengan sepoi anginnya, orang-orang yang beribadah merasakan ketenangan. Cinta merupakan santapan hati, makanan ruh dan kesenangannya. Cinta merupakan kehidupan, sehingga orang yang tidak memilikinya seperti orang mati. Cinta adalah cahaya, siapa yang tidak memilikinya seperti berada di tengah lautan yang gelap gulita. Cinta adalah obat penyembuh, siapa yang tidak memilikinya, maka hatinya diliputi berbagai macam penyakit. Cinta adalah kelezatan, siapa yang tidak memilikinya, maka seluruh hidupnya diwarnai kegelisahan dan penderitaan. Cinta adalah ruh iman dan amal, kedudukan dan keadaan, yang jika cinta ini tidak ada di sana, maka tak ubahnya jasad yang tidak memiliki ruh. Cinta ikut memikul beban orang-orang yang mengadakan
perjalanan saat menuju ke suatu negeri, yang tentu saja mereka akan keberatan jika beban itu dibawa sendiri. Cinta menghantarkan mereka ke tempat persinggahan, yang selainnya tak bisa menghantarkan mereka ke tujuan tersebut. Cinta adalah kendaraan yang membawa mereka kepada sang kekasih. Cinta adalah jalan mereka yang lurus, yang mengantarkan mereka ke tempat persinggahan pertama yang terdekat. Demi Allah Swt., para pemilik cinta telah pergi membawa kemuliaan dunia dan akhirat, sehingga akhirnya senantiasa bersama sang kekasih. Allah Swt. telah menetapkan bahwa seseorang itu bersama orang yang paling dicintainya.

Sungguh ini merupakan kenikmatan tiada tara yang diberikan kepada orang-orang yang memiliki cinta. Mereka memenuhi panggilan kerinduan, saat ada yang berseru kepada mereka, "Hayya alal Falāh." Mereka rela mengorbankan jiwa agar bisa bersama sang kekasih. Pengorbanan ini dilakukan dengan suka rela dan rida, rela melakukan perjalanan pada pagi dan petang hari.

Pembayaran secara kontan dari harga cinta yang sudah disepakati harganya adalah dengan cara mengorbankan nyawa. Hal ini tidak berlaku bagi orang yang bangkrut, bodoh, bakhil dan suka menawar-nawar. Karena banyak orang yang mengaku memiliki cinta, maka mereka dituntut untuk menyodorkan bukti pengakuan itu. Andaikan mereka diberi kesempatan untuk menyampaikan pengakuannya, maka kesaksian mereka akan beragam. Lalu dikatakan, "Pengakuan ini tidak bisa diterima kecuali ada buktinya." Padahal Allah menantangnya pada surah Ali-Imrān, 3:31. Semua manusia tertinggal di belakang. kecuali orang-orang yang mengikuti sang kekasih dalam perbuatan, perkataan, dan akhlaknya. Lalu mereka dituntut keadilan bukti itu lewat proses jihad. Perhatikan firman Allah surah AI-Māidah, 5: 54.
Kebanyakan orang-orang yang memiliki cinta tertinggal di belakang, dan yang bangkit adalah orang-orang yang berjihad. Lalu dikatakan kepada mereka, "Sesungguhnya jiwa dan harta orang-orang yang mencintai bukan milik mereka. Maka ke sinilah untuk menyatakan sumpah setia kepada Allah."
Perhatikan firman Allah QS At-Taubah, 9:111. Ketika mereka mengetahui keagungan pembeli dan harga yang tinggi, serta keagungan yang akan diperolehnya setelah terjadi kontrak jual beli, mereka pun tahu nilai barang. Mereka juga melihat siapa saja orang yang bodoh, karena menjual barang itu dengan harga yang sangat murah. Maka dengan penuh keridaan mereka ikut dalam perdagangan ini tanpa menawar dan memilih-milih, sambil berkata, "Demi Allah Swt., kami tidak membatalkan dan kami tidak meminta pembatalan perniagaan denganmu."
Setelah kontrak jual beli sudah rampung dan barang sudah diserahkan kepada pembeli, maka dikatakan kepada mereka, "Sejak saat ini jiwamu dan hartamu menjadi milik kami, dan kelak kami akan mengembalikannya lagi kepadamu dalam jumlah yang lebih banyak lagi, jauh lebih banyak." (Ibnu'l Qayyim AI-Jauziyyah, Raudatul Muhibbina wa Nuzhatul Musytaqina, 1412 H/1992 M: 149-154)

- Riyāduş Şālihin :

Dari Abu Zar Ra., ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya aku melihat apa yang tidak kalian lihat dan mendengar apa yang tidak kalian dengar. Langit mnerintih dan memang layak baginya merintih. Tidaklah di sana ada tempat untuk empat jari, melainkan ada malaikat yang meletakkan dahinya seraya bersujud kepada Allah Swt. Andai kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian jarang tertawa dan sering menangis, kalian tidak akan bersenang-senang dengan istri di atas ranjang. Kalian akan keluar menuju tanah yang tinggi dan memohon kepada Allah Swt. dengan beriba-iba. Aku ingin seandainya diriku menjadi pohon yang ditebang." (HR At-Tirmiži, dan ia berkata, "Hadis ini hasan.).

Hadis di atas mengandung beberapa faedah, antara lain: Di antara sifat-sifat seorang mukmin ialah merasa takut dan segan epada Allah Swt., tapi itu tidak membuatnya putus harapan dari rahmatNya. Di samping anjuran untuk memohon pertolongan dengan rahmat Allah Swt. dan keridaan-Nya. (Dr. Mustafā Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādis Sālihina, Juz 1, 1407 H/1987 M: 370-371).

- Tibbun Nabawi :

Khasiat Syawa' atau Syawiy (Daging panggang)

Daging panggang yang paling baik ialah daging domba muda, kemudian daging sapi muda yang gemuk. Daging panggang merupakan makanan orang-orang yang kuat, sehat, dan olahragawan. Jika daging itu direbus terlebih dahulu, lebih berkhasiat untuk meringankan kerja perut, dan yang paling jelek jika dipanggang di bawah terik matahari. Memanggang di atas batu yang dipanaskan lebih baik daripada memanggang di atas lidah api. Di dalam Al-Qur'an, daging panggang disebutkan sebagai jamuan yang disuguhkan Nabi lbrahim As. dihadapan tamunya, Allah Swt. berfirman, Dan para utusan Kami (para malaikat) telah datang kepada Ibrahim As. dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan, "Selamat." Dia (brahim As.) menjawab, "Selamat (atas kamu)." Maka tidak lama kemudian lbrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang. (0S Hūd, 11:69). (1bnul Qayyim Al-Jauziyyah, Raudatul Muhibbina wa Nuzhatul Musytaqina, Juz 4 t.t..329-330).

- Tadabbur Surah Al-Hajj Ayat 1-5

Ayat 1 - 5 dari surah Al-Hajj ini menjelaskan peristiwa kiamat itu pasti terjadi dan merupakan peristiwa yang amat dahsyat. Saking dahsyatnya kiamat itu, setiap wanita yang menyusui anaknya tidak disadari terlepas dari pangkuannya, setiap wanita hamil, langsung keguguran dan manusia seperti orang-orang mabuk, padahal bukan karena mabuk, melainkan karena dahsyatnya azab Allah.

Banyak dari manusia yang membantah tentang Allah tanpa ilmu. Mereka hanya mengikuti setan yang sangat durhaka itu. Sebab itu, Allah sudah tetapkan siapa saja berkawan atau menjadikan setan penolong maka setan itu pasti menyesatkannya dan menunjukinya ke jalan menuju azab neraka Sa’ir.

Manusia yang meragukan hari kebangkitan (kiamat) itu tidak berpijak pada ilmu, melainkan hanya ikut-ikutan apa kata nenek moyang mereka. Allah menjelaskan keraguan itu dapat dihilanglkan. Caranya dengan mempelajari bagaimana Allah menciptakan mereka dari tanah, kemudian berkembang menjadi ratusan juta sel seperma dan hanya satu sel sperma yang diberi Allah berhasil membuahi ovum. Setelah pembuahan terjadi, maka berkembang menjadi mudhgah (seperti daging yang digigit) yang sempurna dan yang tidak sempurna. Allah jelaskan  proses penciptaan manusia itu dengan jelas (seperti dalam surah Al-Mukminun ayat 12-14). Allah tetapkan dalam rahim sesuai kehendak-Nya sampai batas waktu yang ditentukan-Nya. Kemudian Dia keluarkan sebagai bayi, kemudian Dia kembangkan sampai dewasa. Di antara manusia ada yang Allah matikan lebih awal dan ada pula yang ditakdirkan sampai pikun, agar memori pengingatnya hilang.

Begitu pula saat kita melihat bumi itu kering, lalu Allah turunkan hujan di atasnya. Tiba-tiba bumi itu bergerak menjadi hidup, subur dan menumbuhkan setiap pasangan tumbuh-tumbuhan yang indah. Semua itu cukup menjadi bukti kekuasaan Allah. Bagi Allah mudah saja membangkitkan manusia kembali di hari kiamat.

Minggu, 27 Agustus 2023

Hari Asyura Kemenangan Musa dan Ditenggelamkan Firaun

One Day One Hadits (276)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Hari Asyura Kemenangan Musa dan Ditenggelamkan Firaun

عن ابن عباس رضي الله عنه قال ،
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَدِمَ الْمَدِينَةَ فَوَجَدَ الْيَهُودَ صِيَامًا يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَا هَذَا الْيَوْمُ الَّذِى تَصُومُونَهُ ». فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ أَنْجَى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى وَقَوْمَهُ وَغَرَّقَ فِرْعَوْنَ وَقَوْمَهُ فَصَامَهُ مُوسَى شُكْرًا فَنَحْنُ نَصُومُهُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « فَنَحْنُ أَحَقُّ وَأَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ ». فَصَامَهُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ.

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma, beliau berkata,“Ketika tiba di Madinah, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam mendapati orang-orang Yahudi melakukan puasa ’Asyura. Kemudian Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bertanya, ”Hari yang kalian bepuasa ini adalah hari apa?” Orang-orang Yahudi tersebut menjawab, ”Ini adalah hari yang sangat mulia. Ini adalah hari di mana Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya. Ketika itu pula Fir’aun dan kaumnya ditenggelamkan. Musa berpuasa pada hari ini dalam rangka bersyukur, maka kami pun mengikuti beliau berpuasa pada hari ini”. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam lantas berkata, ”Kita seharusnya lebih berhak dan lebih utama mengikuti Musa daripada kalian.”. Lalu setelah itu Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam memerintahkan kaum muslimin untuk berpuasa.” (HR. Muslim no. 1130)

Pelajaran yang terdapat didalam hadist :

1. Di antara keutamaan hari Asyura adalah hari tersebut bani Israil –pengikut Nabi Musa ‘alaihis salam- diselamatkan oleh Allah dari kejahatan Fir’aun. Saat itu Fir’aun yang dikenal keji ditenggelamkan.

