بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Senin, 25 September 2023

Pentingnya Mengenal Keburukan

One Day One Hadits (281)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Pentingnya Mengenal Keburukan

عَنْ حُذَيْفَةَ بْنَ الْيَمَان رضي اللَّه عنهِ يَقُولُ كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنْ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الْخَيْرِ فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ قُلْتُ وَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ قَالَ نَعَمْ وَفِيهِ دَخَنٌ قُلْتُ وَمَا دَخَنُهُ قَالَ قَوْمٌ يَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ قُلْتُ فَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ دُعَاةٌ إِلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوهُ فِيهَا قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا فَقَالَ هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا قُلْتُ فَمَا تَأْمُرُنِي إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ قَالَ تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ قُلْتُ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلَا إِمَامٌ قَالَ فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ 

Dari Hudaifah bin Al Yaman semoga Allah meridhoinya berkata; "Orang-orang bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang perkara-perkara kebaikan sedangkan aku bertanya kepada beliau tentang keburukan karena aku takut akan menimpaku. Aku bertanya; "Wahai Rasulullah, dahulu kami berada pada masa jahiliyyah dan keburukan lalu Allah mendatangkan kebaikan ini kepada kami, apakah setelah kebaikan ini akan datang keburukan?". Beliau menjawab: "Ya". Aku bertanya lagi; "Apakah setelah keburukan itu akan datang lagi kebaikan?". Beliau menjawab: "Ya, akan tetapi di dalamnya ada "dukhn" (kotorannya) ". Aku bertanya lagi; "Apa kotorannya itu?". Beliau menjawab: "Yaitu suatu kaum yang memimpin tanpa mengikuti petunjukku, kamu mengenalnya tapi sekaligus kamu ingkari". Aku kembali bertanya; "Apakah setelah kebaikan (yang ada kotorannya itu) akan timbul lagi keburukan?". Beliau menjawab: "Ya, yaitu para penyeru yang mengajak ke pintu jahannam. Siapa yang memenuhi seruan mereka maka akan dilemparkan kedalamnya". Aku kembali bertanya; "Wahai Rasulullah, berikan sifat-sifat (ciri-ciri) mereka kepada kami?". Beliau menjelaskan: "Mereka itu berasal dari kulit-kulit kalian dan berbicara dengan bahasa kalian". Aku katakan; "Apa yang baginda perintahkan kepadaku bila aku menemui (zaman) keburukan itu?". Beliau menjawab: "Kamu tetap berpegang (bergabung) kepada jama'atul miuslimin dan pemimpin mereka". Aku kembali berkata; "Jika saat itu tidak ada jama'atul muslimin dan juga tidak ada pemimpin (Islam)?". Beliau menjawab: "Kamu tinggalkan seluruh firqah (kelompok/golongan) sekalipun kamu harus memakan akar pohon hingga maut menjemputmu dan kamu tetap berada di dalam keadaan itu (berpegang kepada kebenaran) ".(HR Bukhori dan Muslim).

Pelajaran yang terdapat di dalam hadist: 

1. Sebagaimana seorang muslim dituntut untuk mengetahui berbagai macam kebaikan agar dapat mengamalkannya, begitu pula selayaknya bagi dia untuk mengetahui pelbagai macam keburukan agar mampu menghindarinya. Jika dicermati sejenak, betapa banyak kitab-kitab ulama terdahulu yang mengupas masalah dosa-dosa besar. Hal itu bertujuan untuk memperingatkan umat agar tidak terjerumus ke dalamnya.

2. Teladan tentang makrifat (terhadap keburukan) dengan tujuan menjauh darinya ini terambil dari sejarah perjalanan para shahabat Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam– yang tertarbiyah dalam naungan wahyu dan berperikehidupan pada masa turun wahyu; (makrifat seperti ini) sebagaimana dikatakan oleh shahabat mulia Hudzaifah bin al-Yaman –radhiyallahu ‘anhu:
“Dulu orang-orang senantiasa bertanya kepada Rasulullah tentang kebaikan, sementara aku bertanya kepada beliau tentang keburukan karena aku takut terjerumus ke dalam keburukan itu.” (Muttafaq ‘alaihi)

3. Terlebih lagi perkara kesesatan dan kebatilan, yang merupakan kezaliman terbesar, yang mampu menyeret manusia menjadi bahan bakar api neraka selama-lamanya. Sudah sepantasnyalah kita memahami hakikat kesesatan dan kebatilan itu sendiri. Karena siapa yang tidak mengetahuinya, dikhawatirkan akan terperosok di dalamnya tanpa disadarinya.

Sebagaimana yang dikatakan oleh penyair Arab, Abu Faras al-Hamdani,

عَرَفْتُ الشَّرَّ لَا لِلشَّر … رِ لَكِنْ لِتَوَقِّيهِ

وَمَنْ لَا يَعْرِفِ الشَّرَّ … مِنَ النَّاسِ يَقَعْ فيهِ!

“Aku mengetahui keburukan bukan untuk berbuat keburukan…
Akan tetapi agar mampu terhindar darinya…
Karena barang siapa dari manusia yang tidak mengetahui keburukan..
Suatu saat akan terjerumus ke dalamnya!”

Tema hadist yang berkaitan dengan Al qur'an :

- Maka sebagaimana tauhid tidak akan diketahui kecuali dengan menjauhi lawannya, yaitu syirik, dan iman tidak akan terwujud kecuali dengan menjauhi hal yang menyelisihinya, yaitu kekufuran, demikian juga halnya dengan kebenaran, tidaklah kebenaran akan termurnikan kecuali dengan memahami secara cermat kesalahan. Persis seperti itu juga halnya dengan (pengetahuan akan) Sunnah. Tidaklah akan bersih pemahaman terhadap Sunnah, tidak pula akan terang alamat-alamatnya kecuali (jika disertai) dengan makrifat terhadap lawannya, yaitu bid’ah.
Bahkan sesungguhnya makrifat terhadap perkara-perkara beserta lawan-lawan dari perkara-perkara itu memang bersumber dari nilai-nilai Qurani yang agung sebagaimana firman Allah yang Maha Mulia:

 فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِن بِاللّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىَ لاَ انفِصَامَ لَهَا وَاللّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

 “Karena itu barang siapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. al-Baqarah: 256).

Sabtu, 23 September 2023

Ini Golongan Yang Disebut Jahannamiyyun

Tematik (168)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
 
Ini Golongan Yang Disebut Jahannamiyyun

Kelak di akhirat ada golongan yang dinamakan dengan Jahannamiyyun. Mereka adalah kelompok yang sebelumnya masuk neraka kemudian dikeluarkan dari neraka menuju surga dengan syafaat di atas rahmat dan kasih sayang Allah.

Berikut sedikit pembahasan mengenai golongan ini

Mantan penghuni neraka

Jahannamiyyun adalah mantan penghuni neraka yang masuk ke surga

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallambersabda,

يَخْرُجُ قَوْمٌ مِنَ النَّارِ بَعْدَ مَا مَسَّهُمْ مِنْهَا سَفْعٌ، فَيَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ، فَيُسَمِّيهِمْ أَهْلُ الْجَنَّةِ: الْجَهَنَّمِيِّينَ “

“Akan keluar dari neraka suatu kaum setelah mereka di bakar dalam neraka, kemudian mereka akan masuk ke dalam surga. Penduduk surga menamakan mereka dengan  Jahannamiyyun [HR. Bukhari nomor 6559]”

Beliau juga bersabda,

لَيَخْرُجَنَّ قَوْمٌ مِنْ أُمَّتِيْ مِنَ النَّارِ بِشَفَاعَتِيْ يُسَمَّوْنَ الْجَهَنَّمِيُّوْنَ.

“Sungguh satu kaum dari ummatku akan keluar dari Neraka dengan sebab syafa’atku, mereka disebut jahannamiyyun (para mantan penghuni Neraka Jahannam).” [HR. At-Tirmidzi no. 2600 At-Tirmidzi berkata: “Hadits ini hasan shahih]

Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid berkata,

والجهنميون : جمع جهنمي ، نسبة إلى جهنم ، والمراد : أنَّ الله أعتقهم من جهنم .

“Jahannamiyyun adalah bentuk jamak dari Jahannamiy yaitu penisbatan terhadap Jahannam. Maksudnya adalah Allah membebaskan mereka dari neraka jahannam.”

Mereka juga dikenal sebagai“Utaqaa-ur Rahman” atau “Utaqa-ul Jabbar”

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallambersabda,

فَيُجْعَلُ فِي رِقَابِهِمُ الْخَوَاتِيمُ، فَيَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ: فَيَقُولُ أَهْلُ الْجَنَّةِ: هَؤُلَاءِ عُتَقَاءُ الرَّحْمَنِ

“Mereka (mantan penghuni neraka)  kemudian masuk surga hingga penghuni surga berkata, ‘Mereka adalah ‘utaqa’ Ar Rahman (orang-orang yang dibebaskan oleh Ar-Rahman”) [HR. Bukhaari no. 6886]

Penduduk neraka yang memiliki kebaikan walau sangat sedikit akan dikeluarkan dari neraka.

Seorang muslim yang belum batal keislamannya (karena melakukan pembatal keislaman seperti syirik dan membenarkan perkataan dukun), walaupun memilki kebaikan sangat sedikit sekali, maka akan dikeluarkan dari neraka setelah sebelumnya disiksa di neraka terlebih dahulu.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,

يَخْرُحُ مِنَ النَّارِ مَنْ كَانَ فِيْ قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنَ اْلإِيْمَانِ.

“Akan keluar dari Neraka orang yang di dalam hatinya masih ada seberat dzarrah dari iman.” [.” HR. At-Tirmidzi no. 2598, At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan shahih.”]

Beliau juga bersabda,

فَوَالَّذِى نَفْسِي بِيَدِهِ! مَا مِنْ أَحَدٍ مِنْكُمْ بِأَشَدَّ مُنَاشَدَةً للهِ فِى اسْتِضَاءَةِ الْحَقِّ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ للهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لإِخْوَانِهِمُ الَّذِيْنَ فِى النَّارِ. يَقُوْلُوْنَ : رَبَّنَا! كَانُوْا يَصُوْمُوْنَ مَعَنَا وَيُصَلُّوْنَ وَيَحُجُّوْنَ. فَيُقَالُ لَهُمْ : أَخْرِجُوْا مَنْ عَرَفْتُمْ. فَتُحَـرَّمُ صُـوَرُهُمْ عَـلَى النَّارِ. فَيُخْرِجُوْنَ خَلْقًا كَثِيْرًا قَدْ أَخَذَتِ النَّاُر إِلَى نِصْفِ سَاقَيْهِ وَإِلَى رُكْبَتَيْهِ. ثُمَّ يَقُوْلُوْنَ : رَبَّنَا! مَا بَقِيَ فِيْهَا أَحَدٌ مِمَّنْ أَمَرْتَنَا بِهِ. فَيَقُوْلُ : اِرْجِعُوْا! فَمَنْ وَجَدْتُمْ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالَ دِيْنَارٍ مِنْ خَيْرٍ فَأَخْرِجُوْهُ! فَيُخْرِجُوْنَ خَلْقًا كَثِيْرًا. ثُمَّ يَقُوْلُوْنَ : رَبَّنَا! لَمْ نَذَرْ فِيْهَا أَحَدًا مِمَّنْ أَمَرْتَنَا بِهِ. ثُمَّ يَقُوْلُ : اِرْجِعُوْا! فَمَنْ وَجَدْتُمْ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالَ نِصْفِ دِيْنَارٍ مِنْ خَيْرٍ فَأَخْرِجُوْهُ! فَيُخْرِجُوْنَ خَلْقًا كَثِيْرًا. ثُمَّ يَقُوْلُوْنَ : رَبَّنَا! لَمْ نَذَرْ فِيْهَا مِمَّنْ أَمَرْتَنَا أَحَدًا. ثُمَّ يَقُوْلُ : اِرْجِعُوْا! فَمَنْ وَجَدْتُمْ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ فَأَخْرِجُوْهُ! فَيُخْرِجُوْنَ خَلْقًا كَثِيْرًا. ثُمَّ يَقُوْلُوْنَ : رَبَّنَا!ْ لَمْ نَذَرْ فِيْهَا خَيْرًا.

وَكَانَ أَبُوْ سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ يَقُوْلُ: إِنْ لَمْ تُصَدِّقُوْنِي بِهَذَا الْحَدِيْثِ فَاقْرَأُوْا إِنْ شِئْتُمْ : (إَنَّ اللهَ لاَيَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وَإِن تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا وَيُؤْتِ مِن لَّدُنْهُ أَجْرًا عَظِيمًا) من سورة النساء : 40 – الحديث.- رواه البخاري ومسلم-.

“Demi Allah Yang jiwaku ada di tanganNya. Tidak ada seorangpun diantara kamu yang lebih bersemangat di dalam menyerukan permohonannya kepada Allah untuk mencari cahaya kebenaran, dibandingkan dengan kaum Mu’minin ketika memohonkan permohonannya kepada Allah pada hari Kiamat untuk (menolong) saudara-saudaranya sesama kaum Mu’minin yang berada di dalam Neraka. Mereka berkata : “Wahai Rabb kami, mereka dahulu berpuasa, shalat dan berhaji bersama-sama kami”.

