بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Minggu, 31 Maret 2024

Tadabbur Al Quran Hal. 367

Tadabbur Al-Quran Hal. 367
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Ash-Syu'ara ayat 13 :

وَيَضِيْقُ صَدْرِيْ وَلَا يَنْطَلِقُ لِسَانِيْ فَاَرْسِلْ اِلٰى هٰرُوْنَ

sehingga dadaku terasa sempit dan lidahku tidak lancar, maka utuslah Harun  [582] (bersamaku). 

- [582] Maksudnya, agar Harun alaihissalam diangkat untuk membantu beliau.

- Tafsir Al Muyassar Ash-Syu'ara ayat 13 :

Akibatnya dadaku akan dipenuhi kesedihan karena pendustaan mereka terhadapku dan lisanku pun kelur sehingga tidak kuasa berdakwah. Maka kirimkanlah Jibril dengan wahyu-Mu kepada saudaraku Harun, sehingga Dia bisa membantuku dan mendukungku terhadap apa yang aku katakan, menjelaskan kepada mereka apa yang aku katakan kepada mereka, karena lisannya lebih fasih daripada lisanku.

- Tafsir Ibnu Kasir :

Firman-Nya, Sebab aku berdosa terhadap mereka, aku takut mereka akan membunuhku. (Q5 Asy-Syu'arā, 26: 14). Karena telah membunuh orang Qibti. Hal itu menyebabkan ia (Musa As.) keluar dari negeri Mesir. Allah Swt. berfirman, Sekali-kali tidak ... Allah Swt. berkata kepadanya, { "Janganlah kamu takut sedikit pun karena kejadian itu. Sebagaimana firman-Nya, ..} Kami akan menguatkan engkau (membantumu) dengan saudaramu, dan Kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar (yaitu bukti nyata), maka mereka tidak akan dapat mencapaimu; (berangkatlah kamu berdua) dengan membawa mukjizat Kami. Kamu berdua dan orang yang mengikuti kamu yang akan menang. (QS Al-Qaşaş, 28:35). {..Maka pergilah kamu berdua dengan membawa ayat-ayat Kami (mukjizat-mukjizat). Sungguh, Kami bersamamu mendengarkan (apa yang mereka katakan).

Sebagaimana firman-Nya yang lain, "sesungguhnya Aku bersama kamu berdua, Aku mendengar dan melihat. (QS Tāhā. 20: 46). Aku bersama kalian berdua (Musa dan Harun As.) dengan penjagaan-Ku, pertolongan-Ku, dan peneguhan-Ku. (Ibnu Kaśir, Tafsirul Qur'ānil Azimi, Jilid 10, 1421 H/2000 M: 339).

- Riyāduş şälihin :

Dari Abu Sa'lid bin Sa'ad bin Sinaān Al-Khudri Ra., ia berkata,"Beberapa orang dari kalangan kaum Anşār sering meminta sedekah kepada Rasulullah Saw., dan mereka selalu diberi sampai Rasulullah Saw. tidak memiliki apapun. Maka, beliau pun bersabda, 'Selama sesuatu yang baik masih ada padaku, sekali-kali tidak akan kusembunyikan terhadapmu. Namun, siapa yang bersikap iffah (memelihara diri dari meminta-minta), maka Allah akan memeliharanya pula. Dan Siapa yang merasa cukup dengan apa yang ada, Allah akan mencukupkannya pula. Dan siapa yang sabar, Allah akan menambahkan kesabarannya. Tidak ada suatu pemberian yang diberikan kepada seseorang yang lebih baik dan lebih melapangkan dada daripada kesabaran." (HR A-Bukhāri-Muslim).

Hadiš di atas memberikan beberapa faedah:

(a) Kemuliaan Nabi Saw. merupakan buah dari akhlak yang baik dan sifat dermawan.
(b) Kekayaan itu tidak diukur dengan banyaknya harta dunia, tetapi kekayaan yang hakiki itu adalah kekayaan jiwa.
(c) Dorongan untuk bersikap Qanā ah (mencukupkan dengan yang ada) dan memelihara diri dari meminta-minta.
(d) Akhlak karimah dan sifat-sifat terhormat dapat dicapai dengan kesabaran.
(Dr. Mustafā Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādis Şālihina, Juz 1, 1407 H/1987 M: 58-59).

- Hadiš Nabawi :

Dari Abu Musa Al-Asy'ariy Ra., dia berkata, "Kami pernah bepergian bersama Rasulullah Saw., apabila menaiki bukit kami ber-talbiyah dan bertakbir dengan suara yang keras. Maka, Nabi Saw. bersabda, VWahai sekalian manusia, rendahkanlah (suara) kalian karena kalian tidak menyeru kepada Zat yang tuli dan juga bukan Zat yang jauh. Dia selalu bersama kalian dan Dia Maha Mendengar lagi Mahadekat. Mahasuci nama-Nya dan Maha tinggi kebesaran-Nya." (HR AI-Bukhāri, Şahihu' Bukhāri, Juz 2, No. Hadis 2992: 356).

- Hadiš Qudsi :

Abu Hurairah Ra. berkata, "Aku mendengar Nabi Saw. bersabda, "Ada dua orang lak-laki dari Bani Isrā il yang saling bersaudara. Salah seorang dari mereka suka berbuat dosa, sementara yang lain giat dalam beribadah. Orang yang giat dalam beribadah selalu melihat saudaranya berbuat dosa hingga ia berkata, Berhentilah. Lalu pada suatu hari ia kembali mendapati saudaranya berbuat dosa, ia berkata lagi, 'Berhentilah. Orang yang suka berbuat dosa itu berkata, Biarkan aku bersama Tuhanku, apakah engkau diutus untuk selalu mengawasiku!" Ahli ibadah itu berkata, Demi Allah, sungguh Allah tidak akan mengampunimu, atau tidak akan memasukkanmu ke dalam surga. Kemudian Allah Swt. mencabut nyawa keduanya, sehingga keduanya berkumpul di sisi Rabb semesta alam. Kemudian Allah Swt. bertanya kepada ahli ibadah, Apakah kamu lebih tahu dari-Ku? Atau apakah kamu mampu melakukan apa yang ada dalam kekuasaanKu?' Allah Swt. lalu berkata kepada pelaku dosa, Pergi dan masuklah kamu ke dalam surga dengan rahmat-Ku. Dan berkata kepada ahli ibadah, Pergilah kamu ke dalam neraka. Abu Hurairah Ra. berkata, "Demi Žat yang jiwaku ada di tangan-Nya, sungguh ia telah mengucapkan satu ucapan yang mampu merusak dunia dan akhiratnya." (HR Ahmad dan Abu Dāwud) (Mustafā bin Adawi, As-Sahihul Musnad minal Ahādisil Qudsiyyati: 36, Sahih Al-Jämi No. Hadis 4455).

- Tadabbur Surah Asy-Syu'ara Ayat 1-19 :

Ayat 2-9 dari surat Asy-Syu’ara ini menjelaskan bahwa ayat-ayat Al-Qur’an itu amat jelas. Nabi Muhammad amat sedih karena kaumnya tidak beriman. Allah bisa saja menurunkan mukjizat sehingga mereka beriman. Tetapi,  mereka akan tetap berpaling setiap ayat Al-Qur’an diturunkan. Pasti mereka akan mengetahui akibat penolakan itu. Mereka tidak bisa memahami bagaimana Allah menumbuhkan setiap tumbuhan itu berpasangan. itu adalah ayat Kekuasaan Allah. Kebanyakan manusia tidak mau beriman kepada Allh, Rasul-Nya dan Al-Qur’an.  Sungguh Allah Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. Sebanyak dan sebesar apa pun dosa hamba-Nya tetap Dia ampuni selama mereka benar-benar bertobat dan kembali kepada-Nya.