2. Adapun Nabi Musa ‘alaihis salam dan pengikutnya yang setia diberi keselamatan oleh Allah.

3. Apakah berarti puasa Asyura meniru-niru Yahudi?.
Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam biasa melakukan puasa ’Asyura di Makkah sebagaimana dilakukan pula oleh orang-orang Quraisy. Kemudian Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam tiba di Madinah dan menemukan orang Yahudi melakukan puasa ‘Asyura, lalu beliau shallallahu ’alaihi wa sallam pun ikut melakukannya. Namun beliau melakukan puasa ini berdasarkan wahyu, berita mutawatir, atau dari ijtihad beliau, dan bukan semata-mata berita salah seorang dari mereka (orang Yahudi). Wallahu a’lam.” (Syarh Shahih Muslim, 8: 12).

Tema hadist yang berkaitan dengan Al quran :

- Kisah tenggelamnya Fir’aun dan pengikutnya disebutkan dalam ayat,

وَإِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ فَأَنْجَيْنَاكُمْ وَأَغْرَقْنَا آَلَ فِرْعَوْنَ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ

“Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Fir’aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan” (QS. Al Baqarah: 50).

Sabtu, 26 Agustus 2023

Tadabbur Al-Quran Hal. 331

Tadabbur Al-Quran Hal. 331
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Al-Anbiya' ayat 108 :

قُلْ اِنَّمَا يُوْحٰٓى اِلَيَّ اَنَّمَآ اِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌۚ فَهَلْ اَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

Katakanlah (Muhammad), “Sungguh, apa yang diwahyukan kepadaku ialah bahwa Tuhanmu adalah Tuhan Yang Esa, maka apakah kamu telah berserah diri (kepada-Nya)?”

- Tafsir Al Muyassar Al-Anbiya' ayat 108 :

Katakanlah: Sesungguhnya yang diwahyukan kepadaku dan yang dengannya aku diutus, ialah bahwa llah kalian yang berhak disembah satu-satunya adalah Allah, maka berserah dirilah kepada-Nya, dan patuhlah untuk beribadah kepada-Nya.

- Mujam Al-Anbiya' ayat 108 :

يُوْحٰٓى

Asal makna wahyu ialah isyarat yang cepat. Seperti dikatakan "amrun wahyun yang artinya perkara yang sifatnya cepat, baik melalui perantara ucapan, simbol, maupun dengan cara diperlihatkan. Dan terkadang dalam bentuk suara yang tidak memiliki susunan (yang jelas), isyarat dengan sebagian anggota badan, dan tulisan Sebagaimana firman Allah mengenai Zakaria, Maka dia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu dia memberi isyarat kepada mereka, bertasbihlah kamu pada waktu pagi dan petang. (QS Maryam, 19: 11).
(Ar-Rãgib Al-Asfahāni, Mujam Mufradati Alfazi Al-Quräni, 1431 H/2010 M: 400)

- Riyāduş Şālihin :

Dari Ali Ra., Rasulullah Saw. bersabda kepada Ali Ra. dan Fatimah Ra.. "Apabila kalian hendak tidur, maka takbirlah sebanyak tiga puluh tiga kali, kemudian bertasbihlah sebanyak tiga puluh tiga kali, kemudian bertahmidlah sebanyak tiga puluh tiga kali."
(HR Al-Bukhāri-Muslim).

Hadiš di atas memberikan faedah tentang dorongan untuk berzikir kepada Allah dengan lafaz-lafaz hadiš di atas, dan membiasakan hal itu ketika hendak tidur atau berbaring. (Dr. Muştafā Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādis Şālihina, Juz 2, 1407 H/1987 M: 999).

- Hadiš Nabawi :

Dari Abu Hurairah Ra., dia berkata, "Seseorang pernah berkata, Ya Rasulullah, doakanlah untuk orang-orang musyrik agar mereka celaka!" Mendengar itu, Rasulullah Saw. menjawab, 'Sesungguhnya aku diutus bukan untuk menjadi pelaknat, tetapi aku diutus sebagai rahmat." (HR Muslim, Sahih Muslim, Juz 4, No. Hadis, 2599: 2006-2007).

- Hadis Qudsi :

Dari Abu Zar Ra., ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, Allah Swt. berfirman, "Barangsiapa berbuat kebaikan, maka baginya sepuluh kebaikan yang semisalnya dan terkadang Aku tambahkan lagi. Dan barangsiapa yang berbuat keburukan, maka balasannya adalah keburukan yang serupa atau Aku mengampuninya. Barangsiapa mendekat kepadaKu satu jengkal, maka Aku akan mendekat kepada-Nya satu hasta, jika ia mendekat kepada-Ku satu hasta, maka Aku akan mendekat kepadanya satu depa, dan jika ia mendatangi-Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendatanginya dengan berlari. Dan barangsiapa yang bertemu denganKu dengan membawa kesalahan sebesar isi bumi tanpa menyekutukan-Ku dengan
yang lainnya, maka Aku akan menemuinya dengan ampunan sebesar itu pula." (HR Muslim). (Muştafā bin Adawi, As-Şahinul Musnad minal Ahādisil Qudsiyyati: 30).

- Penjelasan Surah Al-Anbiya' Ayat 102-112 :

Ayat 102-112 menjelaskan:

Meneruskan ayat sebelumnya terkait kondisi kaum Mukmin di akhirat. Mereka tidak diperdengarkan gelegak api neraka, diberi apa saja yang mereka  inginkan, tidak merasakan dahsyatnya peristiwa kiamat dan mereka disambut para malaikat sambil berkata: inilah hari yang dijanjikan pada kalian.   

Peristiwa kiamat itu ialah saat bumi digulung Allah seperti menggulung lembaran catatan saja dan 

Allah akan kembalikan manusia hidup sebagaimana awal mereka diciptakan. Itu adalah janji Allah yang pasti.

Allah telah menetapkan dalam Zabur, Taurat, Injil da Al-Qur’an bahwa surga itu akan diwariskan kepada hamba-hamba-Nya yang saleh. Semua itu menjadi jelas bagi kaum yang menyembah Allah dengan konsep tauhid.      

Tugas Rasul Saw. adalah membawa rahmat kepada semua alam. Allah melalui wahyu-Nya memerintahkan beliau agar mengajarkan tauhid kepada umatnya dan ibadah kepada Allah dengan cara yang diajarkan Islam. Kalau mereka tidak mau menerimanya, tugas Rasulullah Saw. selesai karena sudah menyampaikannya dengan terang. Rasulullah Saw. tidak mengetahui kapan persisnya kiamat itu terjadi. Sesungguhnya Allah mengetahui ucapan manusia yang keras ataupun yang disembunyikan. Sekiranya Rasul Saw. mengetahui kiamat, maka akan menjadi fitnah bagi umatnya. Nabi Muhammad Saw. hanya berkata: Ya Allah, putuskanlah perkara umat ini de-ngan hak. Engkau adalah Tuhan Pencipta kami, Maha Pengasih dan Maha Penolong.

Rabu, 23 Agustus 2023

MELAWAN MASA TUA

Tematik (162)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
 
MELAWAN MASA TUA
 
SEMUA ORANG AKAN MENUJU KE MASA TUA 
 
Setiap manusia akan mengalami pertumbuhan fisik atau perkembangan jasmaniah. Dalam pertumbuhan tersebut, terdapat tahapan-tahapan perkembangan dengan melalui fase yang panjang dari masa bayi hingga berakhir dengan mati. 
 
Fase-fase itu adalah fase bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa dan fase usia tua. Semua fase ini pasti akan dilalui oleh semua manusia, kecuali orang- orang yang Allâh 'Azza wa Jalla takdirkan ajal mereka datang terlebih dahulu, sebelum mereka melewati semua tahapan di atas. Semua fase akan juga dialami oleh setiap orang tanpa mampu menunda, menolak atau melawannya. Demikian ini sudah menjadi salah satu sunnatullah. Tidak ada seseorang yang akan terus dalam satu fase secara terus-menerus. 
 
Ringkasnya, tidak mungkin seseorang akan berwujud bayi yang menyusu selama ia hidup di dunia ini, tanpa mengalami perkembangan menuju fase berikut. Ini tidak mungkin.  
 
Allâh 'Azza wa Jalla berfirman :  
 
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ يُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ ثُمَّ لِتَكُونُوا شُيُوخًا ۚ وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّىٰ مِنْ قَبْلُ ۖ وَلِتَبْلُغُوا أَجَلًا مُسَمًّى وَلَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ 

"Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup) sampai tua. Di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya)."  
[QS. Al-Mukmin/40 : 67]. 
 
Inilah sebuah berita yang haq dari Allâh 'Azza wa Jalla  yang juga dapat kita lihat realitasnya, mengenai fase hidup  yang dialami manusia di muka bumi yang berakhir dengan kematian pada ajal yang telah ditentukan.  
 
MASA TUA, MASA MENURUNNYA FUNGSI TUBUH  
 
Marhalah syaikhûhah (masa tua) merupakan fase terakhir yang akan dihadapi dan dialami manusia. Fase ini telah disinggung dalam Al-Qur`ân pada Surat Al-Mukmin/40 : 67 yang telah dikemukakan sebelumnya :  
 
ثُمَّ لِتَكُونُوا شُيُوخًا  
"kemudian (dibiarkan kamu hidup) sampai tua." 
 
Mengenai batasan usia tua, Imam Al-Qurthubi rahimahullah berkata : 
 
“Syaikh (orang yang tua) adalah orang yang telah melewati 40 tahun.” [1] 
 
Berdasarkan ini, maka siapa saja yang telah melewati usia 40 tahun hingga akhir hayatnya, ia telah berada dalam fase terakhir kehidupannya. Kehidupan manusia akan berakhir umumnya pada kisaran usia 60 hingga 70 tahun.  
 
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : “أَعْمَارُ أُمَّتـِيْ مَا بَيــْنَ سِتِّيْنَ وَسَبْعِيْنَ. وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوْزُ ذَلِكَ 
"Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, bahwa sesungguhnya Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :  
 
“Usia umatku (umat Islam) antara 60 hingga 70 tahun. Dan sedikit dari mereka yang melewatinya.”  
[HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Mâjah. ShahîhulJâmi’ 1073].  
 
Saat fase ini mulai datang, kekuataan fisik sedikit demi sedikit menyusut, ketajaman mata mulai berkurang sehingga dibutuhkan alat bantu untuk melihat, daya ingat menurun dan kulit mengendur serta guratan- guratan tanda penuaan pun muncul. Rambut- rambut putih sedikit demi sedikit menghiasai kepalanya. Penyakit- penyakit degeneratif pun banyak muncul pada fase ini. Allâh 'Azza wa Jalla berfirman:  
 
وَمَنْ نُعَمِّرْهُ نُنَكِّسْهُ فِي الْخَلْقِ ۖ أَفَلَا يَعْقِلُونَ  
"Dan barang siapa Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada kejadiannya. Maka apakah mereka tidak memikirkannya?"
[QS. Yaasiin/36 : 68]. 
 