Maka dikatakan (oleh Allah) kepada mereka : “Keluarkanlah oleh kalian (dari Neraka) orang-orang yang kalian tahu!” Maka bentuk-bentuk fisik merekapun diharamkan bagi Neraka (untuk membakarnya). Kemudian orang-orang Mu’min ini mengeluarkan sejumlah banyak orang yang dibakar oleh Neraka sampai pada pertengahan betis dan lututnya. Kemudian orang-orang Mu’min ini berkata: “Wahai Rabb kami, tidak ada lagi di Neraka seorangpun yang engkau perintahkan untuk mengeluarkannya”. Allah berfirman : “Kembalilah! Siapa saja yang kalian dapati di dalam hatinya terdapat kebaikan seberat satu dinar, maka keluarkanlah (dari Neraka)!” Maka merekapun mengeluarkan sejumlah banyak orang dari Neraka. Kemudian mereka berkata lagi : “Wahai Rabb kami, tidak ada lagi seorangpun yang kami sisakan dari orang yang Engkau perintahkan untuk kami mengeluarkannya”. Allah berfirman : “Kembalilah! Siapa saja yang kalian dapati di dalam hatinya terdapat kebaikan seberat setengah dinar, maka keluarkanlah (dari Neraka)”. Merekapun mengeluarkan sejumlah banyak orang. Selanjutnya mereka berkata lagi : “Wahai Rabb kami, tidak ada seorangpun yang Engkau perintahkan, kami sisakan (tertinggal di Neraka)”. Allah berfirman: “Kembalilah! Siapa saja yang kalian dapati di dalam hatinya terdapat kebaikan seberat biji dzarrah, maka keluarkanlah (dari Neraka)”. Maka merekapun mengeluarkan sejumlah banyak orang. Kemudian mereka berkata : “Wahai Rabb kami, tidak lagi kami menyisakan di dalamnya seorangpun yang mempunyai kebaikan”.

Pada waktu itu Abu Sa’id al Khudri mengatakan: “Apabila kalian tidak mempercayai hadits ini, maka jika kalian suka, bacalah firman Allah (yang artinya): “Sesungguhnya Allah tidak menzhalimi seseorang meskipun sebesar dzarrah, dan jika ada kebajikan sebesar dzarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisiNya pahala yang besar”. (an Nisaa’ : 40) … al Hadits”. [HR. Bukhari dan Muslim]

Awalnya wajah mereka hitam kemudian mandi sungai surga kemudian masuk surga

Kelompok Jahannamiyyun ini sebelumnya disiksa di neraka sehingga wajah dan tubuh mereka hitam sebagaimana arang. Sebelum masuk surga mereka dibersihkan terlebih dahulu

Sahabat Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu berkata,

… فيسمون في الجنة ” الجهنميين ” من أجل سواد في وجوههم ، فيقولون : ربنا أذهب عنا هذا الاسم ، قال : فيأمرهم فيغتسلون في نهر في الجنة فيذهب ذلك منهم.

“Mereka di namakan di surga Al-Jahannamiyyun karena hitamnya wajah mereka, kemudain mereka berdoa: Wahai Rabb kami hilangkanlah bekas ini”. Maka mereka diperintahkan agar mandi di sungai surga dan bekas tersebut hilang.” [HR. Ibnu Hibban 16/457, dishahhkan oleh syaikh Al-Arna’uth]

Dalam riwayat yang lain, mereka juga mendapatkan kucuran air kehdupan dari penduduk surga.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“أَمَّا أَهْلُ النَّارِ الَّذِيْنَ هُمْ أَهْلُهَا، فَإِنَّهُمْ لاَ يَمُوْتُوْنَ فِيْهَا وَلاَ يَحْيَوْنَ. وَلَكِنْ نَاسٌ أَصَابَتْهُمُ النَّارُ بِذُنُوْبِهِمْ – أَوْ قَالَ : بِخَطَايَاهُمْ- فَأَمَاتَهُمْ إِمَاتَةً، حَتَّى إِذَا كَانُوْا فَحْمًا، أُذِنَ بِالشَّفَاعَةِ. فَجِيْءَ بِهِمْ ضَبَائِرَ- ضَبَائِرَ، فَبُثُّوْا عَلَى أَنْهَارِ الْجَنَّةِ ، ثُمَّ قِيْلَ : يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ أَفِيْضُوْا عَلَيْهِمْ. فَيَنْبُتُوْنَ نَبَاتَ الْحِبَّةِ تَكُوْنُ فِى حَمِيْلِ السَّيْلِ”.
فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ : كَأَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَدْ كَانَ بِالْبَادِيَةِ. –أخرجه مسلم فى صحيحه، وابن ماجة.

“Adapun ahli Neraka yang menjadi penghuni kekalnya, maka mereka tidak mati di dalamnya dan tidak hidup. Akan tetapi orang-orang yang ditimpa oleh siksa Neraka karena dosa-dosanya –atau Rasul bersabda, karena kesalahan-kesalahannya- maka Allah akan mematikan mereka dengan suatu kematian. Sehingga apabila mereka telah menjadi arang, Nabi diizinkan untuk memberikan syafa’at (kepada mereka). Lalu mereka di datangkan berkelompok-kelompok secara terpisah-pisah, lalu dimasukkan ke sungai-sungai di surga. Selanjutnya dikatakan (oleh Allah): “Wahai penghuni surga, kucurkanlah air kehidupan kepada mereka”. Maka tumbuhlah mereka laksana tumbuhnya benih-benih tetumbuhan di larutan lumpur yang dihempaskan arus air. Seseorang di antara sahabat berkata: “Seakan-akan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berada di padang gembalaan di suatu perkampungan”. [HR.Muslim]

Rabu, 20 September 2023

Tadabbur Al-Quran Hal. 337

Tadabbur Al-Quran Hal. 337
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Al-Hajj ayat 41 :

اَلَّذِيْنَ اِنْ مَّكَّنّٰهُمْ فِى الْاَرْضِ اَقَامُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتَوُا الزَّكٰوةَ وَاَمَرُوْا بِالْمَعْرُوْفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِۗ وَلِلّٰهِ عَاقِبَةُ الْاُمُوْرِ

(Yaitu) orang-orang yang jika Kami beri kedudukan di bumi, mereka melaksanakan salat, menunaikan zakat, dan menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.

- Tafsir Al Muyassar Al-Hajj ayat 41 :

Orang-orang yang Kami janjikan kepada mereka bahwa Kami akan menolong mereka ialah orang-orang yang jika Kami beri kedudukan di muka bumi dan Kami jadi kan mereka sebagai khalifah dengan memenangkan mereka atas musuh mereka, niscaya mereka akan mendirikan shalat dengan melaksanakannya tepat pada waktunya sesuai ketentuan-ketentuannya, mengeluarkan zakat harta mereka, menyuruh semua yang diperintahkan Allah berupa hak-hak-Nya dan hak-hak para hamba-Nya, serta melarang semua yang dilarang Allah dan Rasul-nya. Kepunyaan Allahlah tempat kembali segala urusan, dan kesudahan yang baik itu bagi orang-orang yang bertakwa.

- Hadis Sahih Al-Hajj ayat 41 :

Dari Anas bin Malik ia berkata, "Rasulullah Saw bersabda, Barangsiapa yang salat seperti salat kita, menghadap ke arah kiblat kita dan memakan sembelihan kita, maka dia adalah seorang muslim. la memiliki perlindungan dari Allah dan Rasul-Nya. Maka, janganlah kalian mendurhakai Allah dalam perlindungan-Nya itu" (HR Bukhāri,Sahihul Bukhāri, Juz 1, No. Hadis 391, 1400 H: 145-146).

- Riyāduş Şālihin :

Dari Abu Hurairah Ra., ia mendengar Rasulullah Saw. bersabda, "Bagaimana pendapat kalian seandainya ada sungai di depan pintu rumah salah seorang dari kalian, lalu dia mandi lima kali setiap hari? Apakah kalian mnenganggap masih akan ada kotoran (daki) yang tersisa padanya?" Para sahabat menjawab, "Tidak akan ada yang tersisa sedikit pun kotoran padanya." Lalu beliau bersabda, "Seperti itu pula dengan salat lima waktu, dengannya Allah akan menghapus semua kesalahan." (HR Al-Bukhāri-Muslim).

Hadiš di atas memberikan beberapa faedah di antaranya:

(a) Keutamaan melaksanakan salat lima waktu dan memeliharanya.
(b) Allah Swt. akan mengampuni dosa kecil bagi orang yang melaksanakan salat lima waktu secara sempurna dengan memperhatikan syarat, rukun, dan adab salat. Adapun dosa besar, maka hal itu bisa dihapus dengan tobat.
(c) Penjelasan bagaimana Nabi Saw. memberikan petunjuk pengajaran dengan metode motivasi dan pengarahan, melalui tanya jawab, serta membuat perumpamaan untuk mendekatkan makna yang dimaksud dan memberikan dorongan kepada murid untuk taat dan beribadah.
(Dr. Mustafā Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādis Şālihina, Juz 2, 1407H/1987 M: 772).

- Hadis Nabawi :

Imam Al-Bukhari berkata, telah menceritakan kepada kami Amr bin Abbas, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu Al-Mahdi, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Manşur bin Sa'd, dari Maimun bin Siyah, dari Anas bin Malik, ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Barangsiapa yang salat seperti salat kita, menghadap ke arah kiblat kita dan memakan sembelihan kita, maka dia adalah seorang muslim, ia memiliki perlindungan dari Allah dan Rasul-Nya. Maka janganlah kalian mendurhakai Allah dalam perlindungan-Nya itu." (HR A-Bukhari, Sahihu'l Bukhāri, Juz 1, No. Hadis. 391, 1400 H: 145-146), 

- Hadiš Qudsi :

Dari Abu Hurairah, dia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Malaikat siang dan malaikat malam berkumpul ketika waktu salat subuh dan salat asar, maka jika malaikat siang naik ke langit, Allah Swt. bertanya, Dari mana kalian datang?' Mereka menjawab, Kami datang dari sisi hamba-hamba-Mu, ketika kami datang mereka salat dan ketika kami kembali menghadap-Mu, mereka juga sedang salat. Dan jika malaikat malam naik ke langit, Allah Swt. bertanya, Dari mana kalian? Mereka menjawab, Kami datang dari sisi hamba-hamba-Mu, ketika kami datang, mereka salat, dan ketika kami kembali menghadap-Mu, mereka juga sedang salat" (HR Ahmad). (lsāmuddin As-Şabābați, Jāmiu'l Ahādisil Qudsiyyati, Jilid 1, t.t: 207-208).

- Penjelasan Surah Al-Hajj Ayat 39-46 :

Ayat 39-41 menjelaskan salah satu cara Allah menolong kaum mukmin ialah dengan mensyariatkannya berperang. Allah mengizinkan kaum muslimin untuk berperang (berjihad)  melawan orang-orang yang memerangi mereka dan mengusir mereka dari negeri mereka. Allah menetapkan alasan berperang ialah jika kaum Muslimin diperangi dan diusir dari negeri mereka karena mereka mengakui hanya Allah Tuhan yang berhak disembah, bukan alasan kepentingan dunia. Tujuan lain dari syari’at Allah terkait perang ialah untuk meredam keganasan manusia agar biara-biara, gereja-gereja, mushalla-mushalla dan masjid-masjid tidak dihancurkan. Allah pasti menolong orang-orang yang menolong agama-Nya (Islam), karena Dia Mahakuat dan Mahaperkasa. Yang mampu meredam kejahatan manusia dan menjaga rumah-rumah ibadah itu ialah kaum muslimin  yang diberi kedudukan di atas bumi karena mereka menegakkan salat, membayar zakat dan melakukan amar ma’ruh dan nahi mungkar.

Ayat 42-46 menjelaskan, Allah menghibur Rasul Saw. agar tidak terlalu bersedih atas penolakan umatnya terhadap Islam yang ditawarkan kepada mereka, karena kaum-kaum terdahulu juga menolak para Rasul mereka seperti, kaum Nuh, Ad, Tsamud, Ibrahim, Luth, penduduk Madyan dan Musa. Allah memberi tangguh kepada kaum-kaum yang menolak para rasul Allah agar mereka dapat kesempatan bertobat. Namun, apabila semakin hari semakin bertambah kedurhakaan mereka, maka Allah pasti turunkan azab kepada mereka dengan tiba-tiba sehingga negeri mereka hancur, rumah-rumah, mereka roboh,  telaga dan istana mereka sepi.

Semua peristiwa tersebut hendaklah dijadikan pelajaran oleh umat manusia dalam menyikapi Islam yang dibawa Muhammad Saw. Kalau mereka tidak bisa juga mengambil pelajaran, berarti hati yang di dalam dada mereka sudah buta. Sungguh buta hati itu lebih berbahaya daripada buta mata.

Selasa, 19 September 2023

Jangan Banyak Mikir Tapi Banyaklah Berzikir

One Day One Hadits (280)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Jangan Banyak Mikir Tapi Banyaklah Berzikir (Istighfar)

عنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رضِي اللَّه عنْهُما قَال: قالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:
“مَنْ أَكْثَرَ مِنْ الِاسْتِغْفَارِ؛ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا، وَمِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ”

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu berkata, bersabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam :
“Barang siapa memperbanyak istighfar; niscaya Allah memberikan jalan keluar bagi setiap kesedihannya, kelapangan untuk setiap kesempitannya dan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (HR. Ahmad dari Ibnu Abbas dan sanadnya dinilai sahih oleh al-Hakim serta Ahmad Syakir).

Pelajaran yang terdapat di dalam hadist:

1. Tidak diragukan lagi bahwa istighfar merupakan sebab terhapusnya dosa. Jika dosa telah terhapus maka akan memberikan dampak yang bermacam-macam.

2. Terkadang seorang yang terampuni dosanya ia akan mendapat rizki dan kebahagiaan dari setiap kesusahan dan kesedihan hidupnya.

3. Beristighfar dalam setiap nafasmu, maka Allah akan memberikan pertolongan yang tidak pernah engkau duga bahwa engkau akan mendapatkannya disaat–saat sulitmu.
 