Ayat 10-19 menjelaskan cerita Musa dan  Harun yang diutus Allah kepada Fir’aun dan kaumnya yang zalim. Tujuannya,  semoga mereka sadar bahwa alam ini, termasuk manusia, ciptaan dan milik Allah. Sebagai manusia, Nabi  Musa khawatir akan ditolak dan dibunuh oleh mereka. Lalu Allah menjamin keselamatannya dan saudaranya Harun. Ketika Musa mengatakan mereka adalah Rasulul Allah dan meminta agar membebaskan Bani Israil, Fir’aun malah mengungkit masa lalu Musa yang tinggal bersamanya dan melakukan pembunuhan.

Kamis, 28 Maret 2024

Tadabbur Al-Quran Hal.366

Tadabbur Al-Quran Hal. 366
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Al-Furqan ayat 68 : 

وَالَّذِيْنَ لَا يَدْعُوْنَ مَعَ اللّٰهِ اِلٰهًا اٰخَرَ وَلَا يَقْتُلُوْنَ النَّفْسَ الَّتِيْ حَرَّمَ اللّٰهُ اِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُوْنَۚ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ يَلْقَ اَثَامًا ۙ

dan orang-orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan lain dan tidak membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina; dan barangsiapa melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat hukuman yang berat,

- Asbabun Nuzul Al-Furqan ayat 68 : 

Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, dia berkata, "Aku pernah bertanya kepada Rasulullah, 'Dosa apa yang paling besar?' Beliau menjawab, 'Mengadakan tandingan bagi Allah padahal Dialah yang telah menciptakanmu!' Aku bertanya lagi, 'Lalu apa?' Beliau menjawab, 'Membunuh anak karena khawatir dia akan makan bersamamu. "Aku bertanya lagi, 'Lalu apa?' Jawab beliau, 'Berzina dengan istri tetangga.' Maka Allah menurunkan ayat ini sebagai pembenaran atas sabda beliau.

Al-Bukhari dan Muslim juga meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa sejumlah orang musyrik telah banyak melakukan pembunuhan, telah banyak melakukan zina, lalu mereka mendatangi Nabi Muhammad saw. dan berkata, "Apa yang kamu katakan dan kamu dakwahkan adalah bagus seandainya kamu beritahu kami bahwa perbuatan kami dahulu bisa terhapus." Maka turunlah ayat ini hingga ayat 70. Juga turun ayat, "Katakanlah, 'Wahai hamba-hambaKu yang melampaui batas.... " (az-Zumar : 53)

- Tafsir Al Muyassar Al-Furqan ayat 68 : 

Dan orang-orang yang mentauhidkan Allah, tidak berdoa dan menyembah Tuhan selain Allah, tidak membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah untuk membunuhnya kecuali dengan alasan yang dibenarkan untuk membunuhnya karenanya, berupa kufur setelah iman, atau zina setelah pernikahan atau membunuh jiwa tanpa dosa. Dan mereka tidak berzina, sebaliknya mereka menjaga kemaluan mereka kecuali terhadap pasangan-pasangan sah mereka atau hamba sahaya mereka. Barangsiapa yang melakukan salah satu dari dosa-dosa besar ini, maka di akhirat dia akan menerima hukuman setimpal.

- Tafsir Ibnu Kasir :

Dan Firman Allah Swt. Dan orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami)... (QS AI-Furqān, 25: 74), yaitu orang-orang yang memohon kepada Allah agar keluar dari darah daging mereka dan keturunan mereka golongan yang taat dan beribadah hanya kepada-Nya, serta tidak menyekutukan-Nya." Ibnu Abbās Ra. berkata, "Mereka ingin keturunan yang taat, yang membuat hati senang baik di dunia maupun di akhirat."

Ikrimah Ra. berkata, "Mereka tidak sebatas menginginkan keturunan yang memiliki keindahan dan kecantikan, tetapi mereka menginginkan keturunan yang taat."

Al-Hasan Al-Başri berkata, -ia ditanya tentang ayat ini-, ia menjawab, "Agar Allah memperlihatkan kepada hamba-Nya yang muslim bahwa istri, saudara, dan sahabat karib senantiasa ada dalam ketaatan kepada Allah. Tidak, demi Allah, tidak ada sesuatu pun yang lebih menyenangkan pandangan/hati seorang muslim selain melihat anaknya, cucunya, saudaranya, dan sahabat karibnya, taat kepada Allah Swt"

Dan Allah Swt. berfirman, {...dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa. } (QS AI-Furqān, 25:74) lbnu Abbās, Al-Hasan, Qatādah, As-Sudi, dan Ar-Rabi bin Anas berkata, lalah pemimpin-pemimpin yang membimbing kami kepada kebaikan."

Selain mereka berkata, "Para pemberi petunjuk dan penyeru kebaikan." Mereka menginginkan ibadahnya bersambung dengan ibadah anak cucu dan keturunan mereka. Mereka menginginkan petunjuk sampai manfaatnya kepada orang lain. Dengan demikian, mereka mendapatkan pahala lebih banyak dan lebih baik tempat kembalinya (diakhirat)." Oleh karena itu, diriwayatkan dalam Sahih Muslim, dari Abu Hurairah Ra. ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Apabila anak cucu Adam mati, maka terputuslah seluruh amalnya, kecuali tiga, yaitu anak saleh yang mendoakannya, ilmu yang bermanfaat bagi orang setelahnya, dan sedekah yang mengalir." (lbnu Kašir, Tafsirul Quranit Azimi, Jilid 10, 1421 H/2000 M: 332-334).

- Riyāduş Şälihin :

Dari Abu Hurairah Ra., Nabi Saw. bersabda, "Wanita itu dinikahi karena empat hal: karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah wanita karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung." (HR Al-Bukhāri-Muslim).

Hadis di atas memberikan beberapa faedah:

(a) Islam mengarahkan umatnya untuk memilih wanita yang salehah untuk dinikahi dan menjadikannya sebagai perhiasan yang paling baik dan layak digauli.
(b) Anjuran untuk menjadikan agama sebagai faktor pendorong pernikahan supaya rumah tangga senantiasa langgeng, karena agama merupakan petunjuk bagi akal dan hati. Tidak dilarang menikahi wanita yang mempunyai kriteria-kriteria pada hadis di atas selama dibarengi dengan agama agar kehormatan tetap terjaga.
(Dr. Muştafā Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādis Şālihina, Juz 1, 1407 H/1987 M: 340).

- Hadis Nabawi :

Dari Abu Hurairah Ra., Rasulullah Saw. bersabda, "Wanita itu dinikahi karena empat hal: karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah wanita karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung." (HR Bukhari, Sahihu'l Bukhāri, Juz 3, No. Hadis 5090, 1422 H: 360),

- Hadiš Qudsi :

Dari Abu Hurairah Ra., dia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah Swt. akan mengangkat derajat seorang hamba yang saleh di surga. Kemudian hamba itu berkata, 'Wahai Rabb, dari mana semua ini?"  Allah Swt. berfirman, "Dari istigfar anakmu. (HR Imam Ahmad). (Mustafā bin Adawi, Aş Sahihul Musnad minal Ahādisil Qudsiyyati, t.t.: 198)

- Penjelasan Surah Al-Furqan Ayat 68-77 :

Ayat 68-77 meneruskan penjelasan sifat-sifat hamba Allah yang taat pada-Nya dan balasan bagi mereka di akhirat kelak : 

1. Tidak menyekutukan Allah dengan apa pun dan dengan siapa pun. 

2. Tidak membunuh orang lain kecuali dengan alasan yang benar,  seperti dalam perang atau menerapkan hukum qisash. 

3. Tidak berzina. Tiga dosa besar tersebut menyebabkan pelakunya mendapat siksa neraka  dan mereka kekal di dalamnya, kecuali jika  mereka tobat sebelum wafat dan memperbanyak amal saleh. Dengan demikian dosa-dosa  mereka diampuni Allah. 