Imam Ibnu Katsîr rahimahullah menjelaskan :  
 
“Allâh 'Azza wa Jalla mengabarkan bahwa seorang hamba ketika usianya semakin panjang, maka ia dikembalikan ke keadaan lemah setelah kekuataan dan keadaan tidak berdaya setelah kondisi prima.” [2]  
 
Syaikh As-Sa’di rahimahullah  mengatakan :  
 
“Akan kembali ke keadaan semula, keadaan yang lemah : Lemah dalam pikiran dan lemah dalam kekuatan. Tidakkah mereka memikirkan bahwa anak Adam itu lemah dalam segala aspek, maka hendaknya mereka memanfaatkan ucapan dan daya pikir mereka untuk taat kepada Rabb mereka.” [3]  
 
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan :  
 
“Kemudian setelah usia 40 tahun, (kekuatan dan fungsi organ) tubuh mulai menurun. Dan menurunnya kekuatan fisik berlangsung secara bertahap, sebagaimana dahulu kekuatan fisik berkembang dengan bertahap”.[4]  
 
Perubahan-perubahan fisik dan non-fisik yang terjadi pada seseorang pada akhir hidup pasti akan terjadi dan tidak mungkin dihindari dan dilawan.  
 
PANJANG UMUR DAN AMALAN BAIK  
 
Apakah seseorang akan memperoleh kesenangan dan kebahagiaan yang lebih ketika dianugerahi usia yang lebih panjang daripada kawan-kawan sebayanya ❓   

Usia yang panjang termasuk nikmat muqayyad yang tidak otomatis orang yang memilikinya lebih baik dari pada yang tidak memperolehnya. Ia akan menjadi nikmat yang sebenarnya, apabila pemiliknya memanfaatkannya dalam urusan-urusan kebaikan, amal shaleh dan ketaatan kepada Rabbnya Allâh 'Azza wa Jalla. Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda : 
 
 خَيْرُ النَّاسِ مَنْ طَالَ عُمْرُهُ وَحَسُنَ عَمُلُهُ  
"Sebaik-baik orang adalah orang yang panjang umurnya dan amalannya baik." 
[HR. At-Tirmidzi].  
 
Hadits di atas menunjukkan tentang keutamaan orang yang berusia panjang, bila disertai dengan amalan yang baik, yaitu amalan yang memenuhi syarat dan rukun yang dikerjakan sesuai petunjuk Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan keimanan dan berharap pahala dari Allâh 'Azza wa Jalla.[5] 
 
Orang yang berumur panjang, bahkan memperoleh usia di atas rata-rata, hakekatnya ia sedang mendapatkan kesempatan berharga dan peluang emas untuk terus  berbuat baik bagi dirinya dan menghambakan diri kepada Rabbnya. Ia membekali diri dengan berbagai amal shaleh yang mendekatkan dirinya kepada Allâh 'Azza wa Jalla. Oleh sebab itu, karakter seorang Mukmin adalah bertambahnya amalan kebaikannya seiring dengan pertambahan usia dan waktunya di muka bumi ini. Sebab ia yakin, bahwa kematian bila datang kepadanya akan menghentikan kesempatannya untuk beramal shaleh. Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :   
 
لَا يَتَمَنَّ أَحَدُكُمُ الْمَوْتُ وَلَا يَدْعُ بِهِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَهُ. إِنَّهُ إِذَا مَاتَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ,  وَإِنَّهُ لَا يَزِيْدُ الْمُؤْمِنَ عُمْرُهُ إِلَّا خَيْرًا  
“Janganlah seseorang dari kalian mengharapkan kematian. Dan jangan pula berdo'a agar segera mendapat kematian sebelum kematian itu datang kepadanya. Sesungguhnya bila ia mati, maka terputuslah amalannya dan bahwa tidaklah usia seorang mukmin itu bertambah pada dirinya kecuali akan menambah kebaikan.”  
[HR. Muslim, No. 2682].
 
BAGAIMANA SESEORANG MENGHADAPI MASA TUA 
 
Masa tua yang akan dialami oleh setiap orang sangat berbeda dengan masa-masa muda dan remaja. Masa tua identik dengan penurunan kekuatan dan fungsi- fungsi organ tubuh yang menjadi indikator kuat tentang dekatnya ajal seseorang. Karena itu, aktifitas dan kesibukan seseorang dalam masa ini hendaknya lebih bersifat ukhrawi. Maka, sudah sepatutnya siapa saja yang telah memasuki masa tua, hendaknya lebih besar komitmennya dengan ajaran-ajaran agama, walaupun komitmen dengan ajaran agama menjadi tuntutan atas setiap orang pada semua fase kehidupannya, namun pada fase ini telah terbentuk pada diri seseorang kemampuan yang besar untuk mengendalikan diri dari pemicu syahwat. [6] 
 
Syaikh Muhammad bin Shâlih al-‘Utsaimîn rahimahullah mengatakan :  
 
“Maka, seyogyanya orang yang usianya semakin menua untuk memperbanyak amal shaleh. Meskipun, para remaja juga seharusnya demikian, karena manusia tidak tahu kapan ia akan meninggal. Bisa saja, seorang pemuda meninggal pada usia mudanya atau ajalnya tertunda hingga ia tua. Akan tetapi, yang pasti, orang yang sudah berusia senja, ia lebih dekat kepada kematian, lantaran telah menghabiskan jatah usianya.” [7]  
 
Karena telah dekat dengan kematian, sungguh aneh bila orang yang sudah berusia tua belum mau memperbaiki diri, bahkan perbuatan buruknya kian menjadi-jadi, misalnya masih memperturutkan hawa nafsunya dengan berzina, padahal semestinya ia lebih jauh dari perzinaan karena dorongan syahwat telah menurun pada dirinya. Tentang orang yang tidak menyadari usia tua ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyampaikan sebuah peringatan dalam hadits berikut :  
 
ثَلَاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يُزَكِّيْهِمْ وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ : شَيْخٌ زَانٍ وَمَلِكٌ كَذَّابٌ وَعَائِلٌ مُسْتَكْبِرٌ  
"Ada tiga (3) golongan, Allah tidak berbicara kepada mereka pada hari Kiamat, tidak membersihkan mereka, dan tidak melihat kepada mereka. Dan bagi mereka siksa pedih : orang yang sudah tua tapi berzina,  penguasa yang suka bohong dan orang miskin yang sombong."  
[HR. Muslim, Kitabul Iman No. 172]. 
 
AMALAN-AMALAN PADA MASA TUA  
 
Setiap manusia dinilai dengan akhir kehidupannya, apakah menutup hidupnya dengan kebaikan atau keburukan. Maka, pada masa tua, atau seiring usia bertambah, seyogyanya seseorang semakin dewasa dalam mengarungi kehidupan dunia dan menyadari untuk memperbaiki diri dan meninggalkan hal-hal membuatnya merugi, lantaran kematian bisa datang setiap hari, tanpa menunggu kita bertaubat dan mensucikan amalan dan hati.  
 
Berikut Ini Ringkasan Petunjuk Amalan Bagi Orang Yang Sudah Tua :  
 
1️⃣PERTAMA 
Lebih memperhatikan amalan-amalan wajib. 
 
Sebab, ibadah-ibadah yang bersifat wajib (fardhu) merupakan kewajiban yang bersifat individual yang harus ditegakkan sendiri-sendiri oleh setiap Muslim dan Muslimah hingga ajal datang.  
Selain itu, amal-amal wajib adalah amalan yang paling dicintai oleh Allâh 'Azza wa Jalla.  
 
2️⃣ KE-DUA 
Menghindari hal-hal yang diharamkan oleh syariat. 
 
3️⃣ KE-TIGA 
Menambah amalan- amalan sunnah.  
 
4️⃣ KE-EMPAT 
Banyak bertahmid, membaca istighfar dan bertaubat.  
 
5️⃣ KE-LIMA 
Bersedekah.  
 
6️⃣ KE-ENAM  
Memperbanyak amal-amal ringan, tapi berpahala besar, seperti berdzikir dan membaca shalawat. 
 
7️⃣KE-TUJUH 
Rutin membaca dzikir pagi dan sore, membaca dzikir pagi dan sore ditekankan di sini, karena secara umum itu merupakan rutininas Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Apalagi, banyak keutamaan  yang termuat dalam dzikir pagi dan sore, di antaranya : 
(1) terhindar dari godaan setan,  
(2) amalan ringan berpahala besar,  
(3) husnul khâtimah, 
(4) memperoleh syafaat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan lain-lain. 
 
💥 KE-DELAPAN 
Tetap aktif dalam thalabul ilmi.  
 
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :  
 
أَعْذَرَ اللهُ إِلَى امْرِئٍ أَخَّرَ أَجَلَهُ حَتَّى بَلَغَ سِتِّيْنَ سَنَةً 
"Allâh tidak akan menerima argumen kepada seseorang yang Allâh tunda ajalnya hingga mencapai 60 tahun."   
[HR. Al-Bukhâri No.641]. 
 
“Bila seseorang dipanjangkan usianya hingga 60 tahun,  sesungguhnya Allâh 'Azza wa Jalla telah menegakkah hujjah atas dirinya dan menolak adanya alasan-alasan. Sebab dalam kurun waktu 60 tahun seseorang dipanjangkan usianya selama itu, ia dapat mengetahui ayat-ayat Allâh, apalagi bila seseorang hidup di negeri Islam. Tidak diragukan lagi, masa yang panjang ini menyebabkan seseorang tidak punya alasan lagi untuk membela diri bila berjumpa dengan Allâh 'Azza wa Jalla.“  
Maka, dengan tetap menghadiri majlis ilmu, ia bisa mengejar ketinggalan bila di masa mudanya acuh tak acuh dengan ilmu dan amal shaleh. Ilmunya menjadi bertambah dan otomatis ada kesempatan untuk mengamalkan ibadah- ibadah tertentu yang belum diketahui sebelumnya. Dan jika ajal datang kepadanya, ia dalam keadaan yang lebih baik, berada di majlis ilmu, mengulang-ulang ilmu atau mengamalkan ilmu. 
 
9️⃣ KE-SEMBILAN 
Rutin membaca Al-Qur`ân dan mentadaburinya, membaca Al-Qur`ân menjadi salah satu lumbung pahala bagi orang yang rutin membacanya. Selain itu, kandungan Al-Qur`ân yang ia renungi akan meningkatkan keimanannya terhadap kebesaran Allâh 'Azza wa Jalla.  
 
🔟 KE-SEPULUH 
Berpesan kepada anak- anak dan keturunan agar menjadi shaleh dan shalehah, gemar mendo'akan orang tua baik saat masih hidup atau setelah meninggal, dan membantu mentalqin orang tua ketika akan meninggal.  
 