4. Kadang kita nggak perlu banyak mikir tapi banyak zikir yaitu diantaranya adalah istghfar, ulama berkata, 

لا تفكر كثيرا ,بل استغفر كثيرا فالله يفتح بالإستغفار أبوابا لا تفتح بالتفكير “

“Jangan terlalu banyak berpikir, tetapi banyaklah istighfar, karena Allah membuka pintu pintu yang tertutup dimana ia tidak bisa dibuka kecuali dengan istighfar.”

5. Sering kali ketika kita menghadapi masalah. Kita terlalu besar mengharap akan pikiran dan kemampuan kita untuk memecahkannya kemudian kita tidak melibatkan Allah di dalamnya, padahal bagi Allah sebesar apapun masalah untuk menyelesaikan cukup ia mengatakan “Kun fayakun.“ Jangan katakan engkau memiliki masalah besar tetapi katakanlah bahwa engkau memiliki Allah yang maha besar untuk menghadapi masalah-masalahmu.

Tema hadist yang berkaitan dengan Al qur'an :

1. Apabila kamu bertobat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya serta taat kepada-Nya, maka Dia akan memperbanyak rezeki kalian dan menyirami kalian dengan keberkahan dari langit dan menumbuhkan bagi kalian keberkatan bumi sehingga bumi menjadi subur menumbuhkan tetanamannya, dan menyuburkan bagi kalian air susu ternak kalian dan memberimu banyak harta dan anak-anak dan menjadikan bagi kalian kebun-kebun yang di dalamnya terdapat berbagai macam buah-buahan dan di tengah-tengah (celah-celah)nya dibelahkan bagi kalian sungai-sungai yang mengalir.

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّاراً . يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَاراً . وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَاراً 

“Aku (Nabi Nuh) berkata (pada mereka), “Beristighfarlah kepada Rabb kalian, sungguh Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan kepada kalian hujan yang lebat dari langit. Dan Dia akan memperbanyak harta serta anak-anakmu, juga mengadakan kebun-kebun dan sungai-sungai untukmu.” (QS. Nuh: 10-12 )

2. Perintah untuk banyak istighfar 

وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ

” Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya.” (QS. Hud:3)

3. Dan firman Allah ta’ala tentang kisah Hud,

وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَىٰ قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ

Dan (Hud berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.” (QS. Hud: 52).

JANGAN MALU MENAGIH HUTANG

Tematik (167)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
 
JANGAN MALU MENAGIH HUTANG

Dari Abu Qotaadah radhiallahu ‘anhu :

…فَقَامَ رَجُلٌ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَرَأَيْتَ إِنْ قُتِلْتُ فِي سَبِيلِ اللهِ، تُكَفَّرُ عَنِّي خَطَايَايَ؟ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «نَعَمْ، إِنْ قُتِلْتَ فِي سَبِيلِ اللهِ، وَأَنْتَ صَابِرٌ مُحْتَسِبٌ، مُقْبِلٌ غَيْرُ مُدْبِرٍ»، ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «كَيْفَ قُلْتَ؟» قَالَ: أَرَأَيْتَ إِنْ قُتِلْتُ فِي سَبِيلِ اللهِ أَتُكَفَّرُ عَنِّي خَطَايَايَ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «نَعَمْ، وَأَنْتَ صَابِرٌ مُحْتَسِبٌ، مُقْبِلٌ غَيْرُ مُدْبِرٍ، إِلَّا الدَّيْنَ، فَإِنَّ جِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلَامُ قَالَ لِي ذَلِكَ»

Lalu ada seorang lelaki berdiri dan berkata, Wahai Rasulullah, bagaimana jika aku terbunuh di jalan Allah, apakah dosa-dosaku akan tertebuskan?. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, Iya, jika engkau meninggal berjihad di jalan Allah dan engkau dalam kondisi bersabar dan berharap, maju dan tidak mundur.
Lalu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata, Bagaimana yang kau katakan?.Lelaki itu berkata, Bagaimana, jika aku terbunuh di jalan Allah, apakah dosa-dosa tertebuskan?,Maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata, Iya, dan engkau dalam kondisi bersabar dan berharap, maju dan tidak mundur, Kecuali Hutang, sesungguhnya Jibril mengatakan hal itu kepadaku” (HR Muslim no 1885)

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda

الْقَتْلُ فِي سَبِيلِ اللهِ يُكَفِّرُ كُلَّ شَيْءٍ، إِلَّا الدَّيْنَ

Terbunuh di jalan Allah menghapuskan seluruhnya kecuali hutang (HR Muslim no 1886)

Al-Imam An-Nawawi rahimahullah berkata :

وَأَمَّا قَوْلُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلَا الدَّيْنَ فَفِيهِ تَنْبِيهٌ عَلَى جَمِيعِ حُقُوقِ الْآدَمِيِّينَ وَأَنَّ الْجِهَادَ وَالشَّهَادَةَ وَغَيْرَهُمَا مِنْ أَعْمَالِ الْبِرِّ لَا يُكَفِّرُ حُقُوقَ الْآدَمِيِّينَ وَإِنَّمَا يُكَفِّرُ حُقُوقَ اللَّهُ تَعَالَى

Adapun sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam (Kecuali Hutang) maka sebagai peringatan atas seluruh hak-hak orang lain, dan bahwasanya jihad dan mati syahid serta amalan kebajikan yang lain tidaklah menebus hak-hak orang lain, hanyalah menebus hak-hak Allah ta’aala” (Al-Minhaaj Syarh Shahih Muslim 13/29)

Jika amalan yang sangat hebat seperti jihad ternyata tidak bisa menggugurkan dosa tidak membayar hutang, maka bagaimana lagi dengan amalan-amalan yang rendah dibawah jihad??

Dari Salamah bin al-Akwa’ radhiallahu ‘anh

أن النبي صلى الله عليه وسلم أتي بجنازة ليصلي عليها فقال هل عليه من دين قالوا لا فصلى عليه ثم أتي بجنازة أخرى فقال هل عليه من دين قالوا نعم قال صلوا على صاحبكم قال أبو قتادة علي دينه يا رسول الله فصلى عليه

Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam didatangkan kepada beliau jenazah, maka beliau berkata, Apakah dia memiliki hutang?,Mereka mengatakan, Tidak. Maka Nabipun menyolatkannya. Lalu didatangkan janazah yang lain, maka Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam berkata, Apakah ia memiliki hutang?,mereka mengatakan, Iya, Nabi berkata, Sholatkanlah saudara kalian”. Abu Qotadah berkata, Aku yang menanggung hutangnya wahai Rasulullah”. Maka Nabipun menyolatkannya” (HR Al-Bukhari no 2295)

Dalam riwayat yang lain :

فَجَعَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا لَقِيَ أَبَا قَتَادَةَ يَقُولُ مَا صَنَعَتِ الدِّينَارَانِ حَتَّى كَانَ آخِرَ ذَلِكَ أَنْ قَالَ قَدْ قَضَيْتُهُمَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الْآنَ حِينَ بَرَّدْتَ عَلَيْهِ جِلْدَهُ

Maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam setiap bertemu dengan Abu Qitaadah Nabi berkata kepadanya, Bagaimana dengan dua dinar (yaitu yang menjadi tanggungan Abu Qotadah atas mayat)?”. Hingga akhirnya Abu Qotaadah berkata, “Aku telah membayarnya wahai Rasulullah!. Nabi berkata, Sekarang engkau telah mendinginkan kulitnya” (HR Al-Hakim, dan dishahihkan oleh beliau serta disepakati oleh Adz-Dzahabi, dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani)

Al-Hafiz Ibnu Hajar berkata :

وَفِي هَذَا الْحَدِيثِ إِشْعَارٌ بِصُعُوبَةِ أَمْرِ الدَّيْنِ وَأَنَّهُ لَا يَنْبَغِي تَحَمُّلُهُ إِلَّا مِنْ ضَرُورَةٍ

Dan dalam hadits peringatan akan beratnya permasalan hutang, dan bahwasanya tidak sepantasnya seseorang berhutang kecuali dalam kondisi darurat” (Fathul Baari 4/468)

Hal ini mengingatkan kepada kita bahwa jangan pernah meremehkan amanah dan hutang. Berikut beberapa perkara yang mungkin perlu diperhatikan :

Pertama : Jangan pernah pekewuh (merasa tidak enak) kepada orang yang hendak meminjam uang dari kita, untuk mencatat hutang tersebut. Karena mencatat hutang adalah sunnah yg ditinggalkan. Padahal ayat yang terpanjang dalam al-Qur’an adalah tentang pencatatan hutang, Allah berfirman

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى فَاكْتُبُوهُ وَلْيَكْتُبْ بَيْنَكُمْ كَاتِبٌ بِالْعَدْلِ وَلا يَأْبَ كَاتِبٌ أَنْ يَكْتُبَ كَمَا عَلَّمَهُ اللَّهُ فَلْيَكْتُبْ وَلْيُمْلِلِ الَّذِي عَلَيْهِ الْحَقُّ وَلْيَتَّقِ اللَّهَ رَبَّهُ وَلا يَبْخَسْ مِنْهُ شَيْئًا فَإِنْ كَانَ الَّذِي عَلَيْهِ الْحَقُّ سَفِيهًا أَوْ ضَعِيفًا أَوْ لا يَسْتَطِيعُ أَنْ يُمِلَّ هُوَ فَلْيُمْلِلْ وَلِيُّهُ بِالْعَدْلِ وَاسْتَشْهِدُوا شَهِيدَيْنِ مِنْ رِجَالِكُمْ فَإِنْ لَمْ يَكُونَا رَجُلَيْنِ فَرَجُلٌ وَامْرَأَتَانِ مِمَّنْ تَرْضَوْنَ مِنَ الشُّهَدَاءِ أَنْ تَضِلَّ إِحْدَاهُمَا فَتُذَكِّرَ إِحْدَاهُمَا الأخْرَى وَلا يَأْبَ الشُّهَدَاءُ إِذَا مَا دُعُوا وَلا تَسْأَمُوا أَنْ تَكْتُبُوهُ صَغِيرًا أَوْ كَبِيرًا إِلَى أَجَلِهِ ذَلِكُمْ أَقْسَطُ عِنْدَ اللَّهِ وَأَقْوَمُ لِلشَّهَادَةِ وَأَدْنَى أَلا تَرْتَابُوا إِلا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً حَاضِرَةً تُدِيرُونَهَا بَيْنَكُمْ فَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَلا تَكْتُبُوهَا وَأَشْهِدُوا إِذَا تَبَايَعْتُمْ وَلا يُضَارَّ كَاتِبٌ وَلا شَهِيدٌ وَإِنْ تَفْعَلُوا فَإِنَّهُ فُسُوقٌ بِكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau Dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu’amalahmu itu), kecuali jika mu’amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu” (QS Al-Baqoroh : 282)

Kedua : Dengan mencatat hutang piutang maka akan mendatangkan kemaslahatan.

●  Dengan mencatat piutang, apabila kita meninggal, piutang tersebut akan dimanfaatkan oleh ahli waris kita, sehingga dimasukkan dalam harta warisan

●  Dengan mencatat hutang, apabila kita meninggal maka ahli waris kita akan melunasi hutang kita dari harta peninggalan kita, atau ada kerabat, atau sahabat, atau orang lain yang mau berkorban melunasi hutang kita. Tentunya hal ini akan sangat mengurangi beban kita di akhirat

Ketiga : Jangan pernah malu untuk menagih hutang. Justru kalau kita sayang kepada orang yang berhutang maka hendaknya kita menagih hutang tersebut darinya. Karena kalau kita malu menagih hutang bisa menimbulkan kemudorotan bagi kita dan juga baginya, diantaranya :

●  Kita jadi dongkol terus jika bertemu dengan dia, bahkan bisa jadi kita terus akan menggibahnya karena kedongkolan tersebut, padahal kita sendiri malu untuk menagih hutang tersebut.

●  Jika kita membiarkan dia berhutang hingga meninggal dunia maka ini tentu akan memberi kemudorotan kepadanya di akhirat kelak

Keempat : Ingatlah…, jika hutang tidak dibayar di dunia maka akan dibayar di akhirat dengan pahala, padahal pada hari tersebut setiap kita sangat butuh dengan pahala untuk memperberat timbangan kebaikan kita. Hari akhirat tidak ada dinar dan tidak ada dirham untuk membayar hutang kita !!

Kelima : Jangan pernah meremehkan hutang meskipun sedikit. Bisa jadi di mata kita hutang 100 ribu rupiah adalah jumlah yg sedikit, akan tetapi di mata penghutang adalah nominal yang berharga dan dia tidak ridho kepada kita jika tidak dibayar, lantas dia akan menuntut di hari kiamat.

Keenam : Jangan pernah berhusnudzon kepada penghutang. Jangan pernah berkata : Saya tidak usah bayar hutang aja, dia tidak pernah menagih kok, mungkin dia sudah ikhlaskan hutangnya.

Ketujuh : Jika punya kemampuan untuk membayar hutang maka jangan pernah menunda-nunda. Sebagian kita tergiur untuk membeli barang-barang yang terkadang kurang diperlukan, sehingga akhirnya uang yang seharusnya untuk bayar hutang digunakan untuk membeli barang-barang tersebut, akhirnya hutang tidak jadi dibayar.

Kedelapan : Jangan menunggu ditagih dulu baru membayar hutang, karena bisa jadi pemilik piutang malu untuk menagih, atau bisa jadi dia tidak menagih tapi mengeluhkanmu kepada Allah.

نَامَتْ عُيُوْنُكَ وَالْمَظْلُوْمُ مُنْتَبِهُ يَدْعُو عَلَيْكَ وَعَيْنُ اللهِ لَمْ تَنَم

Kedua matamu tertidur sementara orang yang engkau dzolimi terjaga…
Ia mendoakan kecelakaan untukmu, dan mata Allah tidaklah pernah tidur.

