بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Minggu, 31 Juli 2022

Hak Allah atas hamba, dan hak mereka atas Allah

Hadits Sahih (213.0801)
-------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Hak Allah atas hamba, dan hak mereka atas Allah

Sahih al-Bukhori:6825

عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: 

يَا مُعَاذُ أَتَدْرِي مَا حَقُّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ؟ قَالَ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلاَ يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا. أَتَدْرِي مَا حَقُّهُمْ عَلَيْهِ؟ قَالَ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: أَنْ لاَ يُعَذِّبَهُمْ.

Dari Mu'adz ibn Jabal, dia berkata: Nabi saw bersabda: 

Wahai Mu'adz, tahukah kamu apa hak Allah atas hamba? Ia menjawab: Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui. Beliau bersabda: Yaitu agar mereka beribadah kepada-Nya dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Tahukah kamu apa hak mereka atas Allah? Dia (Mu'adz) menjawab: Allah dan Rasul-Nya yang lebih lebih mengetahui. Beliau bersabda: Yaitu agar Dia tidak menyiksa mereka.

Pesan :
Hak Allah atas hamba-Nya adalah seorang hamba wajib menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun. Jika seorang hamba sudah menepati hak Allah tersebut, maka Allah tidak akan mengazabnya di hari akhir kelak.

BERDAKWAH ITU SEDERHANA

Tematik (88)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

BERDAKWAH ITU SEDERHANA

Ibnu Hazm rahimahullah mengatakan:

وَلَا تنصح على شَرط الْقبُول مِنْك فَإِن تعديت هَذِه الْوُجُوه فَأَنت ظَالِم لَا نَاصح وطالب طَاعَة وَملك لَا مؤدي حق أَمَانَة وأخوة وَلَيْسَ هَذَا حكم الْعقل وَلَا حكم الصداقة لَكِن حكم الْأَمِير مَعَ رَعيته وَالسَّيِّد مَعَ عبيده.

"Janganlah engkau menasihati seseorang dengan mensyaratkan nasihat darimu mesti diterima ! Jika engkau melakukannya dengan cara ini, maka anda telah melampaui batas, anda telah berbuat dzalim, bukan lagi orang yang sedang menasihati.

Anda telah menjadi orang yang menuntut ketaatan penuh bagaikan seorang raja, bukan lagi sebagai orang yang berniat menunaikan amanat kebenaran dan persaudaraan". Yang demikian juga bukanlah perlakuan orang berakal dan bukan perilaku kedermawanan, namun bagaikan perlakuan penguasa kepada rakyatnya atau majikan kepada budaknya". (Al Akhlaq was Siyar fi Mudawatin Nufus hal. 45)

Selanjutnya perhatikan juga nasihat Imam Malik rahimahullah berikut:

الهيثم بن جميل: قلت لمالك ابن انس: الرجل يكون عالما بالسنة أيجادل عنها؟ قال: لا، ولكن يُخبِر بالسنة فإن قُبِلتْ منه وإلا سكت.

Al Haitsam bin Jamil menceritakan: saya pernah berkata kepada Imam Malik bin Anas rahimahullah: "Seseorang yang alim terhadap sunnah Nabi, bolehkah baginya berdebat tentang As Sunnah ?" Imam Malik rahimahullah menjawab: "Jangan ! Tetapi cukup sampaikan saja tentang As Sunnah, jika diterima olehnya, maka itulah yang diharapkan, jika pun ia tidak menerimanya, ya sudah cukup diam saja".
(Jami’ ul Bayanil ‘Ilmi wa Fadhlihi II: 94)

Kita Hanya Menyampaikan, Bukan Mengubah Paksa Orang Lain

Tugas kita hanyalah menyampaikan
Sebagaimana firman Allah,

وَمَا عَلَيْنَا إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ

“Dan kewajiban kami tidak lain HANYALAH MENYAMPAIKAN (perintah Allah) dengan jelas.” (QS. Yasin: 17)

Syaikh Abdurrahman As-Sa’diy menjelaskan bahwa tugas kita hanya menyampaikan, apabila diterima maka alhamdulillah, apabila ditolak, maka sudah bukan kewajiban kita (mengubah paksa). Beliau berkata,

وإنما وظيفتنا -التي هي البلاغ المبين- قمنا بها، وبيناها لكم، فإن اهتديتم، فهو حظكم وتوفيقكم، وإن ضللتم، فليس لنا من الأمر شيء.

“Tugas kami hanyalah menyampaikan dengan ilmu yang jelas, kami lakukan dan kami jelaskan bagi kalian. Apabila kalian mendapat hidayah, maka itulah keberuntungan dan taufik bagi kalian. Apabila kalian tetap tersesat, maka tidak ada kewajiban bagi kami lagi (mengubah paksa).” [Lihat Tafsir As-Sa’diy]

Menyampaikan dengan ilmu ilmiah
dan cara yang lembut dan hikmah
Inilah yang disebut dengan “hidayah al-irsyad wal bayan”
Semua bisa memberikan hidayah ini dengan ilmu, sebagaimana firman Allah pada Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam,

وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar MEMBERI HIDAYAH/petunjuk kepada jalan yang lurus” (Asy-Syuuraa: 52).

Adapun memberikan mengubah orang lain
Maka ini hak khusus Allah
Yaitu memberikan “Hidayah at-taufiq”
Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak bisa memberikan hidayah ini
Sebagaimana firman Allah,

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

“Sesungguhnya engkau (Muhammad) TIDAK akan dapat MEMBERI HIDAYAH (petunjuk) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”. (Al Qashash/28 : 56)

Berdakwah itu sederhana
Apabila diterima Alhamdulillah
Apabila ditolak, jangan dipaksa menerima
Jangan dimusuhi tetapi didoakan
Karena ia masih saudara kita se-Islam

Demikian semoga bermanfaat

Sabtu, 30 Juli 2022

Tadabbur Al-Quran Hal. 236

Tadabbur Al-Quran Hal. 236
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Yusuf ayat 5 :

قَالَ يٰبُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُءْيَاكَ عَلٰٓى اِخْوَتِكَ فَيَكِيْدُوْا لَكَ كَيْدًا ۗاِنَّ الشَّيْطٰنَ لِلْاِنْسَانِ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

Dia (ayahnya) berkata, “Wahai anakku! Janganlah engkau ceritakan mimpimu kepada saudara-saudaramu, mereka akan membuat tipu daya (untuk membinasakan)mu. Sungguh, setan itu musuh yang jelas bagi manusia.”

- Tafsir Al Muyassar Yusuf ayat 5 :

Ya'qub berkata kepada anaknya, Yusuf, "Hain anakku, jangan engkau ceritakan mimpi ini kepada saudara-saudaramu karena mereka akan menghasut, memusuhi, dan berusaha untuk melenyapkanmu. Sesungguhnya setan
adalah musuh yang nyata bagi manusia."

- Hadis Sahih Yusuf ayat 5 :

Abu Salamah berkata, "Aku bermimpi, seolah-olah aku terkena demam karena ketakutan karena tak kuat kupendam sendirian, maka aku temui Abu Qatadah dan kuberitahukan
hal itu, ia menceritakan kepadaku dari Rasulullah Saw, beliau bersabda; Mimpi yang baik itu dari Allah sedangkan mimpi buruk itu dari setan, Barangsiapa yang bermimpi melihat sesuatu yang tidak disukai maka jangan memberitahukannya kepada orang lain dan hendaklah meludah tiga kali ke arah kirinya.
Lalu hendaklah berlindung kepada Allah dari keburukannya karena (mimpinya) tidaklah membahayakannya Pada kesempatan yang lain Sufyan mengatakan, Niscaya ia tidak bermimpi sesuatu yang dibencinya'." (HR Ahmad, Musnadul imami Ahmad bin Hanbal, Juz 37,
No. Hadis 22525, 1416 H/1996 M:205)

Sikap Seorang Muslim Saat Ditinggal Mati Keluarganya

One Day One Hadits (195)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Sikap Seorang Muslim Saat Ditinggal Mati Keluarganya

عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَت: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: مَا مِنْ عَبْدٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ (إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ) اللَّهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا إِلَّا أَجَرَهُ اللَّهُ فِي مُصِيبَتِهِ وَأَخْلَفَ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا، قَالَتْ: فَلَمَّا تُوُفِّيَ أَبُو سَلَمَةَ قُلْتُ كَمَا أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْلَفَ اللَّهُ لِي خَيْرًا مِنْهُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم

Diriwayatkan dari Ummu Salamah radhiyallahu ’anha –istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam- berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Tidak ada seorang hamba pun yang tertimpa suatu musibah lalu ia mengucapkan INNAA LILLAHI WA INNAA ILAIHI ROOJI’UN. ALLAHUMMA’JURNII FII MUSHIBATII WA AKHLIF LII KHOIRON MINHAA (Segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali pada-Nya. Ya Allah, berilah ganjaran terhadap musibah yang menimpaku dan berilah ganti dengan yang lebih baik) melainkan Allah akan memberinya pahala dalam musibahnya dan menggantinya dengan yang lebih baik.’” Ummu Salamah kembali berkata: “Ketika Abu Salamah (suamiku) wafat, aku pun mengucapkan doa sebagaimana yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ajarkankan padaku. Maka Allah pun memberiku suami yang lebih baik dari suamiku yang dulu yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” (HR. Muslim, no. 1526)

Pelajaran yang terdapat di dalam hadist :

1. Semua akan berpisah pada ketika ajal telah sampai pada waktunya. Namun bagi orang Muslim perpisahan dengan anak atau orang tua akan berjumpa lagi di surga Allah Subhanahu wa Ta'ala.

2. Kematian seseorang yang kita kasihi dari mulai pasangan, anak, orang tua, anggota keluarga sampai sahabat merupakan  peristiwa yang tidak diinginkan setiap orang. Tidak jarang orang-orang meratap dan bersedih hebat hingga menyakiti tubuh karena kehilangan ini.

3. Tidak jarang orang Muslim meratapi saat ditinggal orang terkasih.

4. Dalam sebuah hadist qudsi, Allah bahkan menyebut akan memberikan balasan surga bagi orang yang bersabar atas kehilangan seseorang yang dicintai.
"Allah ta'ala berfirman, tiada balasan yang akan kuberikan kepada hamba-Ku yang beriman yang nyawa kekasihnya di dunia Aku cabut, lalu dia menerimanya dengan hati ikhlas kecuali dengan balasan surga." (HR. Muslim).

5. Perkataaan dan doa yang dianjurkan Allah dan Rasul-Nya saat ditimpa musibah berupa kehilangan adalah Istirja "Innaalillah wainnaailahi raajiun, Allahumma ajirni fii musibatii wa akhlif lii khairan minhaa" (sesungguhnya kita ini milik Allah dan kepada-Nya kita kembali. Ya Allah selamatkanlah aku dari musibahku dan beri ganti aku yang lebih baik). 