Wallâhu a’lam. 
 
Demikianlah uraian ringkas tentang menyikapi masa tua yang akan mendatangi setiap manusia. Intinya, dengan mengisi masa tua dengan amal-amal shaleh dan menjalin kedekatan yang lebih intens dengan Allâh 'Azza wa Jalla, bukan dengan lari dari kenyataan yang datang, juga bukan dengan melawannya, karena usaha apapun untuk melawan fase tua hanya akan sia-sia belaka. Semoga Allâh 'Azza wa Jalla memberikan taufik kepada kita untuk menggapai cinta dan ridha-Nya dan menutup hidup kita dengan husnul khâtimah. Aamiin.  
 
Ustadz Abu Minhal, Lc.
 
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun XX/1438H/2016M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]  
 
FOOTNOTE  
[1]  Al-Jâmi li AhkâmilQur`ân 15/215.  
[2] Tafsiîul Qur`ânil ‘Azhîm  6/588.  
[3] Taisîrul Karîmir Rahmân hlm.644.  
[4] Tuhfatul Maudûd,  hlm. 178.  
[5]  Bahjatun Nâzhirîn, Salîm al-Hilâli 1/188.  
[6]  Marâhilu An-Numuwwi fî Dhauit Tarbiyatil Islâmiyyah Dr. Khâlid Al-Hâzimi, hlm. 58  
[7]  Syarh Riyâdhis Shâlihîn 1/348.

Senin, 21 Agustus 2023

Tadabbur Al-Quran Hal. 330

Tadabbur Al-Quran Hal. 330
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Al-Anbiya' ayat 101 :

اِنَّ الَّذِيْنَ سَبَقَتْ لَهُمْ مِّنَّا الْحُسْنٰىٓۙ اُولٰۤىِٕكَ عَنْهَا مُبْعَدُوْنَ ۙ

Sungguh, sejak dahulu bagi orang-orang yang telah ada (ketetapan) yang baik dari Kami, mereka itu akan dijauhkan (dari neraka).

- Tafsir Al Muyassar Al-Anbiya' ayat 101 :

Sesungguhnya orang-orang yang telah mendapat ketetapan dari Kami untuk mendapat kebahagiaan yang baik dalam pengetahuan Kami, karena mereka termasuk ahli surga, mereka itulah orang-orang yang dijauhkan dari neraka, sehingga mereka tidak memasukinya dan tidak pula dekat darinya.

- Asbabul Nuzul Al-Anbiya' ayat 101 :

Al-hakim meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ketika turun ayat ini, ibnu zubair berkata, 'matahari, bulan,malaikat, uzair dan Isa telah disembah. Jadi semuanya masuk neraka bersama tuhan-tuhan kita'. Maka turun ayat 57-58 surat Az-Zukhruf.

- Mujam Al-Anbiya' ayat 101 :

سَبَقَتْ

Sabaqa: as-sabqu wal-istibaq at-tasãbug, arti asalnya ialah mendahului dalam perjalanan, contohnya, dan (malaikat) yang mendahului dengan kencang. 79 4)..Sesungguhnya kami pergi berlomba... (QS Yüsuf, 12: 17), Dan keduanya berlomba menuju pintu... (QS Yūsuf, 12:25). Kemudian kata As-Sabqu dipinjam untuk makna mendahului dalam meraih keutamaan, seperti pada firman-Nya, Dan orang-orang yang paling dahulu (beriman) merekalah yang paling dahulu (masuk surga) (Q5 AL-Waqi'ah, 56: 10), artinya mereka lebih dahulu meraih pahala dan surga dari Allah Swt. (Ar-Ragib Al-Asfahāni, Mu jam
Mufradati Alfazi Al-Qurāni, 1431 H/2010 M: 167)

- Tazkiyyatun Nafs :

Memperhatikan (A-Lahz) dapat dimaknai melihat secara sepintas, lalu memandang dengan cara mencuri-curi, sehingga yang dipandang tidak merasa bahwa dia sedangndipandang. Mencuri-curi pandang ini memiliki tiga sebab: pengagungan dan keagungan yang dipandang, sehingga yang memandangnmencuri-curi pandangan ke arahnya serta tidak memandang dengan pandangan yang tajam sebagai sikap pengagungan kepadanya.

Hal ini seperti yang dilakukan para sahabat terhadap Nabi Saw. Mereka tidak pernah memandang dengan pandangan yang tajam terhadap beliau, sebagai penghormatan dan pengagungan terhadap beliau. Ada sebab lain yang membuat orang yang memandang tidak berani memandang secara langsung kepada yang dipandang, yaitu takut terhadap pengaruh yang dipandang. Hal ini disebabkan oleh cinta, rasa malu, atau merasa lemah untuk memandang secara langsung. Inilah sebab umum dalam masalah ini.

Begitulah orang yang memiliki keadaan ini (seperti yang disebutkan di atas). Selagindia memperhatikan keagungan Rubūbiyah Allah Swt. dengan hatinya, kesempurnaan Allah Swt., kesempurnaan sifat-sifat-Nya, kemurahan, kebaikan dan karunia-Nya, maka hatinya akan mencuri pandang kepada Allah Swt. dan ia mempunyai ubūdiyah (peribadatan) secara khusus.

Memperhatikan terbagi menjadi tiga derajat, antara lain: memperhatikan karunia yang sudah ditetapkan sejak semula sehingga meninggalkan sikap meminta-minta, dengan menampakkan kerendahan diri sesuai dengan hak Rubūbiyah, yang menumbuhkan kegembiraan, yang disertai kewaspadaan terhadap tipu daya, yang membangkitkan rasa syukur menurut sifatnyang ditegakkan Allah Swt. bagi Diri-Nya.

Memperhatikan bisa dengan mata dan bisa dengan hati, tapi yang dimaksudkan adalah yang kedua, yaitu memperhatikan dengan hati, bukan dengan mata. Jadi yang dimaksud dengan memperhatikan karunia yang sudah ditetapkan sejak semula ialah memperhatikan pemberian Allah Swt. yang sudah ditetapkan dalam takdir sebelum dikeluarkan ke dunia, sebagaimana firman-Nya dalam QS Al-Anbiyā, 21: 101 ini dan QS As-Şaffāt, 37: 171-173.

Masalah ini dapat dimaknai bahwa jika hamba melihat ketetapan yang telah ditakdirkan Allah Swt. sejak semula, yang berarti ketetapan itu pasti akan sampai kepadanya, maka hatinya menjadi tenang. jiwanya menjadi tenteram, dan dia tahu bahwa musibah yang menimpa dirinya bukan suatu kesalahan takdir, dan jika musibah tidak menimpanya, maka memang bukan takdirnya. Dia tahu bahwa rahmat yang dibukakan Allah Swt. baginya, maka manusia tidak akan sanggup menahannya, dan apa yang ditahan-Nya, maka mereka tak akan sanggup melepaskannya. Jika dia meyakini hal ini, maka dia akan merasakan manisnya iman kepada qada dan gadar, lalu dia tidak akan menuntut kepada Allah Swt., sebab apa yang sudah ditetapkan di dalam qadar pasti akan sampai kepadanya.
(Ibnu'l Qayyim Al-Jauziyyah, Madāriju As-salikin Manāzilu lyyāka Na'budu wa lyyāka Nasta'inu, Juz 3, t.t.. 104-110).

- Riyāduş şālihin :

Dari Abu Žar Ra., Nabi Saw. meriwayatkan firman Allah Swt. yang berbunyi, "Hai hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan diri-Ku untuk berbuat zalim dan perbuatan zalim itu pun Aku haramkan di antara kamu. Oleh karena itu, janganlah kamu saling berbuat zalim! Hai hamba-Ku, kamu sekalian berada dalam kesesatan, kecuali orang yang telah Aku beri petunjuk. Oleh karena itu, mohonlah petunjuk kepada-Ku, niscaya Aku akan memberikannya kepadamu! Hai hamba-Ku, kamu sekalian berada dalam kelaparan, kecuali orang yang telah Aku beri makan. Oleh karena itu, mintalah makan kepada-Ku, niscaya Aku akan memberimu makan!" (HR Muslim).
Hadiš di atas mengandung beberapa faedah, antara lain disyariatkan untuk berdoa memohon hidayah, karena hidayah itu berada pada genggaman Allah Swt. Demikian pula memohon rezeki karena semua makhluk adalah hamba Allah Swt. yang tidak memiliki kemampuan sedikit pun terhadap dirinya sendiri, sementara itu rezeki mereka berada pada genggaman Allah Swt. Dia akan memberikan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki. (Dr. Mustafā sā'id Āl-Khin, Nūżhätūl Mūttāqinā Syārhū Riyādiş sālihinā, Juz 1, 1407 H/1987 M: 140-141).

- Medical Hadiš :

Dari Aisyah Ra., dia berkata, "Apabila di kalangan keluarga Rasulullah Saw. ada yang sakit, maka beliau memerintahkan supaya dibuatkan sup." Aisyah berkata lagi, "Beliau mengucapkan, "Sesungguhnya sup tersebut akan menguatkan hati orang yang sedang bersedih, dan akan menghilangkan sakit dari hati orang yang sakit sebagaimana salah seorang dari kalian menghilangkan kotoran (debu) dari wajahnya dengan air." (HR Ibnu Majah, Ahmad, dan Al-Bukhāri secara Mu'allaq). (lbnu'l Qayyim Al-Jauziyyah, At-Tibbun Nabawi, tt.: 254).

- Tibbun Nabawi :

Khasiat Sya'ir (gandum)

Air rebusan biji gandum lebih baik dan lebih banyak kalori daripada tepungnya. la bermanfaat untuk mengobati batuk, melancarkan tenggorokan, membersihkan kotoran dalam perut, melancarkan urine, meredakan dahaga dan menurunkan panas. la juga mempunyai daya yang membersihkan, menghaluskan dan menguraikan. Adapun teknik membuatnya, hendaknya dipilih biji gandum yang baik yang telah ditumbuk, lalu direbus dengan air dengan kadar lima kali dari banyaknya biji gandum, dipanasi dengan api yang sedang-sedang saja, hingga airnya tersisa seperlima bagiannya, selarnjutnya disaring dan dipergunakan sesuai dengan kadar kebutuhan. (ibnu'l Qayyim A-Jauziyyah, Zãdu'7 Ma ādi fi Hadyi Khayril bādi, Juz 4, t.t.: 329).

- Penjelasan Surah Al-Anbiya' Ayat 91-101 :

Ayat 91-101 menjelaskan: 

Meneruskan manusia plihan Allah dan karakter mereka seperti yang dijelaskan ayat - ayat sebelumnya. Maryam Binti Imran yang  menjaga kemaluannya dari berbuat keji. Sebab itu, Allah berikan balasan yang sangat luar biasa dengan meniupkan ruh ke dalam rahimya sehingga mengandung anaknya; Isa. Allah jadikan keduanya (Maryam dan Isa) tanda kebesaran-Nya bagi seluruh manusia sepanjang masa sampai hari kiamat nanti.