Kesembilan : Berhutang kepada orang lain jika memang mendesak. bukanlah perkara yang tercela. Bukankah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam meninggal dalam kondisi memiliki hutang kepada seorang Yahudi karena menggadaikan baju perang beliau??

Dari Aisyah radhiallahu ‘anhaa

أن النبي صلى الله عليه وسلم اشترى من يهودي طعاما إلى أجل معلوم وارتهن منه درعا من حديد

Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membeli makanan dari seorang yahudi dengan berhutang dan beliau menggadaikan baju perangnya dari besi” (HR Al-Bukhari no 2252 dan Muslim no 1603)

Akan tetapi perhatikanlah…, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidaklah berhutang kecuali dalam kondisi terdesak…untuk membeli makanan !!!., bukan untuk membeli perkara-perkara yang tidak mendesak !!.

Lalu lihatlah…Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidaklah berhutang kecuali karena memang beliau sudah tidak punya sesuatupun yang bisa digunakan untuk membeli makanan, hingga akhirnya yang digadaikan adalah baju perang beliau??.

Kesepuluh : Jika seseorang harus berhutang maka perbaiki niatnya, bahwasanya ia akan mengmbalikan hutangnya tersebut, agar ia dibantu oleh Allah.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata ;

من أخذ أموال الناس يريد أداءها أدى الله عنه ومن أخذ يريد إتلافها أتلفه الله

Barang siapa yang mengambil harta manusia/orang lain dengan niat untuk mengembalikannya maka Allah akan menunaikannya. Akan tetapi barangsiapa yang mengambil harta orang lain dengan niat untuk merusaknya maka semoga Allah merusaknya” (HR Al-Bukhari no 2387)

Kesebelas : Jika merasa tidak mampu membayar hutang dalam waktu dekat maka janganlah sampai ia berjanji dusta kepada penghutang. Sering kali hutang menyeret seseorang untuk mengucapkan janji-janji dusta, padahal dusta merupakan dosa yang sangat buruk

Kedua belas : Jika seseorang telah berusaha untuk membayar hutang namun ia tetap saja tidak mampu, maka semoga ia diampuni oleh Allah.

Al-Qurthubi rahimahullah berkata:

لكن هذا كله إذا امتنع من أداء الحقوق مع تمكنه منه، وأما إذا لم يجد للخروج من ذلك سبيلاً فالمرجو من كرم الله تعالى إذا صدق في قصده وصحت توبته أن يرضي عنه خصومه

Akan tetapi hal ini (tidak ada ampunan bagi yang berhutang-pen) seluruhnya jika orang yang berhutang tidak mau menunaikan hak orang lain padahal ia mampu. Adapun orang yang tidak memiliki kemampuan untuk membayar hutang, maka diharapkan dari karunia dan kedermawanan Allah, jika ia jujur dalam tujuannya (untuk membayar hutang-pen) dan taubatnya telah benar maka Allah akan menjadikan musuhnya (yang memberikan piutang) akan ridho kepadanya” (Dalil Al-Faalihin 2/540)

Minggu, 17 September 2023

Tadabbur Al-Quran Hal. 336

Tadabbur Al-Quran Hal. 336
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Al-Hajj ayat 37 :

لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ  كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِيْنَ

Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu. Demi-kianlah Dia menundukkannya untuk-mu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.

-  Tafsir Al Muyassar Al-Hajj ayat 37 :

Daging dan darah sembelihan-sembelihan ini sedikitpun tidak akan sampai kepada Allah. Tetapi yang sampai kepada-Nya adalah keikhlasannya dan meniatkannya karena wajah Allah semata. Demikian pula Allah telah menundukkannya untuk kalian, wahai orang-orang yang mendekatkan diri kepada Allah, agar kalian mengagungkan Allah dan bersyukur kepada-Nya atas kebenaran yang Dia tunjukkan pada kalian, karena Dia berhak mendapatkan hal itu. Dan berilah kabar gembira, wahai Nabi, kepada orang-orang yang berbuat baik dengan beribadah kepada Allah semata, dengan segala kebaikan dan keberuntungan.

- Asbabul Nuzul Al-Hajj ayat 37 :

Ibnu abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Juraij bahwa dahulu orang-orang jahiliah mengolesi ka'bah dengan daging dan darah unta. Maka para sahabat berkat, "kita lebih layak untuk mengolesinya." Maka Allah menurunkan ayat ini.

- Riyāduş Şālihin :

Dari Ali bin Abu Talib Ra., dia berkata, Aku telah hafal sabda Rasulullah Saw., "Tidak ada yatim setelah balig, dan tidak ada sikap diam satu hari hingga malam hari." (HR Abu Dāwüd)

Hadiš di atas memberikan faedah bahwa pertengkaran pada masa jahiliyah, ialah diam selama satu hari satu malam. Kemudian Islam melarang hal tersebut, dan diganti dengan berdoa dan berkata yang baik. (Dr. Mustafā Sa'id AI-Khin, Nuzhat Muttagina Syarhu Riyādis Sālihina, Juz 2 1407 H/1987 M: 1223).

- Hadis Nabawi :

Dari 'Aisyah, sesungguhnya Rasulullah Saw. pernah menyuruh untuk diambilkan dua ekor domba bertanduk yang di kakinya berwarna hitam, perutnya terdapat belang hitam, dan di kedua matanya terdapat belang hitam. Kemudian domba tersebut diserahkan kepada beliau untuk dikurbankan, lalu beliau bersabda kepada Aisyah, "Wahai Aisyah, bawalah pisau kemari." Kemudian beliau bersabda, "Asahlah pisau ini dengan batu." Lantas Aisyah melakukan apa yang diperintahkan beliau. Setelah diasah, beliau mengambil domba tersebut, membaringkannya, lalu menyembelihnya. Kemudian beliau mengucapkan, "Dengan nama Allah, ya Allah, terimalah ini dari Muhammad, keluarga Muhammad, dan umat Muhammad." Kemudian beliau berkurban dengannya."
(HR Muslim, Sahih Muslim, Juz 3, No. Hadis, 1967, 1412 H/1991 M: 1557).

- Hadis Qudsi :

Dari lbnu Abbas Ra., dia berkata, Rasululah Saw. bersabda, "blis berkata, Ya Tuhanku tidak ada seorang pun dari ciptaan-Mu kecuali Engkau telah menyediakan hidup dan rezekinya, lalu apa yang menjadi rezekiku? Allah Swt. menjawab, Rezekimu adalah sembelihan yang tidak disertai dengan menyebut nama-Ku." (HR Abu Nu'aim (lsāmuddin Aş-Sabābați, Jāmiu'l Ahādis Qudsiyyati, t.t.: 190).

- Penjelasan Surah Al-Hajj Ayat 31-38 :

Ayat 31-37 masih terkait dengan ayat  sebelumnya. Ikhlaskan ibadah kepada Allah, jangan tercampur dengan syirik, mengagungkan syiar ibadah bagian dari takwa, boleh memakan sebagian daging hadyu dan kurban dan  menyembelihnya di kawasan Haram. Allah menjadikan hari raya bagi setiap umat para rasul-Nya supaya mereka mengingat nama-Nya atas rezeki binatang ternak yang diberikan-Nya. Tuhan kaum Muslimin adalah Esa dan serahkanlah diri pada-Nya. 

Kabar gembira bagi orang yang tunduk pada Allah. Apabila disebut nama-Nya hatinya takut, sabar atas cobaan, menegakkan salat dan menginfakkan sebagian rezeki yang dianugerahkan Allah padanya. Allah jadikan unta itu bagian dari syiar ibadah. Sebutlah nama Allah waktu menyembelihnya dalam keadaan berdiri dan biarkan jatuh sampai mati dengan sempurna. Berikan dagingnya kepada orang  miskin  yang meminta dan yang tidak meminta. Darah dan daging kurban itu tidak dibutuhkan Allah. Allah hanya menilai takwa kita kepada-Nya. Dia tundukkan unta itu agar kita membesarkan-Nya atas hidayah Islam. Kabar gembira bagi orang yang melaksanaan ibadah haji dengan sempurna.

Ayat 38 menjelaskan bahwa Allah pasti menolong kaum mukmin atas kejahatan orang-orang yang berkhianat kepada Allah dan rasul-Nya dan atas orang-orang kafir. 

Jumat, 15 September 2023

Rizqi yang Halal Syarat Diterimanya Do'a dan Amal

One Day One Hadits (279)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Rizqi yang Halal Syarat  Diterimanya  Do'a dan Amal

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللهَ تَعَالَى طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّباً، وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِيْنَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِيْنَ فَقَالَ تَعَالَى : يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحاً وَقاَلَ تَعَالَى : يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ  ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ ياَ رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِّيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لَهُ . [رواه مسلم] 

Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu dia berkata : Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya Allah ta’ala itu baik, tidak menerima kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah memerintahkan orang beriman sebagaimana dia memerintahkan para rasul-Nya dengan firmannya : Wahai Para Rasul makanlah yang baik-baik dan beramal shalehlah. Dan Dia berfirman : Wahai orang-orang yang beriman makanlah yang baik-baik dari apa yang Kami rizkikan kepada kalian. Kemudian beliau menyebutkan ada seseorang melakukan perjalan jauh dalam keadaan kumal dan berdebu. Dia memanjatkan kedua tangannya ke langit seraya berkata : Ya Robbku, Ya Robbku, padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan kebutuhannya dipenuhi dari sesuatu yang haram, maka (jika begitu keadaannya) bagaimana doanya akan dikabulkan. (Riwayat Muslim).

Pelajaran yang terdapat di dalam hadist :

1. Dalam hadits diatas terdapat pelajaran akan sucinya Allah ta’ala dari segala kekurangan dan cela.

2. Allah ta’ala tidak menerima kecuali sesuatu yang baik. Maka siapa yang bersedekah dengan barang haram tidak akan diterima.

3. Sesuatu yang disebut baik adalah apa yang dinilai baik disisi Allah ta’ala.

4. Berlarut-larut dalam perbuatan haram akan menghalangi seseorang dari terkabulnya doa.


5. Orang yang maksiat tidak termasuk mereka yang dikabulkan doanya kecuali mereka yang Allah kehendaki.

6. Makan barang haram dapat merusak amal dan menjadi penghalang diterimanya amal perbuatan.

7. Anjuran untuk berinfaq dari barang yang halal dan larangan untuk berinfaq dari sesuatu yang haram.

8. Seorang hamba akan diberi ganjaran jika memakan sesuatu yang baik dengan maksud agar dirinya diberi kekuatan untuk ta’at kepada Allah.

9. Doa orang yang sedang safar dan yang hatinya sangat mengharap akan terkabul.

10. Dalam hadits terdapat sebagian dari sebab-sebab dikabulkannya do’a : Perjalanan jauh, kondisi yang bersahaja dalam pakaian dan penampilan dalam keadaan kumal dan berdebu, mengangkat kedua tangan ke langit, meratap dalam berdoa, keinginan kuat dalam permintaan, mengkonsumsi makanan, minuman dan pakaian yang halal.

Tema hadits yang berkaitan dengan Al Qur'an :

1. Mempersembahkan yang terbaik kepada Allah

 وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الأرْضِ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
[ Al-Qashash : 77] 

2. Mengkonsumsi yang halal

وَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي أَنْتُمْ بِهِ مُؤْمِنُونَ 

Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepada kalian, dan bertakwalah kepada Allah yang kalian beriman kepada-Nya
[ Al-Maidah : 88].

Kamis, 14 September 2023

NASIHAT UNTUK YANG SUDAH BERUMUR 50 TAHUN

Tematik (166)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
 
NASIHAT UNTUK YANG SUDAH BERUMUR 50 TAHUN...

"ALLAH tidak lagi memberi alasan bagi siapa yang telah dipanjangkan umurnya hingga 50 tahun."
(HR. Bukhari)

Al-Khattabi berkata:

"Maknanya,,,, orang yang ALLAH panjangkan umurnya hingga 50 tahun,,,, tidak diterima lagi keuzuran/alasan,,,, karena usia 50 tahun merupakan usia yang dekat dengan kematian.

Maka inilah kesempatan untuk memperbanyak taubat,,,, beribadah dengan khusyuk,,,, dan bersiap siap bertemu ALLAH."
(Tafsir al-Qurthubi)

"Bila sudah 50 tahun kamu berjalan menuju Tuhanmu,,,, sekarang hampir sampai..."

"Lakukan yang terbaik pada sisa usia senjamu,,,, Taubatlah dan berdoa agar ALLAH mengampuni dosa yang lalu"

"Tapi jika engkau masih berbuat dosa di usia senjamu,,,, kamu pasti dihukum akibat dosa masa lalu dan masa kini sekaligus.."

Maka para alim ulama memberi nasehat cara menjalani umur yang sudah mencapai 50 tahun:

1. Jangan berlebihan berhias,,,, bersolek,,,, dan berpakaian.

2. Jangan berlebihan makan,,,, minum,,,, dan berbelanja barang yang kurang diperlukan untuk mendukung amal shalih.

3. Jangan berkawan dengan orang yang tidak menambah iman,,,, ilmu,, dan amal.

4. Jangan gelisah,,,, berkeluh kesah dan kesal dengan kehidupan sehari-hari. Selalu penuhi diri dengan rasa sabar dan bersyukur.

5. Perbanyak do'a mengharap keridha-an ALLAH agar Husnul Khatimah dan dijauhkan dari Su'ul Khatimah.

6. Tambahkan ilmu agama,,,, perbanyak mengingat kematian,,,, dan bersiap menghadapinya.

7. Siapkan wasiat dan lakukan pembahagian harta.

8. Kerapkan menjalin silaturrahim dan merapatkan hubungan yang renggang sebelumnya.

9. Minta maaf dan berbuat baik terhadap pihak yang pernah didzalimi.

10. Tingkatkan amal shalih terutama amal jariah yang dapat terus memberi pahala dan syafa'at setelah kita mati.

11. Maafkan kesalahan orang kepada kita walau seberat apapun kesalahan itu.

12. Bereskan segala hutang yang ada dan jangan buat hutang baru walaupun untuk menolong orang lain.

13. Berhentilah dari semua maksiat....!!!

MATA,,,, berhentilah memandang yang tidak halal bagimu.