Tema hadist yang berkaitan dengan al quran :

1. Allah menerangkan bahwa orang-orang yang sabar yang mendapat pahala dari Allah ialah mereka yang disebutkan di dalam firman berikut:

الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. (Al-Baqarah: 156)
Yakni mereka menghibur dirinya dengan mengucapkan kalimat tersebut manakala mereka tertimpa musibah, dan mereka yakin bahwa diri mereka adalah milik Allah. Dia memberlakukan terhadap hamba-hamba-Nya menurut apa yang Dia kehendaki. Mereka meyakini bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala di sisi-Nya seberat biji sawi pun kelak di hari kiamat. Maka ucapan ini menanamkan di dalam hati mereka suatu pengakuan yang menyatakan bahwa diri mereka adalah hamba-hamba-Nya dan mereka pasti akan kembali kepada-Nya di hari akhirat nanti. Karena itulah maka Allah Subhanahu wa Ta'ala memberita-hukan tentang pahala yang akan diberikan-Nya kepada mereka sebagai imbalan dari hal tersebut melalui firman-Nya:

أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ

Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya. (Al-Baqarah: 157)
Maksudnya, mendapat pujian dari Allah Subhanahu wa Ta'ala Sedangkan menurut Sa'id ibnu Jubair, yang dimaksud ialah aman dari siksa Allah.

2. Berbagai macam bentuk musibah berupa kematian yang terjadi, tentu kita tidak bisa menebak kapan waktunya, bagaimana caranya, di mana tempatnya atau siapa korbannya. Hal yang harus kita siapkan adalah keimanan dalam hati.
"Karena melalui keimanan inilah orang yang saling mengasihi (insyaallah) akan kembali disatukan di surga kelak," 

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُم مِّنْ عَمَلِهِم مِّن شَيْءٍ ۚ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ

"Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya." (at-Thur ayat 21)

Pencatatan kebaikan dan kejahatan

Hadits Sahih (212.0731)
-------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Pencatatan kebaikan dan kejahatan

Sahih al-Bukhori:6010

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيمَا يَرْوِي عَنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ: قَالَ: 

إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ، فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، فَإِنْ هُوَ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيرَةٍ، وَمَنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، فَإِنْ هُوَ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً.

Dari Ibn Abbas ra, dari Nabi saw, yang beliau riwayatkan dari Rabbnya 'Azza wa Jalla berfirman, yang beliau sabdakan: 

Sesungguhnya Allah menetapkan kebaikan dan keburukan, selanjutnya Dia jelaskan, barangsiapa yang berniat melakukan suatu kebaikan lantas tidak jadi ia amalkan, Allah mencatat baginya satu kebaikan di sisi-Nya secara sempurna, dan jika ia berniat lantas ia amalkan, Allah mencatatnya di sisi-Nya sepuluh kebaikan hingga dilipatgandakan tujuh ratus kali hingga lipatganda yang tidak terbatas, sebaliknya barangsiapa yang berniat melakukan keburukan kemudian tidak jadi ia lakukan, Allah mencatat baginya satu kebaikan disisi-Nya secara sempurna, dan jika ia berniat melakukan keburukan dan jadi ia lakukan, Allah mencatatnya sebagai satu keburukan saja.

Pesan :
Kami mengajak kaum muslim untuk melakukan kebaikan, dimulai dengan niat yang baik, marilah kita teliti lagi matematika pencatatan amal seseorang: 1. Jika anda berniat melakukan kebaikan dan tidak jadi melakukannya, maka tercatat untuk anda satu kebaikan sempurna.
2. Jika anda berniat melakukan kebaikan dan melakukannya, maka tercatat untuk anda 10 kebaikan yang Allah lipatgandakan sebagaimana Dia kehendaki.
3. Jika anda berniat melakukan kejahatan dan tidak melakukannya, maka anda mendapatkan satu kebaikan sempurna.
4. Jika anda berniat melakukan kejahatan dan melakukannya, maka tercatat untuk anda satu kejahatan saja.

Jumat, 29 Juli 2022

Syarah Aqidatul Awam (04)

Syarah Aqidatul Awam (04)
------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Bait 4

وَآلِهِ وَصَـحْبِهِ وَمَـنْ تَـبِـعْ (4) سَـبِيْلَ دِيْنِ الْحَقِّ غَيْرَ مُـبْـتَدِعْ

“Dan keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti jalan agama secara benar bukan orang-orang yang berbuat bid’ah.”

Syarah :

Membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW kemudian diiringi dengan shalawat kepada keluarga dan para sahabat Nabi Muhammad SAW, serta kepada orang-orang yang mengikuti jalan agama secara benar bukan orang-orang yang berbuat bid’ah.

Yang dimaksud dengan mereka (keluarga Nabi) yaitu dalam kedudukan do’a. Sebagaimana pengertian keluarga nabi disini adalah setiap mukmin yang bertaqwa. Berdasar hadits Nabi dari riwayat Anas bin Malik R.A. berkata : Rosululloh SAW ditanya, “Siapa keluarga Muhammad itu?” kemudian beliau menjawab : “keluarga Muhammad adalah setiap orang yang bertaqwa”. (1) Adapun dalam kedudukan zakat, Imam Malik Rahimahulloh berpendapat, mereka (keluarga Nabi) adalah bani Hasyim saja. Sedangkan Imam Syafi’i Rahimahulloh berpendapat, mereka (keluarga Nabi) adalah bani Hasyim dan Bani Mutholib.

Yang dimaksud sahabat Nabi adalah orang-orang yang pernah melihat Nabi dalam keadaan Islam dan meninggalkan dunia tetap pada keislamannya. Sahabat adalah orang-orang yang mulia, dan selalu dalam petunjuk Allah SWT, walaupun bukan berarti mereka tidak pernah berbuat salah dan dosa. Di antara mereka ada yang telah dijamin masuk surga. Mereka adalah orang-orang yang memiliki keimanan yang kokoh, rela mengorbankan harta bahka nyawa demi kejayaan agama Allah SWT. Taat beribadah kepada Allah SWT dengan sepenuh hati, bersujud demi mengabdi kepada Allah SWT.

Yang dimaksud bid’ah menurut bahsa berarti sesuatu yang baru tanpa ada contoh sebelumnya. Sedangkan menurut syara’ yaitu sesuatu yang baru yang bertentangan dengan ketentuan pembuat Syara’ (Allah).

ZIARAH KUBUR ITU ADA 3 MACAM

Tematik (87)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

ZIARAH KUBUR ITU ADA 3 MACAM

1. Ziarah Syar’iyyah

Yakni ziarah kubur yang dilaksanakan sesuai dengan tuntunan syariat yakni untuk dua hal; mengingat kematian dan mendoakan si mayyit, jenis ziarah yang pertama ini diperintahkan dan bagian dari ibadah yang disyari’atkan.

Syaikhul Islam Ibn Taymiyah:

(فَالزيارة الشَّرْعِيَّةُ الْمَقْصُودُ بِهَا السَّلَامُ عَلَى الْمَيِّتِ وَالدُّعَاءُ لَهُ

Yang dimaksud ziarah syar’iyyah adalah mengucapkan salam kepada mayyit (ahli kubur) dan mendoakannya.

Rasulullah ﷺ bersabda :

إِنِّي كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا فَإِنَّهَا تُذَكِّرُكُمُ الْآخِرَةَ

Sesungguhnya Dahulu Aku pernah melarang kalian berziarah kubur, maka sekarang berziarahlah kalian ke kubur karena itu akan mengingatkan kamu terhadap hari akhirat. (HR. Muslim no.977dan Ahmad: 1173 )

2. Ziarah Bid’iyyah

Yakni ziarah yang tidak sesuai tuntunan syariat, melenceng dari aturan nabi, seperti shalat di kuburan, bersholawatan di kuburan, dzikir di kuburan, membaca (khataman) al-Qur’an di kuburan, menganggap bahwa berdoa di makam orang shalih lebih mudah dikabulkan. Ziarah seperti ini adalah ziarah bid’ah, karena tidak pernah diajarkan Rasulullah ﷺ .

Beliau ﷺ bersabda:

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

Barangsiapa beramal dengan suatu amalan yang tidak ada perintah kami padanya maka amalan tersebut tertolak (yaitu tidak diterima oleh Allah).” (HR. Muslim)

3 Ziarah Syirkiyyah

Yakni seseorang berziarah dengan menjadikan ahli kubur sebagai sekutu bagi Allah, seperti memohon pertolongan kepada ahli kubur, menyembelih untuk ahli kubur, nadzar untuk ahli kubur, sujud ke kuburan, thawaf di kuburan dengan niat mengagungkan penghuni kubur.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ لَا تَجْعَلْ قَبْرِي وَثَنًا لَعَنَ اللَّهُ قَوْمًا اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ

Dari Abu Huroiroh, dari Nabi ﷺ (beliau pernah berdoa): “Ya Alloh janganlah Engkau jadikan kuburku sebagai berhala (tuhan yang disembah), Alloh melaknat orang-orang yang menjadikan kubur-kubur Nabi-Nabi mereka sebagai masjid-masjid” (HR. Ahmad, di dalam kitab Musnad, juz: 2, hlm: 246)

Tadabbur Al-Quran Hal. 235

Tadabbur Al-Quran Hal. 235
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Yusuf ayat 3 :

نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ اَحْسَنَ الْقَصَصِ بِمَآ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ هٰذَا الْقُرْاٰنَۖ وَاِنْ كُنْتَ مِنْ قَبْلِهٖ لَمِنَ الْغٰفِلِيْنَ

Kami menceritakan kepadamu (Muhammad) kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur'an ini kepadamu, dan sesungguhnya engkau sebelum itu termasuk orang yang tidak mengetahui.

- Asbabun Nuzul Yusuf ayat 3 :

Al-hakim dan lainnya meriwayatkan dari saad bin abi waqqash bahwa al-quran diturunkan kepada Nabi saw. Lalu selama beberapa masa beliau membacakannya kepada mereka, dan mereka mengatakan, 'ya rasulallah, bagaimana kalau anda bercerita kepada kami? Maka turunlah ayat, Allah telah menurunkan perkataan yang baik..."(39:23). Ibnu hatim menambahkan, lalu mereka mengatakan,"ya Rasulallah, bagaimanakah kalau anda beri kami nasihat, maka allah menurunkan .."belum tibalah waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk khusyu mengingat Allah....(57:16).

Ibnu jarir meriwayatkan dari ibnu abbas bahwa mereka mengatakan , 'Ya Rasulullah bagaimana kalau anda ceritakan kepada kami" maka turunlah ayat ini.

- Tafsir Al Muyassar Yusuf ayat 3 :

Kami menceritakan kepadamu (wahai Rasul) kisah yang paling baik, dengan mewahyukan AI Qur'an ini kepadamu,
karena sebelum diturunkannya Al Qur'an ini, kamu termasuk orang-orang yang melupakan cerita ini, bahkan
tidak mengetahui sedikitpun tentangnya.

Kamis, 28 Juli 2022

Niat

Hadits Sahih (210.0729)
-------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Niat

Sahih al-Bukhori:1

عَنْ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: 

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا، أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ.

Dari Umar ibn al-Khatthab ra, dia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda:

Semua perbuatan tergantung niatnya, dan balasan bagi tiap orang tergantung pada apa yang diniatkan. Barangsiapa yang niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa yang dia niatkan.

