بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Selasa, 30 April 2024

Keutamaan Menyantuni Kaum Duafa

One Day One Hadits (303)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Keutamaan Menyantuni Kaum Duafa

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: السَّاعِي عَلَى الْأَرْمَلَةِ وَالْمِسْكِينِ كَالْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ -وَأَحْسِبُهُ قَالَ يَشُكُّ الْقَعْنَبِيُّ -كَالْقَائِمِ لَا يَفْتُرُ وَكَالصَّائِمِ لَا يُفْطِرُ

Dari Abu Hurairah raḍiyallāhu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah ṣallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda, ‘Orang yang membantu dan menyantuni para janda dan orang-orang miskin seperti orang yang berjihad di jalan Allah’, (salah seorang perawi yaitu al-Qa’nabi agak ragu dan menduga beliau ṣallallāhu ‘alayhi wa sallam menambah dalam sabdanya) ‘Dan seperti orang yang salat malam tidak pernah istirahat dan juga seperti orang puasa tidak berbuka’.”(Muttafaqun alaihi) 

Pelajaran yang terdapat di dalam hadist :

1. Armalah dalam hadis ini bermakna wanita yang tidak memiliki suami, baik ditinggal pergi oleh suaminya (janda) maupun wanita yang tidak pernah menikah sebelumnya, baik dia miskin maupun berkecukupan.

2. Namun demikian, sebagian ulama mengkhususkan istilah untuk janda yang miskin, adapun jika janda tersebut kaya maka tidak dikatakan armalah, wallāhu a’lam.

3. Makna dari al-sā’ī adalah yang bekerja untuk kepentingan mereka dan berusaha memenuhi nafkah atau kebutuhan mereka.

4. Keutamaan orang yang membantu dan menyantuni janda dan orang miskin.

5. Islam senantiasa memotivasi pemeluknya untuk memberikan perhatian kepada kaum duafa.

6. Nabi Muhammad ṣallallāhu ‘alayhi wa sallam memotivasi umatnya untuk memberikan perhatian kepada ibadah yang bersifat horizontal yaitu  berbuat baik kepada sesama manusia dan makhluk lainnya, disamping memberikan perhatian yang besar terhadap ibadah yang bersifat vertikal yaitu dalam rangka takarub kepada Allah ‘azza wa jalla.

7. Sebagian amal saleh memiliki kedudukan pahala yang sama dengan jihad, salat lail dan puasa sunah.

8. Hanya Allah ‘azza wa jalla yang mengetahui kadar pahala dari amal-amal saleh; kadang suatu amalan kelihatan mudah atau diremehkan oleh sebagian orang akan tetapi pahalanya sama dengan amalan yang berat dan juga sebaliknya.

Tema hadist yang berkaitan dengan al quran :

- Ibnu Baṭṭāl raḥimahullāh berkata, “Barang siapa yang tidak mampu berjihad dan qiamulail serta puasa sunah maka hendaknya dia mengamalkan hadis ini dan membantu janda serta orang miskin agar dia dikumpulkan bersama golongan mujāhidīn fī sabīlillāh walaupun dia tidak melakukannya atau tidak berinfak dengan dirham, atau ketemu musuh lalu musuh takut kepadaya. Begitu juga, agar dia dikumpulkan bersama golongan orang yang rajin berpuasa sunah dan salat malam serta mendapatkan derajat mereka padahal dia makan di siang harinya dan tidur di malam harinya selama hidupnya. Oleh karenanya, sepatutnya setiap mukmin antusias terhadap perniagaan yang tidak merugi ini dengan cara memberikan bantuan dan santunan kepada janda dan orang miskin demi wajah Allah ta’āla agar dia kembali dalam perdagangannya dengan mencapai derajat mujāhidīn, orang-orang yang rajin berpuasa dan salat malam tanpa harus letih dan lelah. Itulah keutamaan yang Allah berikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya.”

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ، تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ 

Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya
(Shof : 10-11).

Ujian dan Jalan Keluar Bagi Orang yang Bertakwa

Tematik (200)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Ujian dan Jalan Keluar Bagi Orang yang Bertakwa

Kita sedang berjalan di atas sebuah jalan kehidupan. Menyusuri waktu demi waktu. Tertoreh berbagai kisah dalam lembaran kita. Canda, tawa, tangis dan air mata mengisi di antara lipatan cerita. Kisah pilu hingga heroik mungkin pernah mewarnai hari – hari. Berbagai ujian datang menguji ketegaran dan keteguhan keimanan. Sekencang apapun kita berlari dan bersembunyi, ujian akan tiba di sebuah titik di jalan yang kita tak pernah tahu itu sebelumnya.

Jalan kita berbagai bentuk sesuai dengan ketentuan Nya. Ada kalanya jalan itu datar dan mulus, namun tak jarang pula jalan berkelok, berkerikil bahkan berduri. Namun, benarkah ada jalan buntu??

Ujian Pasti Datang
-----------------------------

Allah ta’ala berfirman;

كُلُّ نَفۡسٖ ذَآئِقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ وَنَبۡلُوكُم بِٱلشَّرِّ وَٱلۡخَيۡرِ فِتۡنَةٗۖ وَإِلَيۡنَا تُرۡجَعُونَ ٣٥

“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami.” (QS. Al Anbiya: 35)

"Al Imam Ibnu Katsir mengatakan bahwa yang dimaksud dengan: 
“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan” adalah Allah akan menguji manusia dengan musibah dan juga nikmat untuk melihat siapakah di antara hamba Nya yang bersyukur dan siapa yang kufur, siapa yang bersabar dan siapa yang berputus asa, sebagaimana perkataan ‘Ali bin Abi Thalhah, dari Ibnu ‘Abbas, beliau mengatakan bahwa Allah akan menguji dengan ujian kebaikan dan keburukan, kesempitan dan kelapangan, kesehatan dan rasa sakit, kekayaan dan kefakiran, halal dan haram, ketaatan dan kemaksiatan, petunjuk dan kesesatan, dan seterusnya. 
(Tafsir Ibnu Katsir, 5/342)

Saat jalan kita mulus, bukan berarti kita tak diuji. Kemudahan itu juga merupakan ujian. "Apakah di saat jalan kita tanpa duri kita masih mengingat Allah ta’ala? 
"Apakah kita mensyukuri nikmat dari Nya? "Apakah kita memanfaatkan kenikmatan tersebut untuk ketaatan? Atau malah menggunakannya dalam berbagai kemaksiatan?

Begitu pula saat jalan kita berkelok dan banyak rintangan yang kita hadapi. Apakah kita akan bersabar? Mampukah kita ridho dengan ketentuan dari Nya? Akankah kita memohon ampun atas dosa yang pernah kita perbuat? Apakah kita lantas bersimpuh dan sujud kepada Nya? Ataukah kita malah berputus asa dan berprasangka buruk kepada Allah? Akankah kita malah semakin menjauh dari Allah ta’ala dan menambah kemaksiatan?

Jalan tanpa hambatan bukanlah tolok ukur keberhasilan seseorang dalam menjalani kehidupannya. Bukan pula parameter kebahagiaan  dalam kamus kehidupan. Lihatlah betapa terjal dan curamnya jalan yang harus dilalui oleh para Nabi dan Rasul, namun mereka adalah orang-orang yang paling berbahagia. Jadi, beban yang sedang kita pikul bukanlah alasan bagi kita untuk seolah menjadi orang yang paling sengsara di dunia ini.

Jalan Keluar Bagi Orang yang Bertakwa
---------------------------------------------------------------
Di saat semakin hari beban terasa semakin berat, pikiran terasa semakin penat, hujan kesedihan semakin lebat, dan jiwa terasa semakin terikat kuat, apakah saatnya kita bertekuk lutut dengan ini semua?? Tidak, karena Allah ta’ala telah berjanji :

فَإِذَا بَلَغۡنَ أَجَلَهُنَّ فَأَمۡسِكُوهُنَّ بِمَعۡرُوفٍ أَوۡ فَارِقُوهُنَّ بِمَعۡرُوفٖ وَأَشۡهِدُواْ ذَوَيۡ عَدۡلٖ مِّنكُمۡ وَأَقِيمُواْ ٱلشَّهَٰدَةَ لِلَّهِۚ ذَٰلِكُمۡ يُوعَظُ بِهِۦ مَن كَانَ يُؤۡمِنُ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۚ وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّهُۥ مَخۡرَجٗا ٢  وَيَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَيۡثُ لَا يَحۡتَسِبُۚ وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُۥٓۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَٰلِغُ أَمۡرِهِۦۚ قَدۡ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَيۡءٖ قَدۡرٗا ٣

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.” (QS. Ath Thalaq : 2-3)

Selama seseorang istiqomah melaksanakan apa yang diperintah dan menjauhi apa yang dilarang Nya, Allah ta’ala pasti akan memberinya jalan keluar. Syaikh As Sa’di menjelaskan terkait ayat tersebut bahwa Allah akan membalas dengan kebaikan di dunia maupun di akhirat bagi orang yang bertakwa kepada Allah dan mengutamakan keridhaan Allah dalam semua keadaannya. Allah ta’ala akan memberikan kelapangan dan jalan keluar dari setiap kesulitan dan kesempitan. Dan sebaliknya, orang yang tidak bertakwa kepada Allah akan terjatuh ke dalam kesempitan, beban dan belenggu. (Tafsir As Sa’di : 869/1)

Jalan buntu Itu Tak Ada
“Benarkah ada jalan buntu??”
---------------------------------------------
Terjawab sudah pertanyaan tersebut. Tak ada jalan buntu selama kita bertakwa kepada Allah ta’ala. Allah ta’ala sendiri yang mengatakannya. Adakah perkataan yang lebih benar dibandingkan perkataan Dzat yang telah menciptakan alam semesta? Tentu tidak ada. Allah ta’ala yang menciptakan segala sesuatu, termasuk ujian itu, maka Dia pula yang paling tahu apa dan bagaimana jalan keluarnya.

Kita boleh bersedih, tapi jangan berlarut – larut dan jangan sampai berputus asa. Bisa saja kita merasa masalah kita sangat berat, tapi ingatlah bahwa ujian terberat adalah ujian yang dihadapi para Nabi dan Rasul. Semakin kuat iman seseorang maka semakin berat pula ujiannya. Namun pada realitanya, apakah Nabi dan Rasul pernah sampai stress?? Jawabannya ‘tidak’, karena mereka mengetahui ilmunya, mereka tahu bagaimana cara mengatasi permasalahan dan ujian.

Apakah mereka tidak bersedih? Tidak perlu ditanyakan, karena kita ingat betul bagaimana sedihnya Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam  saat terus ditentang dan disakiti kaum musyrikin di saat hatinya pilu dengan kematian Khadijah dan Ali bin Abi Thalib. Pun dengan kisah sedih yang pernah dialami Nabi dan Rasul lainnya. Sebagai pelipur lara pula, kita harus senantiasa ingat bahwa pahala bersabar itu tanpa batas. Di sinilah saat yang tepat bagi kita untuk mengamalkan ibadah ini.

إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّٰبِرُونَ أَجۡرَهُم بِغَيۡرِ حِسَابٖ ١٠

“Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.” (QS. Az Zumar: 10)

Kita juga harus senantiasa ingat bahwa seberat apapun ujian yang kita hadapi saat ini, suatu saat ujian itu akan berlalu. Bukankah kita pernah dijejali dengan slogan “badai pasti berlalu”? Ya, di suatu hari nanti, hari – hari berat ini akan menjadi sejarah dan bukti seberapa teguh iman kita. Hari – hari ini hanyalah hari – hari pendek tempat mengumpulkan bekal. Oleh karenanya tetaplah bersemangat menjalani, memohon pertolongan kepada Allah ta’ala dan senantiasa berprasangka baik kepada Nya. Bilal bin Sa’ad rahimahullaahu berkata:

عِبَادَ اللهِ، إِعْلَمُوا أَنَّكُمْ تَعْلَمُوْنَ فِي أَيَّامٍ قِصَارٍ لِأَيَّامٍ طُوَالٍ، وَ فِي دَارِ زَوَالٍ لِدَارِ مَقَامٍ، وَفِي دَارِ نَصَبٍ وَ حُزْنٍ لِدَارِ نَعِيْمٍ وَ خُلْدٍ

“Wahai hamba Allah, ketahuilah sesungguhnya kalian hanya beramal pada hari – hari yang pendek untuk hari – hari yang panjang. Kalian hanya beramal di negeri yang akan lenyap untuk negeri yang menjadi tempat tinggal, di negeri penderitaan dan kesedihan untuk negeri kenikmatan dan keabadian.“ (Shifatu shafwah, 2/377)

Jumat, 26 April 2024

Tadabbur Al Quran Hal. 374

Tadabbur Al-Quran Hal. 374
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Ash-Syu'ara ayat 176 :

كَذَّبَ اَصْحٰبُ لْـَٔيْكَةِ الْمُرْسَلِيْنَ ۖ

Penduduk Aikah [590] telah mendustakan para rasul;

- [590] Penduduk Madyan, kaum Nabi Syu'aib alaihissalam.