TANGAN,,,, berhentilah dari meraih yang bukan hak mu.

MULUT,,,, berhentilah makan yang tidak baik dan yang tidak halal bagimu,,,, berhentilah dari ghibah,,,, fitnah,,,, dan berhentilah menyakiti hati orang lain.

TELINGA,,,, berhentilah mendengar hal-hal haram dan tak bermanfaat.

14. Berbaik sangka lah kepada ALLAH atas segala sesuatu yang terjadi dan menimpa.

15. Penuhi terus hati dan lisan kita dengan ISTIGHFAR & taubat untuk diri sendiri,,,, orang tua,,,, dan semua orang beriman,,,, di setiap saat,,,, waktu dan keadaan.

Semoga bermanfaat bagi kita semua,,,, walaupun Anda belum 50 tahun,,,, karena...
"KEMATIAN TIDAK MENGENAL UMUR..."

 Sunnah dijaga dengan kebenaran,,, kejujuran,,,, dan keadilan bukan dengan kedustaan dan kedzhaliman."

(Ibnu Taimiyyah rahimahullahu)

Minggu, 10 September 2023

Menyampaikan Hajat-hajatnya Kaum Muslimin

One Day One Hadits (278)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Menyampaikan Hajat-hajatnya Kaum Muslimin

عن أَبي هريرة رضي الله عنه عن النَّبيّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ((مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنيَا، نَفَّسَ الله عَنْهُ كُربَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ القِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّر عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ الله عَلَيهِ في الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ الله في الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، والله في عَونِ العَبْدِ مَا كَانَ العَبْدُ في عَونِ أخِيهِ، وَمَنْ سَلَكَ طَريقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَريقًا إِلَى الجَنَّةِ. وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ في بَيتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ تَعَالَى، يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ، وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ المَلاَئِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ الله فِيمَنْ عِندَهُ. وَمَنْ بَطَّأ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِع بِهِ نَسَبُهُ)). رواه مسلم. 

Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya: "Barangsiapa yang melapangkan suatu kesusahan dari beberapa kesusahan seseorang Mu'min di dunia, maka Allah akan melapangkan untuknya suatu kesusahan dari berbagai kesusahannya pada hari kiamat. Barangsiapa yang memberikan kemudahan kepada seseorang yang kesukaran, maka Allah akan memberikan kemudahan padanya di dunia dan di akhirat. Barangsiapa yang menutupi cela seseorang Muslim, maka Allah akan menutupi celanya di dunia dan di akhirat. Allah itu selalu memberikan pertolongan kepada hambaNya, selama hamba itu suka memberikan pertolongan kepada saudaranya. Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari suatu ilmu pengetahuan, maka Allah akan memudahkan untuknya jalan menuju ke syurga. Tiadalah sesuatu kaum itu berkumpul dalam sebuah rumah dari rumah-rumah Allah, untuk membacakan kitab Allah - al-Quran - juga mentadarusnya antara mereka itu – membaca secara bergantian, melainkan turunlah kepada mereka ketenangan hati, ditutupi oleh kerahmatan Tuhan, juga diliputi oleh para malaikat dan Allah menyebutkan mereka itu di kalangan makhluk yang ada di sisinya. Barangsiapa yang diperlambatkan oleh amalannya sendiri, maka ia tidak akan dipercepatkan oleh keturunan darahnya - yakni bahawa kebahagiaan itu tergantung pada amalan seseorang dan bukan kerana darah ningrat atau keturunan." (Riwayat Muslim)

Pelajaran yang terdapat didalam hadist :

1. Memudahkan artinya memberi pertolongan. Maka dengan jelas dalam hadis ini betapa utamanya memberikan pertolongan untuk menyampaikan hajat kebutuhan kaum muslimin, baik yang berupa ilmu pengetahuan, harta, drajat, nasihat atau menunjukkannya ke arah kebaikan. Juga pertolongan yang berupa tenaga atau doa yang ditujukan agar saudaranya seagama itu tercapai maksudnya.

2. Menempuh  jalan  artinya,  baikpun   berjalan   betul-betul untuk mencari ilmu itu misalnya pergi ke sekolah, pondok dan lain-lain atau mencari jalan semacam kiasan, misalnya belajar sendiri menelaah kitab-kitab agama dan lain-lain sebagainya.

3. Rumah Allah misalnya masjid, madrasah dan sebagainya.

4. Orang yang suka  melakukan  ini  (yakni  berkumpul  lalu belajar yang tak dimengerti atau mengajarkan yang sudah diketahui), orang tersebut akan mendapat ketenangan hati, dilimpahi rahmat Allah, dikerumuni  malaikat kerana gembira melihat orang yang sedemikian  itu dan  oleh  Allah  disebut-sebut akan  dimasukkan dalam golongan hambaNya yang sangat taqarrub (mendekat) dan sangat taat padaNya, seperti para malaikat dan sekalian Nabi, sebab bangga melihat perbuatan hambaNya yang baik itu dan mengagumkan sebutannya. Inilah Hadis yang menunjukkan keutamaan majlis ta'lim, membaca al-Quran secara bersama-sama atau tadarus.

5. Orang yang sedikit amal kebaikannya, tentu tidak dapat mencapai tingkat kesempurnaan taqwa hanya dengan menonjol-nonjolkan keturunannya saja.
Dan lagi Nabi s.a.w. bersabda:
"Datanglah padaku besok pada hari kiamat dengan amal perbuatanmu, tidak dengan keturunanmu. Sesungguhnya aku tidak akan dapat memberikan pertolongan padamu semua dari siksa Allah itu sedikitpun (dengan membanggakan keturunan-keturunan itu)."

Tema hadist yang berkaitan dengan al quran :

1. Semua amal-amal kebaikan yang sifatnya badani dan materi serta yang lainnya seperti silaturrahim dan akhlak yang mulia, kerjakanlah maka kita akan berhak mendapatkan karunia Allah yang berupa kemenangan. 

وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ 

Dan perbuatlah kebajikan, supaya kalian mendapat kemenangan. (Al Hjj:77)

2. Kebajikan apa pun yang telah kita lakukan, sesungguhnya Allah mengetahuinya. Dan kelak Dia akan memberikan balasannya kepada kita dengan balasan yang berlimpah, karena sesungguhnya Dia tidak akan berbuat aniaya terhadap seseorang barang sedikit pun.

وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ

"Dan apa saja kebaikan yang engkau semua lakukan, maka sesungguhnya Allah itu Maha mengetahuinya."  (al-Baqarah: 215)

3. Orang yang sedikit amal kebaikannya, tentu tidak dapat mencapai tingkat kesempurnaan taqwa hanya dengan menonjol-nonjolkan keturunannya saja.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ 

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.(Al-Hujurat, ayat 13)

IBNU MAS'UD DAN JAMAAH DZIKIR

Tematik (165)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
 
IBNU MAS'UD DAN JAMAAH DZIKIR

[Bag. 1]

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu menyatakan,

{ إِنَّ رَسُولَ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- حَدَّثَنَا أَنَّ قَوْماً يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ ، وَايْمُ اللهِ مَا أَدْرِى لَعَلَّ أَكْثَرَهُمْ مِنْكُمْ }

“Rasulullah [ﷺ] memberitakan kepada kami ada sekelompok orang yang membaca Al-Quran namun tidak melewati kerongkongannya (hanya membaca dengan lisannya, tanpa merenunginya sampai ke kalbu mereka). Demi Allah, aku tidak tahu, mungkin saja mayoritas dari mereka itu dari golongan kalian.” [Sunan Ad-Darimi]

Kisah Selengkapnya:

Ad-Darimi meriwayatkan dengan sanad yang shahih dalam Sunan-nya sebuah kejadian yang patut kita renungkan. Pagi itu, azan Subuh belumlah berkumandang. Shahabat Abu Musa Al-Asy’ari melihat orang-orang berkumpul di masjid. Sambil menunggu salat wajib untuk ditunaikan, orang-orang itu berkumpul menjadi beberapa kelompok. Tiap kelompok ada pemimpin yang memandu mereka untuk berzikir. Mereka menggunakan kerikil sebagai alat penghitung dzikirnya.

“Bertasbihlah seratus kali,” kata salah satu pemandu zikir. Anggotanya pun melakukan tasbih. “Bertahlillah seratus kali.” “Bertakbirlah seratus kali.” Demikian, anggota halaqahnya mengikuti perintah dari sang pemandu.

Abu Musa merasa aneh dengan amalan yang tidak pernah dilihatnya di zaman Rasulullah [ﷺ] ini. Kalau tasbih, tahlil, dan takbir tentu itu adalah zikir yang sudah sangat dikenal oleh shahabat. Namun, yang beliau anehkan adalah caranya yang berjamaah. Cara ini tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah [ﷺ] dan para shahabat.

Maka, Abu Musa pun mendatangi Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu untuk meminta keterangan dari beliau. Ibnu Mas’ud memang dikenal sebagai shahabat yang sangat lama menimba ilmu dari Rasulullah [ﷺ]. Setelah Abu Musa bercerita apa yang dialaminya, Ibnu Mas’ud pun segera ke masjid untuk meluruskan bid’ah yang mereka lakukan. Ibnu Mas’ud pun marah.

“Apa yang kalian lakukan ini?” tanya Ibnu Mas’ud.

“Wahai Abu Abdirrahman (Ibnu Mas’ud), ini hanyalah kerikil untuk menghitung takbir, tahlil, dan tasbih.”

“Hitunglah kejelekan kalian, aku jamin sedikit pun kebaikan kalian tidak akan hilang.”

Ibnu Mas’ud melanjutkan, “Kasihan kalian umat Muhammad [ﷺ]! Betapa cepat kehancuran kalian! Ini, para shahabat Nabi kalian [ﷺ] masih banyak. Baju-baju beliau pun belum usang. Bejana beliau pun belum juga pecah. Demi Dzat Yang jiwaku berada di Tangan-Nya, apakah kalian ini di atas agama yang lebih berpetunjuk daripada agama Nabi ataukah kalian membuka pintu kesesatan?!”

Andai agama mereka lebih berpetunjuk daripada agama Nabi Muhammad [ﷺ], tentunya ini tidak mungkin, karena Allah sudah menegaskan ridha-Nya terhadap kesempurnaan agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah [ﷺ]. Sehingga, hanya tersisa kemungkinan kedua, mereka membuka pintu kesesatan.

Lalu, orang-orang itu pun berdalih, “Wahai Abu Abdirrahman, kami hanya ingin kebaikan.” 

Niatan mereka sebenarnya baik, menunggu datangnya waktu salat dengan melakukan zikir berjamaah. Tapi sayang, caranya tidak sesuai dengan teladan Rasulullah [ﷺ]. Sehingga, ada satu syarat yang tidak terpenuhi agar amalnya diterima.

Makanya, Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu pun menjawabnya, “Betapa banyak orang yang ingin kebaikan, tapi sayang tidak bisa mendapatkannya.”

Beliau pun melanjutkan, “Rasulullah [ﷺ] telah mengabarkan kepadaku, ada suatu kaum yang membaca Al-Quran, namun tidak melewati kerongkongan mereka (yakni hanya dibaca tanpa direnungi sampai di kalbunya). Demi Allah, aku tidak tahu, bisa jadi mayoritas mereka adalah dari golongan kalian.” Ibnu Mas’ud pun berpaling dari mereka setelah memberikan nasihat ini.

Benarlah apa yang diprediksi oleh Ibnu Mas’ud. Beberapa tahun kemudian, terjadi perang antara kaum muslimin dengan Khawarij di Nahrawan. Ternyata, mayoritas yang ikut di majelis bid’ah tersebut ikut memerangi muslimin dalam barisan Khawarij.

[Bag. 2]

Hikmah dan Pelajaran 1:

Bertanya dan meminta masukan kepada orang yang berilmu merupakan solusi dari segala permasalahan.

Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu merasa ada yang ganjil dari amalan yang dikerjakan sebagian orang. Beliau tidak langsung mengingkarinya namun bertanya dahulu kepada Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu yang lebih banyak menimba ilmu dari Rasulullah [ﷺ].

Sebuah kisah lain bisa menjadi ibrah mengenai bahayanya beramal tanpa ilmu. Shahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma dahulu safar dengan rombongannya. Ternyata, di perjalanan tersebut salah satu anggota rombongan tertimpa batu dan melukai kepala sampai parah. Saat tidur, orang tersebut mimpi basah, padahal cuacanya sangat dingin dan dikhawatirkan lukanya akan lebih parah. Dia pun bertanya kepada para shahabat yang ikut dalam rombongan itu apakah ada keringanan baginya untuk tidak mandi. Para shahabat menjawab bahwa tidak ada keringanan, dia tetap harus mandi. Dia pun mandi, yang akhirnya menyebabkan dirinya meninggal dunia.

Ketika hal ini diceritakan kepada Rasulullah [ﷺ], beliau pun marah dan mengatakan yang artinya, “Mereka telah membunuhnya! Semoga Allah membunuh mereka! Tidakkah mereka itu bertanya jika mereka tidak mengetahui?! Obat dari kebodohan itu hanyalah dengan bertanya.” [H.R. Abu Dawud, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah]

Inilah yang seharusnya dilakukan seorang muslim saat bertemu dengan perkara agama yang tidak diketahuinya. Jangan sembarangan menetapkan hukum sampai bertanya kepada ulama. Sungguh, akibat yang ditimbulkan dari sembarang menghukumi sesuatu dalam agama, bisa jadi sangat parah.