Pesan :
Pada tahun baru Hijriyah ini, marilah kita memperbaharui niat kita, niatkan semua amalan dan pekerjaan kita untuk Allah semata.

Rabu, 27 Juli 2022

Tingkatan Kemarahan Seseorang

One Day One Hadits (194)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Tingkatan Kemarahan Seseorang

حَدَّثَنَا عِمْرَانُ بْنُ مُوسَى الْقَزَّازُ الْبَصْرِيُّ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ زَيْدِ بْنِ جُدْعَانَ الْقُرَشِيُّ عَنْ أَبِي نَضْرَةَ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ صَلَّى الله عليه وسلم:ِ أَلَا إِنَّ بَنِي آدَمَ خُلِقُوا عَلَى طَبَقَاتٍ شَتَّىُ
 أَلَا وَإِنَّ مِنْهُمْ الْبَطِيءَ الْغَضَبِ سَرِيعَ الْفَيْءِ وَمِنْهُمْ سَرِيعُ الْغَضَبِ سَرِيعُ الْفَيْءِ فَتِلْكَ بِتِلْكَ أَلَا وَإِنَّ مِنْهُمْ سَرِيعَ الْغَضَبِ بَطِيءَ الْفَيْءِ أَلَا وَخَيْرُهُمْ بَطِيءُ الْغَضَبِ سَرِيعُ الْفَيْءِ أَلَا وَشَرُّهُمْ سَرِيعُ الْغَضَبِ بَطِيءُ الْفَيْ. وَهَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ.{رواه الترمذي برقم : 2191}
‎Telah menceritakan kepada kami ‘Imran bin Musa Al Qazzaz Al Bashri telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid telah menceritakan kepada kami ‘Ali bin Zaid bin Jud’an Al Qurasy dari Abu Nadlrah dari Abu Sa’id Al Khudri berkata: Rasululloh Shallallohu ‘alaihi wa Salam bersabda :
“Ingat, anak cucu Adam diciptakan diatas beberapa tingkatan yang banyak, ingat, diantara mereka ada yang lamban marah dan cepat reda, ada juga yang cepat marah dan cepat reda, maka itu sebagai ganti yang itu (lamban marah lamban reda), maka ingat, diantara mereka ada yang cepat marah dan lamban reda , ingat, yang terbaik dari mereka adalah yang lamban marah tapi cepat reda, ingat yang terburuk dari mereka adalah yang cepat marah dan lamban reda.Hadits ini hasan shahih. {HR. Tirmidzi no. 2191}.

Pelajaran yang terdapat di dalam hadits:

1. Amarah. Siapapun kita, tentu pernah merasakan marah, bahkan mungkin tidak jarang kita merasakan kemarahan dan emosi yang sangat.

2. Memang sifat marah merupakan tabiat yang tidak mungkin luput dari diri manusia, karena mereka memiliki nafsu yang cenderung ingin selalu dituruti dan enggan untuk diselisihi keinginannya.

3. Bersamaan dengan itu, sifat marah merupakan bara api yang dikobarkan oleh setan dalam hati manusia untuk merusak agama dan diri mereka, karena dengan kemarahan seseorang bisa menjadi gelap mata sehingga dia bisa melakukan tindakan atau mengucapkan perkataan yang berakibat buruk bagi diri dan agamanya.

4. Tingkatan kemarahan seseorang bisa digolongkan menjadi empat bagian:
a. Tidak mudah marah, tatkala marah cepat reda.
b. Cepat marah, cepat reda.
c. Tidak mudah marah, tapi tatkala marah sulit reda.
d. Cepat marah, sulit untuk reda.
Orang yang paling baik, orang tidak mudah marah, tatkala marah cepat reda.
Sedang orang yang paling jelek, orang yang cepat marah, sulit untuk reda.

5. Tatacara sunah menahan diri ketika marah :
a. Membaca ta'awurdz.
b. Berwudlu.
c. Duduk. 
d. Diam.
e. Shalat sunah.                 

Tema hadits yang berkaitan dengan Alquran:

Allah Ta’ala memuji mereka dengan sifat ini, sebagai orang yang bertaqwa

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

“Orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang menafkahkan (harta mereka) baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (QS Ali ‘Imran:134).

MENGAPA HARUS SALAFI?

Tematik (86)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

MENGAPA HARUS SALAFI?

Ciri-ciri Salafi Sejati:

1. Menjadikan Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai pedoman hidup dalam semua bidang kehidupan.

2. Memahami agama ini sesuai dengan pemahaman para sahabat terutama dalam masalah aqidah.

3. Tidak menjadikan akal sebagai landasan utama dalam beraqidah.

4. Senantiasa mengutamakan dakwah kepada tauhid ibadah. [23]

5. Tidak berdebat kusir dengan ahli bid'ah serta tidak bermajlis dan tidak menimba ilmu dari mereka.

6. Berantusias untuk menjaga persatuan kaum muslimin serta menyatukan mereka diatas Al-Qur'an dan As-Sunnah sesuai pemahaman salafush shalih.

7. Menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam bidang ibadah, akhlak dan dalam segala bidang kehidupan.

8. Tidak fanatik kecuali hanya kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah.

9. Memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran (mengingkari jalan-jalan kebid’ahan dan kelompok-kelompok sesat).

10. Membantah setiap yang menyelisihi syariat baik dia seorang muslim atau non muslim.

11. Membedakan antara ketergelinciran ulama ahlussunnah dengan kesesatan para dai-dai yang menyeru kepada bid'ah.

12. Selalu taat kepada pemimpin kaum muslimin selama dalam kebaikan, berdoa untuk mereka serta menasehati mereka dengan cara yang baik dan tidak memberontak atau mencaci-maki mereka.

13. Berdakwah dengan cara hikmah. [24]

14. Bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu agama yang bersumberkan kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah serta pemahaman salaf, sekaligus meyakini bahwa umat ini tidak akan menjadi jaya melainkan dengan ilmu tersebut.

15. Bersemangat dalam menjalankan Tashfiyah (membersihkan Islam dari kotoran-kotoran yang menempel kepadanya seperti syirik, bid'ah, hadits-hadits lemah dan lain sebagainya) dan Tarbiyah (mendidik umat diatas Islam yang murni terutama dalam bidang aqidah).

Kesimpulan:

1. Wajib mengikuti pemahaman salafush shaleh dalam beragama.
2. Disyariatkan/dibolehkan menamakan diri Salafi jika memang memiliki ciri-ciri diatas.
3. Salafiyah bukan kelompok seperti Jama'ah Tabligh, Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir atau yang lainnya yang menyimpang dari jalan para sahabat. Salafiyah hanyalah metode yang berlandaskan kepada pemahaman salafush sholeh dari kalangan sahabat, tabi'in dan tabi'ut tabi'in.
4. Manhaj/metode salaf adalah benar, adapun individunya bisa salah bisa benar (tidak maksum).
5. Istilah Salafi bukan hal baru dalam sejarah Islam dan kamus para ulama ahlussunnah wal jama’ah.
6. Kita harus bisa membedakan mana salafi sejati dengan salafi imitasi lewat ciri-ciri diatas.

SELESAI.

--------------------
[23] Bukan memprioritaskan masalah akhlak, fiqih ataupun masalah keharmonisan rumah tangga. Namun sayang banyak yang mengaku da’i salafi di zaman ini yang tidak lagi mau kembali kepada Dakwah Salafiyah yang murni ini. Mereka telah tertular oleh manhaj/metode dakwah kelompok harakah atau ahli bid’ah yang lari dari dakwah para nabi. Na’udzu billahi mindzalik

[24] Diantara makna hikmah adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya. Oleh karena itu dakwah tidak selalu dengan lemah lembut tapi terkadang harus dengan sikap tegas dan keras, semuanya disesuaikan dengan keadaan. (Lihat Ad-Dakwah ilallahu oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baz dan Min ma'alimil manhaj an-nabawi fid dakwah ilallahu oleh Syaikh Muhammad Musa Alu Nashr).

[25] Irsyad Al-Bariyyah ila Syar’iyyah Al-Intisab li As-Salafiyah hal.30-58 oleh Syaikh Abu Abdissalam Hasan bin Qasim Ar-riimi.

Tadabbur Al-Quran Hal. 234

Tadabbur Al-Quran Hal. 234
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.


- Hud ayat 114 :

وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِّنَ الَّيْلِ ۗاِنَّ الْحَسَنٰتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّاٰتِۗ ذٰلِكَ ذِكْرٰى لِلذَّاكِرِيْنَ

Dan laksanakanlah salat pada kedua ujung siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan. Itulah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah).

- Tafsir Al Muyassar Hud ayat 114 :

Dan dirikanlah shalat (wahai Nabi) pada kedua tepi siang, yaitu pagi dan petang dan beberapa waktu di malam hari.

Sesungguhnya perbuatan baik dapat menghilangkan dosa yang terdahulu dan menghapuskan bekas-bekasnya. Dan perintah mendirikan shalat dan penjelasan mengenai kebaikan dapat menghapus keburukan merupakan
peringatan dan nasihat bagi orang-orang yang mau mengambil pelajaran dengannya dan ingat.

- Asbabun Nuzul Hud ayat 114 :

Al-bukhari dan Muslim meriwayatkan dari ibnu mas'ud bahwa seorang laki-laki terlanjur mencium seorang wanita, lalu ia mendatangi Nabi saw. Maka allah menurunkan ayat ini. Dia berkata,'apakah ayat ini untukku? Nabi menjawab,' untuk seluruh ummatku.'

At-tirmidzi dan lainnya meriwayatkan dari Abul Yasr. Seorang wanita datang kepadaku hendak membeli kurma. Aku berkata kepadanya,'didalam rumah ada yang lebih bagus' maka ia pun masuk bersamaku, lalu aku mendekatinya dan menciumnya. Kemudian aku menghadap Rasulullah. Beliau pun bersabda,'beginikah caramu memperlakukan istri seseorang yang sedang pergi berperang di jalan Allah? Lama beliau merenung hingga Allah menurunkan ayat ini.
Hal senada diriwayatkan juga dari abu umamah, muadz bin jabal, ibnu abbas, buraidah dan lainya. Saya sebutkan semuanya dalam turjumaanatul quran.

Penghuni surga bersyukur

Hadits Sahih (208.0727)
-------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Penghuni surga bersyukur

Sahih al-Bukhori:6084

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: 

لاَ يَدْخُلُ أَحَدٌ الْجَنَّةَ إِلاَّ أُرِيَ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ لَوْ أَسَاءَ لِيَزْدَادَ شُكْرًا، وَلاَ يَدْخُلُ النَّارَ أَحَدٌ إِلاَّ أُرِيَ مَقْعَدَهُ مِنْ الْجَنَّةِ لَوْ أَحْسَنَ لِيَكُونَ عَلَيْهِ حَسْرَةً.

Dari Abu Hurairah, Nabi saw. bersabda: 

Tidaklah seseorang masuk ke dalam surga kecuali diperlihatkan kepadanya tempat duduknya di neraka seandainya dia berbuat buruk, agar dia bertambah rasa syukurnya. Dan tidaklah seseorang masuk neraka kecuali diperlihatkan kepadanya tempat duduknya di surga seandainya dia berbuat baik, agar bertambah penyesalannya.