- Tafsir Al Muyassar Ash-Syu'ara ayat 176 :

Para penduduk bumi yang memiliki pohon dan lebat mendustakan Rasul mereka, Syuaib pada risalahnya, karena itu mereka telah mendustakan seluruh Rasul.

- Tafsir lbnu Kašir :

Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu merugikan orang lain. (QS Asy Syu'ara, 26: 181). Allah Swt. memerintahkan mereka untuk menyempurnakan takaran dan timbangan dan melarang mereka menipu.

Lalu, Allah Swt. berfirman, Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu merugikan orang lain. (QS Asy-Syu'arā, 26: 181), yaitu apabila kalian menyerahkan kepada orang-orang, maka semnpurnakanlah takaran bagi mereka, dan janganlah kalian merugikan takaran sehingga kalian menyerahkannya dengan takaran yang kurang, sedangkan apabila kalian mengambil, maka kalian menakarnya dengan sempurna, akan tetapi ambillah sebagaimana kalian menerima, dan berikanlah sebagaimana kalian mengambil. { Dan timbanglah dengan timbangan yang benar. (0S Asy-Syu'ara, 26: 182). 

Al-Qistās adalah timbangan. Mujāhid mengatakan bahwa Al-Qistās merupakan timbangan asal Romawi. Sedangkan menurut Qatādah, A-Qitās ialah adil.

Dan firman Allah Swt., Dan janganlah kamu merugikan manusia dengan mengurangi hak-haknya... (Q5 Asy-Syu'arā, 26: 183). yakni janganlah kalian mengurangi harta-harta mereka. ..Dan janganlah membuat kerusakan di bumi. (0 Asy-Syu'arā 26: 183), yakni merampok di jalan, sebagaimana Allah Swt. berfirman di ayat lain, yaitu <Dan janganlah kamu duduk di setiap jalan.. (QS Al-A'rāf, 7: 86).

Selanjutnya firman Allah Swt., (Dan bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan kamu dan umat-umat yang terdahulu. (QS Asy-Syu'arā, 26:184), Allah Swt. yang telah menciptakan mereka dan orang-orang terdahulu menakut-nakuti mereka dengan azab-Nya. (Ibnu Kasir, Tafsirul Qurānil Azimi, Jilid 10, 1421 H/2000 M: 367).

- Riyāduş Şālihin :

Dari Suwaid bin Qais Ra., ia berkata, "Aku dan Makhramah menyambut jenis pakaian dari sutera yang datang dari Hajar menuju Mekah. Kemudian Rasulullah Saw. mendatangi kami dengan berjalan kaki, kemudian beliau menawar beberapa celana panjang dari kami. Kemudian kami menjualnya kepada beliau, dan di sana terdapat tukang penimbang yang melakukan penimbangan dengan diberi upah. Kemudian beliau berkata kepada tukang penimbang tersebut, Timbanglah dan penuhilah (sempurnakanlah) timbangan." (HR Abu Dāwud dan At-Tirmiži).

Hadiš di atas memberikan faedah:
(a) Dibolehkan menawar barang dagangan dengan syarat tidak membuat keluh kesah pedagang atas hal itu.
(b) Dianjurkan pada pembeli untuk bermurah hati pada pedagang dan sedikit membayar lebih dari harga barang selama rida. Begitu pula dianjurkan pada pedagang memberi tambahan barang atas kelebihan harga yang diberikan oleh pembeli selama rida.
(c) Dorongan dari Nabi Saw. agar bermurah hati dan bersikap baik dalam bermuamalah dengan pihak lain.
(Dr. Mustafā Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādis Salihina, Juz 2, 1407 H/1987 M: 948).

- Hadiš Nabawi :

Dari lbnu Umar Ra., ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Barangsiapa yang menjual makanan, janganlah menjual hingga (timbangan atau takarannya) sempurna." (HR Bukhari, Sahihu'l Bukhāri, Juz 2, No. Hadis, 2126, 1422 H: 96).

- Hadiš Qudsi :

Dari Abu Zar Ra., Nabi Saw. meriwayatkan firman Allah Swt. yang berbunyi, "Hai hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan diri-Ku untuk berbuat zalim dan perbuatan zalim itu pun Aku haramkan di antara kalian. Oleh karena itu, janganlah kalian saling berbuat zalim!" (HR Muslim, Sahih Muslim, Juz 4, No. Hadiš, 2577, 1412 H/1991 M: 1994).

- Tadabbur Surah Asy-Syu'ara Ayat 150-182 :

Ayat 160-175 menjelaskan kisah kekufuran kaum Luth. Mereka menolak kerasulan Luth sebagaimana kaum A’ad dan Tsamud sebelumnya. Mereka  tidak mau bertakwa kepada Allah dan menaati Nabi Luth. Di samping menyekutukan Allah, mereka melakukan dosa besar homoseksual dan meninggalkan kaum wanita sebagai pasangan hidup yang diciptakan Allah. Mereka mengancam Nabi Lut dengan mengusir beliau jika tidak berhenti mendakwahi mereka ke jalan  Allah. Nabi Luth tidak surut sedikit pun dan bahkan dengan berani menyatakan kebenciannya terhadap perilaku seks menyimpang itu dan berdoa agar Allah menyelamatkannya dan keluarganya dari perbutan keji itu. Lalu Allah selamatkan ia dan keluarganya, kecuali istrinya yang sudah tua dan pengkhianat itu. Kemudian Allah hancurkan semua kaumnya dengan mengirimkan hujan batu panas. Peristiwa penghancuran kaum Lut itu selayaknyalah menjadi pelajaran bagi manusia setelah mereka. Sungguh Allah Mahaperkasa lagi Maha Penyayang.      

Ayat 176-183 menceritakan penduduk Aikah (Madyan) yang menolak kerasulan Syuaib, tidak mau bertakwa pada Allah dan taat pada nabi mereka. Pada hal, seperti nabi-nabi sebelumnya,  Nabi Syuaib tidak mengharap upah apa pun dari mereka. Di samping melakukan syirik kepada Allah, mereka curang dalam timbangan, ukuran dan takaran. Sebab itu, mereka merusak sistem ekonomi sehingga dianggap Allah sebagai perusak di atas muka bumi.

Rabu, 24 April 2024

Benarkah wajah tersenyum saat meninggal tanda husnul khotimah???

Tematik (199)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Benarkah wajah tersenyum saat meninggal tanda husnul khotimah???

Tidak ada jaminan jika seseorang meninggal dgn wajah tersenyum lalu dihukumi dia husnul khotimah,karena Sungguh sakaratul maut itu sangat sakit,seorang muslim meninggal dengan keringat di dahi terkadang karena sakitnya sakaratul maut itu luar biasa membuat mata seseorang bahkan melotot atau menjulurkan lidahnya,dan seringnya mata itu mengikuti arah ruh itu keluar yaitu matanya jadi terbalik keatas...dan sakitnya sakaratul maut bagi orang yg beriman dan bertaqwa bisa menghapus dosa2nya,itulah kenapa kita harus menjaga aib mayit ketika meninggalnya baik mata dia melotot atau menjulurka lidah itu cukup kita tahu saja...

Dan reaksi seseorang dalam menghadapi rasa sakit itu memang berbeda2,ada orang yang tipenya tidak bisa menahan ekspresi rasa sakit walaupun dia orang yg sholeh dan bertaqwa,ada juga tipe orang yang bisa menahan rasa sakit bahkan dia tersenyum tidak menunjukan rasa sakit walaupun dia adalah orang kafir,bisa saja uratnya akhirnya tertarik......ada suatu kisah biarawati yang meninggal dengan wajah tersenyum indah dengan memeluk kitabnya apakah dia husnul Khotimah? TENTU TIDAK!!

Bukan pula Husnul Khotimah itu dilihat dengan seseorang meninggal dalam keadaan Sholat,atau meninggal dimasjid,atau meninggal dalam keadaan memeluk alqur'an.
Tidak hanya dilihat sebatas itu....

Karena sungguh,manusia yang mulia Nabi shallallahu 'alaihi wasallam meninggal diatas ranjangnya....bahkan sahabatnya Abu bakr asSiddiq khalifah yg dipilih oleh Nabi secara langsung,manusia dari generasi terbaik beliau juga meninggal diatas ranjangnya,bahkan sahabat Khalid bin Walid beliau dijuluki sebagai pedang Allah karena kegigihannya dimedan pertempuran,beliau telah mengikuti 100 pertempuran,namun beliau meninggal diatas ranjangnya karena sakit..

Seorang muslim yang taat dia tetap  Husnul khotimah insyaaAllah walaupun dia meninggal dalam keadaan jasadnya hancur entah karena kecelakaan atau sebab yang lainnya....

Karena Husnul Khotimah itu dilihat dari seseorang yang,

- Dia meninggal dalam keadaan bebas dari berbuatan syirik kepada Allah (menyekutukan Allah)

- Terbebas dari perbuatan kebid'ahan dan tidak bergandengan tangan dengan pelaku kebid'ahan.

- Meninggal dalam keadaan terbebas dari sifat munafik.(Arti Munafik adalah seseorang yang pada dzahirnya muslim namun dia memendam kebencian terhadap agama islam,memendam kebencian kepada kaum muslim dan syari'at yg telah ditetapkan oleh Allah dan Rosul-Nya dan dia membenci orang2 yang taat kepada syari'at Allah baik benci kepada orang yg berpakain syar'i atau pun benci kepada orang yg kokoh menggenggam Sunnah2 nabi) Dan tentang ciri2 orang munafik ada pembahasannya tersendiri.

- Meninggal dalam keadaan kokoh menggenggam Manhajnya para shahabat,dalam keadaan gigih diatas Alqur'an dan Sunnah.

- Meninggal dengan tidak membawa beban seperti berhutang harta,darah,dan telah menunaikan hak2 Allah dan hak2 lainnya dari kaum muslimin.

- Meninggal dalam keadaan hati yang selamat,niat yang bersih,akhlak yang luhur,tidak memiliki dendam atau kedengkian kepada kaum muslimin.

- Meninggal dalam keadaan selalu menunaikan kewajiban shalat lima waktu tepat waktu,yang laki2 berjamaah dimasjid..dan yang wanita sholat dirumah,menutup aurat dengan sempurna,menjaga diri dari laki2 yang bukan mahrom,berbakti kepada orang tua...berbuat baik kepada saudara.

Itulah Husnul Khotimah yang sebenarnya.....

Jangan lupa kita selalu berdoa,

Ya Allah, perbaikilah akhir segala urusan kami, lindungilah kami dari kehinaan di dunia dan adzab di akhirat.

Ya Allah, perindahlah akhir kehidupan kami, kembalikanlah kami kepadamu, dengan baik, tidak hina lagi memalukan.

Bersikap Lemah-lembut Kepada Anak-Anak Perempuan

One Day One Hadits (302)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Bersikap Lemah-lembut Kepada Anak-Anak Perempuan

عن عائشة رضي الله عنها قالت: دَخَلَت عَلَيَّ امرأَة ومعَهَا ابنَتَان لَهَا، تَسْأَل فَلَم تَجِد عِندِي شَيئًا غَير تَمرَة وَاحِدَة، فَأَعْطَيتُهَا إِيَّاهَا فَقَسَمتْهَا بَينَ ابنَتَيهَا وَلَم تَأكُل مِنهَا، ثُمَّ قَامَت فَخَرَجَت، فَدَخَل النبي صلى الله عليه وسلم علينا، فَأَخْبَرتُه فقال: «مَنْ ابْتُلِيَ مِنْ هذه البنَاتِ بِشَيءٍ فأَحْسَن إِلَيهِنَّ، كُنَّ لَهُ سِتْرًا مِن النَّار».  
[صحيح] - [متفق عليه، واللفظ للبخاري]
المزيــد ...

Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- ia berkata, "Ada seorang wanita masuk ke tempatku bersama dua anak perempuannya. Wanita itu meminta sesuatu, tetapi aku tidak mempunyai apa pun selain satu butir kurma. Aku pun memberikan kurma itu kepadanya. Lantas wanita itu membaginya menjadi dua di antara kedua anak perempuannya. Sedangkan dia sendiri tidak memakannya sedikit pun. Kemudian wanita itu berdiri lalu keluar. Tiba-tiba Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- masuk menemui kami lalu aku memberitahu beliau mengenai hal itu. Beliau bersabda, "Barangsiapa yang diuji dengan sesuatu dari anak-anak perempuan ini, lalu ia berbuat baik kepada mereka, maka anak-anak perempuan tersebut akan menjadi penghalang baginya dari api neraka."  (Hadis sahih - Muttafaq 'alaih, dan ini redaksi Bukhari)

Pelajaran yang terdapat di dalam hadist :

1. Seorang wanita bersama kedua anak perempuannya masuk menemui Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- untuk meminta sesuatu kepadanya -karena dia wanita fakir-. Aisyah berkata, "Tetapi dia tidak menemukan apa pun di rumahku selain satu butir kurma." Aisyah berkata, "Aku pun memberikan kurma itu kepadanya lalu dia membaginya menjadi dua bagian di antara kedua putrinya. Dia memberikan separuh kurma kepada satu putrinya dan memberikan separuh lainnya kepada putrinya yang lain, dan ia sendiri tidak memakan sedikit pun.

2. Tiba-tiba Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- masuk menemui Aisyah, lalu dia memberitahu beliau mengenai hal itu. Sebab, hal tersebut merupakan kisah aneh dan mengagumkan.

3. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Barangsiapa yang diuji dengan anak-anak perempuan ini, lalu ia berbuat baik kepada mereka, maka anak-anak perempuan tersebut akan menjadi penghalang baginya dari api neraka."

4. Sabda Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Barangsiapa yang diuji," tidak dapat dipahami sebagai ujian keburukan, tetapi maksudnya, "Siapa yang ditakdirkan untuknya." Hal ini sebagaimana firman Allah -Ta'ālā-, "Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan hanya kepada Kami kamu akan dikembalikan."

5. Artinya, siapa yang ditakdirkan memiliki dua anak perempuan lalu berbuat baik kepadanya, maka mereka akan menjadi tabir baginya dari api neraka pada hari kiamat. Yakni, Allah -Ta'ālā- akan menghalanginya dari neraka dengan perbuatan baiknya kepada anak-anak perempuan. 

Tema hadist yang berkaitan dengan al quran :

1. Anak perempuan itu lemah tidak memiliki kemampuan untuk mencari penghidupan, karena yang mencari penghidupan adalah lelaki. Allah -Ta'ālā- berfirman, 

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَا أَنفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ ۚ 

"Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya." (An-Nisa :34)

2. Dia memberikan separuh kurma kepada satu putrinya dan memberikan separuh lainnya kepada putrinya yang lain, dan ia sendiri tidak memakan sedikit pun. 

- وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ

dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). (Al-Hasyr: 9).

Senin, 22 April 2024

Tadabbur Al Quran Hal. 373

Tadabbur Al-Quran Hal. 373
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Ash-Syu'ara ayat 151 :

وَلَا تُطِيْعُوْٓا اَمْرَ الْمُسْرِفِيْنَ ۙ

dan janganlah kamu menaati perintah orang-orang yang melampaui batas,

- Tafsir Al Muyassar Ash-Syu'ara ayat 151 :

Jangan mengikuti perintah orang-orang yang melebihi batas terhadap diri mereka yang terus bersikukuh di atas kedurhakaan kepada Allah,

- Kisah Nabi & Rasul :

Setelah kaum "Ad tidak ada, generasi berikutnya adalah Kaum Šamūd. Mereka adalah keturunan dari Šamūd bin Jair bin Aram bin Sām. Mereka bertempat tinggal di Al-Hijr yang terletak di antara Hijaz dan Syām. Mereka senantiasa berada dalam kekufuran dan keangkuhan. Karena kekufuran dan keangkuhannya, Allah mengutus Salih bin Ubaid bin Asif bin Masyij bìn 'Ubaid bin Jadir binnSamūd, darí keturunan mereka sendiri. Nabi Salih As. ditugaskan mengajak mereka supaya mengesakan Allah Swt.dan beribadah hanya kepada-Nya. Namun kaumnya malah mengatakan, .Wahai Salih! Sungguh eng- kau sebelum ini berada di tengah-tengah kami merupakan orang yang diharapkan, mengapa engkau melarang kami (menyembah apa yang disembah oleh nenek moyang kami)?..
Sebenarnya Allah telah memakmurkan mereka dalam masa yang begitu lama. Hingga salah seorang dari mereka membangun sebuah rumah dari tanah liat kemudian ketika dihancurkan ternyata ia masih hidup. Me-lihat kejadian itu, dengan keterampilan yang mereka miliki, mereka memahat gunung-gunung untuk dijadikan rumah-rumah. Dan mereka pun berada dalam kehidupan yang sangat lapang. Nabi Salih As. tidak henti-hentinya berdakwah kepada mereka, namun tidak ada yang mau mengikutinya melainkan sedikit saja dan itu pun dari kalangan orang-orang yang dianggap lemah.

Pada saat mereka didesak dengan seruan bertauhid dan peringatan, mereka malah menantangnya. Mereka berkata, ... Wahai Salih! Datanglah pada hari raya kami,perlihatkanlah kepada kami sebuah mukjizat, silahkan kamu berdoa kepada Tuhan kamu dan kami akan menyeru tuhan-tuhan kami. Jika Dia mengabulkan permohonanmu, kami akan mengikutimu, tapi bila tuhan-tuhan kami yang mengabulkan, kamu harus ikut kami.... Nabi Salih As. menjawab, {.. Baiklah. Dan ternyata mereka memiliki satu hari yang pada setiap tahunnya mereka rayakan, pada hari itu seluruh berhala-berhala dikeluarkan. Kemudian mereka pun keluar dengan membawa berhala-berhala tersebut dan Nabi Salih As. pun ikut bersama mereka. Lalu mereka menyeru berhala-berhala supaya tidak mengabulkan apa yang dimohonkan oleh Nabi Salih As.

Berkatalah pemuka dari kaumnya, Wahai Salih! Keluarkanlah dari batu besar ini bagi kami-sambil menunjuk kepada sebuah batu besar-seekor unta yang besar, yang sedang hamil tua. Seandainya kamu bisa melakukannya, niscaya kami akan membenarkanmu. Untuk meyakinkan kebenaran pernyataannya itu, diambillah sumpah dari mereka Setelah itu Nabi Salih As. pun menuju batu besar yang ditunjukkan itu, beliau salat disitu dan berdoa kepada Allah Swt. Tiba-tiba batu itu bergerak sebagaimana bergeraknya perempuan hamil yang akan melahirkan Batu itu pun terbelah dan keluarlah seekor unta dari tengah-tengah batu itu persis yang mereka minta. Peristiwa itu disaksikan oleh kasat mata mereka sendiri. Maka berimanlah pemuka kaumnya (namanya Junda bin Amr begitu juga sekelompok kecil dari kaumnya (Ibnul Aśir Al-Jazari, A-Kāmil fit Tarikhi, Jilid 1:68).

- Riyāduş Şālihin :

Dari Abu Sa'id Al-Khudriy, dari Nabi Saw beliau bersabda, "Sesungguhnya dunia itu manis. Dan sesungguhnya Allah telah menguasakannya kepadamu sekalian. Kemudian Allah menunggu (memperhatikan) apa yang kamu kerjakan (di dunia itu). Karena itu, takutilah dunia dan takutilah wanita, karena sesungguhnya sumber bencana Bani Israil adalah wanita." (HR Muslim)

Hadiš di atas memberikan beberapa faedah di antaranya:
(a) Peringatan tentang ujian yang datang dari perempuan, karena itu hendaknya meninggalkan pergaulan yang bisa menyebabkan timbulnya syahwat, seperti bercampur antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram, melihat aurat; dan bersenang-senang dengan perempuan mahram tidak sampai melupakan diri dari berbagai kewajiban.
(b) Mengambil nasihat dan nilai-nilai kehidupan dari umat yang terdahulu, karena yang terjadi pada Bani Israil akan menimpa pula umat yang lainnya apabila melakukan sebatb sama seperti Bani Israil.
(Dr. Mustafā Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādiş Sälihina, Juz 1, 1407 H/1987 M: 103-104).

- Hadiš Nabawi :

Dari Jabir Ra., dia berkata, Tatkala Rasulullah Saw. melewati Al-Hijr, beliau bersabda, Janganlah kalian meminta mukjizat, sungguh kaum Nabi Salih As. telah memintanya, lalu mukjizat (berupa unta) itu telah datang dari jalan ini dan keluar dari jalan ini, namun mereka mendurhakai perintah Tuhan mereka, lalu mereka menyembelihnya. (Unta itu) meminum air mereka sehari dan mereka minum susunya sehari lalu menyembelihnya, maka datanglah angin berupa azab kepada mereka." (HR Ahmad,Musnadu'l Imām Ahmad, Jilid 21, No. Hadis 14160, 1416 H/1995 M: 66).

- Nasihat & Pelajaran :

Kaum 'Ad adalah salah satu kaum yang diberi keutamaan oleh Allah Swt. Namun mereka terbelenggu kekufuran, tidak ada yang mau beriman kepada nabinya kecuali orang-orang yang lemah saja.

Pada awalnya Nabi Salih As. seorang yang diharapkan oleh kaumnya (Ad). la sangat dicintai oleh kaumnya karena kejujuran dan keamanahannya. Namun kebenaran yang dibawa oleh Nabi Salih As. menjadı penyebab utama kebencian orang-orang yang batil terhadapnya. Terasa berat bagi orang-orang yang sombong dan takabur ketika harus menerimanya, terasa berat bagi mereka untuk dipimpin orang lain, terlebih lagi ketika harus tunduk dan patuh terhadap perintah dan larangan yang akan menahan diri dari mengikuti hawa nafsunya.

Adapun para pengikut kebenaran, kehidupan dunia bukanlah menjadi sasaran utama. Mereka tidak akan bersaing dengan pengejar dunia, dan tidak akan melewati batas ketika dunia itu menjadi sumber kehidupannya. Mereka akan memisahkan antara yang hak dan batil. Dan akibat yang baik itu hanya bagi orang-orang yang bertakwa. (Abdurrahman An-Najdi, Taisirul Manān fiQaşasil Qurān, 1429 H: 201-202).

- Penjelasan Surah Asy-Syu'ara Ayat 137-149 :

Ayat 137-140 meneruskan kisah Hud dan kaumnya yang sangat sulit memahami kebenaran dari Allah dan Rasul-Nya Mereka mengatakan, agama kami ini adalah hasil peninggalan nenek moyang  dan kami tidak akan disiksa karenanya. Karena mereka membanggakan kemusyrikan dan kekafiran, maka Allah binasakan mereka. Semoga kisah pemusnahan kaum ‘Ad ini menjadi pelajaran bagi manusia yang lahir setelah mereka. Sungguh Allah Mahaperkasa lagi Maha Penyayang.

Ayat 141-159 menjelaskan kisah kekufuran kaum Tsamud. Nabi Saleh yang Allah utus kepada mereka menjelaskan bahwa ia adalah Rasul Allah tepercaya. Sebab itu ia meminta mereka bertakwa pada Allah dan menaatinya dengan tanpa mengharapkan imbalan dunia apa pun dari mereka. Cukup Allah yang akan membalasnya. Nabi Saleh mengingatkan agar mereka tidak mengira akan dibiarkan tinggal dengan aman di negeri itu, di kebun-kebun yang di dalamnya mata air, berbagai tanaman dan pohon kurma yang indah dan rumah-rumah gunung yang dipahat. Nabi Saleh juga mengingatkan mereka agar tidak mengikuti  perintah penguasa yang zalim dan pemuka msyarakat yang hidup melampau batas, karena mereka hanya merusak di atas bumi dan bukan memperbaikinya.

Nasihat dan ajakan kebaikan Nabi Saloeh itu dibalas mereka dengan jawaban yang sama dengan jawaban kaum Ad sebelumnya dan menuduh Nabi Saleh kena sihir seraya berkata:  Anda manusia biasa saja dan sama dengan kami. Coba datangkan sebuah mukjizat jika Anda benar, kata mereka kepada Saleh. Nabi Saleh menjawab: Ini unta betina yang mendapat jatah minum sebagaimana kalian. Jangan diganggu unta itu, nanti kalian akan mendapat azab besar. Lalu, mereka menyembelihnya, maka azab Allah pun datang. Peristiwa itu sebagau pelajaran bagi manusia.  Sungguh Allah Mahaperkasa lagi Maha Penyayang.