Hikmah dan Pelajaran 2:

Bid’ah –dari segi ketiadaan dalil- dibagi dua: bid’ah haqiqiyah dan bid’ah idhafiyah.

[1] Bid’ah haqiqiyah — adalah bid’ah yang sama sekali tidak memiliki dasar dalil dari agama ini. Contohnya, keyakinan Khawarij yang mengafirkan kaum muslimin, keyakinan Qadariya’h yang menolak adanya takdir, puasa dengan tidak berbicara, dsb.

[2] Bid’ah idhafiyah — adalah bid’ah yang memiliki dua sisi. Sisi pertama, amalan tersebut memiliki dalil yang menunjukkan asalnya; dan sisi kedua, amalan tersebut memiliki tambahan yang tidak ditunjukkan dalil baik secara tegas maupun isyarat.

Yakni, asal amalan disyariatkan, akan tetapi menjadi bid’ah karena adanya penambahan dari segi yang lain. Misalnya, ditambahkan tata cara tertentu, waktu tertentu, jumlah, atau keutamaan tertentu. Sebab, penentuan hal-hal tersebut merupakan kekhususan syariat yang tidak bisa dijangkau nalar.

Misalnya dalam kisah di atas, zikir tasbih, tahlil, tahmid, dan takbir merupakan zikir yang sangat besar pahalanya.

Rasulullah [ﷺ] menjelaskan yang artinya, “Ucapan yang paling dicintai Allah adalah subhanallah, alhamdulillah, laa ilaha illallah, dan allahu akbar. Tidak mengapa engkau mulai dengan yang mana saja.” [HR. Muslim].

Sehingga, dari sisi ini amalan yang mereka lakukan memiliki dalil yang menunjukkan asal amalan tersebut. 

Namun, Ibnu Mas’ud rahimahullah justru mengingkari mereka dengan sangat keras. Apa sebabnya?

Jawabnya,
— karena ada tambahan yang tidak ditunjukkan dalil.
— Mereka menentukan tata cara, waktu, dan jumlah tertentu yang tidak ada dalam dalil.

Begitu pula amalan saleh lainnya, jika dalil menyebutkan secara umum, maka tidak boleh dikhususkan tanpa dalil. Jika seseorang mengamalkannya secara mutlak sesuai dalil, hukumnya sunnah. Namun, jika ada yang mengamalkan amalan itu dengan keyakinan adanya jumlah, tata cara, waktu, atau keutamaan tertentu, amalan itu berubah menjadi bid’ah. Bid’ah itulah yang dijuluki bid’ah idhafiyah.

Ad-Darimi rahimahullah meriwayatkan dalam Sunan beliau, ada orang yang salat setelah Ashar dengan rakaat yang banyak. Sa’id bin Musayyib rahimahullah yang melihat apa yang dilakukan orang ini, langsung melarangnya. Orang itu pun bertanya, “Wahai Abu Muhammad (Sa’id bin Musayyib) apakah Allah akan mengazabku dikarenakan salat?”

Sa’id rahimahullah menjawab, “Tidak. Akan tetapi, Allah mengazabmu karena menyelisihi sunnah Nabi [ﷺ].”

[Bag. 3]

[Hikmah dan Pelajaran 3]

Ibnu Mas’ud Radhiyallahu'anhu mengatakan kepada mereka, “Betapa cepat kebinasaan kalian!”

Ini menunjukkan kepada kita bahwa bid’ah adalah jalan menuju kebinasaan.

Sufyan Ats Tsauri rahimahullah mengatakan,

“Bid’ah lebih dicintai Iblis daripada maksiat. Sebab, orang bisa bertobat dari maksiat sedangkan bid’ah, orang tidak bertobat darinya.”

Bid’ah tidak bisa tobat darinya, maksudnya seorang pelaku bid’ah menganggap bahwa amalan bid’ah yang dilakukannya adalah amalan yang baik. Maka, selama orang tersebut menganggap bahwa itu baik, dia tidak akan bertobat darinya. Sebab, hal yang pertama dari tobat adalah meyakini bahwa apa yang dilakukannya merupakan perkara jelek. Akan tetapi, tobat tetap mungkin terjadi jika Allah memberinya hidayah hingga mengetahui kebenaran yang sesungguhnya. [Majmu’ Fatawa, Ibnu Taimiyah rahimahullah]

Di sini lain, perbuatan bid’ah akan menjadikan seseorang meninggalkan sunnah. Sebab, seseorang yang melakukan bid’ah terkuras tenaganya, tersibukkan pikirannya, dan terisi kalbunya dengan amalan bid’ah tersebut. Sehingga, pantaslah Abu Idris Al-Khaulani rahimahullah dahulu mengatakan, “Tidaklah suatu kaum mengadakan suatu bid’ah, kecuali Allah mengangkat dari mereka sunnah.” Inilah di antara bentuk kebinasaan para pelaku bid’ah.

[Hikmah dan Pelajaran 4]

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Ini, para shahabat Nabi [ﷺ] masih banyak.”

Ucapan ini menunjukkan wajibnya memahami perkara agama ini dengan pemahaman shahabat.

Janganlah memahami dalil Al-Quran dan hadis dengan pemahaman sendiri tanpa merujuk pada bimbingan shahabat. Rasulullah [ﷺ] berpesan yang artinya, “Wajib bagi kalian untuk berpegang teguh dengan ajaranku dan ajaran Khulafaur Rasyidin setelahku.”

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu juga telah mewanti-wanti, “Siapa yang hendak meneladani, hendaknya dia teladani yang telah mati. Sebab, orang yang masih hidup tidak aman dari godaan (yakni, belum ada jaminan istiqamah hingga ajal menjemput). Mereka inilah para shahabat Nabi. Mereka inilah orang-orang terbaik dari umat ini: kalbu mereka terbaik, ilmu mereka paling dalam, dan paling sedikit berlebih-lebihan. Merekalah orang yang telah Allah pilih untuk menemani Nabi-Nya [ﷺ] dan menyampaikan agama-Nya. Maka, contohlah akhlak dan jalan mereka. Mereka ada di atas petunjuk yang lurus.” [Syarhus Sunnah, Al-Baghawi]

[Hikmah dan Pelajaran 5]

Mereka berdalih, “Tidaklah kami menginginkan kecuali kebaikan.”

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu menjawab mereka, “Betapa banyak orang yang ingin kebaikan, tapi sayang tidak bisa mendapatkannya.”

Diambil hikmah dari sini, bahwa niat saja tidak cukup. Niat yang baik harus dibarengi cara yang benar.

Dua syarat ini mesti terpenuhi bagi siapa saja yang menginginkan kebaikan. Dari sini, bisa kita simpulkan kekeliruan ucapan yang banyak menyebar di masyarakat, “Yang penting niatnya baik.”

Demikian sedikit hikmah yang bisa kita petik dari kisah di atas. Semoga Allah subhanahu wa ta'ala menjaga kaum muslimin dari berbagai bid’ah.

Sabtu, 09 September 2023

Tadabbur Al-Quran Hal. 334

Tadabbur Al-Quran Hal. 334
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Al-Hajj ayat 16 :

وَكَذٰلِكَ اَنْزَلْنٰهُ اٰيٰتٍۢ بَيِّنٰتٍۙ وَّاَنَّ اللّٰهَ يَهْدِيْ مَنْ يُّرِيْدُ

Dan demikianlah Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) yang merupakan ayat-ayat yang nyata; sesungguhnya Allah memberikan petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki.

- Tafsir Al Muyassar Al-Hajj ayat 16 :

Sebagaimana Allah telah menegakkan hujjah di hadapan orang-orang kafir berupa bukti-bukti kekuasaan-Nya untuk membangkitkan orang-orang yang sudah mati, demikian pula Dia telah menurunkan Al Qur'an. Ayat-ayatnya jelas dalam lafal dan maknanya, yang dengannya Allah memberikan petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki untuk diberi hidayah; karena tidak ada pemberi petunjuk selain-Nya.

- Mu'jam Al-Hajj ayat 16 :

يَهْدِيْ

SHadä: Al-Hidāyah ialah petunjuk yang lembut. Adapun hidayah Allah Swt yang diberikan kepada manusia ada empat cara, 
Pertama, hidayah yang meliputijenis manusia sendiri untuk setiap mukalaf yang memiliki pemikiran, kecerdasan, dan pengetahuan penting yang meliputi segala sesuatu sesuai kadar kemampuannya. 
Kedua, hidayah yang Allah tetapkan bagi manusia melalui lisan para nabi dan turunnya Al-Qur'an.
Ketiga, taufiq yang Allah berikan secara khusus bagi yang diberi petunjuk. 
Dan keempat, hidayah yang amat berarti di akhirat untuk mengantarkan seseorang masuk surga. Dan hidayah ini semuanya telah ditentukan, jika
yang pertama tidak didapat, maka yangkedua tidak akan bisa diraih. (Ar Rãgib Al Asfahäni, Mu'jam Mufradati Alfazi Al Qurani, 1431 H/2010 M: 388)

- Tazkiyyatun Nafs :

Gagasan mengenai Masyi'ah (kehendak) banyak sekali dijumpai dalam berbagai ayat Al-Qur'an. Allah Swt. seringkali menegaskan diri-Nya mempunyai Masyiah itu dalam hubungan-Nya dengan manusia. Misalnya, Dia menurunkan kemuliaan-Nya kepada hamba yang dikehendaki-Nya (QS Al-Bagarah, 2: 90).
Masyi ah disebutkan sebagai sifat azali (tidak berawal) Allah Swt. tanpa diketahui bagaimana caranya. Semua perbuatan manusia itu terjadi dengan kehendak-Nya.
Dalam dunia ini tidak ada keharusan dan tuntutan selain Masyiah (kehendak) Allah Swt. semata. Apa yang dikehendaki-Nya pasti akan terjadi, dan apa yang tidak dikehendaki-Nya pasti tidak akan pernah terjadi.
Yang demikian itu merupakan universalitas tauhid, yang tidak mungkin berdiri kecuali berdasarkan padanya. Dan kaum muslimin telah sepakat bahwa apa yang keberadaannya dikehendaki Allah Swt. pasti akan terjadi, dan apa yang keberadaannya tidak dikehendaki oleh-Nya, maka tidak akan pernah terjadi.

Namun hal itu ditentang oleh sebagian orang, dimana mereka menyatakan bahwa di alam ini terdapat sesuatu yang bukan menjadi kehendak Allah Swt., dan Dia juga menghendaki sesuatu yang tidak pernah akan terjadi. Banyak ayat di dalam Al-Qur'an dan hadiš Nabi Saw. yang menegaskan Masyi'ah sekaligus menolak pemikiran yang menafikan kehendak secara keseluruhan serta menafikan kehendak dari perbuatan, gerakan, petunjuk, dan kesesatan umat manusia. Misalnya adalah firman-Nya dalam surah A-Bagarah, 2: 253 dan Ali-'Imrān, 3: 40.
Suatu ketika Allah Swt. memberitahukan bahwa semua yang ada di alam ini menurut kehendak-Nya. Dan pada kesempatan yang lain Dia juga memberitahukan bahwa apa yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan pernah terjadi. Selain itu Dia juga memberitahukan bahwa jika Dia menghendaki, niscaya Dia akan menetapkan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang telah ditakdirkan dan dituliskan-Nya. Dan jika Dia menghendaki, niscaya tidak akan ada orang yang durhaka kepada-Nya dan Dia jadikan semua umat manusia ini menjadi satu umat.

Dengan demikian, ini menunjukkan secara jelas bahwa realitas kehidupan yang ada berjalan menurut kehendak Allah Swt. Sedangkan apa yang tidak ada di alam ini disebabkan tidak adanya kehendak dari-Nya.Demikianlah hakikat ketuhanan, dan itu pula makna kedudukan-Nya sebagai Tuhan semesta alam, gelar yang disandang-Nya, bahwa Dia Mahahidup yang mengurus dan memelihara makhluk di alam ini. Sehingga dengan demikian tidak akan ada penciptaan, rezeki, pemberian, larangan, kematian, kehidupan, kesesatan, petunjuk, kesejahteraan,
dan kesengsaraan kecuali setelah adanya izin dari-Nya. Dan semuanya itu bergantung pada kehendak-Nya, karena tidak ada raja, pelindung, dan pengurus alam jagat rayaini, dan Tuhan selain diri-Nya, sebagaimana Dia berfirman dalam surah Al-Qasas, 28: 68, A-Haj, 22: 5, Al-Infițār, 82: 8, dan lain-lain.
Demikian pula masalah ini banyak diterangkan dalam hadis-hadis Nabi Saw. Selain itu, Allah Swt. juga memberitahukan, jika Dia tidak berkehendak menyucikan hati hamba-hamba-Nya, maka tidak akan pernah ada jalan bagi mereka untuk menyucikan hati mereka, dimana dalam hal ini Dia berfirman, Dan demikianlah Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) yang merupakan ayat-ayat yang nyata; sesungguhnya Allah Swt. memberikan petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. (QS Al-Haj, 22:16). (Ibnul Qayyim AI-Jauziyyah, Syifā u'l Ai fi Masā'ilil Qadāi wal Qadari wa'l Hikmatiwat Ta'lili, 1398 H/1978 M: 43-47).