Pesan :
1. Banyaklah beramal di dunia agar tidak menyesal di akhirat.
2. Kenikmatan orang beriman di surga terus bertambah.

Selasa, 26 Juli 2022

Syarah Aqidatul Awam (03)

Syarah Aqidatul Awam (03)
------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Bait 3

ثُمَّ الـصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ سَـرْمَدَا (3) عَلَى الـنَّـبِيِّ خَيْرِ مَنْ قَدْ وَحَّدَا

“Kemudian, semoga sholawat dan salam senantiasa tercurahkan pada Nabi sebaik-baiknya orang yang mengEsakan Allah.”

Syarah :

Kata solawat (الصلاة) menurut bahasa adalah berdo’a untuk kebaikan, jika kata Sholawat disandarkan pada Allah Ta’ala, maka mempunyai arti penambahan nikmat yang disertai dengan pengagungan dan penghormatan. Ada riwayat dari ibnu Abbas R.A. bahwasannya : Sholawat dari Allah berarti Rohmat, dan jika dari hamba berarti do’a dan jika dari malaikat berarti meminta ampun.

Lantas muncul pertanyaan, apa perlunya mengucapkan shalawat (do’a) kepada Nabi Muhammad SAW padahal beliau adalah orang yang mulia dan terpilih, dengan jaminan surga dari Allah SWT? Di dalam al-Qur’an disebutkan Allah SWT dan para malaikat mengucapkan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Sekaligus perintah Allah SWT kepada seluruh umat Islam untuk membaca shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW. "Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." (QS. al-Ahzab : 56).

Sebagian ulama menyatakan bahwa shalawat adalah mendoakan Nabi Muhammad SAW, agar pada masa yang akan datang, rahmat dan salam Allah SWT itu akan terus diberikan kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagian ulama lain mengatakan bahwa walaupun shalawat adalah mendo’akan Nabi Muhammad SAW namun pada hakikatnya ketika seorang membaca shalawat ia sedang bertawassul dan mengharapkan barokah Allah SWT turun kepada dirinya dengan perantara shalawat tersebut. Oleh karena itulah ketika seseorang membaca shalawat, niatnya tidak untuk mendoa’kan Nabi Muhammad SAW, tetapi mengharap kepada Allah SWT agar semua keinginannya bisa terkabulkan dengan barokah shalawat yang dibaca.

Senin, 25 Juli 2022

Birrul Walidaini Amalan yang Utama

One Day One Hadits (193)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Birrul Walidaini Amalan yang Utama

عن ابن مسعود رضي اللَّه عنه حين سأل رسول اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
أيُّ العَمَلِ أحَبُّ إلى اللَّهِ؟ قالَ: الصَّلاةُ علَى وقْتِها، قالَ: ثُمَّ أيٌّ؟ قالَ: ثُمَّ برُّ الوالِدَيْنِ قالَ: ثُمَّ أيٌّ؟ قالَ: الجِهادُ في سَبيلِ اللَّهِ قالَ: حدَّثَني بهِنَّ، ولَوِ اسْتَزَدْتُهُ لَزادَنِي

Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu anhu tatkala bertanya kepada Rasulullah shallallahu alahi wasallam :
“Amal apa yang paling dicintai Allah ‘Azza Wa Jalla?”. Nabi bersabda: “Shalat pada waktunya”. Ibnu Mas’ud bertanya lagi: “Lalu apa lagi?”.Nabi menjawab: “Lalu birrul walidain”. Ibnu Mas’ud bertanya lagi: “Lalu apa lagi?”. Nabi menjawab: “Jihad fi sabilillah”. Demikian yang beliau katakan, andai aku bertanya lagi, nampaknya beliau akan menambahkan lagi (HR. Bukhari dan Muslim).

Pelajaran yang terdapat di dalam hadist:

1. Dengan demikian kita ketahui bahwa dalam Islam, birrul walidain bukan sekedar anjuran, namun perintah dari Allah dan Rasul-Nya, sehingga wajib hukumnya. Sebagaimana kaidah ushul fiqh, bahwa hukum asal dari perintah adalah wajib.

2. Kedudukan berbakti kepada orang tua dalam agama kita yang mulia ini, memiliki kedudukan yang tinggi. Sehingga berbakti kepada orang tua bukanlah sekedar balas jasa, bukan pula sekedar kepantasan dan kesopanan.

3. Lebih utama dari jihad fi sabililah
Sebagaimana hadits Abdullah bin Mas’ud yang telah disebutkan. Juga hadits tentang seorang lelaki yang meminta izin kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk pergi berjihad, beliau bersabda:

أحَيٌّ والِدَاكَ؟، قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: فَفِيهِما فَجَاهِدْ

“Apakah orang tuamu masih hidup?”. Lelaki tadi menjawab: “Iya”. Nabi bersabda: “Kalau begitu datangilah kedunya dan berjihadlah dengan berbakti kepada mereka” (HR. Bukhari dan Muslim).

4. Namun para ulama memberi catatan, ini berlaku bagi jihad yang hukumnya fardhu kifayah. Demikian juga birrul walidain lebih utama dari semua amalan yang keutamaannya di bawah jihad fi sabiilillah. Birrul walidain juga lebih utama dari thalabul ilmi selama bukan menuntut ilmu yang wajib ‘ain, birrul walidain juga lebih utama dari safar selama bukan safar yang wajib seperti pergi haji yang wajib. Adapun safar dalam rangka mencari pendapatan maka tentu lebih utama birrul walidain dibandingkan safar yang demikian.

5. Surga memiliki beberapa pintu, dan salah satunya adalah pintu birrul walidain. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الوالِدُ أوسطُ أبوابِ الجنَّةِ، فإنَّ شئتَ فأضِع ذلك البابَ أو احفَظْه

“Kedua orang tua itu adalah pintu surga yang paling tengah. Jika kalian mau memasukinya maka jagalah orang tua kalian. Jika kalian enggan memasukinya, silakan sia-siakan orang tua kalian” (HR. Tirmidzi, ia berkata: “hadits ini shahih”, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah no.914).

6. Bisa mendapati kedua orang tua kita dalam keadaan hidup sampai mereka tua adalah sebuah kenikmatan besar. Semoga kita tidak menjadi orang -orang yang menyiakan kedua orang tua. 

Tema Hadist yang berkaitan dengan al-qur'an :

1. Berbuat baik dan berbakti kepada orang tua bukan sekedar memenuhi tuntunan norma susila dan norma kesopanan, namun yang utama adalah dalam rangka menaati perintah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. 

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua” (QS. An Nisa: 36).

2. Birrul walidain atau berbakti kepada orang tua hukumnya wajib setelah adanya perentah  mentauhidkan  Allah Subhanahu wata'ala. Karena jika ditinggalkan Allah mengancam pelakunya dengan ancaman yang keras, yaitu dimasukan ke neraka yang lebih dalam lagi. 

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya” (QS. Al Isra: 23)

Janganlah mengharapkan kematian

Hadits Sahih (206.0725)
-------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Janganlah mengharapkan kematian

Sahih al-Bukhori:5874

عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: 

لاَ يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدٌ مِنْكُمْ الْمَوْتَ لِضُرٍّ نَزَلَ بِهِ. فَإِنْ كَانَ لاَ بُدَّ مُتَمَنِّيًا لِلْمَوْتِ، فَلْيَقُلْ: اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مَا كَانَتْ الْحَيَاةُ خَيْرًا لِي، وَتَوَفَّنِي إِذَا كَانَتْ الْوَفَاةُ خَيْرًا لِي.

Dari Anas ra, dia berkata: Rasulullah saw bersabda: 

Janganlah salah seorang dari kalian mengharapkan kematian karena musibah yang menimpanya, jika dia memang harus menginginkan kematian, hendaknya ia mengatakan: Ya Allah, hidupkanlah aku jika kehidupan itu lebih baik untukku, dan matikanlah aku jika kematian itu lebih baik untukku.

Pesan :
1. Anjuran untuk bersabar ketika menghadapi musibah, dan tidak berputus asa dari rahmat Allah.
2. Doa yang diajarkan Rasulullah untuk meminta yang terbaik.

Tadabbur Al-Quran Hal. 233

Tadabbur Al-Quran Hal. 233
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.
- Hud ayat 101 :

وَمَا ظَلَمْنٰهُمْ وَلٰكِنْ ظَلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ فَمَآ اَغْنَتْ عَنْهُمْ اٰلِهَتُهُمُ الَّتِيْ يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ مِنْ شَيْءٍ لَّمَّا جَاۤءَ اَمْرُ رَبِّكَۗ وَمَا زَادُوْهُمْ غَيْرَ تَتْبِيْبٍ

Dan Kami tidak menzalimi mereka, tetapi merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri, karena itu tidak bermanfaat sedikit pun bagi mereka sesembahan yang mereka sembah selain Allah, ketika siksaan Tuhanmu datang. Sesembahan itu hanya menambah kebinasaan bagi mereka.

- Tafsir Al Muyassar Hud ayat 101 :

Memusnahkan mereka bukanlah tanpa sebab dan dosa yang karenanya mereka berhak diazab. Tetapi karena
mereka mendhalimi diri sendiri dengan menyekutukan Allah dan berbuat kerusakan di muka bumi. Tuhan-tuhan mereka yang mereka berdoa padanya, meminta pada tuhan-tuhan itu untuk menolak bahaya tatkala datang ketetapan Tuhanmu untuk mengazab mereka, tuhan-tuhan
itu tidak bisa berbuat apa-apa untuk mereka. Dan tuhan mereka itu tidak menambah apa pun, kecuali kehancuran, kebinasaan dan penyesalan belaka.

- Riyadus Salihin Hud ayat 101 :

Dari Jabir bin Abdullah Ra., ia mendengar Rasulullah Saw. bersabda tiga hari sebelum beliau wafat, "Janganlah salah seorang dari
kalian meninggal dunia kecuali ia berbaik sangka kepada Allah Swt" (HR Muslim).
Dalam hadis lain, Anas bin Malik berkata, "Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda, Allah Swt. berfirman, Wahai anak Adam, tidaklah engkau berdoa kepada-Ku dan berharap kepada-Ku, melainkan Aku ampuni dosa yang ada padamu dan Aku tidak peduli Wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu telah mencapai setinggi langit kemudian engkau meminta ampun kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampunimu, dan Aku tidak peduli" (HR Muslim). (An-Nawawi, Riyādus Salihin, No. Hadis 441, 442, 2010 M: 151).