Jumat, 19 April 2024

Tadabbur Al Quran Hal. 372

Tadabbur Al-Quran Hal. 372
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Ash-Syu'ara ayat 126 :

فَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوْنِ ۚ

karena itu bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.

- Tafsir Al Muyassar Ash-Syu'ara ayat 126 :

Maka takutlah terhadap hukuman Allah dan taatilah aku pada apa yang aku bawa kepada kalian dari Allah.

- Hadis Sahih Ash-Syu'ara ayat 126 :

Dari At-Tutail bin Ubay, dan ayahnya, bahwasanya ia mendengar Rasulullah Saw. bersabda, "Tegaskanlah manusia untuk mengucap kalimat takwa, yaitu untuk mengucapkan La läha llallähu. Yang artinya Tiada Tutan kecuali Allatr" (HR At Tabräni, A-Mujanul Kabn, Juz 1, 1404 H/1983 M:199)

- Tafsir At-Tabari :

Allah Swt. berfirman, Kaum Ad telah mendustakan {...., para utusan Allah untuk mereka, ketika saudara mereka Hūd berkata, Kenapa kalian tidak takut?"} (terhadap hukuman Allah atas kekufuran kalian kepadaNya.)

 {Sungguh, aku adalah rasul untuk kalian dari Tuhanku, yang menyuruh kalian untuk taat kepada-Nya dan memperingatkan kalian akan siksa-Nya jika kalian kufur, { yang amanat (menjaga), wahyu dan aja-
ran-Nya, ..} maka takutlah kepada Allah dengan menaati-Nya dan melaksanakan apa yang diperintahkan-Nya dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya, dan taatlah
kepadaku, terhadap yang kuperintahkan kepada kalian agar takut kepada Allah, dan memperingatkan kalian atas pembala-
san-Nya, (Dan aku tidak meminta imbalan kepadamu atas ajakan itu...,. Aku tidak menuntut imbalan dan balasan dari kalian atas perintahku supaya bertakwa kepada Allah. ...Imbalanku hanyalah dari Tuhan seluruh alam. Artinya, tidak ada imbalan bagiku atas nasihatku pada kalian melainkan dari Tuhan seluruh alam. (At-Tabari Jāmi'ul Bayāni An Ta'wili Ayi'l Qur āni, Juz 17, 1422 H/2001 M: 606).

- Riyāduş Şalihin :

Dari Abu Hurairah Ra., dia berkata, "Rasulullah Saw. memegang tanganku, lalu beliau bersabda, Allah Swt. menjadikan tanah pada hari sabtu, menancapkan gunung pada hari ahad, menumbuhkan pohon-pohon pada hari senin, menjadikan bahan-bahan mineral pada hari selasa, menjadikan cahaya pada hari rabu, menebarkan binatang pada hari kamis, dan menjadikan Adam As. pada hari jum'at setelah asar, yang merupakan pencíptaan paling akhir, yaitu saat-saat terakhir di hari jum'at antara waktu asar hingga malam. (HR Muslim).

Hadis di atas memberikan faedah tentang susunan penciptaan sebagian makhluk sebagaimana teks hadis di atas. (Dr. Muştafā Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttagina Syarhu Riyādis Sālihina, Juz 2. 1407 H/1987 M: 1258).

- Hadis Nabawi :

Dari Sulaiman bin Buraidah, dari ayahnya, dia berkata, "Apabila Rasulullah Saw. mengangkat seorang panglima atau komandan pasukan perang, beliau selalu mewasiatkan untuk selalu bertakwa kepada Allah Swt., kemudian beliau bersabda, 'Berperanglah dengan nama Allah untuk menegakkan agama di jalan Allah, perangilah orang-orang yang kafir kepada Allah, berperanglah kalian, dan janganlah kalian menipu, jangan mengkhianati janji, jangan membunuh seseorang dengan cara yang kejam, dan jangan membunuh anak-anak." (HR muslim, Sahih Muslim, Juz 3, No. Hadiš, 1731: 1356-
1357).

- Hadis Nabawi :

Dari Sulaiman bin Buraidah, dari ayahnya, dia berkata, "Apabila Rasulullah Saw. mengangkat seorang panglima atau komandan pasukan perang, beliau selalu mewasiatkan untuk selalu bertakwa kepada Allah Swt., kemudian beliau bersabda, 'Berperanglah dengan nama Allah untuk menegakkan agama di jalan Allah, perangilah orang-orang yang kafir kepada Allah, berperanglah
kalian, dan janganlah kalian menipu, jangan mengkhianati janji, jangan membunuh seseorang dengan cara yang kejam, dan jangan membunuh anak-anak," (HR muslim. Sahih Muslim, Juz3, No. Hadis, 1731: 1356-1357).

- Hadiš Qudsi :

Dari Abu Said Al-Khudri Ra., ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Allah Swt. berfirman kepada penghuni surga, Wahai penghuni surga! Penghuni surga menjawab, 'Kami mendengar dan kami memenuhi panggilan-Mu,'Allah Swt. berfirman, Telah puaskah kalian?"

Mereka menjawab, 'Bagaimana mungkin kami tidak puas sementara Engkau telah memberi kami yang belum pernah Engkau berikan kepada seorang pun dari makhluk-Mu." Maka Allah Swt. berfirman, Sekarang Aku beri kalian suatu hal yang lebih utama daripada itu."

Penghuni surga bertanya, Wahai Tuhanku, apa yang lebih utama dari semuanya itu? Allah Swt. berfirman, Kuhalalkan keridaan-Ku untuk kalian, dan Aku tidak murka kepada kalian selama-lamanya." (HR AI-Bukhāri, A-Jāmiu  Sahih Bukhāri, Juz 4 No. Hadiš 6549: 200).

- Penjelasan Surah Asy-Syu'ara Ayat 112-136 :

Ayat 112-122 meneruskan kisah Nabi Nuh dengan kaumnya. Nuh menjelaskan pengikutnya itu mulia di mata Allah, kendati tidak memiliki harta yang banyak dan kedudukan yang tinggi di masyarakat, karena mereka  beriman pada-Nya dan Rasul-Nya. Nuh tidak  mungkin mengusir kaum yang sudah beriman kepadanya karena berharap kepada para pembesar kaumnya akan menjadi pengikutnya. 

Melihat Nuh tidak henti-hentinya berdakwah, mereka bertekad untuk membunuhnya dengan cara dirajam. Lalu Nuh berdoa kepada Allah agar memutuskan perkaranya dengan kaumnya dan  menyelamatkannya beserta pengikutnya yang  Mukmin. Allah mengabulkan permintaan Nuh dan menyelamatkannya beserta para pengikutnya yang beriman dan menenggelamkan selain mereka. Peristiwa itu seharusnya menjadi pelajaran bagi manusia sesudah mereka. Sungguh demikian, Allah Mahaperkasa dan Maha Pengasih.

Ayat 123-136 menjelaskan kisah Nabi Hud dan kaum Ad yang kafir, tidak mau bertakwa pada Allah, tidak taat pada-Nya, pada Nuh, padahal Nabi Hud tidak mengutip bayaran apa pun dari mereka dan hanya berharap pahala dari Allah.  Mereka malah membangun bangunan tinggi  untuk kebanggaan diri serta istana-istana besar dengan harapan hidup kekal. Kalau menyiksa orang, mereka lakukan dengan kejam dan bengis. 

Nabi Hud dengan gencar mengajak mereka bertakwa pada Allah dan taat pada-Nya yang telah meanganugerahkan berbagai kebutuhan mereka; binatang ternak, anak-anak, kebun-kebun  dan mata air. Hud takut mereka ditimpa azab  besar jika masih tetap membangkang padanya dan pada Allah. Mereka malah menjawabnya: Bagi kami, sama  saja apakah diberi nasihat atau tidak, kami tidak akan beriman.

Minggu, 14 April 2024

Tadabbur Al Quran Hal. 371

Tadabbur Al-Quran Hal. 371
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Ash-Syu'ara ayat 94 :

فَكُبْكِبُوْا فِيْهَا هُمْ وَالْغَاوٗنَ ۙ

Maka mereka (sesembahan itu) dijungkirkan ke dalam neraka bersama orang-orang yang sesat,

- Tafsir Al Muyassar Ash-Syu'ara ayat 94 :

Maka mereka dikumpulkan dan dicampakkan ke dalam Jahanam di atas kepala mereka satu persatu sehingga mereka pun tinggal di sana,

- Tazkiyyatun Nafs :

Hati yang sehat ialah hati yang bersih. Pada hari kiamat nanti, tidak ada seorang pun yang bisa selamat kecuali jika dia datang kepada Allah dengan hati yang bersih. Tipe hati seperti ini disebut Qalbun Salim (hati yang bersih/sehat) sebagaimana firman Allah, (yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (Qalbun Salim). (QS Asy-Syu'arā, 26:88-89).

Disebut Qalbun Salim karena sifat bersih/sehat telah menyatu dengan hatinya, sebagaimana kata ALAlim, Al-Qadir (Yang Maha Mengetahui, Mahakuasa). Selain itu, hati yang sehat merupakan lawan dari hati yang sakit. Jadi, Qalbun Salim adalah hati yang selamat dari menyekutukan Allah dengan alasan apa pun, la mengikhlaskan penghambaan dan ibadah hanya kepada Allah, baik dalam kehendak, cinta, tawakal, Inabah (kembali), merendahkan diri, Khasyyah (takut), dan Raja' (berharap). la mengikhlaskan amalnya hanya untuk Allah.

Jika ia mencintai, ia mencintai karena Allah. Jika ia membenci, ia membenci karena Allah. Jika ia memberi, ia memberi karena Allah. Jika ia menolak, ia menolak karena Allah. Itu semua tidak cukup, ia pun harus terhindar dari tunduk dan berhukum kepada selain Rasulullah Saw. la harus mengikat hatinya untuk mengikuti dan tunduk kepada Rasulullah Saw. semata. Tidak kepada ucapan atau perbuatan siapa pun, baik itu ucapan hati berupa kepercayaan, ucapan lisan berupa berita tentang apa yang ada di dalam hati, perbuatan hati berupa keinginan, cinta, kebencian, serta hal lain yang berkaitan dengannya dan perbuatan anggota badan. Hatilah yang menjadi hakim bagi semua anggota badan dalam segala hal, baik kecil maupun besar. Hati harus mengikuti apa yang dibawa oleh Rasulullah Saw., sehingga tidak mendahuluinya, baik dalam kepercayaan, ucapan, maupun perbuatan, sebagaimana firman Allah, <Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya, dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui., (Q5 Al-Hujurat 49:1).

Artinya, janganlah engkau berkata sebelum beliau mengatakannya, janganlah berbuat sebelum beliau memerintahkannya. Sebagian salaf berkata, "Tidaklah suatu perbuatan -betapa pun kecilnya- kecuali akan dihadapkan pada dua pertanyaan: mengapa dan bagaimana." Maksudnya, mengapa engkau melakukannya dan bagaimana engkau melakukannya. Soal pertama menanyakan tentang sebab perbuatan, motivasi, atau faktor yang mendorongnya; apakah itu bertujuan jangka pendek untuk kepentingan pelakunya, bertujuan duniawi untuk mendapatkan pujian orang atau takut celaan mereka, agar dicintai atau tidak dibenci. Ataukah motivasi perbuatan tersebut untuk melakukan hak 'ubudiyah (penghambaan). Mencari kecintaan dan kedekatan kepada Allah Swt. dan mendapatkan Wasilah (kedekatan) dengan-Nya. (lbnul Qayyim Al Jauziyyah, lgāsatu'l Lahfāni fi Maşāyidi Asy Syaitāni, Juz 1, t.t.: 41-43).

- Riyāduş Şālihin :

Dari 'Aisyah Ra., ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Akan ada sepasukan tentara yang akan menyerang Ka bah. Ketika mereka sampai di Baida' di suatu bumi, mereka ditenggelamkan seluruhnya, mulai orang yang pertama hingga yang terakhir.' 'Aisyah Ra. berkata, "Aku bertanya, Wahai Rasulullah, bagaimana mereka ditenggelamkan seluruhnya, mulai orang yang pertama hingga yang terakhir, sedangkan di dalamnya ada pasukan perang mereka dan yang bukan dari golongan mereka (yang tidak punya maksud sama)? Beliau menjawab, "Mereka akan ditenggelamkan seluruhnya, mulai orang yang pertama hingga yang terakhir, kemudian mereka akan dibangkitkan pada hari kiamat sesuai dengan niat mereka masing-masing." (HR Muslim).