- Riyāduş Şālihin :

Dari Abu Kabsyah Al-Anmari Ra., ia mendengar Rasulullah Saw. bersabda, "Ada tiga hal, aku bersumpah atasnya dan aku akan mengatakan suatu hal pada kalian, hendaklah kalian menjaganya. "Rasulullah Saw. bersabda, "Tidaklah harta seorang berkurang karena sedekah, tidaklah seseorang dịperlakukan secara lalim lalu ia bersabar, melainkan Allah Swt. akan menambahkan kemuliaan untuknya, dan tidaklah seorang hamba membuka pintu minta-minta, melainkan Allah Swt. akan membukakan pintu kemiskinan untuknya. Dan aku akan mengatakan suatu hal pada kalian, hendaklah kalian menjaganya. "Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya dunia itu untuk empat orang:

Pertama, seorang hamba yang dikaruniai Allah Swt harta dan ilmu, dengan ilmu ia bertakwa kepada Allah Swt. dan dengan harta ia menyambung silaturrahim dan ja mengetahui Allah Swt. memiliki hak padanya dan ini adalah tingkatan yang paling baik.." (HR At-Tirmiži, dan ia berkata, "Hadis ini hasan sahih.").
Hadis di atas mengandung beberapa faedah, antara lain: efek dari sikap pemaaf akan tampak sebagai kemuliaan di dunia dan akhirat. Dorongan untuk mencari ilmu dan beramal disertai keikhlasan karena Allah Swt. (Dr. Muştafā Said Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādis Şālihina, Juz 1, 1407 H/1987 M: 478-479).

- Medical Hadish :

Dari Aisyah Ra., dia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw. mengenai penyakit lepra, maka Nabi Saw. memberitahukan kepadanya, "Penyakit lepra merupakan azab yang Allah Swt. timpakan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya sebagai rahmat bagi orang-orang yang beriman. Tidaklah seseorang yang berada di wilayah yang terjangkit penyakit lepra, kemudian ia tetap tinggal di negerinya dan selalu bersabar, ia mengetahui bahwa penyakit tersebut tidak akan menjangkitinya kecuali sesuai dengan yang Allah Swt. tetapkan kepadanya, maka baginya seperti pahala orang yang mati syahid." (HR Al- Bukhāri). (Dr. Mustafā Sa id Al-Khin, Nuz-hatul Muttaqina Syərhu Riyādiş Şālihina, Juz 1, 1407 H/1987 M: 67).

- Tibbun Nabawi :

Khasiat Syubrum

Syubrum adalah sejenis pepohonan, ada yang kecil dan ada pula yang besar. Tingginya kira-kira setinggi ukuran manusia. la mempunyai ranting-ranting berwarna merah dan lapisannya ada yang berwarna putih. Di ujung-ujung rantingnya terdapat banyak dedaunan, mempunyai bunga kecil yang warnanya merah. Bagian yang dapat dimanfaatkan adalah kerangka yang membungkus biji.Sifatnya panas dan kering pada tahapan keempat. Jika hendak digunakan, harus direndam dalam susu selama sehari semalam, dan susu itu harus diganti dua atau tiga kali, kemudian dikeluarkan dan dikeringkan di tempat yang tidak terkena sinar matahari secara langsung. Di antara khasiatnya adalah dapat digunakan untuk membersihkan badan. (lbnu'l Qayyim Al-Jauziyyah, Zādu'l Ma ādi fi Hadyi Khayril
Wbādi, Juz 4, t.t.: 328; Aż-Zahabi, At-TibbunNabawi, 1410 H/1990 M: 137).

- Penjelasan Surah Al-Hajj Ayat 16-23 :

Ayat 16-23 menjelaskan:

Allah turunkan Al-Qur’an itu dengan ayat-ayat-Nya yang jelas; lafaz dan maknanya. Sebab itu, Allah akan memberi petunjuk orang-orang yang meyakini dan mempelajarinya.

Pada hari kiamat nanti Allah akan memutuskan dengan adil antara kaum Mukmin,  kaum Yahudi, Sabiin, Nasrani, Majusi dan kaum musyrik. Allah menyaksikan segala sesuatu yang dilakukan manusia, secara tersembunyi maupun yang nyata.

Kenapa orang-orang kafir dan musyrik tidak mau beribadah hanya kepada 

Allah? Tidakkah mereka menyaksikan semua yang ada  di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang,  gunung, binatang melata dan banyak dari manusia yang bersujud dan tunduk kepada Allah? Banyak manusia yang pantas mendapatkan kesesatan. Siapa yang dihinakan Allah, tidak akan ada yang  dapat memuliakannya. Allah berbuat sesuai kehendak-Nya dan tidak satu pun dari makhluknya yang dapat menghambat-Nya.

Akan tetapi ada sampai kiamat dua golongan yang berbantah tentang Allah, yakni golongan Mukmin dan golongan kafir, baik mereka dari kalangan Ahlul Kitab (Yahudi dan Nasrani) maupun yang lainnya. 

 Orang-orang kafir di akhirat nanti akan dibuatkan bagi mereka  pakaian dari api dan disiramkan dari atas kepala mereka air yang mendidih panasnya seperti  tembaga yang mendidih dan menghancurkan  semua isi perut dan kulit mereka. Mereka akan dipukuli dengan cambuk dari besi. Setiap kali hendak keluar dari kesengsaraan itu, mereka dikembalikan kepada kondisi semula agar merasakan azab yang terus menerus.

Kaum mukmin yang beramal saleh akan masuk surga yang mengalir di bawahnya berbagai sungai, diberi perhiasan emas dan mutiara. Pakaian mereka terbuat dari sutra. 

Melihat dahsyatnya azab neraka seperti yang dijelaskan pada poin 5 dan dahsyatnya balasan surga bagi kaum mukmin seperti yang dijelaskan pada poin 6, maka selayaknya kita fokuskan hidup kita untuk meraih surga.

Rabu, 06 September 2023

ORANG-ORANG YANG MENDAPATKAN ADZAB YANG PALING RINGAN DAN YANG PALING KERAS PADA HARI KIAMAT

Tematik (164)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
 
ORANG-ORANG YANG MENDAPATKAN ADZAB YANG PALING RINGAN DAN YANG PALING KERAS PADA HARI KIAMAT

(1) Orang yang paling ringan siksaannya pada hari kiamat :

Nabi ﷺ bersabda :

إنَّ أهْوَنَ أهل النارِ عذاباً مَنْ لَهُ نَعْلانِ وشِرَاكانِ من نارٍ يَغلي منهما دماغُه كما يغلي المِرْجَل ما يَرَى أنَّ أحداً أشدُّ منهُ عَذَاباً وإنَّهُ لأهْونُهمْ عذاباً

“Penduduk neraka yang paling ringan siksaannya adalah seseorang yang memakai 2 sandal neraka yang memiliki 2 tali kemudian otaknya mendidih karena panasnya, sebagaimana mendidihnya air di kuali. Orang tersebut merasa tidak ada orang lain yang lebih pedih dari siksaannya, padahal siksaannya adalah yang paling ringan diantara mereka”.

(HR. Al-Bukhari no. 6561 dan 6562 serta Muslim no. 213 dan yang lainnya).

~ Dalam riwayat yang lain dijelaskan bahwa orang tersebut adalah paman Nabi ﷺ yaitu Abu Thalib. 

Nabi ﷺ bersabda :

إنَّ أهْوَنَ أهلِ النارِ عَذَابًا أبو طالبٍ في رِجلَيْهِ نعلانِ من نارٍ يغْلِي منهما دِمَاغُهُ

“Penduduk neraka yang paling ringan siksaannya adalah Abu Thalib. Ia memakai 2 sandal neraka yang membuat otaknya mendidih karena panasnya”.

(HR. Ahmad no. 2636, Muslim no. 212 dan yang lainnya).

Penjelasan :

Mengapa paman Nabi ﷺ Abu Thalib mendapatkan siksa yang paling ringan didalam neraka ?

Ulama Al-Lajnah Ad-Daimah pernah ditanya :

وردت أحاديث في البخاري ومسلم أن أبا طالب أخف الناس عذابًا يوم القيامة، وأحاديث أخرى عن أن أهل النبي في النار من لم يؤمن منهم، وأحاديث أخرى أن أباه في النار، فأرجو أن توضحوا لي هل هذا يدل على خلودهم في النار أبدًا؟

“Telah datang hadits-hadits dalam (shahih) Al-Bukhari dan Muslim bahwa Abu Thalib adalah orang yang siksaannya paling ringan pada hari kiamat, dan hadits-hadits lainnya bahwa keluarga Nabi masuk neraka yang tidak beriman diantara mereka, begitu pula hadits-hadits lainnya bahwa ayah (Nabi) masuk neraka, maka kami memohon pencerahan : Apakah ini menunjukkan bahwa mereka akan kekal selama-lamanya didalam neraka ?

Ulama Al-Lajnah Ad-Daimah menjawab :

أبو طالب هو أخف أهل النار عذابا يوم القيامة، بسبب شفاعة النبي- صلى الله عليه وسلم- له في ذلك، وإنما يخفف الله عنه ما هو فيه من العذاب بشفاعة النبي- صلى الله عليه وسلم-؛ لما رواه مسلم في ذلك عن ابن عباس -رضي الله عنهما- أن رسول الله- صلى الله عليه وسلم- قال: «أهون أهل النار عذابًا أبو طالب، وهو ينتعل بنعلين يغلي منهما دماغه». ولما رواه مسلم وغيره عن العباس بن عبد المطلب أنه قال: «يا رسول الله، هل نفعت أبا طالب بشيء فإنه كان يحوطك ويغضب لك؟ قال: نعم، ولولا أنا لكان في الدرك الأسفل من النا»، وفي رواية عن العباس: «قلت: يا رسول الله، إن أبا طالب كان يحوطك وينصرك، فهل نفعه ذلك؟ قال: نعم، وجدته في غمرات من النار فأخرجته إلى ضحضاح»، وروى مسلم أيضًا، عن أبي سعيد الخدري أن رسول الله- صلى الله عليه وسلم- ذكر عنده عمه أبو طالب، فقال: «لعله تنفعه شفاعتي يوم القيامة فيجعل في ضحضاح من نار يبلغ كعبيه يغلي منه دماغه».

*Abu Thalib adalah orang yang paling ringan siksaannya pada hari kiamat, disebabkan karena syafaat Nabi ﷺ untuknya*, sehingga adzabnya diringankan oleh Allah dari adzab yang seharusnya dia dapatkan karena syafaat Nabi ﷺ, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Muslim dari Ibnu Abbas رضي الله عنهما bahwa Rasulullah ﷺ bersabda : ((Penduduk neraka yang paling ringan siksaannya adalah Abu Thalib. Ia memakai 2 sandal neraka yang membuat otaknya mendidih karena panasnya)). Begitu pula yang diriwayatkan oleh Muslim dan yang lainnya dari Al-Abbas bin Abdil Muththalib bahwa ia berkata : ((Wahai Rasulullah, apakah engkau dapat memberikan suatu manfaat kepada Abu Thalib ? Sesungguhnya dia membelamu (yaitu menolong, menjaga, memenuhi segala keperluan) dan marah kepada musuhmu demi keselamatanmu ? Beliau bersabda : Ya, dia mendapat keringanan siksa (didalam neraka), jika sekiranya bukan karena (syafaat) ku, niscaya dia berada di neraka yang paling bawah)). Juga dalam riwayat lain dari Al-Abbas : ((Aku berkata : Wahai Rasulullah, dahulu Abu Thalib melindungimu dan menolongmu, apakah hal tersebut memberikan kemanfaatan kepadanya ? Beliau bersabda : Ya, aku mendapatinya dalam kobaran api neraka lalu aku mengeluarkannya sehingga ia mendapat siksa yang paling ringan (didalam neraka). Dan juga diriwayatkan oleh Muslim dan yang lainnya, dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa Rasulullah ﷺ pernah disebutkan didekatnya pamannya Abu Thalib, maka Beliau bersabda : ((Semoga syafaatku bermanfaat baginya pada hari kiamat sehingga diringankan siksaannya, dimana api (neraka) hanya sampai mata kakinya tetapi tetap membuat otaknya mendidih”.

وكل من مات كافرًا فهو مخلد في النار، سواء كان من أقارب النبي- صلى الله عليه وسلم- أم من غيرهم؛ لعموم قوله تعالى : ﴿وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ خَالِدِينَ فِيهَا وَبِئْسَ الْمَصِيرُ﴾[التغابن: 10] وما جاء في معناها من الآيات.
وبالله التوفيق. 
وصلى الله على نبينا محمد، وآله وصحبه وسلم.

“Sehingga setiap orang yang meninggal dalam keadaan kafir maka dia akan kekal selama-lamanya didalam neraka, baik orang-orang terdekat Nabi ﷺ atau pun yang lainnya, berdasarkan keumuman Firman Allah Ta’ala : ((Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali)). (QS. At-Taghabun : 10), begitu pula ayat-ayat lain yang semakna dengannya.
وبالله التوفيق. 
وصلى الله على نبينا محمد، وآله وصحبه وسلم.

(Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah : 1/487-489, ketua : Syaikh Abdul Aziz bin Baz).


(2) Orang-orang yang paling keras siksaannya pada hari kiamat :

Ada beberapa orang yang Nabi ﷺ sebutkan sebagai orang yang paling keras siksaannya pada hari kiamat, yaitu :

(1) Orang yang membunuh seorang Nabi.

(2) Orang yang dibunuh oleh seorang Nabi.

(3) Imam/Pemimpin yang sesat.

(4) Pembuat patung (atau gambar) makhluk bernyawa.

Sebagaimana sabda Nabi ﷺ :

أَشَدُّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ، رَجُلٌ قَتَلَهُ نَبِيٌّ، أَوْ قَتَلَ نَبِيًّا، وَإِمَامُ ضَلَالَةٍ، وَمُمَثِّلٌ مِنَ الْمُمَثِّلِينَ

“Orang yang paling keras siksaannya pada hari kiamat adalah orang yang membunuh seorang Nabi, atau orang yang dibunuh oleh seorang Nabi, imam/pemimpin yang sesat, serta pembuat patung (atau gambar) makhluk bernyawa”. (Hadits Hasan).
(HR. Ahmad no. 3868 dan yang lainnya).