Minggu, 24 Juli 2022

CARA BERSHOLAWAT SESUAI SUNNAH RASUL

Tematik (85)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

CARA BERSHOLAWAT SESUAI SUNNAH RASUL ﷺ

Amal ibadah akan diterima oleh Allah jika memenuhi syarat-syarat diterimanya ibadah. Yaitu ibadah itu dilakukan oleh orang yang beriman, dengan ikhlas dan sesuai Sunnah (ajaran) Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Akan tetapi pada zaman ini, alangkah banyaknya orang yang tidak peduli dengan syarat syarat diatas.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu memberi taufiq kepada kita di atas jalan yang lurus. Perlu kami sampaikan, bahwasannya shalawat kepada Nabi merupakan salah satu bentuk ibadah yang agung. Tetapi banyak sekali penyimpangan dan bid’ah yang dilakukan banyak orang seputar shalawat Nabi. Shalawat Nabi memang banyak macamnya. Namun secara global dapat dibagi menjadi dua.

a. Shalawat Yang Disyari’atkan. 
Yaitu shalawat yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada para sahabatnya. Bentuk shalawat ini ada beberapa macam. Syaikh Al Albani rahimahullah dalam kitab Shifat Shalat Nabi menyebutkan ada tujuh bentuk shalawat dari hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ustadz Abdul Hakim bin Amir bin Abdat hafizhahullah di dalam kitab beliau, Sifat Shalawat & Salam, membawakan delapan riwayat tentang sifat shalawat Nabi. Di antara bentuk shalawat yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ialah :

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى (إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى) آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ (فِي رِوَايَةٍ: وَ بَارِكْ) عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى (إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى) آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad kama shollaita ‘ala Ibrahim wa ‘ala ali Ibrahim, innaka hamidun majid. Allahumma barik ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad kama barokta ‘ala Ibrahim wa ‘ala ali Ibrahim, innaka hamidun majid.”

Ya, Allah. Berilah
(yakni, tambahkanlah) shalawat (sanjungan) kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi shalawat kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji (lagi) Maha Mulia. Ya, Allah. Berilah berkah (tambahan kebaikan) kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi berkah kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji (lagi) Maha Mulia.
[HR Bukhari, Muslim, dan lainnya. Lihat Shifat Shalat Nabi, hlm. 165-166, karya Al Albani, Maktabah Al Ma’arif].

Dan termasuk shalawat yang disyari’atkan, yaitu shalawat yang biasa diucapkan dan ditulis oleh Salafush Shalih. Syaikh Abdul Muhshin bin Hamd Al ‘Abbad hafizhahullah berkata, ”Salafush Shalih, termasuk para ahli hadits, telah biasa menyebut shalawat dan salam kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menyebut (nama) beliau, dengan dua bentuk yang ringkas, yaitu:
صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ (shalallahu ‘alaihi wa sallam) dan
عَلَيْهِ الصّلاَةُ وَالسَّلاَمُ (‘alaihish shalaatu was salaam).

Alhamdulillah, kedua bentuk ini memenuhi kitab-kitab hadits. Bahkan mereka menulis wasiat-wasiat di dalam karya-karya mereka untuk menjaga hal tersebut dengan bentuk yang sempurna. Yaitu menggabungkan antara shalawat dan permohonan salam atas Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
[Fadh-lush Shalah ‘Alan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, hlm. 15, karya Syaikh Abdul Muhshin bin Hamd Al ‘Abbad]

b. Shalawat Yang Tidak Disyari’atkan. 
Yaitu shalawat yang datang dari hadits-hadits dha’if (lemah), sangat dha’if, maudhu’ (palsu), atau tidak ada asalnya. Demikian juga shalawat yang dibuat-buat (umumnya oleh Ahli Bid’ah), kemudian mereka tetapkan dengan nama shalawat ini atau shalawat itu. Shalawat seperti ini banyak sekali jumlahnya, bahkan sampai ratusan. Contohnya, berbagai shalawat yang ada dalam kitab Dalailul Khairat Wa Syawariqul Anwar Fi Dzikrish Shalah ‘Ala Nabiyil Mukhtar, karya Al Jazuli
(wafat th. 854H).
Di antara shalawat bid’ah ini ialah shalawat Basyisyiyah, shalawat Nariyah, shalawat Fatih, dan lain-lain. Termasuk musibah, bahwa sebagian shalawat bid’ah itu mengandung kesyirikan.
(Lihat Mu’jamul Bida’, hlm. 345-346, karya Syaikh Raid bin Shabri bin Abi ‘Ulfah; Fadh-lush Shalah ‘Alan Nabi n , hlm. 20-24, karya Syaikh Abdul Muhshin bin Hamd Al ‘Abbad; Minhaj Al Firqah An Najiyah, hlm. 116-122, karya Syaikh Muhammad Jamil Zainu; Sifat Shalawat & Salam Kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, hlm. 72-73, karya Ustadz Abdul Hakim bin Amir bin Abdat)

Musibah menghapus dosa

Hadits Sahih (205.0724)
-------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Musibah menghapus dosa

Sahih al-Bukhori:5209

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: 

مَا مِنْ مُصِيبَةٍ تُصِيبُ الْمُسْلِمَ إِلاَّ كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا عَنْهُ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا.

Dari Aisyah ra, istri Nabi saw, dia berkata: Rasulullah saw bersabda: 

Tidaklah suatu musibah yang menimpa seorang Muslim melainkan Allah akan menghapus (dosa orang itu) dengannya, bahkan duri yang menyakitinya sekalipun.

Pesan :
1. Musibah yang menimpa seorang hamba, sekecil apapun itu akan menghapus kesalahannya.
2. Maha baik Allah yang tidak menyia-nyiakan hal sekecil apapun, bahkan sepotong duri saja yang melukai kita akan Allah jadikan penghapus dosa.

Sabtu, 23 Juli 2022

Jangan Marah

One Day One Hadits (192)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Jangan Marah

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلاً قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَوْصِنِي، قَالَ : لاَ تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَاراً، قَالَ: لاَ تَغْضَبْ [رواه البخاري]

Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu sesungguhnya seseorang bertanya kepada Rasulullah sholallohu ‘alaihi wa sallam : (Ya Rasulullah ) nasihatilah saya. Beliau bersabda : Jangan kamu marah. Beliau menanyakan hal itu berkali-kali. Maka beliau bersabda : Jangan engkau marah.(Riwayat Bukhari)

Pelajaran yang terdapat dalam hadits:

1. Sabda beliau: Jangan marah maknanya adalah: jangan engkau realisasikan kemarahanmu, dan larangan tersebut bukan kembali kepada sifat marah itu sendiri, karena sifat marah adalah tabiat manusia dan tidak mungkin bagi manusia untuk untuk menolak sifat itu. 

Dalam hadits yang lain:

جاء رجل إلى النبى ( صلى الله عليه وسلم ) فقال : يارسول الله : علمنى علماً يقربنى من الجنة ويبعدنى عن النار قال : لا تغضب ولك الجنة 

seorang laki-laki pernah mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lalu berkata:'Wahai Rasulullah ajarkan kepadaku suatu ilmu yang mendekatkan aku ke Surga dan menjauhkan aku dari Neraka.'Beliau shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:'Jangan marah dan bagimu Surga.

2. Yang dimaksud dengan meninggalkan marah adalah menjauhi segala sebab dan sarananya dan segala perkara yang bisa menjerumuskan ke dalam hal tersebut.
 
3. Di dalamnya ada kaidah untuk sadu dzari'ah  (menutup sarana yang menjerumuskan kepada keharaman), dan bahwasanya menjaga lebih baik daripada mengobati.

4. Marah menghalangi seseorang dari berlaku adil dalam perkataan dan perbuatan.

5. Orang yang tidak marah akan perbuatannya dan perkataannya terkontrol baik dalam kondisi ridha maupun marah.

6. Tidak marah tanda kesempurnaan akal.

7. Keburukan semuanya ada dalam kemarahan.

8. Kemarahan dari Syetan.

9. Orang yang kuat adalah orang yang menguasai hawa nafsunya ketika sedang marah.

10. Orang yang bisa mengendalikan marah berhak mendapatkan janjiNya yaitu,"SURGA."

Tema hadist yang berkaitan dengan Al-Quran:

Menahan amarah sifat orang yang taqwa.

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
[Surat Ali 'Imran 134].

Tadabbur Al-Quran Hal. 232

Tadabbur Al-Quran Hal. 232
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Hud ayat 94 :

وَلَمَّا جَاۤءَ اَمْرُنَا نَجَّيْنَا شُعَيْبًا وَّالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ بِرَحْمَةٍ مِّنَّاۚ وَاَخَذَتِ الَّذِيْنَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ فَاَصْبَحُوْا فِيْ دِيَارِهِمْ جٰثِمِيْنَۙ

Maka ketika keputusan Kami datang, Kami selamatkan Syuaib dan orang-orang yang beriman bersamanya dengan rahmat Kami. Sedang orang yang zalim dibinasakan oleh suara yang mengguntur, sehingga mereka mati bergelimpangan di rumahnya,

- Tafsir Al Muyassar Hud ayat 94 :

Maka tatkala datang ketetapan Kami dengan membinasakan kaum Syuaib. Kami selamatkan rasul Kami, Syuaib beserta orang-orang beriman yang bersamanya dengan rahmat dari Kami. Dan Kami binasakan orang-orang zalim itu dengan suara yang sangat keras dari langit, lalu membinasakan mereka sehingga mereka mati tersungkur di atas lutut-lutut mereka di kediaman mereka tanpa gerakan.

- Mujam Hud ayat 94 :

Jasimin merupakan kata pinjaman yang ditujukan bagi orang-orang yang berdiam diri Ada ungkapan Jasama At-Täiru' apabila burung itu duduk dan melekat ke tanah. Dan kata AlJusman artinya seseorang sedang dalam posisi duduk, dan 'Rajulun Jusmatan
wa Jasamah adalah kata kiasan bagi orang yang banyak tidur dan pemalas. (Ar-Ragib Al-Asfahani, Mujam Mufradāti Alfazi Al-Qurani, 1431 H/2010 M: 68).

Pahala yg akan mengalir sehingga hari kiamat

Tematik (84)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Pahala yg akan mengalir sehingga hari kiamat..

Pahala seseorang yang tetap mengalir walau orang tersebut telah meninggal, telah disebutkan di dalam hadis yang lain. “Apabila bani Adam meninggal maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga hal; Sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang soleh yang mendoakannya”..
[Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah].

Namun doa anak yg soleh akan terhenti apabila anak tersebut meninggal dunia, ilmu yg dimanfaat akan terhenti apabila ilmu tersebut telah diangkat oleh Allah swt dan pahala harta yg diwakafkan akan terhenti apabila harta itu telah musnah..

Lalu apakah amalan yg mampu mengalirkan pahala sehingga ke kiamat??

Ribat !!
Bandingan mereka yang menginfaqkan harta-harta mereka di jalan Allah seperti bandingan sebiji benih yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkainya mengandungi 100 benih, dan Allah menggandakan untuk sesiapa yang Dia kehendaki dan Allah itu Maha Luas lagi Maha Mengetahui.
(QS. al-Baqarah: 126)

Ribat ini dirujuk oleh firman Allah Taala:

Wahai orang-orang beriman, bersabarlah kamu, sama-samalah bersabar (berhadapan dengan musuh), lakukanlah ribat dan bertaqwalah kepada Allah mudah-mudahan kamu beroleh kejayaan.
(QS.Ali Imran : 200).

Kelebihan Ribat ini disebut dalam banyak hadis Nabi saw antaranya Hadis riwayat Imam Bukhari daripada Sahl bin Sa`ad al-Sa`idi r.a bahawa Rasulullah saw bersabda:

رِبَاطُ يَوْمٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا عَلَيْهَا

Maksudnya: Ribat sehari di jalan Allah lebih baik daripada dunia dan isinya..