Hadiš di atas mengandung beberapa faedah:
(a) Manusia bersosialisasi menurut tujuannya masing-masing, berupa kebaikan ataukah kejelekan. Ini merupakan peringatan agar tidak bergaul dengan orang zalim dan durhaka.
(b) Anjuran untuk bersahabat dengan orang baik.
(Dr. Muştafā Said Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādis Şālihina, Juz 1, 1407 H/1987 M: 201).

- Medical Hadiš :

Dari Jābir Ra., ia berkata, "Rasulullah Saw. mengutus kami sebanyak tiga ratus penunggang kuda dan pemimpin kami ketika itu adalah Abu "Ubaidah bin Jarrah Ra., untuk mengintai unta milik orang Quraisy. Kemudian kami bermukim di pantai selama setengah bulan, hingga kami merasa sangat lapar. Akhirnya kami memakan daun-daunan yang gugur. Karena itu pasukan kami tersebut dinamai pasukan Khabat (daun yang guqur). Tiba-tiba laut melemparkan ikan yang disebut Al-Anbar, Kami pun makan dari ikan tersebut selama setengah bulan. Dari tubuhnya yang penuh lemak, kami oleskan ke sekujur tubuh kami hingga tubuh kami pulih kembali." (HR Al-Bukhāri.-Muslim). (lbnu'l Qayyim AIJauziyyah, At-Tibbun Nabawi, t.t.: 124-127).

- Tibbun Nabawi :

Khasiat Anbar

Anbar termasuk salah satu jenis wewangian atau parfum. Dilihat dari aspek kualitasnya Anbar menempati urutan kedua setelah Misk (kesturi), karena Misk merupakan wewangian yang paling baik, sebagaimana disabdakan oleh Nabi Saw., "Minyak wangi kesturi adalah sebaik-baik minyak wangi.(HR Muslim).

Minyak Anbar banyak jenisnya, demikian pula warnanya cukup beragam: putih, kelabu, merah, kuning, hijau, biru, hitam, dan warna kombinasi. Namun, yang terbaik ialah 'Anbar berwarna kelabu, lalu berwarna biru, dan selanjutnya berwarna kuning. Sedangkan yang terburuk ialah yang berwarna hitam.

Orang-orang berbeda pendapat tentang bahan atau zat asalnya. Sebagian berpendapat bahwa Anbar berasal dari tanaman yang tumbuh di jurang lautan yang ditelan oleh sebagian binatang laut, lalu dimuntahkan sebagai kotoran, kemudian terbawa ke pantai oleh ombak laut.

Anbar bersifat panas dan kering. Berkhasiat untuk. menguatkan jantung, otak, panca indera, dan organ tubuh yang lainnya. Dapat menyembuhkan stroke, penyakit-penyakit lendir, sakit perut, dan lain-lain. (bnu'l Qayyim Al-Jauziyyah, Zãdul Ma ãdi fi Hadyi Khayri'l 1bādi, Juz 4, t.t.: 341-343).

- Tadabbur Surah Asy-Syu'ara Ayat 84-111 :

Ayat 85-104 meneruskan ayat sebelumnya terkait doa atau permintaan Ibrahim kepada Allah. Ia meneruskan doanya  agar Allah jadikan ia teladan yang baik, khususnya terkait dengan dakwah tauhid, sampai akhir zaman, masuk surga Naim, ampunan bagi bapaknya yang sesat. (Terkait doa Ibrahim minta ampunan untuk orang tuanya yang masih kafir atau musyrik, lihat penjelasannya pada surah At-Taubah: 114.) 

Ibrahim juga bermohon kepada Allah agar tidak dihinakan pada hari kebangkitan. Pada hari itu tidak berguna lagi harta dan anak, kecuali yang datang dengan hati atau keimanan yang bersih dari syirik. Pada hari itu, surga didekatkan bagi orang yang bertakwa. Sedangkan neraka didekatkan bagi orang yang sesat. Berhala-berhala yang mereka sembah tidak bisa menolong mereka sedikit pun. Semua  berhala dan para penyembahnya dijungkirkan muka mereka ke dalam neraka. Begitu juga para pengikut Iblis mengalami nasib yang sama. 

Saat itu mereka menyadari kekeliruan menyekutukan Allah dan kesesatan yang mereka yakini dan praktekkan. Tidak ada teman yang bisa menolong. Mereka menyesal dan berharap dapat kembali ke dunia agar dapat menjadi Mukmin. Allah angkat kasus ini agar menjadi tanda kebesaran dan kasih sayang-Nya kepada manusia. Namun kebanyakan manusia tidak beriman. Sungguh Allah Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.

Ayat 105-111 menjelaskan kaum Nuh yang kafir padanya. Pernyataan Nuh bahwa ia adalah Rasul yang tepercaya, seruannya agar mereka bertakwa pada Allah dan menaatinya, mereka tolak  sambil berkata: Mana mungkin kami beriman kepada Anda, sedangkan para pengikut Anda adalah orang-orang yang rendahan?

Sabtu, 13 April 2024

Meminta-minta Adalah Perbuatan yang Dilarang Oleh Islam

One Day One Hadits (300)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Meminta-minta Adalah Perbuatan yang Dilarang  Oleh Islam

 عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما قال قال النبي صلى الله عليه وسلم مَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَسْأَلُ النَّاسَ حَتَّى يَأْتِىَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَيْسَ فِى وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ

Dari Abdullah bin Umar radhiAllah anhuma berkata, bersabda rasulullah sallahu alaihi wa salam :
 ”Jika seseorang meminta-minta (mengemis) pada manusia, ia akan datang pada hari kiamat tanpa memiliki sekerat daging di wajahnya.”( Muttafaqun alalahi) 

Pelajaran yang terdapat di dalam hadist :

1. Dalam ajaran Islam, meminta-minta adalah perbuatan yang seharusnya tidak dilakukan. Jika menginginkan sesuatu, setiap umat diajarkan untuk selalu bekerja keras dengan cara yang halal dan baik.

2. Orang yang meminta-minta bisa dikatakan sebagai pengemis. Ada sebuah hadis yang menjelaskan bahwa, jika seseorang melakukan hal tersebut, maka ia akan datang pada hari kiamat dalam keadaan hina tanpa memiliki wajah di hadapan Allah Swt.

3. Rasulullah ﷺ mengajarkan kita semua untuk mengadu hanya kepada Allah Swt. Kita semua hanya boleh menggantungkan pengharapan dan pertolongan kepada Allah Swt semata.
Dalam hadis Qudsi, Rasulullah ﷺ mengatakan, “Siapa yang memberikan jaminan kepada-Ku bahwa dia tidak akan meminta sesuatu kepada orang lain. Maka, Aku juga menjamin untuknya surga.” (HR. Abu Daud dan Hakim)

4. Pertanyaannya, bagaimana jika berada dalam kondisi yang sangat terpaksa?.
Ada 3 kondisi di mana seseorang diperbolehkan untuk meminta-meminta, yakni:

a. Seseorang yang menanggung hutang orang lain, ia boleh meminta-minta sampai ia melunasinya.

b. Seseorang yang ditimpa musibah yang menghabiskan hartanya, ia boleh meminta-minta sampai ia mendapatkan sandaran hidup.

c. Seseorang yang ditimpa kesengsaraan hidup sehingga ada tiga orang yang berakal dari kaumnya berkata, ‘Si fulan benar-benar telah tertimpa kesengsaraan’, maka boleh baginya meminta-minta sampai mendapatkan sandaran hidup.
Hal ini pernah dirasakan salah seorang sahabat, Qabishah bin Mukhariq Al Hilal yang disebutkan dalam HR. Muslim:

يَا قَبِيصَةُ إِنَّ الْمَسْأَلَةَ لاَ تَحِلُّ إِلاَّ لأَحَدِ ثَلاَثَةٍ رَجُلٍ تَحَمَّلَ حَمَالَةً فَحَلَّتْ لَهُ الْمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيبَهَا ثُمَّ يُمْسِكُ وَرَجُلٍ أَصَابَتْهُ جَائِحَةٌ اجْتَاحَتْ مَالَهُ فَحَلَّتْ لَهُ الْمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيبَ قِوَامًا مِنْ عَيْشٍ – أَوْ قَالَ سِدَادًا مِنْ عَيْشٍ – وَرَجُلٍ أَصَابَتْهُ فَاقَةٌ حَتَّى يَقُومَ ثَلاَثَةٌ مِنْ ذَوِى الْحِجَا مِنْ قَوْمِهِ لَقَدْ أَصَابَتْ فُلاَنًا فَاقَةٌ فَحَلَّتْ لَهُ الْمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيبَ قِوَامًا مِنْ عَيْشٍ – أَوْ قَالَ سِدَادًا مِنْ عَيْشٍ – فَمَا سِوَاهُنَّ مِنَ الْمَسْأَلَةِ يَا قَبِيصَةُ سُحْتًا يَأْكُلُهَا صَاحِبُهَا سُحْتًا

Artinya: “Wahai Qabishah, sesungguhnya meminta-minta itu tidak halal kecuali untuk tiga orang: 
(1) seseorang yang menanggung hutang orang lain, ia boleh meminta-minta sampai ia melunasinya, 
(2) seseorang yang ditimpa musibah yang menghabiskan hartanya, ia boleh meminta-minta sampai ia mendapatkan sandaran hidup, dan 
(3) seseorang yang ditimpa kesengsaraan hidup sehingga ada tiga orang yang berakal dari kaumnya berkata, ‘Si fulan benar-benar telah tertimpa kesengsaraan’, maka boleh baginya meminta-minta sampai mendapatkan sandaran hidup. Meminta-minta selain ketiga hal itu, wahai Qabishah adalah haram dan orang yang memakannya berarti memakan harta yang haram."

5. Dengan demikian, tidak ada alasan untuk meminta-meminta kepada orang lain. Kecuali, dengan tiga kondisi yang disebutkan dalam hadis tersebut. Namun, sebenarnya yang dibutuhkan bukanlah uang recehan, melainkan pendidikan dari para pemimpin dan perhatian mereka terhadap lingkungan sosial.
Rasulullah ﷺ pernah memberikan contohnya. Kala itu, Rasulullah mendapati seorang pengemis muda yang badannya segar bugar. Rasulullah pun menanyakan, apakah masih ada harta yang ia miliki. Dijawab oleh pemuda itu, hanya mempunyai sehelai kain yang sudah usang.
Rasulullah menyuruhnya untuk pulang mengambil kain tersebut. Kemudian Rasulullah melelang kain tersebut di hadapan beberapa orang sahabat.
Salah seorang sahabat membelinya dengan harga cukup tinggi. Dia bermaksud bersedekah kepada pemuda yang menjadi pengemis tadi. Uang hasil lelang itu diserahkan oleh Rasulullah ﷺ kepada si pengemis seraya menyuruhnya membeli kapak. Setelah itu, ia tak lagi menjadi pengemis. Ia memulai profesi baru sebagai tukang kayu hingga akhirnya bisa mencukupi kebutuhan sehari-harinya.
Rasulullah ﷺ pun bersabda, “Sungguh orang yang mau membawa tali atau kapak, kemudian mengambil kayu bakar dan memikulnya di atas punggungnya, itu lebih baik dari orang yang mengemis kepada orang kaya, kemudian dia diberi atau ditolak.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Tema hadist yang berkaitan dengan al quran :

- Seorang muslim hendaknya harus punya sifat menjaga diri tidak mau meminta-minta. 
Yakni kaum Muhajirin yang menyibukkan diri mereka untuk membela Allah dan Rasul-Nya serta tinggal di Madinah, sedangkan mereka tidak mempunyai usaha yang dijadikan pegangan untuk mencukupi diri mereka sendiri.mereka tidak dapat bepergian untuk usaha mencari penghidupan. Istilah ad-darbu fil ardi adalah bepergian,orang yang tidak mengetahui perihal dan keadaan mereka pasti menduga bahwa mereka adalah orang-orang kaya karena mereka memelihara dirinya melalui pakaian, keadaan, dan ucapan mereka.