Semua manusia pilihan yang dijelaskan itu adalah umat yang satu, yakni mempertuhankan Tuhan yang satu dan menyembah Tuhan yang satu, yakni Allah Ta’ala dengan konsep tauhid. Namun, kaum mereka berpecah belah dalam agama. Semuanya akan dikembalikan kepada Allah. Siapa saja diantara mereka yang beramal saleh yang dilandasi keimanan yang benar (meyakini keesaan Allah), maka pasti diterima Allah. Jika tidak, maka Allah akan batalkan semua amalnya.

Semua penduduk negeri yang Allah binasakan adalah disebabkan kekufuran dan kemusyrikan yang mereka lakukan. Mereka tidak dikembalikan lagi ke dunia sampai hari kebangkitan. Sedangkan tanda kiamat sudah dekat ialah ketika Yakjuj dan Makjuj dibukakan pintu bagi mereka sehingga mereka turun dengan  cepat dari tempat yang tinggi.

Ketika kiamat terjadi, mata manusia yang kafir pada Allah akan terbelalak dan menyesali kelalaian mereka terhadap kiamat itu dan barulah mereka sadar akan kezaliman yang mereka lakukan. Mereka dan tuhan-tuhan  yang mereka sembah akan menjadi kayu bakar api neraka. Semuanya akan dimasukkan ke dalam neraka dan kekal di dalamnya. Sekiranya tuhan-tuhan itu benar, pastilah mereka tidak akan masuk neraka itu. Mereka merintih dan menjerit di dalam neraka itu sedangkan mereka tidak dapat mendengar.  

Orang-orang yang menauhidkan Allah semasa hidup di dunia, mengamalkan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya serta beramal saleh secara maksimal dengan ikhlas kepada Allah, maka mereka akan dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke surga dengan berbagai nikmat yang Allah siapkan bagi mereka. 

Jumat, 18 Agustus 2023

ISTRI-ISTRI RASULULLAH

Tematik (161)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

ISTRI-ISTRI RASULULLAH

Istri-istri Rasulullah yang beliau kumpuli ada sebelas orang. Pada saat Rasulullah a wafat, beliau meninggalkan sembilan istri. Dan telah wafat sebelumnya dua orang istri beliau. Kedua orang tersebut yaitu:

1. Alsyah binti Abubakar Assiddiq, radiyallaahu anhuma.

Dellau mengawininya pada bulan Syawwal tahun keduabelas dari kenabian menurut salah satu pendapat. Ketika itu Aisyah berumur tujuh tahun menurut salah satu pendapat, dan mulai Serumah tangga pada bulan Syawwal tahun delapan belasn Hijriyah menurut salah satu pendapat, dan usianya sembilan tahun. Rasulullah wafat ketika usia Aisyah delapan belas tahun. Beliau tidak kawin dengan seorang perawan pun selain dengan Aisyah. Aisyah termasuk istri yang paling dicintai oleh Rasulullah. la meninggal dunia pada tahun 56, 57 atau 58 Hijriyah, dan jenazahnya disalati oleh Abu Hurairah. la dikuburkan di Baqi pada malam hari sesuai dengan wasiat yang diberikannya. Usianya ketika wafat itu hampir 67 tahun. la pernah melihat Jibril bercakap-cakap dengan Nabi sallallaahu alaihi wasallam dalam rupa Dahyah Alkalabi. Nabi berkata: "Ini Jibril, dia memberi salam kepadamu!"

2. Hafsah binti Umar Alfaruq, radiyallaahu anhuma.

Beliau mengawininya pada bulan Sya' ban tahun tigapuluh bulan setelah Hijrah menurut pendapat yang paling masyhur. Rasulullah pernah menceraikannya karena ia telah membukakan rahasia yang dipercayakan padanya kepada Aisyah. Keduanya memang bersahabat karib. Tetapi kemudian Jibril turun dan berkata kepada Beliau: "Rujuklah kembali dengan Hafsah, karena ia banyak berpuasa dan bertahajud, dan lagi pula ia adalah istri Baginda di surga.

3. Saadah bin Zam'ah, radiyallaahu anha.

Beliau mengawininya pada tahun kesepuluh dari kenabian.  Dahulu ia senang dengan saudara sepupunya Sakran birn Umar, suaminya ini masuk Islam bersamanya dan pernah hijrah ke Ethiopia, hijrah kedua. Ketika suaminya ini meninggal dunia, ia lalu dikawin oleh Rasulullah sallallaahu alathi wasallan.
Ketika usianya telah lanjut, Rasulullah bermaksud akan menceraikannya, tetapi ia berkata: "Jangan ceraikan saya Baginda saya halalkan dari mengurus diri saya. Saya hanya ingin kelak dibangkitkan pada hari kiamat di dalam barisan istri-istri Baginda. Giliran waktu saya, saya berikan kepada Aisyah." Maka Rasulullah pun mempertahankannya sebagai istri hingga Beliau wafat. Pada diri Saudah inilah turun firman Allah dalam surah Annisa ayat 128.
la meninggal dunia pada akhir pemerintahan Umar bin Khattab radiyallaaltu anhu, menurut pendapat yang masyhur.

4. Shafiyah binti Huyai radiyallaahu anha.

Keturunan Nabi Harun bin lmran alaihissalam. Ayahnya adalah pemimpin B5ani Nadhir, dan terbunuh bersama Bani Quraizhah. Rasulullah sallallaaihu alaihi uusallam memilihnya untuk dirinya dari tawanan perang Khaibar. Beliau memerdekakannya lalu mengawininya, dan kemerdekaannya itu menjadi maskawinnya. la seorang gadis yang cantik, usianya ketika itu belum lagi genap tujuh belas tahun.
Diriwayatkan bahwa suatu hari Rasulullah sailallaahu alaihi anasaliam masuk menemui shatiyah, sedang ia dalam keadaan nmenangis. Lalu Beliau bertanyaApa sebab engkau menangis la menjawab: "Saya dengar Aisyah dan Hafsah mengatakan. Kami lebih baik daripada Shafiyah, kami
adalah puteri-puteri paman Nabi dan istrinya. antas Beliau berkata:Tidakkah kau katakan kepada mereka, Bagaimana kalian bisa lebih baik daripada saya, sedangkan ayahku Nabi Harun. pamanku Nabi Musa, dan suamiku Nabi Muhammad sallallaahu alaihi wasallam? Shafiyah wafat pada bulan Ramadan tahun lima puluh hjryah atau lima puluh dua Hijriyah, di masa Muawiyah, dan dikuburkan di Baqi.

5. Maimunah binti Alharts radiyallaahu anha.

Bellau mengawininya pada bulan Syawwal tahun ketujuh Hijriyah. Beliau mengawininya ketika Beliau sedang melaksanakan Umrah Qadha, sebagaimana pendapat Jumhur Ulama. Dahulu namanya adalah Barrah, lalu oleh Rasulullah dengan nama Maimunah. la meninggal di Saraf, yaitu di suatu tempat yang dahulu Rasulullah menemuinya di situ pula. la meninggal pada tahun lima puluh satu Hijriyah, dan ada pula yang mengatakan tahun enam puluh enam Hijriah dalam usia delapan puluh tahun. Jenazahnya disalati oleh Abdullah bin Abbas radiyallahu anhuma. la merupakan wanita yang paling akhir dikawin oleh Nabi sallallaalu alaihi twasalla, dan yang paling akhir wafatnya di antara istri-istri Beliau.

6. Ummu Habibah Ramlah binti Abi Sufyan radiyallaahku anha.

la berangkat hijrah bersama suaminya Abdullah bin Jahsy ke negeri Ethiopia, hijrah yang kedua, dan melahirkan Hatbibah.
Kemudian suaminya murtad masuk Kristen, sedangkan ia tetap memeluk agama Islam Maka Nabi satlallaahu alaihi wasallam mengutus Amru bin Umayyah Addhamri menemul Negus, lalu la mengawinkannya dengan Beliau dan memberikan maskavwinnya sebanyak empat ratus dinar Yang
bhertindak sebagai wali nikahnya adalah Khalid bin Said bin Ash, h. karena ia adalah saudara sepupunya. Dan ada pula yang mengatakan bahwa wali nikahnya adalah Utsman bin Affan yang juga merupakan saudara sepupunya. la wafat pada tahun empat puluh Hijriyah Ummu Salmah Hindun binti Abi Umayyah bin Mughirah raadiyallaaltu anha.
Beliau mengawininya pada akhir bulan Syawwal tahun keempat Hijriah. Ketika Rasulullah melamarnya, ia menjawab Selamat datang Rasulullah (diulanginya sampai tiga kali 
Saya mempunyai tiga kekurangan, angat pencemburu. banyak anak yang masih kecil-kecil, dan di sini saya tidak mempunyai seorang wali pun. Maka Rasulullah menemuinya lalu berkata kepadanya:"Adapun yang kau katakan mengenai sifat cemburumu itu, maka aku akan mohon kepada Allah supaya menghilangkannya darimu; dan mengenai banyak anakmu itu maka Allah-lah yang akan mencukupinya: dan mengenai walimu, maka tidak ada seorang walimu pun yang membenciku.

Mendengar perkataan Rasulullah sallallaahu alaihi usallas itu, ia pun lalu berkata kepada puteranya: Kawinkanlah aku dengan Rasuluilah sallallaahu alaihi eusallan! Maka puteranya Pun mengawinkan Beliau dengannya. Ini lalu dijadikan dalil pahwa seorang anak boleh menjadi wali nikah ibunya, berbeda dengan mazhab kita, yaitu mazhab Syati'1 Malik mengatakan awa ia menjadi wali nikah berdasarkan ashabah, karena ia adalah putera pamannya.
Riwayatkan bahwa Rasulullah sallallaslta alaihi anasallam menyerahkan sebuah botol yang di dalamnya berisi tanah tempat terbunuhnya Sayyidina Husein. Botol itu ditinggalkan Beliau padanya. Hal itu berkaitan dengan datangnya malaikat Jibril alaihissalam, lalu memberitahukan kepadanya bahwa Husein akan terbunuh di tanah ini Kemudian Jibril memperlihatkan tanah tempat terbunuhnya Husein tersebut.
Rasulullah salallaalne alaihi wasallam membaui tanah itu lalu berkata: "Bau Karbala" Kemudian Beliau berkata kepada Ummi Salmah: "Jika tanah ini berubah menjadi darah, maka itu tandanya puteraku Husein telah mati terbunuh.
Ketika tanah itu berubah menjadi darah, Ummi Salmah berkata kepada pelayannya: "Pergilah ke pasar dan carilah berita apa yang telah terjadil" Pelayan pulang dan membawa kabar terbunuhnya Husein.
Ummi Salmah meninggal dunia pada masa pemerintahan Yazid bin Muawiyah tahun enam puluh hijriah menurut pendapat yang sahih. Dan jenazahnya disalati oleh Abu Hurairah. dan ada yang mengatakan Said bin Zaid, dikuburkan di Baqi.