Muslim meriwayatkan daripada Salman al-Farisi r.a katanya, saya mendengar Rasulullah saw bersabda:

رِبَاطُ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ خَيْرٌ مِنْ صِيَامِ شَهْرٍ وَقِيَامِهِ وَإِنْ مَاتَ جَرَى عَلَيْهِ عَمَلُهُ الَّذِي كَانَ يَعْمَلُهُ وَأُجْرِيَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ وَأَمِنَ الْفَتَّانَ

Maksudnya: Ribat sehari semalam lebih baik daripada berpuasa dan mengerjakan qiyam selama sebulan. Dan sekiranya dia mati akan berterusanlah amalan yang sebelumnya sentiasa dilakukannya. Rezekinya pula akan diteruskan dan terselamat daripada para penguji (kubur).

Dalam riwayat Tirmizi daripada Salman al-Farisi menyebut Rasulullah saw bersabda:

رِبَاطُ يَوْمٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَفْضَلُ وَرُبَّمَا قَالَ خَيْرٌ مِنْ صِيَامِ شَهْرٍ وَقِيَامِهِ وَمَنْ مَاتَ فِيهِ وُقِيَ فِتْنَةَ الْقَبْرِ وَنُمِّيَ لَهُ عَمَلُهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

Maksudnya: Ribat sehari di jalan Allah lebih afdhal –mungkin beliau berkata – lebih baik – berbanding puasa dan qiyam selama sebulan. Dan sesiapa yang mati dalam keadaan Ribat terselamat daripada ujian kubur dan dicambahkan untuknya amalannya sehingga ke hari Qiamat.

Nasaei pula meriwayatkan daripada Uthman bin Affan r.a bahawa Nabi saw bersabda:

إِنَّ رِبَاطَ يَوْمٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ يَوْمٍ مِمَّا سِوَاهُ فَلْيُرَابِطْ امْرُؤٌ حَيْثُ شَاءَ

Maksudnya: Sesungguhnya Ribat sehari di jalan Allah lebih afdhal daripada seribu hari selainnya. Maka hendaklah melakukan ribat seseorang itu di mana sahaja dia mahu.

Ibn Abi Syaibah meriwayatkan daripada Makhul r.a bahawa Nabi saw bersabda:

تمام الرباط أربعون يوما

Maksudnya: Kesempurnaan Ribat ialah 40 hari.

Rasulullah (shallallahu alaihi wa sallam) bersabda; “Satu hari ribath di jalan Allah adalah lebih baik dari pada dunia dan seisinya, tempat cambuk salah seorang dari kalian di surga lebih baik dari dunia dan seisinya”..
[Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Sahl bin Sa’ad].

Rasulullah (shallallahu alaihi wa sallam) bersabda;
“Ribat sehari semalam lebih baik daripada puasa & shalat malam sebulan penuh, jika dia meninggal maka amalannya senantiasa mengalir sebagaimana yg pernah dia amalkan, mengalir pula rizekinya & terbebas dari fitnah (kubur)..
[Diriwayatkan oleh Muslim dari Salman].

Rasulullah (shallallahu alaihi wa sallam) bersabda;
“Satu hari ribat di jalan Allah adalah lebih baik dari seribu hari dihabiskan untuk selain itu”.
[Hadits Hasan; diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan An-Nasa`i dari Utsman bin Affan].

Abu Hurairah (radhiyallahu anhu) berkata;
“Satu hari ribath di jalan Allah lebih aku cintai dari pada solat malam pada malam Lailatul Qadar di salah satu dari dua masjid; Masjid al-Haram dan Masjid Rasulullah (shallallahu alaihi wa sallam)
[Sunan Sa’id bin Manshur].

Salah seorang Anshar datang kepada Umar bin Khaththab (radhiyallahu anhu), Umar bertanya kepadanya; “Dari mana saja engkau?” dia menjawab; “Dari melakukan ribat”, Umar bertanya lagi; “Berapa hari engkau melakukan ribat?” dia menjawab; “Tiga puluh hari”. Umar berkata kepadanya; “Kenapa engkau tidak melengkapinya dengan melakukannya selama empat puluh hari?”. [Mushannaf Abdir Razzaq].

Anak Ibnu Umar (radhiyallahu anhum) melakukan ribath selama 30 hari, lalu dia pulang, maka Ibnu Umar berkata kepadanya; “Aku tekankan engkau sebaiknya kembali dan melakukan ribath sepuluh malam lagi hingga genap menjadi empat puluh hari”
[Mushannaf Ibnu Abi Syaibah].

Abu Hurairah (radhiyallahu anhu) berkata;
“Ribat yang sempurna adalah selama empat puluh hari”
[Mushannaf Ibnu Abi Syaibah].

Berdasarkan atsar ini dan lainnya, ketika Imam Ahmad (rahimahullah) ditanya; “Berapa lamakah waktu terbaik untuk ribat?” Dia menjawab; “Empat puluh hari”. Ishaq bin Rahawaih berkata; “Ini sebagaimana yang dia katakan”.
[Masa`il al-Imam Ahmad wa Ishaq ibn Rahawaih]

Atsar-atsar ini menunjukkan bahawa ketika seseorang hendak melakukan ribath, maka yang terbaik baginya (dan bukan hal yang wajib) untuk melakukannya setidaknya empat puluh hari atau lebih, sebelum dia kembali ke tempatnya untuk beristirehat. Ini adalah ribath menurut manhaj kaum salaf.

Rasulullah (shallallahu alaihi wa sallam) bersabda;
“Semua orang yang meninggal maka amalnya akan terhenti di saat dia meninggal, kecuali murabith, amalnya akan terus berkembang hingga hari kiamat, dan dia aman dari fitnah kubur”..
[Shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud dan At-Tirmidzi dari Fadalah bin Ubaid].

Hadis Nabi (shallallahu alaihi wa sallam) yang diriwayatkan oleh Muslim dari Salman al-Farisi (radhiyallahu anhu) di atas telah menyebutkan;
“jika dia (murabith) meninggal maka amalannya sentiasa mengalir sebagaimana yg pernah dia amalkan, mengalir pula rezekinya & terbebas dari fitnah (kubur)”.

Kematian ini adalah kematian yang paling mulia dan pahala ini telah dijamin bagi seorang Murabitun yang meninggal di saat Ribath, bahkan jika kematiannya adalah kerana penyakit, usia, atau kecelakaan. Berapa banyak lagi kemuliaan apabila kematiannya adalah kesyahidan yang disebabkan oleh serangan udara dari tentara salib dan sekutu murtad mereka?

Ibnu Abbas (radhiyallahu anhuma) berkata; bahawasanya Rasulullah (shallallahu alaihi wa sallam) bersabda; “Permulaan urusan ini adalah kenabian dan rahmat, kemudian datang kekhalifahan dan rahmat, kamudian akan datang kerajaan dan rahmat, kemudian akan datang imarah dan rahmat, lalu setelah itu akan saling menggigit satu sama lain terhadap dunia sebagaimana keledai yang menggigit. Maka lakukanlah jihad, dan sesungguhya sebaik-baik jihad kalian adalah ribath, dan sebaik-sebaik ribath kalian adalah di ‘Asqalan”.
[Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dengan sanad hasan]. ‘Asqalan adalah nama kota di Palestina.

Hadis yang serupa juga diriwayatkan dengan sedikit perbezaan dalam redaksi kalimatnya (dengan penambahan dan pengurangan), baik itu sabda dari Nabi (shallallahu alaihi wa sallam) ataukah dari perkataan beberapa shahabat (radhiyallahu anhum).
[Lihat Ibnu Abi Syaibah, Ibnu Hibban dan Al-Hakim].
Wallahualam..

Imam Ahmad (rahimahullah) berkata, “Dalam pandanganku, tidak ada yang menyamai pahala jihad dan ribat. Ribath mempertahankan kaum muslimin dan keluarga mereka. Ini menguatkan orang-orang yang ada di pos perbatasan dan orang-orang yang di medan pertempuran. Kerana itu, ribat adalah akar dan cabang dari jihad. Jihad lebih baik dari ribath karena kesulitan dan kelalahannya… ribath yang terbaik adalah yang paling sengit”. [Al-Mughni].

Jumat, 22 Juli 2022

Azab bagi orang yang sombong

Hadits Sahih (203.0722)
-------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Azab bagi orang yang sombong

Sahih al-Bukhori:3226

عَنْ ابْنِ عُمَرَ: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: 

بَيْنَمَا رَجُلٌ يَجُرُّ إِزَارَهُ مِنْ الْخُيَلاَءِ خُسِفَ بِهِ فَهُوَ يَتَجَلْجَلُ فِي الأَرْضِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.

Dari Ibn Umar: Bahwa Nabi saw bersabda: 

Sementara seorang laki-laki menyeret kainnya karena kesombongan, ia dibenamkan (ke dalam bumi), dan orang itu terus meronta-ronta di dalam tanah hingga hari kiamat. 

Pesan :
Sombong adalah salah satu sifat tercela yang wajib dijauhi oleh seorang mu'min. Karena jika seseorang sombong, ia tidak akan menerima kebenaran dari orang lain dan tidak akan mengaku jika ia salah.

Tadabbur Al-Quran Hal. 231

Tadabbur Al-Quran Hal. 231
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.
- Hud ayat 85 :

وَيٰقَوْمِ اَوْفُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيْزَانَ بِالْقِسْطِ وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ اَشْيَاۤءَهُمْ وَلَا تَعْثَوْا فِى الْاَرْضِ مُفْسِدِيْنَ

Dan wahai kaumku! Penuhilah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan jangan kamu membuat kejahatan di bumi dengan berbuat kerusakan.

- Tafsir Al Muyassar Hud ayat 85 :

Hai kaumku, sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kalian merugikan orang-orang akan hak mereka dalam segala hal. Janganlah kalian berjalan di bumi Allah dengan berbuat maksiat kepada-Nya dan menyebarkan kerusakan.