4. Tidak memberikan kesaksian palsu. 

5. Tidak berbuat perbuatan dan perkataan yang sia-sia dan tetap menjaga kehormatan diri. 

6. Memperhatikan dengan baik dan khidmat dan khusyuk bila diingatkan kepada ayat-ayat Al-Qur’an. 

7. Berupaya dan berdoa kepada Allah agar istri dan anak cucu menjadi penyejuk hati dan pemimpin bagi orang-orang bertakwa.

Inilah 11 sifat (4 sifat pada halaman sebelumnya -red) hamba-hamba Allah yang Maha Pengasih atau “Ibadurrahman”. Allah akan menyiapkan untuk mereka rumah besar di surga sebagai balasan atas kesabaran mereka menjalankan perintah-Nya dan  menjauhi larangan-larangan-Nya. Mereka akan disambut di dalam surga dengan penghormatan dan ucapan salam. Mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik tempat menetap dan tempat tinggal bagi mereka. Sebaliknya, Allah tidak akan memedulikan orang-orang kafir karena tidak menauhidkan-Nya dalam ibadah, menolak Al-Qur’an dan Rasul Saw. Mereka ditemani azab selama-lamanya.

Senin, 25 Maret 2024

Tadabbur Al-Quran Hal. 365

Tadabbur Al-Quran Hal. 365
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Al-Furqan ayat 67 :

وَالَّذِيْنَ اِذَآ اَنْفَقُوْا لَمْ يُسْرِفُوْا وَلَمْ يَقْتُرُوْا وَكَانَ بَيْنَ ذٰلِكَ قَوَامًا

Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar,

- Hadis Sahih Al-Furqan ayat 67 :

Dari Aisyah Ra bahwa Hindun binti Utbah berkata, Wahai Rasulullaht Sesungguhnya Abu Sufyan adalah seorang laki-laki yang pelit. la tidak memterikan kecukupan nafkah padaku dan anakku, kecuali jika aku mengambil dari hartanya tanpa sepengetahuannya. Maka beliau bersabda, Ambilah oari hartanya sekadar untuk memenuhi kebutuhanmu dan juga anakmu (HR Bukhari, Sshihul Bukhäri, Juz 3. No. Hadis 5364, 1422 H. 427)

- Tafsir Al Muyassar  Al-Furqan ayat 67 :

Dan orang-orang yang apabila menginfakkan hartanya, maka mereka tidak melampaui batas dalam memberi dan tidak pula mempersempit nafkah. Infak mereka selalu tengah-tengah antara terlalu boros dan terlalu kikir.

- Tafsir Ibnu Kašir :

Firman Allah Swt., Dan termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar. (QS Al-Furgan, 25: 67). Mereka tidak mubazir dalam menginfakkan harta sehingga melebihi kebutuhan, juga tidak kikir terhadap hak keluarga mereka sehingga tidak mencukupi. Mereka bersikap adil dan teliti. Dan sebaik-baik urusan adalah yang pertengahan. ..di antara keduanya secara wajar. (QS Al-Furqān, 25: 67) sebagaimana dalam firman-Nya yang lain, <Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan jangan (pula) engkau terlalu mengulurkannya (sangat pemurah) nanti kamu menjadi tercela dan menyesal. (QS Al-Isrā, 17: 29) Imam Ahmad berkata, dari Abu Dardā' Ra., dari Nabi Saw. "Di antara ciri orang yang paham adalah berhati-hati (sederhana) dalam penghidupannya." Al-Hāfiz Abu Bakar Al-Bazzār berkata, dari Hużaifah Ra., ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Sebaik-baik penghematan itu ketika kaya, sebaik-baik penghematan itu ketika fakir, dan sebaik-baik penghematan itu ketika ibadah." (HR Al-Bazzār, Musnad Al-Bazzar 3604). lyas bin Muawiyah berkata, "Semua yang melewati apa yang diperintahkan Allah, maka itu berlebih-lebihan." Yang lain mengatakan bahwa berlebih-lebihan adalah membelanjakan harta untuk bermaksiat kepada Allah. Al-Hasan Al-Basri berkata, "Berinfak di jalan Allah tidak termasuk berlebih-lebihan." (lbnu Kašir, Tafsirul Qurāni'l Azimi, Jilid 10, 1421 H/2000 M: 322-323).

- Riyāduş Şalihin :

Dari Abu Abdullah Saubān maula Rasulullah Saw. berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Sebaik-baik dinar (uang atau harta) yang dinafkahkan seseorang ialah yang dinafkahkan untuk keluarganya, untuk ternak yang dipeliharanya, untuk kepentingan membela agama Allah, dan nafkah untuk para sahabatnya yang berperang di jalan Allah." (HR Muslim).

Hadiś di atas memberikan faedah yaitu bagaimana cara mengatur keuangan sehingga mendapat keutamaan, sebagaimana hadiš yang diterangkan di atas, dan nafkah pada keluarga lebih diutamakan dan diperhatikan daripada yang lainnya. (Dr. Mustafā Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādis Şālihina, Juz 1, 1407 H/1987 M: 291-292).

- Hadiš Nabawi :

Dari Aisyah Ra. bahwa Hindun binti Utbah berkata, "Wahai Rasulullah! Sesungguhnya Abu Sufyan adalah seorang laki-laki yang pelit. la tidak memberikan kecukupan nafkah padaku dan anakku, kecuali jika aku mengambil dari hartanya tanpa sepengetahuannya." Maka beliau bersabda, "Ambillah dari hartanya sekadar untuk memenuhi kebutuhanmu dan juga anakmu." (HR AI-Bukhāri, Sahihu'l Bukhāri, Juz 3, No. Hadis 5364, 1422 H: 427).

- Hadiš Qudsi :

Dari Safwan bin Muhriz, dia berkata, "Ketika Ibnu Umar sedang melakukan tawaf di Baitullah, tiba-tiba seorang laki-laki menghampirinya dan bertanya, Wahai Abu Abdurrahman, apa yang kamu dengar dari Nabi Saw. mengenai An-Najwa (bisikan Allah kepada kaum mukminin pada hari kiamat)?"

Dia menjawab, Nanti pada hari kiamat, seorang mukmin mendekat kepada Rabbnya, seolah-olah dia seperti anak domba, maka Dia meletakkan naungan-Nya ke atasnya, yakni menutupinya kemudian Dia berkata, Apakah kamu mengetahui dosa-dosamu?" Dia menjawab, Wahai Rabb-ku, aku mengetahuinya. Allah bertanya lagi, Apakah kamu mengetahuinya? Orang mukmin menjawab, Wahai Rabb-ku, aku mengetahuinya. Allah berfirman kepadanya, Aku telah menutupinya (merahasiakannya) di dunia dan pada hari ini aku telah mengampuninya bagimu. Kemudian diberikanlah kepadanya catatan kebaikan-kebaikannya. Adapun orang-orang kafir dan munafik, mereka dipanggil di hadapan semua yang hadir ketika itu dan dikatakan, { ..Orang-orang inilah yang telah berbohong terhadap Tuhan mereka.' Ingatlah, laknat Allah (ditimpakan) kepada orang yang zalim }. (QS Hud, 11: 18). Sa'id berkata, Qatadah berkata, "Sehingga hari itu, tidak seorang mukmin pun merasa hina, lalu menyembunyikan kehinaannya dari siapa pun dari makhluk-makhluk Allah." (HR Ahmad). (1sāmuddin As-Sabābati, Jāmiu't Ahādisil Qudsiyyati, Jilid 2, t.t: 211, 213-214).