8. Zainab binti Jahsy, puteri bibi Nabi sallallaahu alaiki wasallam yang bernama Umaimah, radiyallaahu anha.

Dahulunya ia bernama Barrah, kemudian namanya diganti oleh Rasulullah sallaliaahu alahi oasallam dengan Zainab Sebelum kawin dengan Rasulullah, ia adalah istri Zaid bin Haritsah. budak yang dimerdekakan oleh Rasulullah sallallaahs alaihi asallam. emudian Zaid menceraikannya Ketika selesai menjalankan iddahnya, maka Allah lalu mengkawinkan Rasulullah dengannya, yaitu pada tahun
keempat Hiriah menurut salah satu pendapat Ketika itu usianya tiga puluh lima tahun.

la sering membanggakan dirinya di hadapan istri-istri Nabi yang lain, katanya:Sesungguhnya kalian dikawinkan oleh bapak-bapak kalian, sedangkan aku dikawinkan oleh Allah dari tujuh petala langit.
Pada diri Zainab inilah turun ayat hijab. Dan Rasulullah sallallaahu alaihi wasallam pernah marah kepadanya disebabkan oleh perkataannya terhadap Shafiyah binti Huyai.

Beliau mengasingkan diri darinya pada bulan Dzilhijah, Muharram dan sebagian bulan Safar. la istri Nabi yang paling awal menyusul Beliau ke alam baka. Dalam hadis Muslim disebutkan sebuah hadis dari Aisyah radiyallaahu anha, bahwa sebagian istri Nabi sallallaahu alailhi asallam pernah
mengajukan pertanyaan kepada Beliau, "Siapakah di antara kami yang lebih dahulu wafat menyusul Baginda?" Beliau menjawab: Yang paling dahulu wafat menyusulku ialah yang paling panjang tangannya. Ternyata yang pertama wafat di antara istri-istri Nabi adalah Zainab. Adapun sebab
disebut panjang tangannya itu adalah karena ia bekerja dan banyak bersedekah. la meninggal dunia pada tahun dua puluh Hijriah. Pada tahun yang sama Mesir berhasil ditaklukkan Usianya ketika meninggal dunia itu adalah lima puluh tiga tahun dan dikuburkan di Baqi Jenazahny a disalati oleh Umar bin Khattab. Aisyah pernah berkata:"Zainab menyaingiku dalam kedudukan di sisi Nabi sallallaaltu alaihi wasallam.

Saya tidak pernah melihat seorang wanita pun yang baik dalam urusan agamanya melebihi dirinya. Dia wanita yang paling takwa kepada Allah, paling jujur omongannya, paling wuka menyambung tali kekeluargaan dan paling banyak sedekahnya.

Adapun Zainab bin Khuaimah, dikawini oleh Rasulullah pada tahun ketiga Hijriah. Di masa jahiliah dahulu ia dulunya Ummul Masakin, karena ia suka memberi makan kepada mereka. la tinggal bersama Rasulullah sallalliaahu alaihi wasallam hanya selama dua atau tiga bulan saja, kemudian meninggal
dunia. Jenazahnya disalati oleh Rasulullah sallalahu alaih ausallam dan dikuburkan di Baqi. Usianya ketika meninggal itu adalah tiga puluh tahun. Tidak ada istri-istri Nabi sallallaahu alaihi wasallam yang meninggal dunia semasa hidup.
Beliau selain dari Khadijah, Zainab binti Khuzaimah ini dan Raihanah (berdasarkan pendapat bahwa ia adalah istri beliau).

9. Juwairiyah binti Harts radiyallaahu anha.

la tertawan pada peperangan Muraisi dan jatuh ke dalam bagian Tsabit bin Qais bin Syammas, lalu ditebus oleh Rasulullah dengan sembilan ons emas. Kemudian Beliau mengawininya.

Dahulu namanya adalah Barrah, lalu diganti oleh Rasulullah sallallaahu alahi wasallam dengan nama Juwairiyah. la seorang wanita yang cantik. Aisyah berkata tentang dirinya "Kami tidak mengetahul seorang wanita yang paling banyak berkahnya buat kaumnya melebihi Juwairiyah." la meninggal
dunia di kota Madinah pada bulan Rabi'ul awwal tahun lima puluh enam Hlijriyah, dalam usia tujuh puluh tahun Jenazahnya disalati oleh Marwan bin Hakam Itulah nama-nama 1stri Kasulullah sallallaaku alailhi wasallan yang dijuluki sebaga ummulmukmint karena kedudukan mereka sebagai ibu-ibu kaum mukminin yang wajib dihormati dan dijunjung ting8 serta haram dikawini oleh seluruh umat sekalipun para nabi dan tasul lainnya, sebab mereka termasuk juga ke dalam umat Nabi Muhammad sallallahu alaihi tnsallam. Mereka semua merupakan wanita-wanita yang diridhai Allah dan Rasul-Nya karena ketaatan mereka kepada keduanya.

PENUTUP:

Asysyarqawi berkata: Rasulullah sallallaau alaihi wasallam wafat dengan meninggalkan sembilan orang istri. Beliau telah melakukan akad nikah sebanyak 15 kal, yang dua diceraikan Beliau, sedangkan yang tetap ada sebelas. Kesembilan istri yang ditinggalkan Beliau itu, sesuai dengan urutannya adalah: Saudah binti Zam'ah, Aisyah, Hafsah, LUmmu Salmah, Zainab binti Jahsy, Ummu Habiibah, Juwairiyah, Shafiyah dan Maimunah. Ini urutan sesuai dengan perkawinan Beliau dengan mereka."
Hasan Al'adawi di dalam kitab Masyauriqul Aruur berkata "Dikatakan di dalam kitab Almaaahib bahwa, istri-istri Nabi yang disepakati dan Beliau tidak menceraikan mereka ada sebelas
orang, enam orang dari suku Quraisy, yaitu: Khadijah binti Khuwailid, Aisyah binti Abibakar, Hafsah binti Umar, Ummu Habibah binti Abi Sufyan, Ummu Salmah binti Abi Umayyah, dan Saudah binti Zam'ah. Sedangkan yang empat orang adalah dari suku Arab sekutu-sekutu suku Quraisy, yaitu: Zainab binti Jahsy Maimunah binti Alharst, Zainab binti Khuzaimah, dan Juwairiyah binti Alharst. Dan satu dari suku Israil, yaitu Shafiyah binti Huyai Annadhriyyah.

Kemudian Alhamzawi berkata: Raihanah tisdak disebutkan sebagai istri-istri Nabi sallalaalhs alaihi salla tetapi sebagai gundik. Jika ja diang8Ap sebagal istri maka semuanya berjamlah
dua belas orang. Dan Beliau watat dengan meninggalkan sembilan or ang istri sebagaimana disebutkan di atas Rasulullah sallallaalu alahi toasallam tidak kawin kecuafi dengan wahyu dari Allah. Beliau bersabda, yang artinya: Tidaklah aku mengawini seorang wanita atau mengawinkan seorang puteriku kecuali dengan wahyu yang dibawa oleh Jibril dari Tuhanku Jalla twa Azza."

Kamis, 17 Agustus 2023

Tadabbur Al-Quran Hal. 329

Tadabbur Al-Quran Hal. 329
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Al-Anbiya' ayat 83 :

۞ وَاَيُّوْبَ اِذْ نَادٰى رَبَّهٗٓ اَنِّيْ مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَاَنْتَ اَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ ۚ

Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika dia berdoa kepada Tuhannya, “(Ya Tuhanku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang.”

- Tafsir Al Muyassar Al-Anbiya' ayat 83 :

Ingatlah, wahai Rasul, kisah hamba Kami, Ayyub, ketika Kami mengujinya dengan penyakit berat di tubuhnya, dan kehilangan keluarga, harta dan anaknya. Namun ia tetap bersabar dan berharap pahala, serta berseru kepada Rabb-nya: Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit, dan Engkau adalah Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang, maka hilangkanlah penyakit itu dariku.

- Mujam Al-Anbiya' ayat 83 :

مَسَّنِيَ

Massa: A-Massu itu seperti A-Lamsu (sen-tuhan). Kata Al-Lamsu terkadang diartikan mencari sesuatu walaupun tidak ditemukan. Dalam syair dikatakan, "Menyentuhnya namun tidak mendapatinya." Kata Al-Massu bisa juga berarti setiap kesusahan yang menimpa manusia. Contohnya, Dan mereka berkata, "Neraka tidak akan menyentuh kami... (QS Al-Baqarah, 2: 80), .Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan. (Q5 Al Baqarah, 2: 214). Rasakanlah sentuhan api neraka. (Q5 Al-Qamar, 54: 48), setelah mereka ditimpa bencana, mereka segera melakukan segala tipu daya (menentang) ayat-ayat Kami. (QS Yunus, 10: 21).
(Ar-Ragib Al-Asfahäni, Mu'jam Mufradati Alfazi Al-Qur ani, 1431 H/2010 M: 354).

- Kisah Nabi & Rasul :

Di antara peristiwa dan sebab ujian yang diberikan kepada Ayyūb As. adalah bahwasanya lblis mendengar bagaimana Malaikat bershalawat kepada Ayyūb tatkala Allah Swt. menerangkannya (keutamaan Ayyūb).
Maka Iblis pun iri kepadanya dan meminta kepada Allah supaya memberikan kekuasaan-Nya kepada Ayyūb sebagai ujian terhadap agamanya. Kemudian Allah memberikan kekuasaan-Nya berupa harta yang sangat melimpah. Lalu Iblis dan para pembesar-pembesarnya dari kalangan Ifrit pun berkumpul. Keadaan Ayyūb pada saat itumemiliki (tanah yang sangat luas di wilayah) Baśniya. Seluruh harta yang ia peroleh adalah hasil dari para pekerja orang-orang Damaskus juga orang-orang yang berada di sekitarnya. la memiliki seribu ekor kambing berikut penggembalanya dan memiliki lima ratus bidang tanah yang digarap oleh lima ratus budak belian. Dan setiap budak terdiri dari seorang perempuan dan seorang anak berikut harta.

Ketika lblis dan para pembesar-pembesarnya itu telah berkumpul, Allah berfirman, Adakah kekuatan dan pengetahuan yang kamu miliki? Sesungguhnya Kami telah memberikan kekuasaan terhadap harta Ayub.. Kemudian setiap dari mereka mengeluarkan pendapatnya, lalu Allah mengutus mereka sehingga mereka menghancurkan seluruh harta yang dimilki oleh Ayyūb As. Melihat itu, Ayyūb As. malah memuji Allah, bertambah sungguh-sungguh dalam beribadah kepada-Nya, bersyukur atas apa yang dibeikan kepadanya, dan bersabar menerima ujian-Nya. Melihat apa yang dilakukan oleh Ayyūb As., Iblis meminta lagi kepada Allah untuk memberikan kekuasaan-Nya untuk membinasakan anak-anaknya (anak-anak Ayyub As.). Maka Allah memberikan kekuasaan-Nya kepada iblis.