- Mu'jam Hud ayat 85 :

تَبْخَسُوا

Al-Bukhsu artinya berkurangnya sesuatu dengan cara zalim. Allah Swt. berfirman, ..dan mereka di dunia tidak akan dirugikan.... (Q5 Hüd, 11: 15), .dan jangan kamu merugikan orang sedikit pun. (Q5 Al-Araf, 7: 85). Kata Al-Bukhsu dan Al Bakhis ialah sesuatu yang tidak sempurna, yang berkurang. Allah berfirman, sebab mereka tidak tertarik kepadanya.... (OS Yüsuf, 12: 20). (Ar-Ragib Al-Asfahani, Mu'jam Mufradati Alfazi A-Qur äni, 1431 H/2010 M:33)

Kamis, 21 Juli 2022

Do'a Keluar Rumah dan Keutamaannya

One Day One Hadits (191)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Do'a Keluar Rumah dan Keutamaannya


عن أناس بن مالك رضى الله عنه قال: أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال:
إِذَا خَرَجَ الرَّجُلُ مِنْ بَيْتِهِ فَقَالَ: “بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ” قَالَ: « يُقَالُ حِينَئِذٍ: هُدِيتَ وَكُفِيتَ وَوُقِيتَ. فَتَتَنَحَّى لَهُ الشَّيَاطِينُ، فَيَقُولُ لَهُ شَيْطَانٌ آخَرُ: كَيْفَ لَكَ بِرَجُلٍ قَدْ هُدِىَ وَكُفِىَ وَوُقِىَ
(رواه الترمذي)

Dari Anas bin Malik radhi Allooh 'anni bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Jika seseorang keluar dari rumahnya lalu membaca (zikir): Bismillahi tawakkaltu ‘alallahi, walaa haula wala quwwata illa billah (Dengan nama Allah, aku berserah diri kepada-Nya, dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan-Nya), maka malaikat akan berkata kepadanya: “(sungguh) kamu telah diberi petunjuk (oleh Allah Ta’ala), dicukupkan (dalam segala keperluanmu) dan dijaga (dari semua keburukan)”, sehingga setan-setanpun tidak bisa mendekatinya, dan setan yang lain berkata kepada temannya: Bagaimana (mungkin) kamu bisa (mencelakakan) seorang yang telah diberi petunjuk, dicukupkan dan dijaga (oleh Allah Ta’ala)?” (Hr At-Tarmizi)

Pelajaran yang terdapat dalam hadist:

1. Keutamaan orang yang mengucapkan zikir ini ketika keluar rumah, dan bahwa ini merupakan sebab dia diberi petunjuk, dicukupkan dan dijaga oleh Allah Ta’ala.

2. Keutamaan yang disebutkan dalam hadits ini akan diberikan kepada orang yang mengucapkan zikir ini dengan benar-benar merealisasikan konsekwensinya, yaitu berserah diri dan bersandar sepenuhnya kepada Allah Ta’ala.

3. Syaitan tidak memiliki kemampuan untuk mencelakakan orang-orang yang benar-benar beriman dan bersandar sepenuhnya kepada Allah Ta’ala. 

Tema hadist yang berkaitan dengan Al-Quran:

1. Kekuatan Orang-orang yang beriman dengan benar.

إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ * إِنَّمَا سُلْطَانُهُ عَلَى الَّذِينَ يَتَوَلَّوْنَهُ وَالَّذِينَ هُمْ بِهِ مُشْرِكُونَ

“Sesungguhnya syaitan itu tidak memiliki kekuasaan (untuk mencelakakan) orang-orang yang beriman dan bertawakkal (berserah diri) kepada Rabbnya. Sesungguhnya kekuasaan syaitan hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah” (QS an-Nahl: 99-100).

2. Bertawakal (berserah diri dan bersandar sepenuhnya) kepada Allah Ta’ala merupakan sebab utama untuk mendapatkan petunjuk dan perlindungan Allah dalam semua urusan manusia. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ

“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (segala keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya” (QS ath-Thalaaq: 3)

Rabu, 20 Juli 2022

Taubat seorang pembunuh

Hadits Sahih (201.0720)
-------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Taubat seorang pembunuh

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: 

كَانَ فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ رَجُلٌ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ إِنْسَانًا ثُمَّ خَرَجَ يَسْأَلُ، فَأَتَى رَاهِبًا فَسَأَلَهُ، فَقَالَ لَهُ: هَلْ مِنْ تَوْبَةٍ؟ قَالَ: لاَ. فَقَتَلَهُ فَجَعَلَ يَسْأَلُ، فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ: ائْتِ قَرْيَةَ كَذَا وَكَذَا، فَأَدْرَكَهُ الْمَوْتُ فَنَاءَ بِصَدْرِهِ نَحْوَهَا، فَاخْتَصَمَتْ فِيهِ مَلاَئِكَةُ الرَّحْمَةِ وَمَلاَئِكَةُ الْعَذَابِ، فَأَوْحَى اللَّهُ إِلَى هَذِهِ أَنْ تَقَرَّبِي، وَأَوْحَى اللَّهُ إِلَى هَذِهِ أَنْ تَبَاعَدِي، وَقَالَ: قِيسُوا مَا بَيْنَهُمَا، فَوُجِدَ إِلَى هَذِهِ أَقْرَبَ بِشِبْرٍ فَغُفِرَ لَهُ.

Dari Abu Sa'id al-Khudri ra, dari Nabi saw bersabda: 

Ada seseorang dari kalangan Bani Isra'il yang telah membunuh sembilan puluh sembilan orang, kemudian dia pergi untuk bertanya (tentang peluang ampunan). Maka dia menemui seorang pendeta dan bertanya, ia berkata kepadanya: Apakah ada peluang taubat (untukku)? Dia menjawab: Tidak ada. Maka dia membunuhnya. Kemudian dia bertanya lagi, maka seorang laki-laki berkata kepadanya: Datangilah desa ini dan itu. Kemudian orang itu (pergi menuju desa dimaksud) dan ketika hampir menemui ajalnya, dia bangkit sambil memegang dadanya mengarah kepadanya (desa tersebut, namun akhirnya meninggal dunia). Maka malaikat rahmat dan malaikat adzab berselisih atasnya. Maka Allah mewahyukan kepadanya (desa untuk mencari taubat) agar mendekat dan mewahyukan kepadanya (tempat dia melakukan kejahatan) agar menjauh lalu berfirman: Ukurlah jarak keduanya. Ternyata ia didapati lebih dekat ke ini (desa yang dituju) sejauh satu jengkal, maka dia diampuni.

Pesan :
Hendaknya kita mengambil pelajaran dari cerita yang sudah masyhur ini. Pintu taubat senantiasa terbuka hingga matahari terbit dari barat, karena itu jangan sampai dosa di masa lalu anda menghalangi anda untuk bertaubat kepada Allah dan memperbaiki diri anda. Percayalah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Pengasih.

Selasa, 19 Juli 2022

Tiga Pedoman Hidup

One Day One Hadits (190)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Tiga Pedoman Hidup

عَنْ أَبِي ذَرّ جُنْدُبْ بْنِ جُنَادَةَ وَأَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ مُعَاذ بْن جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ “
[رواه الترمذي وقال حديث حسن وفي بعض النسخ حسن صحيح]

Dari Abu Zar, Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman, Mu’az bin Jabal radhiallahuanhuma dari Rasulullah saw beliau bersabda : Bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada, iringilah keburukan dengan kebaikan niscaya menghapusnya dan pergauilah manusia dengan akhlak yang baik “
(Riwayat Turmuzi, dia berkata haditsnya hasan, pada sebagian cetakan dikatakan hasan shahih).

Pelajaran yang terdapat dalam hadits :

1. Takwa kepada Allah merupakan kewajiban setiap muslim dan dia merupakan asas diterimanya amal shaleh.
2. Bersegera melakukan ketaatan setelah keburukan secara langsung, karena kebaikan akan menghapus keburukan.
3. Bersungguh-sungguh menghias diri dengan akhlak mulia.
4. Menjaga pergaulan yang baik merupakan kunci kesuksesan, kebahagiaan dan ketenangan di dunia dan akhirat. Hal tersebut dapat menghilangkan dampak negatif pergaulan.

Tema hadits yang berkaitan dengan Al-Quran:

1. Takwa, bekal disetiap tempat dan waktu 

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الألْبَابِ

Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku, hai orang-orang yang berakal.(Al-Baqarah:197)

2. Akhlak mulia

وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ 

Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur. (Al-Qolam:4).

Tadabbur Al-Quran Hal. 230

Tadabbur Al-Quran Hal. 230
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Hud ayat 78 :

وَجَاۤءَهٗ قَوْمُهٗ يُهْرَعُوْنَ اِلَيْهِۗ وَمِنْ قَبْلُ كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ السَّيِّاٰتِۗ قَالَ يٰقَوْمِ هٰٓؤُلَاۤءِ بَنَاتِيْ هُنَّ اَطْهَرُ لَكُمْ فَاتَّقُوا اللّٰهَ وَلَا تُخْزُوْنِ فِيْ ضَيْفِيْۗ  اَلَيْسَ مِنْكُمْ رَجُلٌ رَّشِيْدٌ

Dan kaumnya segera datang kepadanya. Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan keji [730]. Lut berkata, “Wahai kaumku! Inilah putri-putri (negeri)ku mereka lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu orang yang pandai?”

- [730] Maksud "perbuatan keji" disini ialah mengerjakan "liwath" (homoseksual)

- Tafsir Al Muyassar Hud ayat 78 :

Maka kaum Luth mendatanginya dengan segera untuk berbuat keji. Sejak dulu, dari sebelum kedatangan
para malaikat ini, mereka selalu mendatangi laki-laki untuk memuaskan hasrat nafsu mereka, bukan kepada perempuan. Maka berkata Luth kepada kaumnya, "Ini
anak-anak perempuanku, nikahilah mereka karena mereka lebih suci bagi kalian dari apa yang kalian inginkan. Dia menyebut semua perempuan yang ada pada kaumnya sebagai anaknya, karena nabi pada suatu umat berada
pada posisi ayah bagi mereka. Takutlah kalian kepada Allah dan jauhilah siksa-Nya. Janganlah kalian mencemarkan nama baikku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antara
kalian laki-laki yang memiliki akal, yang bisa mencegah orang berbuat keji sehingga kekejian itu tidak dilakukan? Menghina tamu adalah aib atau cela, yang hanya dilakukan oleh orang-orang bodoh!"

Sampaikanlah walau satu ayat

Hadits Sahih (200.0719)
-------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Sampaikanlah walau satu ayat

Sahih al-Bukhori:3202

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: 

بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً، وَحَدِّثُوا عَنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلاَ حَرَجَ، وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ.

Dari Abdullah ibn Amr: Bahwa Nabi saw bersabda: 

Sampaikan dariku sekalipun satu ayat dan ceritakanlah (apa yang kalian dengar) dari Bani Isra'il dan itu tidak apa (dosa). Dan barang siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja maka bersiap-siaplah menempati tempat duduknya di neraka.

Pesan :
1. Perintah menyampaikan ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah kepada orang lain, meskipun hanya satu ayat.
2. Menceritakan kisah dari Bani Israil diperbolehkan selama diketahui bahwa cerita itu tidaklah bohong.
3. Ancaman bagi orang yang berdusta atas nama Nabi Muhammad saw.

Senin, 18 Juli 2022

LARANGAN MENAHAN BAJU DAN RAMBUT SAAT SHALAT

Tematik (82)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

LARANGAN MENAHAN BAJU DAN RAMBUT SAAT SHALAT

Larangan Menahan Baju dan Rambut(Mengikatnya)
Ibnu Abbas radhiallahu anhuma mengabarkan dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tentang sabda beliau,

أُمِرْنَا أَنْ نَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْظَمٍ وَلاَ نَكُفَّ ثَوْبًا وَلاَ شَعْرًا

Kita diperintah untuk sujud di atas tujuh tulang dan kita tidak boleh menahan pakaian serta rambut (ketika mengerjakan shalat).” (HR. al-Bukhari no. 810, 815, 816 dan Muslim no. 1095)

Dalam lafaz yang lain disebutkan,

وَلاَ نَكْفِتَ الثِّيَابَ وَالشَّعْرَ

Kami tidak boleh menggabungkan/mengumpulkan pakaian dan rambut.” (HR. al-Bukhari no. 812 dan Muslim no. 1098)

Makna tidak boleh menggabungkan/mengumpulkan pakaian dan rambut” dalam an-Nihayah adalah menggabungkan dan mengumpulkannya agar tidak tersebar.