- Penjelasan Surah Al-Furqan Ayat 56-67 :

Ayat 56-62 menjelaskan tugas Rasul Saw. adalah sebagai pemberi kabar gembira bagi orang-orang beriman dan kabar takut bagi kaum kafir. Allah mengajarkan Rasul Saw.  agar tidak mengharap imbalan duniawi dari semua aktivitas dakwahnya, tapi berharap manusia dapat meniti jalan Allah dalam kehidupan ini. Modal utamanya adalah bertawakal kepada Allah yang hidup dan tidak akan mati. Masalah kejahatan dan  dosa manusia itu urusan Allah dan Dia Maha Mengetahuinya. Dia menciptakan langit dan bumi dan apa saja di antara keduanya selama enam hari (masa),  kemudian Dia bersemayam di atas Arasy. Dia Maha Pengasih. Apa yang disebutkan Allah dalam Al-Qur’an itulah yang benar.

Orang-orang kafir tidak mau disuruh sujud kepada Allah yang Maha Pengasih. Bahkan mereka bertanya: Siapa yang Maha Pengasih itu? Mana mungkin kami sujud kepada yang dperintahkan Muhammad? Ucapan seperti itu hanya menambah jauh dari Allah.  Mahaberkah Allah yang menjadikan  bintang-bintang di langit, matahari bercahaya dan bulan bersinar. Dia menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang-orang yang mau menjadikannya pelajaran dan bersyukur kepada-Nya.

Ayat 63-67 menjelaskan sifat-sifat hamba Allah yang taat pada-Nya : 

1. Berjalan di atas  bumi dengan rendah hati. 

2. Jika diolok-olok orang bodoh, membalasnya dengan ucapan yang baik. 

3. Bangun malam salat tahajud dan berdoa agar dihindarkan Allah dari azab neraka Jahanam. 

4. Hemat berbelanja kebutuhan hidup dan meninggalkan kemewahan.

Minggu, 24 Maret 2024

Ada Tiga Hal Yang Mengikuti Jenazah

One Day One Hadits (297)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Ada Tiga Hal Yang Mengikuti Jenazah

عن أنس رضي الله عنه عن رَسُول الله صلى الله عليه وسلم، قَالَ: ((يَتْبَعُ المَيتَ ثَلاَثَةٌ: أهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَملُهُ، فَيَرجِعُ اثنَانِ وَيَبْقَى وَاحِدٌ: يَرجِعُ أهْلُهُ وَمَالُهُ، وَيَبقَى عَملُهُ)). مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. 

Dari Anas r.a. dari Rasulullah s.a.w., sabdanya:

"Mengikuti kepada seseorang mayit itu tiga hal, iaitu keluarganya, hartanya serta amalnya. Kemudian kembalilah yang dua macam dan tertinggallah yang satu. Kembalilah keluarga serta hartanya dan tertinggallah amalnya." (Muttafaq 'alaih)

Pelajaran yang terdapat dalam hadits:

1. Anak Adam mesti memiliki keluarga yang selalu bergaul dengan dirinya, harta sebagai bekal hidupnya, dua sahabat ini selalu menyertainya dan suatu saat akan berpisah dengannya.

2. Maka orang yang berbahagia adalah orang yang menjadikan harta sebagai sarana untuk berdzikir kepada Allah subhanahu wa ta’ala, dan menafkahkannya untuk kepentingan akhirat, dan dia mengambil harta itu sebatas kebutuhan yang bisa menyampaikannya untuk kehidupan akherat, dia mencari istri yang shalehah yang bisa menjaga keimanannya. 

3. Adapun orang yang menjadikan harta dan keluarga yang menyibukkannya sehingga melalaikan Alloh subhanahu wa ta’ala maka dia temasuk orang yang merugi.

4. Ibnu Umar radhiyallohu ‘anhuma tidak bangga kepada hartanya kecuali apa yang telah dipersembahkannya sebagai amal shaleh karena Alloh subhanahu wa ta’ala, sehingga pada suatu ketika pada saat dia menunggang seekor onta, lalu dia kagum dengannya, maka diapun segera turun darinya dan mengaraknya dan menjadikannya sebagai sedekah di jalan Allah subhanahu wa ta’ala. Adapun teman yang ketiga: Dia adalah amal yang mengikuti pemiliknya ke dalam kubur dan hidup bersamanya dalam kubur tersebut, dia bersamanya pada saat dibangkitkan menghadap Allah subhanahu wa ta’ala. Amal itu menyertainya pada saat dikumpulkan di padang mahsyar, di atas shiroth(titian), pada saat ditimbang dan dengan amal itu pula seseorang akan memperoleh tingkat kedudukannya di surga atau di neraka.

Tema hadits yang berkaitan dengan Al-Quran:

1. Adapun orang yang menjadikan harta dan keluarga yang menyibukkannya sehingga melalaikan Allah subhanahu wa ta’ala maka dia temasuk orang yang merugi.

شَغَلَتْنَا أَمْوَالُنَا وَأَهْلُونَا فَاسْتَغْفِرْلنَا

“Harta dan keluarga kami telah merintangi kami, maka mohonkanlah ampunan untuk kami…”. (QS. Al-Fath: 11).

2. Harta dan anak tidak boleh menjauhkan dari zikrulloh.

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَن ذِكْرِ اللَّهِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُون
َ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.. (QS. Al-Munafiqun: 9).

3. Maka apabila anak Adam mati, dan meninggalkan dunia ini maka dia tidak mengambil manfaat apapun dari keluarga dan hartanya kecuali doa keluarga baginya, permohonan ampun mereka untuk dirinya dan perbuatan-perbuatan yang dijelaskan oleh syara’ yang bisa mendatangkan manfaat untuk dirinya serta apa yang dikeluarkan dari hartanya untuk kebutuhan dirinya. 

 يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

(yaitu) di hari dimana harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna. kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”. (QS. Al-Asyu’ara: 88-89).

4. Waspadai!, keluarga itu ada yang menjadi musuh bagimu.

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu (QS. Al-Taghabun: 14).

Rabu, 20 Maret 2024

Orang orang yang tidak bisa mencium aroma surga

Tematik (193)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Orang orang yang tidak bisa mencium aroma  surga

1. Durhaka kepada Orang tua
dari Abu Darda bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Tidak masuk surga anak yang durhaka, peminum khamr (minuman keras) dan orang yang mendustakan qadar”
 (Hadits Riwayat Ahmad 6/441 dan di Hasankan oleh Al-Albani dalam Silsilah Hadits Shahihnya 675)

2. Tukang mabuk 
hadits Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma dengan sanad marfu’ –sampai pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam-, di mana beliau bersabda, 
ثَلاَثَةٌ قَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِمُ الْجَنَّةَ مُدْمِنُ الْخَمْرِ وَالْعَاقُّ وَالْدَّيُّوثُ الَّذِى يُقِرُّ فِى أَهْلِهِ الْخُبْثَ
“Ada tiga orang yang Allah haramkan masuk surga yaitu: pecandu khamar, orang yang durhaka pada orang tua, dan orang yang tidak memiliki sifat cemburu yang menyetujui perkara keji pada keluarganya.”
 (HR. Ahmad 2: 69.