Namun Allah tidak memberi kuasa bagi lblis terhadap tubuh, akal, dan hati Ayyūb As. Maka seluruh anak-anaknya pun binasa. Pada saat Iblis melihat keteguhan Ayyūb dalam beribadah kepada Allah serta kesabarannya dalam menerima berbagai macam ujian, lblis pun kembali meminta kepada Allah untuk memberikan kekuasaanNya terhadap tubuh Ayyūb As., maka Allah pun memberikannya, kecuali pada lisan, hati dan akalnya, sebab Allah tidak memberi kuasa untuk itu kepada lblis.
Lalu Tblis mendatangi Ayyūb As. pada saat Ayyūb As. sedang bersujud dan menghembuskan ke dalam hidung Ayyūb satu hembusan, maka tubuh Ayyūb As. pun berubah sampai-sampai daging tubuhnya itu bertaburan. Di samping itu tubuhnya pun dipenuhi dengan ulat, setiap kali ulat-ulat itu jatuh dari tubuhnya, ia mengembalikannya seraya mengatakan, "Makanlah rezeki dari Allah."

Selain itu Ayyub terkena penyakit kusta. Dan yang lebih parah lagi ulat-ulat itu keluar dari tubuhnya seperti air susu perempuan sehingga tidak ada seorang pun yang kuat menahan baunya. la dibuang oleh penduduknya ke tempat sampah yang berada di luar kampung dan tidak ada seorang pun yang mau mendekatinya selain istrinya yang setia. la berada di tempat itu selama tujuh tahun, ia tidak pernah mengeluh kepada Allah supaya dihilangkan apa yang menimpa terhadap dirinya dan tidak ada seorang pun yang paling mulia dalam pandangan Allah selain dia. (lbnu Ašir Al-Jazari, Al-Kāmil fit Tārikh, Jilid 1: 98-99) (Ini merupakan cerita yang berasal dari Bani Isrāil yang selayaknya tidak kita terima mentah-mentah, sebab tidak ada riwayat yang sahih yang menceritakan hal di atas.

Cukup bagi kita mengimani bahwa Nabi Ayyūb As. mendapatkan ujian yang cukup berat yang tidak akan sanggup ditanggung manusia biasa. Para ulama sepakat bahwa tidak akan ada nabi yang ditimpa penyakit yang menjijikkan, karena hal itu akan mengurangi kemuliaannya. Adapun cerita di atas adalah cerita mengada-ada yang diceritakan Bani Israil dari generasi ke generasi. Wallahu Alam).

- Riyāduş şālihin :

Dari Abu Yahya bin Suhaib bin Sinān Ra., dia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Urusan orang yang beriman itu mengagumkan, sesungguhnya semua urusannya baik, dan itu tidak dimiliki seorang pun selain oleh seorang mukmin. Bila tertimpa kesenangan, bersyukur dan syukur itu baik baginya, dan bila tertimpa musibah, ia bersabar dan sabar itu baik pula baginya." (HR Muslim).

Hadis di atas memberikan faedah:

(a) Hidup orang muslim tidak akan terlepas dari suka dan duka, namun keduanya baik dan mendapat pahala di sisi Allah Swt.

(b) Mukmin yang sempurna keimanannya, ketika ia senang, bersyukur kepada Allah Swt. Ketika sedih, masa sulit, gagal, dan sebagainya, ia bersabar dan terus berikhtiar. Kedua keadaan tersebut baik untuk seorang mukmin. Adapun orang yang imannya kurang, ia akan berkeluh-kesah dan marah saat tertimpa musibah, maka berpadulah antara nasib (buruk), dosa, dan kesalahan. Termasuk juga yang tidak mengakui nikmat yang Allah Swt. tentukan untuknya. Maka siapa yang tidak bisa menghadapi musibah dengan sabar dan tidak pula menyikapi nikmat dengan syukur, kenikmatan yang dimilikinya akan berbalik menjadi murka.

(Dr. Muştafa Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādis Sālihina, Juz 1, 1407H/1987 M: 59).

- Hadis Nabawi :

Dari Mus'ab bin Sa'ad, dari bapaknya, ia berkata, "Saya pernah bertanya, "Wahai Rasulullah! Siapa manusia yang paling berat ujiannya?" Beliau menjawab, "Para Nabi lalu orang-orang saleh, kemudian orang yang paling mulia dan yang paling mulia dari manusia. Seseorang akan diuji sesuai dengan kadar agamanya, jika agamanya kuat, maka akan sebagainya, ia bersabar dan terus berikhtiar. Kedua keadaan tersebut baik untuk seorang mukmin. Adapun orang yang imannya kurang, ia akan berkeluh kesah dan marah saat tertimpa musibah, maka berpadulah antara nasib (buruk), dosa, dan kesalahan. Termasuk juga yang tidak mengakui nikmat yang Allah Swt. tentukan untuknya. Maka siapa yang tidak bisa menghadapi musibah dengan sabar dan tidak pula menyikapi nikmat dengan syukur, kenikmatan yang dimilikinya akan berbalik menjadi murka. (Dr. Mustafa Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttagina Syarhu Riyādis Şālihina, Juz 1, 1407H/1987 M: 59).

- Nasihat & Pelajaran :

Setelah semua kenikmatan darinya dicabut. bahkan iuji dengan berbagai macam penyakit yang menggerogoti tubuhnya sampai tidak ada lagi anggota tubuhnya yang sehat selain hati dan lisannya yang digunakan untuk berzikir kepada Allah. Meskipun dalam kondisi seperti itu, Nabi Ayyūb As tetap bersabar menghadapinya, senantiasa berharap kepada Allah, dan selalu berzikir baik malam, siang, pagi, maupun sore. Dalam kondisi yang demikian, istrinya tetap bersabar menemaninya. la tidak pernah mengeluh dengan habisnya harta serta kehilangan anak-anaknya. la tetap berusaha mengurusi suami ketika ditimpa berbagai macam musibah. Padahal sebelumnya ia berada dalam kebahagiaan, kenikmatan. pelayanan, dan kehormatan. Tapi ia meyakini bahwa semuanya itu hanya milik Allah dan akan kembali kepada-Nya. (Abu'l Fidā Al-Qurasyi, Qisasu'l Anbiyā, 1417 H/1977 M:336-337).

- Tadabbur Surah Al-Anbiya' Ayat 82-90.

Ayat 82-90 masih menjelaskan manusia pilihan Allah sebelumnya. Terkait Nabi Sulaiman Allah anugerakan padanya prajurit dari setan-setan yang bertugas menyelam laut dalam dan berbagai pekerjaan lainnya.

Ayyub. Allah kabulkan doanya dan sembuhkan ia dari sakitnya. Kemudian Allah kembalikan lagi keluarganya dengan jumlah dua kali lipat, sebagai bukti kasih sayang-Nya kepada beliau dan pelajaran bagi para ahli ibadah dan mencintai Allah.

Ismail, Idris dan Zulkifli, semuanya Allah jadikan orang-orang yang sabar. Allah masukkan mereka ke dalam golongan hamba-hamba-Nya yang saleh.

Zunnun (Yunus) meninggalkan kaumnya dalam keadaan marah karena kedurhakaan mereka pada Allah. Dalam perut ikan yang gelap itu ia berdoa: Sungguh tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim. Allah kabulkan doanya dan Allah selamatkan ia dari kesedihan itu disebabkan doa dan tasbihnya kepada Allah. Demikianlah cara Allah menyelamatkan kaum Mukmin.

Zakaria. Nabi Zakaria berdoa di hari tuanya agar Allah berikan padanya keturunan. Allah kabulkan doanya dan Allah berikan padanya Yahya serta Allah perbaiki istrinya. Mereka adalah orang-orang yang segera berbuat kebaikan, berdoa kepada Allah penuh harap dan takut pada-Nya. Mereka adalah orang-orang tunduk kepada Allah.

Selasa, 15 Agustus 2023

Bagaimana Cara Hidupmu Begitu Cara Matimu

One Day One Hadits (275)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Bagaimana Cara Hidupmu Begitu Cara Matimu

عن جابر رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((يُبْعَثُ كُلُّ عَبْدٍ عَلَى مَا مَاتَ عَلَيهِ)). رواه مسلم. 

Dari Jabir r.a., katanya: "Nabi s.a.w. bersabda: "Dibangkitkan setiap hamba itu - dari kuburnya, menurut apa yang ia mati atasnya." (Riwayat Muslim)

Pelajaran yang terdapat dalam hadist:

1. Hadis ini menyerukan setiap manusia muslim lagi mu'min agar senantiasa berbuat kebaikan kepada siapapun, mengerjakan apa-apa yang diredhai Allah, menetapi sunnah-sunnahnya Rasulullooh s.a.w. dalam segala waktu, tempat dan keadaan. Juga menyerukan supaya terus menerus memiliki keikhlasan hati dalam mengamalkan segala hal semata-mata untuk Allah Ta'ala jua, baik dalam ucapan ataupun perbuatan.

2. Kepentingannya ialah agar di saat kita ditemui oleh ajal, maka kematian kita pun menetapi keadaan sebagaimana yang tersebut di atas itu, sehingga pada hari kita diba'ats atau dibangunkan dari kubur nanti, keadaan kita pun sebagaimana halnya apa yang kita tetapi sewaktu kita berada di dunia ini.

3. Semogalah kita memperolehi husnul-khatimah atau penghabisan yang bagus dan terpuji.

4. Bagaimana cara hidup kita begitu cara mati kita.

أَنَّهُ مَنْ عَاشَ عَلَى شَيْءٍ مَاتَ عَلَيْهِ، وَمَنْ مَاتَ عَلَى شَيْءٍ بُعِثَ عَلَيْهِ

“Sesungguhnya barangsiapa menyibukkan diri/hidup bersama sesuatu, ia akan diwafatkan dalam melakukan hal tersebut. Barangsiapa diwafatkan pada sesuatu, ia akan dibangkitkan atasnya”.(Lihat Shohih Tafsir Ibnu Kastir oleh Syaikh Musthofa Al Adawi hafidzahullah hal. 374/I Cetakan Dar Ibni Rojab, Kairo Mesir).