Yang dimaksud adalah mengumpulkan pakaian dengan kedua tangan ketika rukuk dan sujud."[1].

PENJELASAN ULAMA TENTANG MENAHAN BAJU DAN RAMBUT SAAT SHALAT
Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah mengatakan,

Secara lahiriah, larangan ini berlaku pada waktu seseorang hendak shalat[2]. Demikian pendapat yang dicondongi oleh ad-Dawudi. Dalam bab yang nanti akan dijelaskan, Imam al-Bukhari rahimahullah memberi judul hadits ini dengan, Bab La Yakuffu Tsaubahu fis Shalah. Artinya, Seseorang tidak boleh menahan pakaiannya di dalam shalat.” Judul yang dibuat oleh Imam al-Bukhari rahimahullah ini memperkuat pendapat tersebut (larangan hal tersebut khusus karena hendak shalat, -pent.).

Ulama lain, yakni Iyadh rahimahullah, menolak pendapat tersebut. Beliau menyatakan bahwa pendapat seperti itu menyelisihi pendapat yang dipegangi oleh jumhur ulama. Jumhur ulama membenci hal itu dilakukan oleh orang yang shalat, baik ia melakukannya dalam shalat atau sebelum masuk dalam pekerjaan shalatnya."[3].

Namun, mereka bersepakat, apabila seseorang melakukannya, hal itu tidak merusak shalatnya. Akan tetapi, Ibnul Mundzir rahimahullah menghikayatkan dari al-Hasan rahimahullah bahwa siapa yang melakukannya, dia wajib mengulangi shalatnya.

Di antara hikmah pelarangan tersebut adalah ketika seseorang mengangkat pakaian dan rambutnya karena tidak ingin bersentuhan dengan tanah, ia menyerupai orang yang sombong.” (Fathul Bari, 2/383)

Hikmah yang lain, kata ulama, semestinya rambut ikut sujud ketika orang yang shalat melakukan sujud. Rambut harus dibiarkan terurai, tidak boleh ditahan jatuhnya ke tanah. Karena itulah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mempermisalkan orang yang menahan rambutnya seperti orang yang shalat dalam keadaan kedua tangannya terikat ke belakang pundaknya. (al-Minhaj, 4/432)

Imam an-Nawawi rahimahullah berkata,
Dalam satu riwayat dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma disebutkan bahwa ia pernah melihat Abdullah ibnul Harits shalat dalam keadaan rambutnya dijalin dari belakang kepalanya[4]. Ibnu Abbas radhiallahu anhuma lantas bangkit dan melepaskan jalinan tersebut.

Ketika Abdullah selesai dari shalatnya, ia menghadap ke Ibnu Abbas radhiallahu anhuma seraya berkata, ‘Apa yang Anda lakukan dengan rambutku?’

Ibnu Abbas radhiallahu anhuma berkata, ‘Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّمَا مَثَلُ هَذَا مَثَلُ الَّذِي يُصَلِّي وَهُوَ مَكْتُوْفٌ

‘Permisalan orang yang mengikat rambutnya itu seperti orang yang shalat dalam keadaan kedua tangannya terikat di belakang pundaknya’.” [5]

Imam an-Nawawi rahimahullah juga mengatakan,
Ulama bersepakat tentang larangan seseorang shalat dalam keadaan pakaiannya disingsingkan/diangkat, lengan bajunya disingsingkan atau semisalnya, rambutnya dipilin, rambutnya dimasukkan di bawah sorban."[6], atau selainnya. Semua ini terlarang berdasarkan kesepakatan ulama. Hukumnya ialah karahah tanzih (makruh, tidak sampai haram). Apabila seseorang shalat dalam keadaan demikian, sungguh ia telah berbuat jelek dalam shalatnya. Namun, shalatnya tetap sah.

Abu Ja’far Muhammad bin Jarir ath-Thabari rahimahullah berargumen tentang hal ini dengan kesepakatan ulama. Ibnul Mundzir rahimahullah menghikayatkan dari al-Hasan al-Bashri rahimahullah tentang keharusan mengulang shalat apabila seseorang melakukan perbuatan yang dilarang tersebut. Jumhur ulama berpendapat bahwa larangan tersebut berlaku mutlak bagi orang yang shalat, baik ia sengaja melakukannya karena hendak mengerjakan shalat."[7] ataupun keadaannya memang demikian sebelum ia mengerjakan shalat.” (al-Minhaj, 4/430—432)

Ibnul Atsir rahimahullah berkata dalam an-Nihayah,

Makna hadits ini[8] adalah bila seseorang membiarkan rambutnya terurai, niscaya rambut itu akan jatuh ke bumi/tanah ketika ia sujud. Dia akan diberi pahala sujud dengan rambutnya tersebut. Namun, apabila rambut itu dipilin, maknanya rambut itu dibiarkan tidak ikut sujud. Nabi shallallahu alaihi wa sallam pun menyerupakannya dengan orang yang sujud dalam keadaan terikat kedua lengannya karena kedua lengan tersebut tidak menyentuh tanah saat sujud.

Alasan dilarangnya perbuatan tersebut juga ditunjukkan oleh hadits Abu Rafi’ radhiallahu anhu, maula Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Abu Rafi’ pernah melewati al-Hasan bin Ali radhiallahu anhuma yang sedang shalat dalam keadaan jalinan rambutnya ditekuk ke tengkuknya. Abu Rafi’ radhiallahu anhu lalu melepasnya (mengurainya). Al-Hasan radhiallahu anhu pun menoleh kepadanya dengan marah.

Abu Rafi’ radhiallahu anhu berkata, Menghadaplah ke shalatmu dan jangan marah. Sebab, aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

ذَلِكَ كِفْلُ الشَّيْطَانِ

Pilinan rambut itu adalah tempat duduk setan.” (HR. Abu Dawud no. 646 dan at-Tirmidzi no. 384. Al-Albani rahimahullah menilai hadits ini hasan dalam Shahih Abi Dawud dan Shahih at-Tirmidzi)

Imam at-Tirmidzi rahimahullah berkata, Hal ini diamalkan oleh para ulama, yaitu mereka membenci seorang lelaki shalat dalam keadaan rambut kepalanya dipilin.” (Sunan at-Tirmidzi, Bab Ma Ja`a fi Karahiyati Kaffisy Sya’ra fish Shalah”)

Adapun Imam al-Baihaqi rahimahullah mengatakan sebagaimana dinukil oleh Imam al-Albani rahimahullah dalam Ashlu Shifati Shalatin Nabi (2/746), “Kami meriwayatkan kemakruhan hal tersebut dari Umar, Ali, Hudzaifah, dan Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhum.

Imam Ibnu Hazm rahimahullah berkata, “Tidak halal seorang yang shalat menggabungkan pakaiannya atau mengumpulkan rambutnya dengan tujuan karena hendak shalat[9], berdasarkan hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.” (al-Muhalla 2/318)

Syaikh al-Albani rahimahullah berkata, Tampaknya hukum ini khusus bagi laki-laki, tidak berlaku bagi wanita[10], sebagaimana dinukilkan oleh Asy-Syaukani rahimahullah dari al-Iraqi rahimahullah.” (Ashlu Shifati Shalatin Nabi, 2/743)

Al-Iraqi rahimahullah berkata, “Hukum ini khusus bagi laki-laki, tidak meliputi wanita. Sebab, rambut mereka (para wanita) adalah aurat, wajib ditutup di dalam shalat. Apabila ia melepaskan ikatan rambutnya, bisa jadi rambutnya tergerai dan sulit untuk menutupinya sehingga membatalkan shalatnya. Selain itu, akan menyulitkan apabila dia harus melepaskan rambutnya tatkala hendak shalat. Nabi shallallahu alaihi wa sallam sendiri telah memberikan keringanan kepada kaum wanita untuk tidak melepaskan ikatan rambut mereka ketika mandi wajib, padahal (hal ini) sangat perlu untuk membasahi seluruh rambut mereka di saat mandi tersebut.” (Nailul Authar 2/440)

Dalam hal ini kita jumpai dan saksikan, banyak kaum muslimin yang jatuh dalam perbuatan yang dilarang ini. Mereka biasa menggulung (melinting) lengan bajunya saat hendak berwudhu. Ketika hendak shalat, lengan baju tersebut tidak diturunkan kembali, tetapi dibiarkan tetap tergulung. Semua itu mereka lakukan karena ketidaktahuan mereka tentang hukum agamanya.

Wallahul musta’an.

Catatan Kaki
[1] Ia menarik bajunya atau melipatnya hingga terangkat. (asy-Syarhul Mumti’, 1/460)

Contoh menahan baju ialah seseorang mengambil ujung pakaiannya, lalu ia masukkan ke dalam ikat pinggang atau tali celananya. Contoh menahan rambut ialah seseorang mengambil bagian yang terurai dari rambutnya lalu dia jalin untuk digabungkan dengan rambut di atas kepala, atau ia mengikatnya dengan benang, karet, dan yang semisalnya. (at-Ta’liqat ar-Radhiyyah ‘ala ar-Raudhatin Nadiyyah, 1/256)

[2] Maksudnya, seseorang menarik/menggulung/melipat pakaian yang dia kenakan dan mengikat rambutnya karena hendak mengerjakan shalat.

[3] Ulama mengatakan, Tidak ada perbedaan antara ia melakukannya tatkala hendak shalat karena shalat tersebut, atau ia melakukannya sebelum mengerjakan shalat. Misalnya, ia sedang bekerja dan menarik/menggulung/melipat lengan bajunya atau bagian bawah celananya. Ketika hendak shalat ia membiarkan lengan bajunya tetap tergulung/terlipat. Terhadap orang yang seperti ini, kita katakan kepadanya, ‘Lepaskan lipatan/gulungan lengan bajumu’.” (asy-Syarhul Mumti’, 1/461)

[4] Rambutnya dipilin, kemudian ujung-ujung rambut disatukan dengan pangkalnya.

[5] HR. Muslim no. 1101.

[6] Rambut bagian bawah yang semestinya tidak tertutupi oleh sorban dipaksakan untuk dimasukkan ke dalam sorban karena tidak ingin rambutnya terkena tanah ketika sujud.

[7] Ia sengaja menyingsingkan baju atau lengan bajunya, misalnya karena khawatir bajunya akan terkena kotoran ketika sujud. Hal ini jelas merupakan suatu bentuk kesombongan.

[8] Yang dimaksud adalah hadits,

إِنَّمَا مَثَلُ هَذَا مَثَلُ الَّذِي يُصَلِّي وَهُوَ مَكْتُوْفٌ

[9] Sama saja, apakah ia melakukannya karena hendak shalat ataukah bukan.

[10] Maksudnya, wanita tidak terlarang melakukan shalat dalam keadaan rambutnya dipilin. Sebab, larangan dalam hal ini hanya berlaku untuk laki-laki.