3. Ancaman bagi orang yang menyemir  dengan warna hitam disebutkan dalam hadits berikut.
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَكُونُ قَوْمٌ يَخْضِبُونَ فِي آخِرِ الزَّمَانِ بِالسَّوَادِ كَحَوَاصِلِ الْحَمَامِ لَا يَرِيحُونَ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ
“Pada akhir zaman nanti akan muncul suatu kaum yang bersemir dengan warna hitam seperti tembolok merpati. Mereka itu tidak akan mencium bau surga.
” (HR. Abu Daud, An Nasa’i, Ibnu Hibban dalam shahihnya, dan Al Hakim. Al Hakim mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib mengatakan bahwa hadits ini shahih). Karena dikatakan tidak akan mencium bau surga, maka perbuatan ini termasuk dosa besar. 
(Lihat Al Liqo’ Al Bab Al Maftuh, 60/23, 234/27)

4. Memakai pakaian  tapi telanjang 
Berjilbab tapi ketat membentuk lekuk tubuh,
Lekuk tubuhnya terlihat saking tipisnya baju
Atau transparan 
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا
“Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: 
1) Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan 
2)para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.
” (HR. Muslim no. 2128)

5. Mengangkat anak diakui
 anak kandungnya sendiri 
Menisbatkan nasab bukan kepada ayahnya
Islam melarang umatnya menisbatkan nama kepada nama orang tua angkat
مَنْ ادَّعَى إِلَى غَيْرِ أَبِيهِ لَمْ يَرَحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ قَدْرِ سَبْعِينَ عَامًا أَوْ مَسِيرَةِ سَبْعِينَ عَامًا قَالَ وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ
“Barangsiapa mengaku keturunan dari orang lain yang bukan ayahnya sendiri tidak akan mendapatkan bau surga. Padahal bau surga telah tercium pada jarak tujuh puluh tahun, atau tujuh puluh tahun perjalanan.” 
 (HR. Ahmad dishahihkan Al-Albany di Sohihul Jami’5988)

Wanita yang minta cerai dari suaminya tanpa alasan
أَيُّمَا امْرَأَةٍ سَأَلَتْ زَوْجَهَا الطَّلَاقَ مِنْ غَيْرِ مَا بَأْسٍ فَحَرَامٌ عَلَيْهَا رَائِحَةُ الْجَنَّةِ
“Siapa pun wanita yang meminta talak pada suaminya tanpa alasan maka bau surga haram baginya.”
 (Abu Daud dishahihkan Al-Albany, 1187)

6. Larangan Membunuh Kafir Mu’ahad yang Telah Membuat Kesepakatan untuk Tidak Berperang dilarang ngebom orang kafir
Al Bukhari membawakan hadits dalam Bab “Dosa orang yang membunuh kafir mu’ahad tanpa melalui jalan yang benar”.Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَتَلَ مُعَاهَدًا لَمْ يَرَحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ ، وَإِنَّ رِيحَهَا تُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ أَرْبَعِينَ عَامًا
“Siapa yang membunuh kafir mu’ahad ia tidak akan mencium bau surga. Padahal sesungguhnya bau surga itu tercium dari perjalanan empat puluh tahun.”
 (HR. Bukhari no. 3166)

Sabda Rasulullah, “Barangsiapa membunuh kafir zimmi maka tidak akan mencium baunya surga. Sesungguhnya baunya surga itu bias dicium sejauh perjalanan 40 tahun” 
 (Hadis Riwayat Imam Ahmad disohihkan Al-Albany di At-Tarhib, 2452)

7. Ancaman Terhadap 
Penguasa Yang Curang
ANCAMAN TERHADAP PENGUASA YANG CURANG
عَنْ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اَللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: مَا مِنْ عَبْدِ يَسْتَرْعِيهِ اللَّهُ رَعِيَّةً, يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ, وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ, إِلَّا حَرَّمَ اَللَّهُ عَلَيْهِ اَلْجَنَّةَ – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Ma’qil Bin Yasâr Radhiyallahu anhu berkata, aku mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seorang hamba pun yang diberi amanah oleh Allâh untuk memimpin bawahannya yang pada hari kematiannya ia masih berbuat curang atau menipu rakyatnya, melainkan Allâh mengharamkan surga atasnya.
 (Muttafaq alaih)

8. BAHAYA MEMUTUS KEKERABATAN
Contoh 
Kakak beradik gak pernah tanya,
 bertahun tahun :sampai putus persaudaraan 
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ
Tidak akan masuk sorga orang yang memutuskan (persaudaraan). 
(HR. al-Bukhâri dan Muslim, 
dari Jubair bin Muth’im)

9. Hadits Tentang Sombong
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ. (رواه مسلم)
Tidak akan masuk surga seorang yang dalam hatinya ada sebiji dzarrah dari kesombongan. (HR. Muslim)
الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
“Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia”.
 (HR. Muslim, no. 2749, dari ‘Abdullah bin Mas’ûd)

10. Belajar Agama hanya untuk
 mencari dunia
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa yang mempelajari suatu ilmu (belajar agama) yang seharusnya diharap adalah wajah Allah, tetapi ia mempelajarinya hanyalah untuk mencari harta benda dunia, maka dia tidak akan mendapatkan wangi surga di hari kiamat.” (HR. Abu Daud no. 3664, Ibnu Majah no. 252 dan Ahmad 2: 338. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Makna ‘tidak masuk surga…‘. 
Mengenai makna ‘tidak masuk surga…‘. Imam An Nawawi ketika menjelaskan makna lafadz ‘tidak akan masuk surga..‘ beliau mengatakan: “lafadz ini dita’wil dengan dua kemungkinan dengan menimbang beberapa pertimbangan.

Pertama, maksudnya yaitu jika pelakunya menganggap halal perbuatan haram. Sehingga, karena sebenarnya ia tahu itu diharamkan agama, ia menjadi kafir kekal di neraka, tidak masuk surga.

Kedua, maksudnya yaitu ia tidak masuk surga bersama rombongan pertama dari kalangan orang-orang yang beruntung
” (Syarh Shahih Muslim, 17/191).

Minggu, 17 Maret 2024

Tadabbur Al-Quran Hal.364

Tadabbur Al-Quran Hal. 364
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Al-Furqan ayat 48.

وَهُوَ الَّذِيْٓ اَرْسَلَ الرِّيٰحَ بُشْرًاۢ بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهٖۚ وَاَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً طَهُوْرًا ۙ

Dan Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang sangat bersih,

- Tafsir Al Muyassar Al-Furqan ayat 48.

Dia-lah yang meniupkan angin yang membawa awan sebagai pembawa kabar gembira dengan adanya hujan sebagai rahmat dari-Nya. Dan Kami turunkan air dari langit untuk bersuci dengannya,

- Hadis Sahih (ayat 48-49).

Dari Abu Said A-Khudri la berkata, "Rasulullah pernah ditarnya tentang (hukum) berwudhu dengan air dari sumur Buda'ah. yaitu sebuah sumur tempat pembuangan pembalut darah haid, kotoran, dan bangkai anjing. Maka Rasulullah Saw bersabda, Sesungguhnya air itu suci tidak ada sesuatu pun yang dapat menajiskannya. (HR At-Trmz Sunan Ar-Tirmie, ilid5, No Hadis 66, 1397 H/3977 M 95)

- Tafsir lbnu Kašir.