 لِلْفُقَرَاءِ الَّذِينَ أُحْصِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا يَسْتَطِيعُونَ ضَرْبًا فِي الأرْضِ يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ تَعْرِفُهُمْ بِسِيمَاهُمْ لَا يَسْأَلُونَ النَّاسَ إِلْحَافًا وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ 

 (Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari meminta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kalian nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui. (Al Baqoroh :273).

Jumat, 12 April 2024

Bahaya Syirik

Tematik (197)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ


BISMILLAH.WAHAI UMAT ISLAM YANG BERIMAN.DISAAT HARI LEBARAN MAUPUN HARI KAPAN SAJA.JIKA MELEWATI SUATU JALAN YANG ADA JEMBATANNYA.TIDAK PERLU MEMILIKI KEYAKINAN BATIL KESYIRIKAN SEPERTI DIBAWAH INI.MELEMPARKAN ATAU MEMBERIKAN SESAJEN UANG KOIN.AGAR TIDAK DIGANGGU JIN DAN DIBERINYA KESELAMATAN,TERHINDAR DARI MALAPETAKA.MERUSAK AQIDAH TAUHID DAN AKAL WARAS KAUM MUSLIMIN.

Padahal Islam mengajarkan bahwa meminta perlindungan disertai dengan bergantungnya hati hanya boleh ditujukan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala semata,tidak boleh pada selain-Nya.Jika hati berpaling pada selain-Nya, maka seseorang terjatuh dalam perbuatan syirik.Wal ‘iyadzu billah.Ketika Melewati Tempat Angker Isti’adzah adalah Ibadah Sebagai tanda bahwa meminta perlindungan(isti’adzah) termasuk ibadah karena di dalamnya berisi permintaan. Dan setiap permintaan adalah do’a (Lihat At Tamhid, hal. 168).

Allah Ta’ala berfirman,

وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

“Dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. Fushilat: 36).

Begitu pula dalam ayat,

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ

“Katakanlah: aku berlindung kepada Rabb manusia” (QS. An Naas: 1).

Penulis Fathul Majid, Syaikh ‘Abdurrahman Alu Syaikh rahimahullah berkata,

فما كان عبادة لله فصرفه لغير الله شرك في العبادة ، فمن صرف شيئاً من هذه العبادات لغير الله جعله شريكاً لله في عبادته ونازع الرب في إلهيته كما أن من صلى لله صلى لغيره يكون عابداً لغير الله ، ولا فرق

“Segala bentuk peribadahan pada Allah jika dipalingkan kepada selain Allah, maka termasuk syirik dalam hal ibadah. Siapa saja yang memalingkan salah satu ibadah kepada selain Allah, maka ia berarti telah menjadikan Allah sekutu dalam ibadah. Ia benar-benar telah menantang Allah dalam hal ilahiyah (peribadahan). Sebagaimana siapa yang shalat kepada selain Allah, maka ia menjadi hamba bagi selain Allah tersebut. Tidak ada beda sama sekali dengan hal tadi.”

Artinya, barangsiapa yang meminta perlindungan (beristi’adzah) pada selain Allah, ia berarti telah terjatuh pada kesyirikan. Karena isti’adzah adalah ibadah.

Isti’adzah yang Berbau Syirik
Untuk memahami hal ini, perlu dipahami bahwa isti’adzah (meminta perlindungan) ada dua macam:

Amalan zhohir (lahiriyah), yaitu meminta perlindungan agar dilindungi atau selamat dari kejahatan atau kejelekan.
Amalan batin, yaitu disertai dengan hati yang tenang dan hati amat bergantung pada yang dimintai perlindungan.
Jika isti’adzah terkumpul dua amalan di atas, maka isti’adzah hanya boleh ditujukan pada Allah, tidak boleh pada selain-Nya sebagaimana kata sepakat para ulama (alias: ijma’). Sehingga jika ada yang menyalahinya, maka ia terjatuh dalam kesyirikan. Namun jika isti’adzah hanya terdapat amalan zhohir saja, maka boleh ditujukan pada makhluk selama makhluk tersebut mampu memberikan perlindungan.

Kita dapat mengatakan bahwa isti’adzah kepada selain Allah termasuk syirik akbar karena terdapat bentuk pemalingan ibadah kepada selain Allah. Namun jika isti’adzah yang dilakukan dalam lahiriyah (zhohir) saja, sedangkan hati masih bergantung pada Allah dan berprasangka baik pada Allah, makhluk hanyalah sebab semata, maka seperti ini boleh (Lihat penjelasan dalam At Tamhid, 169-170).

Meminta Perlindungan pada Tempat Angker
Allah Ta’ala berfirman,

وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الْإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا

“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan” (QS. Al Jin: 6).

Ada dua tafsiran di antara para ulama mengenai ayat di atas. Sebagaimana pendapat Maqotil, maksud ayat tersebut adalah manusia menambah kesombongan pada jin dikarenakan manusia meminta perlindungan pada jin.

Tafsiran lainnya menyebutkan, jin menambah pada manusia kekeliruan dan mereka akhirnya melampaui batas. Hal ini sebagaimana pendapat Az Zujaj. Abu ‘Ubaidah berkata, “Jin menjadikan manusia bertambah keliru dan melampaui batas”. Ibnu Qutaibah berkata, “Jin menjadikan manusia sesat”. Yang dimaksud “rohaqo” asalnya adalah ‘aib (cacat). Sehingga kadang ada yang menyebut, “Fulan memiliki rohaqo dalam agamanya (maksudnya: memiliki cacat dalam agamanya)” (Lihat Zaadul Masiir, 8: 379).

Abul ‘Aliyah, Robi’ dan Zaid bin Aslam berkata bahwa makna rohaqo adalah takut.

Ini berarti setan malah membuat manusia menjadi takut, bukan malah bertambah tenang.

Dari Al ‘Aufi, dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata, “Setan menambah dosa pada manusia”. Demikian pula kata Qotadah.

Mujahid berkata, “Orang kafir malah semakin melampaui batas (dalam dosa)”

As Sudi berkata, “Dahulu ada seseorang yang keluar dengan keluarganya, lalu ia melewati suatu tempat dan mampir di sana. Lalu ia berkata, “Aku berlindung dengan tuan penjaga lembah ini dari kejahatan jin yang dapat membahayakan harta, anak dan perjalananku”. As Sudi berkata, “Jika dia meminta perlindungan pada selain Allah ketika itu, maka jin akan semakin menyakitinya.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14: 148).

Penafsiran-penafsiran di atas menunjukkan bagaimana keadaan yang sama untuk saat ini. Sebagian orang karena saking takutnya kepada tempat-tempat angker, pohon beringin, kuburan atau makam, akhirnya ketika melewati tempat tersebut, keluarlah ucapan, “Mbah aku wedi, tolong lindungi aku (mbah –yang dimaksud adalah penjaga tempat angker-, aku takut, tolong lindungi aku)”. Atau dengan ucapan semisal itu. Yang sebenarnya yang membuat mereka menjadi bertambah takut adalah jin atau setan itu sendiri, bukan yang lain. Ada yang sampai saking takutnya, akhirnya ia melakukan amalan tertentu. Mungkin ada yang beri wasiat “Pokoknya jika lewat pohon beringin tersebut lampu motor harus mati” atau “Jika lewat tempat tersebut harus lari kencang”. Atau ada yang meminta perlindungan dengan memakai jimat-jimat dan rajah. Seharusnya yang menjadi tempat meminta perlindungan adalah Allah, bukan pada makhluk yang hina. Ingatlah,

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath Tholaq: 3). Sebenarnya, setan yang malah jadi ketakutan jika kita menggantungkan hati pada Allah. Beda halnya jika yang menjadi sandaran adalah makhluk yang hina.

Mintalah Perlindungan pada Allah Ketika Melewati Tempat Angker
Yang diajarkan dalam Islam adalah ketika kita mampir di suatu tempat, mintalah perlindungan pada Allah. Kholwah binti Hakim As Sulamiyyah berkata bahwa ia pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ نَزَلَ مَنْزِلاً ثُمَّ قَالَ أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ. لَمْ يَضُرُّهُ شَىْءٌ حَتَّى يَرْتَحِلَ مِنْ مَنْزِلِهِ ذَلِكَ

“Barangsiapa yang singgah di suatu tempat lantas ia mengucapkan “a’udzu bi kalimaatillahit taammaati min syarri maa kholaq” (Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk yang diciptakanNya)”, maka tidak ada sama sekali yang dapat memudhorotkannya sampai ia berpindah dari tempat tersebut” (HR. Muslim no. 2708).

Dzikir di atas termasuk di antara bacaan dzikir petang yang bisa dirutinkan setiap harinya. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَالَ حِينَ يُمْسِى ثَلاَثَ مَرَّاتٍ أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ لَمْ يَضُرَّهُ حُمَةٌ تِلْكَ اللَّيْلَةَ

“Barangsiapa mengucapkan ketika masaa’ “a’udzu bi kalimaatillahit taammaati min syarri maa kholaq” (Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk yang diciptakanNya) sebanyak tiga kali, maka tidak ada racun yang akan membahayakannya.” Suhail berkata, “Keluarga kami biasa mengamalkan bacaan ini, kami mengucapkannya setiap malam.” Ternyata anak perempuan dari keluarga tadi tidak mendapati sakit apa-apa. (HR. Tirmidzi, beliau mengatakan hadits ini hasan).

Inilah keutamaan meminta perlindungan dengan kalimat Allah. Do’a tersebut berisi meminta perlindungan pada Allah dari makhluk yang jahat.

Jadi bukan dengan meminta perlindungan pada penjaga atau si mbau rekso dari tempat yang angker. Seorang muslim haruslah meminta perlindungan pada Allah semisal ketika melewati tempat yang dikatakan angker. Karena hati akan semakin tenang dengan bergantungnya hati pada Allah. Dan dengan sebab itu Allah akan beri jalan keluar.

Ya Allah, lindungilah kami dari segala macam kesyirikan dan jadikanlah kami sebagai hamba  yang dapat terus mentauhidkan-Mu.

Dahsyatnya Bahaya Kesyirikan

Berikut ini beberapa dalil dari Al Quran maupun As Sunnah yang hendaknya kita perhatikan dengan seksama. Dalil-dalil itu akan menggambarkan kepada kita sebuah gambaran mengerikan dan sangat menakutkan tentang dahsyatnya bahaya kesyirikan. Semoga Allah menyelamatkan diri kita darinya.

Pertama, Dosa syirik tidak akan diampuni oleh Allah. Allah ta’ala berfirman,

إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاءُ

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik kepada-Nya, dan Dia akan mengampuni dosa lain yang berada di bawah tingkatan syirik bagi siapa saja yang dikehndaki oleh-Nya.” (QS. An Nisaa’: 48 dan 116)

Kedua, Allah mengharamkan surga dimasuki oleh orang yang berbuat syirik. Allah ta’ala berfirman,

إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللّهُ عَلَيهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ

“Sesungguhnya barangsiapa yang mempersekutukan Allah maka sesungguhnya Allah telah mengharamkan surga baginya dan tempat kembalinya adalah neraka, dan tiada seorang penolongpun bagi orang-orang zhalim tersebut.” (QS. Al Maa’idah: 72)

Ketiga, seorang musyrik akan kekal berada di dalam siksa neraka. Allah ta’ala berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُوْلَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dari kalangan ahli kitab dan orang-orang musyrik berada di dalam neraka Jahannam dan kekal di dalamnya, mereka itulah sejelek-jelek ciptaan.” (QS. Al Bayyinah: 6)

Keempat, dosa kesyirikan akan menghapuskan semua pahala amal shalih, betapapun banyak amal tersebut. Allah ta’ala berfirman,

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada para Nabi sebelum engkau, ‘Jika kamu berbuat syirik maka pastilah seluruh amalmu akan lenyap terhapus dan kamu benar-benar akan termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Az Zumar: 65)

Kelima, syirik adalah kezhaliman yang paling zalim. Allah ta’ala berfirman,

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Sesungguhnya syirik itu adalah kezhaliman yang sangat besar.” (QS. Luqman: 13)

Allah ta’ala juga berfirman,

لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ

“Sungguh Kami telah mengutus para utusan Kami dengan keterangan-keterangan, dan Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca supaya manusia menegakkan keadilan.” (QS. Al Hadiid: 25)

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Allah memberitakan bahwa Dia mengutus para Rasul-Nya, menurunkan kitab-kitabNya agar manusia menegakkan yaitu keadilan. Salah satu di antara keadilan yang paling agung adalah tauhid. Ia adalah pokok terbesar dan pilar penegak keadilan. Sedangkan syirik adalah kezaliman yang sangat besar. Sehingga syirik merupakan kezaliman yang paling zalim, sedangkan tauhid merupakan keadilan yang paling adil…” (Ad Daa’ wad Dawaa’, hal. 145)