Penyebab mereka mendapatkan siksaan yang paling keras pada hari kiamat :

~ (1) Karena orang yang membunuh seorang Nabi tentu dosanya lebih besar daripada membunuh manusia biasa selain Nabi, karena Nabi adalah manusia pilihan yang diutus oleh Allah untuk menyampaikan da’wah kepada ummatnya.

~ (2) Orang yang dibunuh oleh seorang Nabi, maksudnya adalah dalam peperangan.

= Al-Imam Ath-Thibi berkata :

قوله: ((أو قتله نبي)) يعني في سبيل الله، يؤيده التقييد في الرواية الأخرى: ((اشتد غضب الله على رجل يقتله رسول الله صلى الله عليه وسلم في سبيل الله)). (1)
((في سبيل الله)) احتراز ممن يقتل في حد أو قصاص؛ لأن من قتله النبي صلى الله عليه وسلم في سبيل الله كان قاصداً قتل النبي صلى الله عليه وسلم.

“Sabda Beliau : ((Atau orang yang dibunuh oleh seorang Nabi) maksudnya : Dalam perang dijalan Allah, dan yang menguatkan hal tersebut sebagaimana disebutkan dalam riwayat yang lain : ((Sungguh besar kemurkaan Allah kepada seseorang yang dibunuh oleh Rasulullah ﷺ dalam peperangan)). (1 = HR. Al-Bukhari no. 4073 dan Muslim no. 1793).

(- Dan penyebutan - dalam peperangan) untuk menjelaskan bahwa orang yang dibunuh (oleh Rasulullah) karena hukuman atau qishash (tidak termasuk didalamnya), karena orang yang dibunuh oleh Nabi ﷺ dalam peperangan memiliki keinginan untuk membunuh Nabi ﷺ”.

(Syarhu Al-Misykah : 9/2952).

(3) Karena imam/pemimpin yang sesat jika kaumnya mengikutinya dalam kesesatan, maka dosa-dosa kaumnya akan ditanggung olehnya karena mengikuti kesesatan pemimpinnya, sebagaimana pesan dan nasehat Nabi ﷺ kepada Kisra, Raja Persia ketika Nabi ﷺ mengirim surat kepadanya :

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ.
مِنْ مُحَمَّدٍ رَسُول اللهِ إِلَى كِسْرَى عَظِيمِ فَارِسٍ. 
سَلامٌ عَلَى مَنِ اتَّبَعَ الْهُدَى، وَآَمَنَ بِاللهِ وَرَسُولِهِ، وَشَهِدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، وَأَدْعُوكَ بِدُعَاءِ اللَّهِ فَإِنِّي أنا رَسُولُ اللهِ إِلَى النَّاسِ كَافَّةً، لأُنْذِرَ مَنْ كَانَ حَيًّا، وَيِحِقُّ الْقَوْلُ عَلَى الْكَافِرِينَ، فَأَسْلِم تَسْلَمْ فَإِنْ أَبَيْتَ، فَإِنَّ إِثْمَ الْمَجُوسِ عَلَيْكَ

Bismillahirrahmanirrahim.
Dari Muhammad, Rasulullah (utusan Allah) kepada Kisra Raja Persia.
Keselamatan bagi siapa saja yang mengikuti petunjuk, dan kepada siapa saja yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan bersaksi bahwa tidak ada sembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah semata dan tidak ada sekutu baginya, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, dan aku mengajakmu dengan da’wah Allah, karena sesungguhnya aku adalah Rasulullah (utusan Allah) kepada seluruh manusia, untuk memberi peringatan bagi orang-orang yang masih hidup, dan (menerangkan) akan (ketetapan adzab) bagi orang-orang kafir. *Olehnya itu, masuklah kedalam agama islam maka engkau akan selamat, dan jika engkau enggan (masuk islam) maka dosa-dosa dari orang-orang majusi akan dibebankan kepadamu*.

(Hadits Shahih).

(HR. Ath-Thabari dalam Tarikh : 2/655).

(4) Adapun pembuat patung (atau gambar) makhluk bernyawa, mereka akan diperintahkan mengerjakan sesuatu yang mustahil bisa mereka kerjakan, sebagaimana sabda Nabi ﷺ :

إِنَّ أَصْحَابَ هَذِهِ الصُّوَرِ يَوْمَ القِيَامَةِ يُعَذَّبُونَ، فَيُقَالُ لَهُمْ : أَحْيُوا مَا خَلَقْتُمْ

“Sesungguhnya penggambar/pelukis gambar (bernyawa) ini akan diadzab pada hari kiamat, dan dikatakan kepada mereka : *Hidupkanlah apa yang kalian ciptakan* (yang kalian gambar/lukis) tersebut”.

(HR. Al-Bukhari no. 2105 dan Muslim no. 2107).


(5) Pelukis/penggambar makhluk bernyawa.

Sebagaimana sabda Nabi ﷺ :

إِنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَذَابًا عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ القِيَامَةِ المُصَوِّرُونَ

“Sesungguhnya orang yang paling keras siksaannya pada hari kiamat adalah para pelukis/penggambar makhluk bernyawa”.

(HR. Al-Bukhari no. 5950 dan Muslim no. 2109).

*Penyebabnya (selain yang telah kita sebutkan diatas)* :

Beliau ﷺ bersabda :
أَشَدُّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ القِيَامَةِ الَّذِينَ يُضَاهُونَ بِخَلْقِ اللَّهِ

“Sesungguhnya orang yang paling keras siksanya pada hari kiamat adalah orang-orang yang membuat sesuatu yang menyerupai ciptaan Allah”.

(HR. Al-Bukhari no. 5954 dan Muslim no. 2107).

(6) Wanita yang durhaka kepada suaminya.

Penyebabnya : Karena wanita terkadang kurang bersyukur dari pemberian suaminya yang menjadi sebab banyaknya penghuni neraka dari kalangan wanita, sebagaimana sabda Nabi ﷺ :

أُرِيتُ النَّارَ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ يَكْفُرْنَ قِيلَ أَيَكْفُرْنَ بِاللَّهِ قَالَ يَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ وَيَكْفُرْنَ الْإِحْسَانَ لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ

“Aku pernah diperlihatkan neraka, ternyata kebanyakan penghuninya adalah para wanita, karena mereka sering berbuat kufur. Beliau ditanya: Apakah mereka berbuat kufur kepada Allah? Beliau menjawab : *Mereka kufur (kurang bersyukur atas) pemberian dan kebaikan (suaminya)*. Bilamana engkau berbuat baik kepada salah seorang dari mereka sepanjang masa, sementara ia hanya melihat satu kesalahan saja darimu (wahai para suami), ia akan mengatakan : Aku belum pernah melihat kebaikan sedikitpun darimu”.

(HR. Al-Bukhari no. 29).

~ Padahal Allah mengingatkan akan orang yang tidak pandai bersuyukur :

{وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ} [إبراهيم: 7]

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan : Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim : 7).

(7) Imam/pemimpin yang dibenci oleh jamaahnya.

Sebagaimana perkataan sahabat ‘Amr bin Al-Harits bin Al-Mushthaliq رضي الله عنه ia berkata :

كَانَ يُقَالُ: أَشَدُّ النَّاسِ عَذَابًا اثْنَانِ: امْرَأَةٌ عَصَتْ زَوْجَهَا، وَإِمَامُ قَوْمٍ وَهُمْ لَهُ كَارِهُونَ، قَالَ جَرِيرٌ: قَالَ مَنْصُورٌ: فَسَأَلْنَا عَنْ أَمْرِ الإِمَامِ؟ فَقِيلَ لَنَا: «إِنَّمَا عَنَى بِهَذَا الْأَئِمَّةَ الظَّلَمَةَ، فَأَمَّا مَنْ أَقَامَ السُّنَّةَ فَإِنَّمَا الإِثْمُ عَلَى مَنْ كَرِهَهُ»

“Disebutkan bahwa manusia yang paling berat siksaannya pada hari kiamat adalah 2 orang : (1) Wanita yang durhaka kepada suaminya dan (2) Imam suatu kaum sedangkan mereka (jamaahnya) membencinya. Jarir berkata, bahwa Manshur berkata : Lalu kami bertanya tentang masalah imam (yang dibenci jamaahnya), lalu dijelaskan kepada kami bahwa yang dimaksud dalam hal ini adalah imam yang zhalim. Adapun para imam yang menegakkan sunnah (lalu ia dibenci) maka dosanya adalah bagi orang yang membencinya” (Shahih).

(Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi no. 359).

~ Dan Nabi ﷺ juga bersabda :

أَشَدُّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِمَامٌ جَائِرٌ

“Orang yang paling keras siksanya pada hari kiamat adalah imam/pemimpin yang zhalim”.

(Hadits Hasan).

(HR. Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam Ash-Shaghir no. 663).


(8) Orang yang paling keras siksaannya kepada orang lain sewaktu didunia.

Nabi ﷺ bersabda :

إِنَّ مِنْ أَشَدِّ النَّاسِ عَذَابًا، أَشَدَّهُمْ عَذَابًا فِي الدُّنْيَا لِلنَّاسِ

“Sesungguhnya diantara manusia yang paling keras siksaanya adalah orang yang paling keras diantara mereka yang menyiksa orang lain ketika didunia”.

(Hadits Shahih).

(HR. Ahmad no. 15333 dan yang lainnya).

~ Sebagaimana ia memberikan siksaan yang keras kepada orang lain didunia, maka ia diberikan pula dengan balasan yang sama dengan perbuatannya pada hari kiamat.


(9) Orang yang membalas tuduhan atau cacian secara berlebihan, sehingga mencaci orang yang sebenarnya tidak ikut menuduh atau mencacinya.

Nabi ﷺ bersabda :

أَشَدُّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ رَجُلٌ هَجَا رَجُلًا , فَهَجَا الْقَبِيلَةَ بِأَسْرِهَا

“Sesungguhnya orang yang paling keras siksaannya pada hari kiamat adalah seorang yang memfitnah/menuduh/mencaci seseorang, lalu orang (yang dituduh/difitnah/dicaci tersebut) balik memfitnah/menuduh/mencaci (bukan hanya kepada orang tersebut) tetapi kepada suatu kaum”.

(Hadits Hasan).

(HR. Ath-Thahawi dalam Syarhu Musykilil Atsar no. 9).

= Maksudnya : Bukan hanya balik memfitnah/menuduh/mencaci orang tersebut, tetapi mengikutkan semua orang yang sekampung dengannya padahal mereka tidak pernah memfitnah/menuduh/mencaci dirinya.

~ Dalam lafazh yang hampir sama, Beliau ﷺ bersabda :

إِنَّ أَعْظَمَ النَّاسِ فِرْيَةً لَرَجُلٌ هَاجَى رَجُلًا، فَهَجَا الْقَبِيلَةَ بِأَسْرِهَا، وَرَجُلٌ انْتَفَى مِنْ أَبِيهِ وَزَنَّى أُمَّهُ

“Sesungguhnya sebesar-besar kezhaliman dan kedustaan adalah orang yang memfitnah/menuduh/mencaci seseorang, lalu orang (yang dituduh/difitnah/dicaci tersebut) balik memfitnah/menuduh/mencaci (bukan hanya kepada orang tersebut) tetapi kepada suatu kaum, dan seseorang yang menasabkan dirinya kepada selain bapaknya, dan seseorang yang berzina dengan ibunya”.

(Hadits Shahih).

(HR. Ibnu Majah no. 3761 dan yang lainnya).

Faidah :

(3) Riwayat-riwayat yang tidak shahih yang menyebutkan tentang : Orang yang paling keras siksaannya pada hari kiamat :

(1) Orang yang memiliki ilmu, tetapi ilmunya tidak bermanfaat :

أَشَدُّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَالِمٌ لَمْ يَنْفَعْهُ عِلْمُهُ

“Orang yang paling keras siksaannya pada hari kiamat adalah orang yang berilmu tetapi ilmunya tidak bermanfaat baginya”.

(Hadits ini Sangat Lemah Sekali).

(HR. Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam Ash-Shaghir no. 507 dan Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman no. 1642).

(2) Orang yang terlalu banyak berharap dan bergantung kepada manusia :

أشد الناس عذابا يوم القيامة المكفي الفارغ

“Orang yang paling keras siksaannya pada hari kiamat adalah orang yang merasa cukup yang tidak berbuat apa-apa (karena banyak bergantung kepada manusia)”.

(Hadits ini Sangat Lemah Sekali).

(HR. Ad-Dailami dalam Al-Firdaus : 1/1/117).

(3) Memperlihatkan kebaikan yang sebenarnya tidak ada pada dirinya :

أشد الناس عذابا يوم القيامة من يُري الناس أنَّ فيه خيرا ولا خير فيه

“Orang yang paling keras siksaannya pada hari kiamat adalah orang yang memperlihatkan kepada orang lain bahwa pada dirinya ada kebaikan, padahal tidak ada kebaikan dalam dirinya”.

(Hadits Palsu).

(HR. Abdurrahman As-Sulami dalam Al-Arba’in Fi Akhlaq Ash-Shufiyah : 2/4 dan Ad-Dailami : 1/1/116).


(4) Membunuh orang yang memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran :

أشد الناس عذابا يوم القيامة رجل قتل...رجلا أمر بالمعروف ونهى عن المنكر

“Orang yang paling keras siksaannya pada hari kiamat adalah orang yang membunuh...seseorang yang memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran”.

(Hadits Mungkar/Palsu).

(HR. Ibnu Jarir Ath-Thabari dalam Tafsirnya : 6/285/6780, Ibnu Abi Hatim dalam Tafsirnya : 1/243/2 serta Abul Fatuh dalam Al-Arba’in Fi Irsyadi As-Sairin no. 10).