{ Dan Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang sangat bersih }. (QS Al-Furgān, 25: 48).

Ini merupakan bagian dari bukti kekuasaan Allah yang sempurna dan kerajaanNya yang agung, yaitu Dia mengutus angin sebagai pembawa berita gembira bahwa akan datang awan setelahnya. Sifat-sifat angin itu bermacam-macam. Di antaranya ada yang dapat menggerakkan awan, mengangkat awan, menggiring awan, ada yang berada di depan awan untuk memberi kabar gembira, ada yang searah dengan awan yang dapat menyapu bumi, dan ada pula yang dapat menghalau awan agar terjadi hujan. Oleh karena itu, pada ayat ini Allah berfirman, { ...dan Kami turunkan dari langit air yang sangat bersih }. yaitu sebagai alat untuk bersuci. Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Sabit Al-Bunani, dia berkata, "Aku bersama Abul Aliyah saat hari turun hujan, sedangkan jalan-jalan di Başrah kotor, lalu dia salat. Aku bertanya kepadanya (mengapa demikian). dia menjawab dengan membacakan ayat, { Dan Kami turunkan dari langit air yang sangat bersih }, lalu dia berkata, "Hal itu (jalan-jalan yang kotor) menjadi bersih dengan air hujan."

lbnu Abi Hatim meriwayatkan dari Sa'id bin Al-Musayyab, sehubungan dengan firman-Nya, Dan Kami turunkan dari langit air yang sangat bersih, yakni air itu suci tidak dinajiskan oleh sesuatu pun.

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan pula dari Sayyar, dari Khalid bin Yazid, ia (Sayyar) berkata, "Ketika Khalid bin Yazid bersama Abdul Malik bin Marwan, mereka membicarakan tentang air. Khalid bin Yazid berkata, "Air itu ada yang turun dari langit, ada pula yang diserap oleh awan dari laut, kemudian air itu dijadikan tavwar oleh petir dan kilat. Air yang berasal dari laut tidak dapat menumbuhkan; adapun air yang dapat menumbuhkan ialah yang turun dari langit.

Dan dirivwayatkan dari Ikrimah bahwa dia berkata, "Tidaklah Allah menurunkan tetesan hujan dari langit kecuali Dia menumbuhkan rerumputan dengannya di bumi dan mutiara di laut." (Ibnu Kašir, Tafsirul Qur'ānil Azimi Juz 10, 1421 H/2000 M:311-312).

- Riyāduş Şālihin.

Dari Abu Hurairah Ra., ia berkata, "Aku mendengar kekasihku, Nabi Saw. bersabda, "Perhiasan seorang mukmin (di surga) sebanding dengan air wudu yang sampai ke badan." (HR Muslim).

Di antara faedah hadis di atas ialah anjuran untuk memperpanjang cahaya(sebagai efek dari sisa air wudu), karena perhiasan seorang mukmin akan sampai ke badan yang terkena aliran air wudu. (Dr Muştafā Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyadis Şālihina, Juz 2, 1407 H/1987 M: 763).

- Hadis Nabawi.

At-Tirmiżi berkata, telah menceritakan kepada kami Hannad dan Al-Hasan bin Ali Al-Khallal dan yang lainnya, mereka berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah dari Al-Walid bin Kašir, dari Muhammad bin Ka'ab, dari Ubaidillah bin Abdullah bin Rafi bin Khadij, dari Abu Sa'id Al-Khudri, ia berkata, Rasulullah pernah ditanya tentang (hukum) berwudu dengan air dari sumur Buda ah, yaitu sebuah sumur tempat pembuangan pembalut darah haid, kotoran, dan bangkai anjing. Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya air itu suci, tidak ada sesuatu pun yang dapat menajiskannya."
(HR At-Tirmiżi, Sunan At-Tirmiżi, Jilid 5, No. Hadis 66, 1397 H/ 1977 M: 95).

- Hadiš Qudsi.

Dari Safwan bin Muhriz, dia berkata, "Seorang laki-laki bertanya kepada Ibnu Umar, "Pernahkah kamu mendengar Rasulullah Saw. menceritakan tentang ucapan Allah (kepada orang mukmin) dengan cara berbisik?" Ibnu Umar menjawab, "Aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda, "Pada hari kiamat nanti orang mukmin akan dihadapkan kepada Allah Swt. dengan sangat dekat sekali hingga ditempatkan dalam tirai-Nya. Kemudian, Allah menyebutkan dosa-dosa orang itu. Allah bertanya, Apakah kamu tahu dosamu?" Orang mukmin itu menjawab,*Ya, Tuhanku. Aku tahu dosaku." Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku telah menyembunyikannya untukmu ketika di dunia dan pada hari ini Aku telah mengampunimu. Lalu, orang mukmin itu diberi catatan amal baiknya. Sementara orang-orang kafir dan munafik akan dipanggil dengan suara yang keras di hadapan semua makhluk,"Mereka inilah orang-orang yang telah mendustakan Allah Swt." (HR Muslim). (Işāmuddin As-Şabābati, Jāmiu'l Ahādisil Qudsiyyati, Jilid 2, t.t: 211- 212),

- Penjelasan Surah Al-Furqan Ayat 44-55.

Ayat 44-55 menjelaskan faktor lain penyebab kekafiran atau penolakan terhadap Rasul Saw. dan Al-Qur’an selain menjadikan hawa nafsu sebagai tuhan. Faktor tersebut ialah tidak mau menggunakan akal dengan baik, sehingga mereka tidak bisa mendengar dan berpikir layaknya manusia, melainkan seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. 

Sesungguhnya tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah itu sangatlah banyak. Di antaranya, bagaimana Allah memanjangkan dan memendekkan bayang-bayang sesuatu melalui terbit dan tenggelamnya mata hari, malam yang gelap, tidur malam untuk istirahat, siang untuk bekerja, mengirimkan angin untuk menggiring awan,  menurunkan air hujan (bersih) untuk menghidupkan bumi yang mati, minuman ternak dan kebutuhan manusia. Allah pergilirkan hujan itu di antara manusia agar mereka mendapat pelajaran. Namun mereka tetap kafir pada Allah. Allah melarang Rasul Saw. mengikuti kemauan kaum kafir itu dan memerintahkan untuk  melawan mereka dengan sungguh-sungguh.

Allah menciptakan dua laut yang berdampingan; satu tawar dan satu lagi sangat asin. Dia ciptakan di antaranya dinding pembatas, menciptakan manusia dari air mani, lalu Dia jadikan mereka berketurunan dan berkeluarga lewat pernikahan. Mengapa manusia menyembah tuhan-tuhan palsu  itu dan membangkang pada Allah?

Jumat, 08 Maret 2024

Tadabbur Al-Quran Hal. 363

Tadabbur Al-Quran Hal. 363
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Al-Furqan ayat 33 :

وَلَا يَأْتُوْنَكَ بِمَثَلٍ اِلَّا جِئْنٰكَ بِالْحَقِّ وَاَحْسَنَ تَفْسِيْرًا ۗ

Dan mereka (orang-orang kafir itu) tidak datang kepadamu (membawa) sesuatu yang aneh, melainkan Kami datangkan kepadamu yang benar dan penjelasan yang paling baik. [1068]

- [1068] Maksudnya ialah, setiap kali mereka datang kepada Nabi Muhammad membawa suatu hal yang aneh berupa usul dan kecaman, Allah menolaknya dengan suatu yang benar dan nyata.