Keenam, syirik merupakan dosa terbesar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya kepada para sahabatnya yang artinya, “Maukah kalian aku kabarkan tentang dosa-dosa yang paling besar?” (beliau ulangi pertanyaan itu tiga kali) Maka para sahabat menjawab, “Mau ya Rasulullah.” Lalu beliau bersabda, “Berbuat syirik terhadap Allah dan durhaka kepada kedua orang tua…” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ketujuh, orang yang berbuat syirik sehingga murtad maka menurut ketetapan syariat Islam dia berhak dihukum bunuh. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Tidak halal menumpahkan darah seorang muslim kecuali dengan satu di antara tiga penyebab: seorang yang sudah menikah tapi berzina, seorang muslim yang membunuh saudaranya (seagama) atau orang yang meninggalkan agamanya sengaja memisahkan diri dari jama’ah (murtad dari Islam).” (HR. Bukhari dan Muslim). Beliau juga bersabda, “Barang siapa yang mengganti agamanya maka bunuhlah dia.” (HR. Ahmad dan Bukhari)

Kedelapan, amal yang tercampur dengan syirik akan sia-sia dan sirna sebagaimana debu-debu yang beterbangan disapu oleh angin. Allah ta’ala berfirman,

وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاء مَّنثُوراً

“Dan Kami akan hadapi semua amal yang pernah mereka amalkan (sewaktu di dunia) kemudian Kami jadikan amal-amal itu sia-sia seperti debu-debu yang beterbangan.” (QS. Al Furqan: 23)

Kesembilan, orang yang berbuat syirik dalam beramal maka dia akan ditelantarkan oleh Allah. Allah ta’ala berfirman dalam sebuah hadits qudsi yang artinya, “Aku adalah Zat yang Maha Kaya dan paling tidak membutuhkan sekutu, oleh sebab itu barang siapa yang beramal dengan suatu amalan yang dia mempersekutukan sesuatu dengan-Ku di dalam amalnya itu maka pasti Aku akan telantarkan dia bersama kesyirikannya itu.” (HR. Muslim)

Kesepuluh, bahaya syirik lebih dikhawatirkan oleh Nabi daripada bahaya Dajjal. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Maukah kalian aku beritahukan tentang sesuatu yang paling aku khawatirkan mengancam kalian dalam pandanganku dan lebih menakutkan daripada Al Masih Ad Dajjal?” Maka para sahabat menjawab, “Mau (ya Rasulullah).” Beliau pun bersabda, “Yaitu syirik yang samar. Apabila seseorang mendirikan shalat sambil membagus-baguskan shalatnya karena dia melihat ada orang lain yang memperhatikan shalatnya.” (HR. Ahmad)

Rabu, 10 April 2024

Tadabbur Al-Quran Hal. 370

Tadabbur Al-Quran Hal. 370
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Ash-Syu'ara ayat 64 :

وَاَزْلَفْنَا ثَمَّ الْاٰخَرِيْنَ ۚ

Dan di sanalah Kami dekatkan golongan yang lain. [589]

- [589] Yang dimaksud dengan "Golongan yang lain" ialah Fir'aun dan kaumnya. Maksud ayat ini ialah dibagian yang terbelah itu Allah mendekatkan antara Fir'aun dan kaumnya dengan Nabi Musa dan Bani Israil.

- Tafsir Al Muyassar Ash-Syu'ara ayat 64 :

Dan Kami membawa Fir'aun dan bala tentaranya mendekat sehingga mereka masuk ke dalam lautan.

- Kisah Nabi & Rasul :

Ketika masalah yang dihadapi Musa As. berkepanjangan, Allah mewahyukan kepadanya supaya membawa Bani Isrāil (keluar dari Mesir) serta membawa Tābut Yusuf bin Ya'qūb dan menguburnya di tanah Muqaddas (Baitul Maqdis). Maka Musa As. pun menanyakan tentang Tābut dan tidak ada seorang pun yang mengetahuinya kecuali seorang perempuan tua. Perempuan itu memberi tahu Musa bahwa Tābūt itu berada di sungai Nil. 

Kemudian Musa As. mengeluarkan dari dalam sungai sebuah peti yang terbuat dari marmer. Lalu Musa memerintahkan Bani Isrāil untuk meminjam perhiasan-perhiasan Qibți sedapat mungkin dan mereka pun melaksanakan perintah Musa dengan mengambil perhiasan-perhiasan itu dalam jumlah yang banyak. Ketika malam hari tiba, Musa As. dan Bani Isrāi pergi keluar sedangkan orang-orang Qibti tidak mengetahuinya. Bani Isrāil yang ikut kepada Musa As. berjumlah enam ratus dua puluh ribu orang. Musa As. berada di bagian paling belakang, sedangkan Harun As. berada di bagian paling depan. (Tatkala kabar kepergian Musa dan Bani Israil sampai kepada Firaun), Firaun (dan bala tentaranya) menyusulnya. Sedangkan Hāmān berada di barisan yang paling depan. Maka ketika kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa, "Kita benar-benar akan tersusul. Wahai Musa! Sebelum kamu datang kami sudah disakiti, begitu pula setelah kamu datang kepada kami; pertama mereka telah membunuh anak-anak laki-laki kami dan membiarkan hidup anak-anak perempuan kami, sekarang Fir 'aun menyusul kami dan akan membunuh kami semua." Musa menjawab, "Sekali-kali tidak akan (tersusul); sesungguhnya Tuhanku bersamaku, Dia akan memberi petunjuk kepadaku."

Pada saat Bani Isrāil sudah sampai di tepi laut, sedangkan Fir'aun sudah berada di belakang, Bani Isrāil berkeyakinan bahwa mereka akan binasa. Musa As. pun segera maju ke depan dan memukul laut dengan tongkatnya, maka laut pun terbelah. Setiap belahan ibarat gunung yang sangat besar hingga menjadi dua belas jalan. Setiap jalan dilalui oleh dua belas keturunan (Bani Israi sampai mereka keluar dari laut itu. Tatkala Fir'aun dan pengikut-pengkutnya sudah dekat ke laut, ia berkata kepada pengikut-pengikutnya, Tidakkah kalian lihat laut ini, sungguh telah dibelahkan dan dibukakan bagiku hingga aku depat menyusul musuh-musuhku! Pada saat Firaun dan pengikutnya sudah berada di mulut jalan (yang akan dilaluinya), kuda mereka tidak mau berjalan. Maka Jibril turun menunggangi kuda betina yang sangat lembut, aroma harumnya pun tercium oleh kuda-kuda mereka. Mulailah kuda-kuda mereka mengikuti bekas kuda Jibril. Sehingga yang paling depan hampir sampai dan yang paling belakang sudah masuk ke jalan dalam laut. Kemudian, laut pun diperintahkan untuk membinasakan mereka. Dibenturkanlah air kepada mereka sehingga mereka tenggelam. Kejadian itu disaksikan oleh Bani Israil. (lbnu Aśir Al-Jazari, Al-Kāmi fit Tārikhi, Jilid 1: 143-144).

- Riyāduş Şālihin :

Dari lbnu Abbas Ra., ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Barangsiapa senantiasa beristigfar, maka pasti Allah akan selalu memberikan kepadanya jalan keluar dari setiap kesempitan, memberi kelapangan dari segala kegundahan, dan memberikan rezeki dari arah yang tidak ia duga." (HR Abu Dāwud).

Hadis di atas memberikan faedah yaitu anjuran untuk memelihara doa yang disertai dengan istigfar agar memperoleh manfaat baik di dunia maupun akhirat. (Dr. Muştafāsa id Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyadiş sālihina, Juz 2, 1407 H/1987 M: 1278).

- Hadiš Nabawi :

Dari Ibnu Abbās Ra., ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Aku pernah diberitahu oleh malaikat Jibril, "Seandainya engkau melihatku pada saat aku mengambil tanah lumpur dan memasukkannya ke dalam mulut Fir aun, karena aku khawatir ia akan mendapatkan rahmat." Di dalam riwayat lain, disebutkan perkataan Firaun, "Aku percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Isrāl." (HR Abu Dāwud At-Tayālisi), (Abu'l Fidā Al-Qurasyi, Qişasul Anbiyā, 1417 H/1977 M, : 443-444) Syaikh Al-Albāni mengatakan bahwa hadis ini Sahih, dalam Sahih Al-Jāmi no. 4353.

- Nasihat & Pelajaran :

Firaun tertegun dan tidak mau bergerak maju, ketika melihat laut terbelah dan melihat Musa As. dan Bani lsrail telah melintasinya Dalam hatinya tersirat keyakinan (yang sebelumnya ia ragukan) bahwa terbelahnya lautan hanya mungkin dilakukan oleh Tuhan Pemilik 'Arsy yang Mulia.

Dalam keadaan yang sangat mengkhawatirkan seperti itu, Firaun tetap saja berniat untuk mengejar Bani Isräil karena dia merasa sebagai pemimpin pasukannya.

Ketika Firaun dan bala tentaranya sudah berada dalam laut, Allah memerintahkan laut agar menenggelamkan mereka. Hal ini sebagai bukti nyata yang menunjukkan kekuasaan dan kebesaran Allah yang luar biasa serta kebenaran rasul Allah dengan segala apa yang mereka bawa dari Tuhannya (Abu'l Fidā A-Qurasyi, Qisaşul Anbiyā, 1417 H/1977 M,441-442),

- Penjelasan Surah Asy-Syu'ara Ayat 61-83 :

Ayat 61-68 meneruskan kisah Musa dan pengikutnya lari meninggalkan Mesir karena takut ancaman Fir’aun. Allah perintahkan Musa dan pengikutnya menuju ke Laut Merah. Begitulah cara  Allah menyelamatkan Musa dan pengikutnya dan memusnahkan Fir’aun, para pembesar dan prajuritnya. Musa dan pengikutnya dalam posisi yang amat sulit karena laut di hadapan mereka dan kelompok Fir’aun dan kelompok Musansudah saling melihat. Para  mengikut Musa yakin mereka akan tertangkap. Sedangkan Musa berbeda pendapat dengan mereka dan berkata: Tidak mungkin, sesungguhnya  Allah bersamaku, pasti aku ditunjuki-Nya jalan keluar.

Ternyata jalan keluarnya ialah Allah perintahkan Musa memukulkan tongkatnya ke laut dan saat itu juga laut itu terbelah. Musa dan pengikutnya  menyeberangi laut itu sampai ke seberang. Ketika Fir’aun melewati jalan yang sama, laut tersebut bertaut kembali sehingga Fir’aun bersama prajuritnya tenggelam semuanya.

Ayat 69-83 menjelaskan kisah Ibrahim  dengan bapak dan kaumnya; para penyembah berhala yang tidak bisa mendengar, melihat, memberi manfaat dan mudarat. Alasannya hanya karena tradisi nenek moyang, tanpa dasar akal sehat. Padahal Allahlah yang menciptakan manusia, memberi hidayah, memberi makan, minum, sakit, menyembuhkan, mematikan dan menghidupkan. Ibrahim adalah orang yang sangat berharap mendapatkan ampunan, hikmah atau kenabian dari Allah dan digabungkan dengan orang-orang saleh.

Selasa, 09 April 2024

Hakekat Dunia Bila Dibandingkan Dengan Akhirat

One Day One Hadits (299)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Hakekat Dunia Bila Dibandingkan Dengan Akhirat

المُسْتَوْردِ بنِ شَدَّادٍ  رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قََالَ رَسُولُ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
مَا الدُّنْيَا في الآخِرَةِ إِلاَّ مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ أُصْبُعَهُ فِي الْيَمِّ . فَلْيَنْظُرْ بِمَ يَرْجِعُ؟
رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Dari al-Mustaurid Ibn Syaddad ra. berkata: Rasulullah saw. bersabda:
Tidaklah dunia ini dibandingkan dengan akhirat, melainkan seperti jari yang dicelupkan salah seorang di antara kalian ke dalam air laut lalu ditarik kembali. Lihatlah, seberapa banyak air yang melekat di jarinya itu.
(HR Muslim).Hadis sahih, diriwayatkan oleh Muslim, hadis no. 5101; al-Tirmizi, hadis no. 2245; Ibn Majah, hadis no. 4098; Ahmad, hadis no. 17322, 17323 dan 17332.