Tema hadist yang berkaitan dengan Al-Quran:

1. Peringatan untuk memperhatikan umur

أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ ۖ ٍ
Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? 
[Surat Fatir : 37]

2. Bagaimana cara hidup seseorang, begitu cara matinya

أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ اجْتَرَحُوا السَّيِّئَاتِ أَنْ نَجْعَلَهُمْ كَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَوَاءً مَحْيَاهُمْ وَمَمَاتُهُمْ ۚ سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ

Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu.
[Surat Al-Jathiya : 21]

Senin, 14 Agustus 2023

Tadabbur Al-Quran Hal. 328

Tadabbur Al-Quran Hal. 328
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Al-Anbiya' ayat 79 :

فَفَهَّمْنٰهَا سُلَيْمٰنَۚ وَكُلًّا اٰتَيْنَا حُكْمًا وَّعِلْمًاۖ وَّسَخَّرْنَا مَعَ دَاوٗدَ الْجِبَالَ يُسَبِّحْنَ وَالطَّيْرَۗ وَكُنَّا فٰعِلِيْنَ

Dan Kami memberikan pengertian kepada Sulaiman (tentang hukum yang lebih tepat) [535]; dan kepada masing-masing Kami berikan hikmah dan ilmu, dan Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Dawud. Dan Kamilah yang melakukannya.

- [535] Menurut riwayat dari lbnu Abbas, sekelompok kambing telah merusak tanaman di waktu malam, maka pemilik tanaman tersebut mengadukan hal itu kepada Nabi Daud alaihissalam. Nabi Daud memutuskan bahwa kambing-kambing itu harus diserahkan kepada pemilik tanaman sebagai ganti dari tanamannya yang rusak. Tetapi Nabi Sulaiman alaihissalam memutuskan agar kambing-kambing itu diserahkan sementara kepada pemilik tanaman untuk diambil manfaatnya, dan pemilik kambing diharuskan mengganti tanaman yang dirusak itu dengan tanaman yang baru. Apabila tanaman yang baru itu telah dapat diambil hasilnya, maka pemilik kambing boleh mengambil kembali kambingnya. Putusan Nabi Sulaiman ini adalah putusan yang lebih tepat.

- Tafsir Al Muyassar Al-Anbiya' ayat 79 :

Kami memberikan pemahaman kepada Sulaiman untuk memelihara kemashlahatan kedua belah pihak dengan adil, lalu ia memutuskan pada pemilik kambing agar memperbaiki tanaman yang rusak, dalam waktu yang sama pemilik tanaman mengambil manfaat dari kambing-kambing itu berupa susu, bulu dan semacamnya. Kemudian setelah itu, kambing-kambing itu dikembalikan kepada pemiliknya dan tanaman dikembalikan ke pemiliknya; karena nilai tanaman yang rusak hanya setara dengan manfaat kambing-kambing itu. Masing-masing dari Dawud dan Sulaiman Kami berikan hikmah dan ilmu. Kami karuniakan kepada Dawud, dengan menundukkan gunung-gunung untuk bias bertasbih bersamanya, ketika ia bertasbih. Demikian pula burung-burung bertasbih bersamanya, dan Kamilah yang melakukan hal itu.

- Tafsir lbnu Kasir :

Dan Kami selamatkan dia (lbrahim) dan Lut ke sebuah negeri yang telah Kami berkahi untuk seluruh alam. Dan Kami menganugerahkan kepadanya (lbrahim) Ishaq dan Yaqub sebagai suatu anugerah. Dan masing-masing Kami jadikan orang yang saleh. Dan Kami menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, dan Kami wahyukan kepada mereka agar berbuat kebaikan, melaksanakan salat, dan menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami mereka menyembah. (QS Al-Anbiyā", 21:71-73). Pada ayat ini Allah mengabarkan tentang lbrahim yang diselamatkan dari pembakaran yang dilakukan oleh kaumnya, dan dikeluarkan dari tempat mereka, berhijrah menuju negeri Syam dan tanah suci. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ubay bin Ka'ab mengenai firman-Nya, ke sebuah negeri yang telah Kami berkahi untuk seluruh alam. Maksudnya ialah negeri Syam. Di sana tidak ada air tawar melainkan air yang keluar dari batu besar. Menurut Qatadah, ketika itu Ibrahim dan Lut berada di Irak, kemudian Allah menyelamatkan keduanya ke Syam. As-Suddi berkata, "lbrahim dan Lut berangkat menuju Syam, kemudian Ibrahim bertemu dengan Sarah, putri Raja Harran, yang sangat mencela agama kaumnya. Lalu lbrahim menikahinya, hingga membawanya pergi. Tetapi pendapat ini garib (asing). Yang masyhur ialah bahwa Sarah merupakan anak dari paman lbrahim, dan dia keluar bersamanya untuk berhijrah dari negerinya. Sedangkan menurut Al-Aufi, yang bersumber dari lbnu Abbas, ia mengatakan, bahwa Ibrahim diselamatkan ke Mekah. Tidakkah engkau mendengar firman Allah, Sesungguhnya rumah (ibadah) pertama yang dibangun untuk manusia ialah (Baitulah) yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam. (QS Ali Imrān, 3: 96). Firman Allah, «Dan Kami menganugerahkan kepadanya (lbrahim) Ishaq dan Ya 'qub sebagai suatu anugerah. Menurut Ibnu Abbas, Qatadah dan Al-Hakam bin 'Atiyyah, makna Nāfilah pada penggalan ayat ini ialah cucu, yakni Ya'kub anak Ishak. Sebagaimana disebutkan dalam firmanNya, ..Maka Kami sampaikan kepadanya kabar gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan setelah Ishaq (akan lahir) Ya'qub. (0S Hūd,11:71). Firman Allah, Dan masing-masing Kami jadikan orang yang saleh... Maksudnya mereka semua adalah ahli kebaikan dan orang-orang saleh. <Kami menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin. yang diikuti,  yang memberi petunjuk dengan perintah Kami..., yaitu mereka menyeru kepada Allah dengan izin-Nya, selanjutnya Dia berfirman, é..dan Kami wahyukan kepada mereka agar berbuat kebaikan, melaksanakan salat, dan menunaikan zakat.... yakni menghubungkan yang khusus kepada yang umum. ...dan hanya kepada Kami mereka menyembah. Yaitu melakukan apa saja yang mereka perintahkan kepada orang lain. (Ibnu Kašir, Tafsirul Qurānil Azimi, Jilid 9, 1421 H/2000 M: 418-419). 

- Riyāduş şālihin :

Dari lbnu 'Umar Ra., dia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi tidak ada tuhan kecuali Allah dan bahwa sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan salat, dan menunaikan zakat. Jika mereka melakukan yang demikian, maka mereka telah terpelihara darah dan harta mereka dariku, kecuali dengan hak Islam, dan perhitungan mereka ada pada Allah." (HR Al-Bukhāri-Muslim).

Hadis di atas memberikan faedah:

(a) Bahwa darah dan harta dilindungi dengan menegakkan rukun Islam, kecuali apabila mereka harus mendapat hukuman, maka wajib bagi mereka untuk memberlakukan qisas, rajam, atau potong tangan secara terang-terangan.

(b) Adapun penghisaban mereka atas apa yang ada dalam hatinya adalah tanggung jawab Allah Swt.

(Dr. Mustafā Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādis Sālihina, Juz 2, 1407 H/1987 M: 790).

- Hadis Nabawi :

Dari Abu Sulaiman Malik bin Al-Huwairis, dia berkata, "Kami datang kepada Nabi Saw. sedangkan waktu itu kami adalah pemuda yang sebaya. Kami tinggal bersama beliau selama dua puluh malam, Beliau mengira kalau kami telah rindu kepada keluarga kami, maka beliau bertanya tentang keluarga yang kami tinggalkan. Kami pun memberitahukannya. Beliau adalah seorang yang sangat penyayang dan sangat lembut. Beliau bersabda, "Pulanglah kalian kepada keluarga kalian. Tinggallah bersama mereka, ajarilah mereka, perintahkan mereka, dan salatlah kalian sebagaimana kalian melihatku salat.

Jika telah datang waktu salat, maka hendaklah salah seorang dari kalian mengumandangkan azan, dan hendaklah yang menjadi imam kalian ialah yang paling tua (bila hafalan Al-Qur'annya sama) di antara kalian." (HR AI-Bukhari, Sahihu'l Bukhāri, Juz 4, No. Hadiš, 6008, 1400 H: 93).

- Hadis Qudsi :

Dari Anas bin Hakim Ad-Dabbi, dari Abu Hurairah Ra., ia berkata, "Sesungguhnya yang pertama kali akan dihisab oleh Allah pada hari kíamat ialah salat." Abu Hurairah berkata, "Rabb kita Allah Swt. berfirman kepada para malaikat-Nya, dan Dia lebih tahu, Lihatlah salat hamba-Ku, apakah sempurna atau kurang, jika sempurna, maka akan ditulis sempurna, dan jika ada sesuatu yang kurang, maka Allah berfirman, Lihatlah, apakah hamba-Ku masih mempunyai ibadah-ibadah sunnah, jika ia mempunyai ibadah-ibadah sunnah, maka Allah berfirman, Sempurnakanlah ibadah wajib hamba-Ku yang kurang dengan ibadah sunnahnya. Setiap amalan akan dihisab dengan cara yang demikian." (HR Ahmad). (Isāmuddin As-Sabābati, Jāmiul Ahādisil Qudsiyyati, Jilid 1, t.t.: 209-210).

- Penjelasan Surah Al-Anbiya' Ayat 73-81 :

Ayat 73-81 menjelaskan bahwa Ibrahimn dan beberapa keturunannya menjadi pemimpin umat manusia dengan diangkat Allah mejadi rasul. Wahyu Allah yang menyuruh berbuat kebaikan, menegakkan salat, menunaikan zakat dan taat mutlak kepada Allah. Beberapa nabi  yang Allah selamatkan dan jadikan  pemimpin ialah :

Ibrahim, Ishak dan Yakub. Allah jadikan mereka pemimpin yang menyebarkan hidayah atas perintah-Nya. Allah wahyukan kepada mereka untuk berbuat kebaikan, menegakkan salat dan membayar zakat. Mereka adalah orang-orang yang ahli ibadah.

Luth. Allah berikan padanya hikmah dan ilmu. Allah selamatkan ia dari penduduk negeri yang melakukan dosa homoseks. Allah masukkan ia ke dalam rahmat dan hamba-hamba-Nya yang saleh.

Nuh.  Allah kabulkan doa Nuh agar semua kaum kafir dimusnahkan. Allah musnahkan mereka dengan banjir besar. Allah selamatkan ia dan keluarganya, kecuali anaknya, dari bencana besar itu dan Allah menangkan ia atas kaumnya yang durhaka dengan cara menenggelamkan mereka.

Dawud dan Sulaiman. Allah anugerahkan kepada mereka hikmah dan ilmu. Allah tundukkan kepada Dawud gunung-gunung dan burung sehingga bertasbih bersamanya. Allah ajarkan padanya industri besi. Kepada Sulaiman Allah tundukkan angin kencang sebagai kendaraan  yang membawanya pergi  ke mana saja di sekitar negeri Syam.