- Tafsir Al Muyassar Al-Furqan ayat 33 :

Wahai Rasul, tidaklah orang-orang musyrik itu datang kepadamu dengan membawa argumen atau syubhat, melainkan Kami pasti datangkan kepadamu suatu jawaban yang benar dan dengan sebaik-baik penjelasan.

- Hadis Sahih Al-Furqan ayat 33 :

Dari lbnu Abbas, ia berkata, "Al.Quran di turunkan sekaligus ke langit dunia pada malam Lailatul Qadar, selanjutnya diturunkan secara berangsut-angsur selama 20 tahun la membacakan firman Allah, Dan mereka {orang- orang kafir ituj tidak datang kepadamu (membawa) sesuatu yang aneh, melainkan kami datangkan kepadamu yang benar dan penjelasan yang paling baik, (0S Al-Furqat, 25. 33). (HR Arn-Nasai, As-Sunan Al Kubra. uz 6. tt: 421).

- Tafsir lbnu Kasir :

Firman Allah, Dan mereka (orang-orang kafir itu) tidak datang kepadamu (membawa) sesuatu yang aneh, yakni dengan alasan dan kesamaran, melainkan Kami datangkan kepadamu yang benar dan penjelasan yang paling baik. Maksudnya, setiap kali orang-orang kafir itu mengatakan perkataan untuk menentang kebenaran, Kami jawab mereka dengan sesuatu yang benar, yang lebih jelas, lebih terang, dan lebih fasih daripada perkataan mereka. Diriwayatkan oleh lbnu Abbas, Sa'id bin Jubair berkata bahwa firman Allah Dan mereka (orang-orang kafir itu) datang kepadamu membawa sesuatu yang aneh maksudnya ialah sesuatu yang mereka cari-cari untuk mencela Al-Qur'an. Melainkan Kami datangkan kepadamu yang benar dan penjelasan yang paling baik, yaitu Allah menurunkan Jibril untuk menjawab.

Hal ini juga merupakan pemeliharaan terhadap Rasulullah karena kemuliaannya, mereka. yang wahyu Al-Qur'an turun kepadanya di waktu pagi dan petang, malam dan siang. dalam keadaan bepergian ataupun tidak bepergian. Maka, dalam berbagai keadaan tersebut malaikat Jibril datang membawa Al-Qur'an sebagaimana ketika turun membawa kitab-kitab sebelumnya. Ini merupakan kedudukan yang sangat mulia dan agung serta menunjukkan derajat beliau yang paling tinggi daripada para nabi selainnya. Al-Qur'an merupakan kitab yang paling mulia yang Allah turunkan kepada nabi termulia. Dan Allah telah menyatukan untuk Al-Qur'an ini dua cara penurunan; di kalangan para malaikat diturunkan secara sekaligus yaitu dari Lauhul Mahfudz ke Baitul Izzah di langit dunia, kemudian setelah itu Allah menurunkannya ke bumi secara berangsur-angsur sesuai dengan berbagai peristiwa dan kejadian.

Imam An-Nasai meriwayatkan dari lbnu Abbas Ra., ia berkata, "Al-Quran diturunkan secara menyeluruh ke langit dunia pada malam Lailatul Qadar, kemudian setelah itu diturunkan secara berangsurrangsur selama dua puluh tahun. "Allah Swt. berfirman, Dan mereka (orang-orang kafir itu) tidak datang kepadamu (membawa) sesuatu yang aneh, melainkan Kami datangkan kepadamu yang benar dan penjelasan yang paling baik. dan firman-Nya, Dan Al-Qur'an (Kami turunkan) berangsurangsur agar engkau (Muhammad) membacakannya kepada manusia perlahan-lahan dan Kami menurunkannya secara bertahap. (QS. A-Isra, 17: 106).

Kemudian Allah Swt. berfirman seraya mengabarkan tentang keadaan buruk yang dialami oleh orang-orang kafir pada hari kiamat dan mereka dikumpulkan di neraka Jahanam dalam keadaan yang paling buruk, sebagaimana firman-Nya, Orang-orang yang dikumpulkan di neraka Jahanam dengan diseret wajahnya, mereka itulah yang paling buruk tempatnya dan paling sesat jalannya. (lbnu Kašir, Tafsirul Qurāni Azimi, Jilid 10, 1421 H/2000 M: 304-305).

- Riyāduş Şālihin :

Dari Anas bin Malik Ra., ia berkata, "Sesungguhnya Allah Swt. menurunkan wahyu secara beruntun kepada Rasulullah Saw. beberapa saat menjelang wafat hingga beliau wafat. Dan wahyu yang paling banyak turun adalah di hari menjelang beliau wafat." (HR. Al-Bukhari-Muslim).

Hadis ini memberi faedah:
(a) Allah Swt. mengangkat derajat seorang hamba disebabkan banyak membaca kitab Allah Swt.
(b) Wahyu turun secara beruntun pada akhir kerasulan, berbeda dengan turun pada permulaan ketika wahyu terputus pada masa jeda, sehingga orang-orang musyrik berkata kepada Rasulullah, "Sesungguhnya Tuhanmu telah membencimu."
(c) Penurunan wahyu telah sempurna sebelum Nabi Saw. meninggal.
(d) Beruntunnya turun wahyu pada masa terakhir kehidupan Nabi Saw. sebagai tanda dekatnya ajal beliau.
(Abu Usamah Salim bin 'idul Hilali, Bahjatun Nāzirina Syarhu Riyādis Sālihina, Jilid 1, t.t.: 196-197).

- Hadiš Nabawi :

Darí Ibnu Abbas, ia berkata, "Al-Qur'an diturunkan sekaligus ke langit dunia pada malam Lailatul Qadar, selanjutnya diturunkan secara berangsur-angsur selama dua puluh tahun," la membacakan firman Allah, Dan mereka (orang-orang kafir itu) tidak datang kepadamu (membawa) sesuatu yang aneh, melainkan Kami datangkan kepadamu yang benar dan penjelasan yang paling baik. (QS Al-Furgān, 25: 33) (HR An-Nasai, As-Sunan A-Kubra, Juz 6, t.t.: 421).

- Hadis Qudsi :

Dari Abdullah bin Mas'ud, dari Nabi Saw., beliau bersabda,"Seseorang datang dengan menggandeng tangan orang lain, lalu ia berkata, Wahai Tuhanku, ia yang telah membunuhku. Kemudian Allah berfirman kepadanya, Kenapa engkau membunuhnya? la menjawab, Saya membunuhnya agar kemuliaan menjadi milik-Mu.'Lalu Allah berfirman, 'Sesungguhnya kemuliaan itu milik-Ku. Lalu seseorang datang dengan menggandeng orang lain dan berkata, Sesungguhnya orang ini membunuhku.

Kemudian Allah berfirman kepadanya, Kenapa engkau membunuhnya? la menjawab, Agar kemuliaan itu menjadi milik Fulan. Lalu Allah berfirman, Sesungguhnya ia bukan milik Fulan. Maka ia kembali membawa dosanya." (HR An-Nasāi) (Muştafa bin Adawi, As-Sahihul Musnadu Minal Ahādisil Qudsiyyati, t.t: 132).

- Tadabbur Surah Al-Furqan Ayat 33-43 :

Ayat 33-43 menjelaskan beberapa hal terkait dengan kitab-kitab Allah dan penolakan manusia atasnya serta akibat buruk yang dihadapi mereka di akhirat : 

1. Setiap kali orang-orang kafir itu mempertanyakan keabsahan Al-Qur’an kepada Rasul Saw. maka Allah jawab dengan jawaban yang sempurna dan mencerdaskan. Kalau mereka  masih tetap kafir, maka muka mereka akan diseret nanti ke dalam neraka. 