Pelajaran yang terdapat didalam hadist :

1. Jika engkau ingin mengetahui hakikat dunia bila dibandingkan akhirat, maka letakkan jari telunjukmu ke lautan, kemudian angkatlah, lalu lihat apa yang masih tersisa (di telunjukmu)?! Tidak ada artinya air yang tersisa dibandingkan lautan itu.

2. Inilah arti dunia dibandingkan dengan akhirat dari sisi masanya yang pendek dan kelezatannya yang fana, serta kelanggengan akhirat dan kenikmatannya; hanya seperti air yang melekat pada telunjuk dibandingkan air laut yang tersisa.

3. Maka tidaklah nikmat kehidupan dunia dibandingkan akhirat itu kecuali sedikit. Sehingga, seluruh kenikmatan dan kelezatan dunia yang diberikan kepada seluruh makhluk, dinikmati oleh hamba dalam waktu singkat, diliputi dengan kekurangan dan dipenuhi oleh kekeruhan; digunakan manusia berhias dalam masa yang sebentar demi kesombongan dan ria, lalu ia akan binasa dengan cepat dan diikuti dengan kerugian dan penyesalan.

4. Dan apapun yang diberikan kepada kalian, maka (itu) hanyalah nikmat kehidupan dunia dan perhiasannya, dan apa yang ada di sisi Allah jauh lebih baik dan abadi. Tidakkah kalian menggunakan akal kalian?” Maka apa yang ada di sisi Allah berupa kenikmatan abadi, kehidupan yang menyenangkan, istana dan kegembiraan, itu lebih baik dan abadi; baik kualitas dan kuantitasnya. Ia kekal untuk selamanya.  

Tema hadist yang berkaitan dengan al quran :

- Agar manusia mengambil pelajaran dari perumpamaan ini yang menunjukkan akan lenyapnya dunia dari pemiliknya dengan cepat, tetapi mereka teperdaya olehnya, merasa yakin dan pasti bahwa diri mereka pasti dapat memetik hasilnya pada waktunya, tetapi akhirnya dunia luput dari mereka. Karena sesungguhnya watak dunia itu selalu lari dari orang yang memburunya dan selalu memburu orang yang menghindarinya.

إِنَّمَا مَثَلُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنزلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الأرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ النَّاسُ وَالأنْعَامُ حَتَّى إِذَا أَخَذَتِ الأرْضُ زُخْرُفَهَا وَازَّيَّنَتْ وَظَنَّ أَهْلُهَا أَنَّهُمْ قَادِرُونَ عَلَيْهَا أَتَاهَا أَمْرُنَا لَيْلا أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَاهَا حَصِيدًا كَأَنْ لَمْ تَغْنَ بِالأمْسِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى دَارِ السَّلامِ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ.

Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanam-tanaman) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang yang berpikir. Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga) dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).(Yunus:24-25).

Minggu, 07 April 2024

NGERINYA SIKSA DI NERAKA

Tematik (196)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

NGERINYA SIKSA DI NERAKA

Setiap kaum muslimin kelak pasti ingin masuk ke dalam surga dan enggan untuk masuk ke dalam neraka. Kenikmatan surga yang tak terkira menjadi motivasi bagi kita agar semangat untuk beramal shalih secara kontinyu. Sebaliknya azab neraka yang pedih sepatutnya menjadi kekhawatiran bagi kita agar kelak di akhirat tidak tersungukur ke dalamnya.

Lalu bagaimana gambaran siksaan di dalam neraka?

Penduduk Neraka

Manusia dan Jin merupakan makhluk yang akan dimasukan Allah ke dalam neraka (karena ingkar kepada-Nya), berdasarkan dalil tegas (nash) dari Al-Qur’an dan juga ijma’ ulama. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),

“Dan sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia.” (Q.S. Al-A’raf: 179)

“Masuklah kamu sekalian ke dalam neraka bersama umat-umat jin dan manusia yang telah terdahulu sebelum kalian.” (Q.S. Al-A’raf: 38) 

Bahan Bakar dan Penjaga Neraka

Bahan bakar neraka adalah manusia, jin dan bebatuan. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu: penjaganya  malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang  tidak  durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.S. At-Tahrim : 6)

“Dan di antara kami (Jin) ada yang Islam dan ada yang menyimpang dari kebenaran (maksiat atau kafir). Siapa yang Islam, maka mereka itu telah memilih jalan yang lurus. Dan adapun yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi bahan bakar bagi neraka Jahanam” (Q.S. Jin: 14-15)

Menunjukkan betapa dahsyatnya api neraka karena manusia yang dibakar di neraka ternyata mereka sendiri itulah yang menjadi salah satu komponen bahan bakar neraka.  Adapun batu yang dijadikan bahan bakar neraka, Ibnu Rajab rahimahullah menyebutkan bahwasanya mayoritas ahli tafsir berpendapat yang dimaksud dengan batu adalah batuan yang tersusun dari sulfur/belerang. Batu jenis ini memiliki lima kekhususan yaitu: cepat menyala, memunculkan bau yang tidak sedap, memicu asap yang banyak, mudah menempel di tubuh, dan sangat kuat panasnya apabila dipanaskan. (Al-Jannah wa An-Nar hal. 30-31).

Ayat di atas juga menunjukkan bahwasanya penjaga neraka adalah malaikat yang kasar lagi keras. Jumlah mereka ada sembilan belas. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga).” (Q.S. Al-Muddatsir: 30).

Makanan dan Minuman Penduduk Neraka

Para penghuni neraka juga diberikan makanan dan minuman, di antara makan mereka adalah dhari’ (pohon berduri) sebagaimana firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Tidak ada makanan bagi mereka selain dari pohon yang berduri.” (Q.S. Al-Ghasyiyah: 6)

Dhari’ merupakan pohon yang berduri jika seandainya diberikan kepada unta maka ia akan kesakitan. Wallahu A’lam.

Selain dhari’ mereka juga diberikan zaqqum. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh pohon zaqqum itu, makanan bagi orang yang banyak dosa. Seperti cairan tembaga yang mendidih di dalam perut, seperti mendidihnya air yang sangat panas.” (Q.S. Ad-Dukhan: 42-46)

Adapun minuman ahli neraka di antaranya adalah hamim yaitu air yang mendidih. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Samakah mereka dengan orang yang kekal dalam neraka, dan diberi minuman dengan hamim (air yang mendidih) sehingga ususnya terpotong-potong?” (Q.S. Muhammad: 15)

Syaikh Utsaimin rahimahullah menjelaskan bahwa kondisi saat itu mereka sangat kehausan dan kelaparan setelah penantian panjang selama 50.000 tahun di bawah terik matahari yang sangat panas (padang mahsyar), namun ketika mereka meminta minum justru hamim yang diberikan kepada mereka sehingga usus mereka terpotong-potong.

Selain itu, penghuni neraka juga akan diberikan minuman berupa gislin dan gassaq. Keduanya merupakan cairan-cairan yang keluar dari tubuh penghuni neraka jahanam. Cairan tersebut ada yang keluar dari kemaluan, ada yang berupa nanah, darah, kotoran semuanya dikumpulkan dan diminumkan kembali kepada mereka, Wal’iyyadzubillah (Lihat H.R. Abu Daud no. 3680, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Abu Daud). 

Pakaian Penduduk Neraka

Allah menyebutkan tentang pakaian penduduk neraka di beberapa tempat dalam Al-Quran. Di antaranya firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Pakaian mereka dari cairan aspal, dan wajah mereka ditutup oleh api neraka.” (Q.S. Ibrahim : 50)

Allah Ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Inilah dua golongan (golongan mukmin dan kafir) yang bertengkar, mereka bertengkar mengenai Tuhan mereka. Maka bagi orang kafir akan dibuatkan pakaian-pakaian dari api (neraka) untuk mereka.” (Q.S. Al-Hajj : 19)

Rasulullah shalallahu ’alahi wa sallam juga menyebutkan pakaian mereka yang berlumuran cairan tembaga bagi orang yang meratapi kematian melalui sabdanya “Orang yang melakukan niyahah (meratapi kematian seseorang), bila ia mati sebelum bertaubat, maka ia akan dibangkitkan pada hari kiamat dan ia dikenakan pakaian yang berlumuran dengan cairan tembaga, serta mantel yang bercampur dengan penyakit gatal.” (H.R. Muslim No. 934)

Kulit Penduduk Neraka

Di antara bentuk siksaan fisik terhadap para penduduk neraka yaitu Allah Ta’ala akan menghanguskan kulit mereka. Allah Ta’ala  berfirman (yang artinya), “Sungguh, orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti dengan kulit yang lain (yang baru), agar mereka merasakan azab. Sungguh, Allah Maha-perkasa, Maha bijaksana.” (Q.S. An-Nisa’ 56)

Wajah Penduduk Neraka

Di antara siksaan terhadap wajah-wajah para penduduk neraka yaitu mereka akan dibangkitkan dalam kondisi wajahnya tersungkur, sebagaimana yang difirmankan Allah Ta’ala (yang artinya), “Barang siapa diberi petunjuk oleh Allah, dialah yang mendapat petunjuk, dan barang siapa Dia sesatkan, maka engkau tidak akan mendapatkan penolong-penolong bagi mereka selain Dia. Dan Kami akan mengumpulkan mereka pada hari Kiamat dengan wajah tersungkur, dalam keadaan buta, bisu, dan tuli. Tempat kediaman mereka adalah neraka Jahanam. Setiap kali nyala api Jahanam itu akan padam, Kami tambah lagi nyalanya bagi mereka.” (Q.S. Al-Isra’ : 97)

Selain itu, wajah mereka juga dihitamkan, sebagaimana firman Allah Ta’ala (yang artinya),  “Pada hari itu ada wajah yang putih berseri, dan ada pula wajah yang hitam muram. Adapun orang-orang yang berwajah hitam muram (kepada mereka dikatakan), “Mengapa kalian kafir setelah beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiran kalian itu.” (Q.S. Ali Imran : 106)

Usus Penduduk Neraka

Usus para penduduk neraka juga akan mendapatkan siksaan dari Allah Ta’ala. Rasulullah shalallahu ’alahi wa sallam bersabda, “Pada hari kiamat nanti akan didatangkanlah seseorang, lalu ia dilemparkan ke dalam neraka sehingga usus-usus dalam perutnya terburai. Lalu ia berputar-putar seperti keledai berputar-putar pada penggilingannya. Para penghuni neraka mengerumuninya seraya bertanya, “Wahai fulan! Kenapa kamu? Bukankah engkau dulu memerintahkan perbuatan baik dan mencegah perbuatan mungkar?” Ia menjawab, “Benar, dulu aku memerintahkan kebaikan tapi tidak melaksanakannya, dan aku mencegah kemungkaran tapi justru melakukannya.” (H.R. Bukhari No. 3267 dan Muslim No. 2989)

Rantai dan Belenggu Penduduk Neraka

Penduduk Neraka akan dirantai dan tangan-tangan mereka akan dibelenggu. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),

“Sungguh, Kami telah menyediakan bagi orang-orang kafir rantai, belenggu dan neraka yang menyala-nyala.” (Q.S. Al-Insan : 4)

Tidak Ada Kematian di dalam Neraka

Segala sebab kematian terkumpul di dalam neraka, akan tetapi seseorang tidak akan mati dengan salah satu bahkan keseluruhan azab tersebut. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Diminumnya air nanah itu dan hampir dia tidak bisa menelannya dan datanglah (bahaya) maut kepadanya dari segenap penjuru, tetapi dia tidak juga mati, dan di hadapannya masih ada azab yang berat.” (Q.S. Ibrahim 17)

Seandainya Allah Ta’ala tidak menetapkan kekekalan bagi penghuninya, maka panas neraka, airnya yang dapat memutus usus-usus, racun ular, memakan buah zaqqum, bentakan malaikatnya, dan pukulan mereka dengan cambuk-cabuk dari besi dapat membunuh dalam sesaat. Akan tetapi penghuni neraka tidak mati diazab dengan sebab-sebab tersebut.  (Syarah Rinci Rukun Iman 2/609-618)

Masih banyak bentuk siksaan di neraka yang belum disebutkan. Dengan mengetahui ngerinya azab di neraka hendaknya kita berupaya keras untuk menjauhi segala bentuk maksiat yang dapat mennggelincirkan kita ke neraka dan memperbanyak berdoa kepada Allah agar dimasukkan ke dalam surga-Nya. Sebagaimana  firman-Nya (yang artinya), “Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia telah memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (Q.S. Ali Imran : 185)