2. Sebelum Al-Qur’an, Allah turunkan Taurat kepada Musa dan jadikan Harun sebagai menterinya. Namun, Fir’aun dan para pembesarnya menolak mereka. Maka Allah membinasakanya. Allah tenggelamkan kaum Nuh agar jadi pelajaran bagi manusia. Kemudian Ad,  Tsamud, penduduk Rass dan banyak kaum  lain yang Allah musnahkan. Semuanya agar menjadi pelajaran berharga bagi manusia. 

3. Orang-orang kafir Mekah itu melewati negeri Sodom yang sebelumnya didiami umat Nabi Lut. Allah musnahkan mereka dengan  hujan batu panas. Kenapa mereka tidak dapat mengambil pelajaran? Atau mereka benar-benar tidak berharap rahmat Allah pada hari kebangkitan nanti? Setiap melihat Muhammad Saw. mereka memperololok-oloknya dan berkata: Nyaris Muhammad memalingkan kita  dari tuhan-tuhan kita kalau kita tidak sabar  menghadapinya. Nanti pada hari kiamat mereka akan mengetahui siapa yang sebenarnya sesat. Mereka bersikap kafir itu karena menjadikan hawa nafsu sebagai tuhan. Rasul Saw. bukan sebagai penjaga mereka.

Selasa, 05 Maret 2024

MENGAPA HARUS SALAFI ?

Tematik (191)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

MENGAPA HARUS SALAFI ?
Ciri-ciri Salafi Sejati:

1. Menjadikan Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai pedoman hidup dalam semua bidang kehidupan.

2. Memahami agama ini sesuai dengan pemahaman para sahabat terutama dalam masalah aqidah.

3. Tidak menjadikan akal sebagai landasan utama dalam beraqidah.

4. Senantiasa mengutamakan dakwah kepada tauhid ibadah. [23]

5. Tidak berdebat kusir dengan ahli bid'ah serta tidak bermajlis dan tidak menimba ilmu dari mereka.

6. Berantusias untuk menjaga persatuan kaum muslimin serta menyatukan mereka diatas Al-Qur'an dan As-Sunnah sesuai pemahaman salafush shalih.

7. Menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam bidang ibadah, akhlak dan dalam segala bidang kehidupan.

8. Tidak fanatik kecuali hanya kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah.

9. Memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran (mengingkari jalan-jalan kebid’ahan dan kelompok-kelompok sesat).

10. Membantah setiap yang menyelisihi syariat baik dia seorang muslim atau non muslim.

11. Membedakan antara ketergelinciran ulama ahlussunnah dengan kesesatan para dai-dai yang menyeru kepada bid'ah.

12. Selalu taat kepada pemimpin kaum muslimin selama dalam kebaikan, berdoa untuk mereka serta menasehati mereka dengan cara yang baik dan tidak memberontak atau mencaci-maki mereka.

13. Berdakwah dengan cara hikmah. [24]

14. Bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu agama yang bersumberkan kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah serta pemahaman salaf, sekaligus meyakini bahwa umat ini tidak akan menjadi jaya melainkan dengan ilmu tersebut.

15. Bersemangat dalam menjalankan Tashfiyah (membersihkan Islam dari kotoran-kotoran yang menempel kepadanya seperti syirik, bid'ah, hadits-hadits lemah dan lain sebagainya) dan Tarbiyah (mendidik umat diatas Islam yang murni terutama dalam bidang aqidah). 

Kesimpulan:

1. Wajib mengikuti pemahaman salafush shaleh dalam beragama.

2. Disyariatkan/dibolehkan menamakan diri Salafi jika memang memiliki ciri-ciri diatas.

3. Salafiyah bukan kelompok seperti Jama'ah Tabligh, Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir atau yang lainnya yang menyimpang dari jalan para sahabat. Salafiyah hanyalah metode yang berlandaskan kepada pemahaman salafush sholeh dari kalangan sahabat, tabi'in dan tabi'ut tabi'in.

4. Manhaj/metode salaf adalah benar, adapun individunya bisa salah bisa benar (tidak maksum).

5. Istilah Salafi bukan hal baru dalam sejarah Islam dan kamus para ulama ahlussunnah wal jama’ah.

6. Kita harus bisa membedakan mana salafi sejati dengan salafi imitasi lewat ciri-ciri diatas. 

SELESAI.

​Footnote:​
[23] Bukan memprioritaskan masalah akhlak, fiqih ataupun masalah keharmonisan rumah tangga. Namun sayang banyak yang mengaku da’i salafi di zaman ini yang tidak lagi mau kembali kepada Dakwah Salafiyah yang murni  ini. Mereka telah tertular oleh manhaj/metode dakwah kelompok harakah atau ahli bid’ah yang lari dari dakwah para nabi. Na’udzu billahi mindzalik.

[24] Diantara makna hikmah adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya. Oleh karena itu dakwah tidak selalu dengan lemah lembut tapi terkadang harus dengan sikap tegas dan keras, semuanya disesuaikan dengan keadaan. (Lihat Ad-Dakwah ilallahu oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baz  dan Min ma'alimil manhaj an-nabawi fid dakwah ilallahu oleh Syaikh Muhammad Musa Alu Nashr).

[25] Irsyad Al-Bariyyah ila Syar’iyyah Al-Intisab li As-Salafiyah hal.30-58 oleh Syaikh Abu Abdissalam Hasan bin Qasim Ar-riimi.

Minggu, 03 Maret 2024

Pentingnya Bisa Melestarikan Amal Kebaikan

One Day One Hadits (296)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Pentingnya Bisa Melestarikan Amal Kebaikan

عن أبي موسى الأشعري رضي الله عنه أيضا  قَالَ: قَالَ رَسُول الله صلى الله عليه وسلم: ((إِذَا مَرِضَ العَبْدُ أَوْ سَافَرَ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا)). رواه البخاري. 

Dari Abu Musa al-Asy'ari Radhiyallahu Anhu pula, katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Apabila seseorang hamba itu sakit atau bermusafir, maka dicatatlah untuknya pahala ketaatan sebagaimana kalau ia mengerjakannya di waktu ia sedang berada di rumah sendiri dan dalam keadaan sihat." (Riwayat Bukhari)

Pelajaran yang terdapat di dalam hadist:

1. Hadist ini menunjukkan betapa besar karunia Allah Subhanahu wa Ta'ala.

2. Barang siapa mempunyai amalan yang Istiqomah maka ia meninggalkan disebabkan oleh adanya uzur yang benar, maka ia terus akan ditulis baginya seperti amalnya.

3. Maka mengenalah Allah tatkala lapang maka Allah akan mengenal kita tatkala dalam keadaan sempit.

Tema hadist yang berkaitan dengan Al-Quran:

1. Yakni mereka ikhlas dalam beramal hanya karena Allah Swt., yaitu dengan menaati apa yang telah diperintahkan oleh Allah Swt. kepada mereka.

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنزلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ, نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ , نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ 

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan kami ialah Allah, " kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh)surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” Kamilah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.[ Fushilat :30-31-32]

2. Beramal kebaikan pada hakekatnya untuk dirinya sendiri.

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا ثُمَّ إِلَى رَبِّكُمْ تُرْجَعُونَ

Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh, maka itu adalah untuk dirinya sendiri. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan. (Al-Jatsiyah: 15).