بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Senin, 20 September 2021

Mandi Junub

 A. TATA CARA MANDI JUNUB

Cara ini berlaku bagi muslim maupun muslimah. Semoga jadi ilmu yang bermanfaat.

BERNIAT ATAU MEMAKSUDKAN DALAM HATI BAHWA DENGAN MANDI INI UNTUK MENGANGKAT HADATS BESAR

Dari Umar bin Khathab radhiyallahu 'anhu, Rasulullah ﷺ bersabda :

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

"Sesungguhnya tiap amal tergantung niatnya. Dan tiap orang akan mendapatkan sesuai dengan yang dia niatkan."

( HR. Al Bukhari (1) dan Muslim (1907)

MENGGUYURKAN AIR SECARA MERATA KE SELURUH TUBUH SUDAH MENCUKUPI MESKI TIDAK ADA TAMBAHAN APAPUN

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman :

وَلَا جُنُبًا إِلَّا عَابِرِي سَبِيلٍ حَتَّىٰ تَغْتَسِلُوا ۚ

"Jangan menghampiri masjid) sedang kamu dalam keadaan junub, kecuali bila sekedar lewat hingga kamu mandi."

( QS. An-Nisa' : 43)

Imam Syafi'i rahimahullah berkata :

فَكَانَ فَرْضُ اللَّهِ الْغُسْلَ مُطْلَقًا لَمْ يَذْكُرْ فِيهِ شَيْئًا يَبْدَأُ بِهِ قَبْلَ شَيْءٍ فَإِذَا جَاءَ الْمُغْتَسِلُ بِالْغُسْلِ أَجْزَأَهُ

"Allah mewajibkan (bagi orang junub) untuk mandi secara mutlak. Dia tidak menyebutkan bahwa harus ini terlebih dulu atau ini. Sehingga bagaimana pun dia mandi maka sudah sah."

(Al Umm, II/85 Cet. Darul Wafa')

Beliau juga mengatakan :

أَنْ يَأْتِيَ بِغُسْلِ جَمِيعِ بَدَنِهِ

"Yang terpenting dia meratakan air ke seluruh tubuhnya." (Idem)

Asy-Syaikh Ahmad bin Yahya An-Najmi rahimahullah menyatakan hal yang semisal dengan Imam Syafi'i rahimahullah di atas.

Beliau berkata dalam Syarah Umdatul Ahkam :

أما المجزئ فهو: غسل جميع البدن على أي كيفية كانت، ولو انغمس في ماء بنية الغسل أجزأه عند قوم

"Ukuran standar sahnya mandi junub ialah dengan seseorang membasahi seluruh tubuhnya; dengan cara apapun pun itu. Bahkan menurut sebagian ulama, meski dia menceburkan dirinya ke air dengan niat mandi junub (sah mandinya)."

(Ta'sis Al Ahkam, I/79)

CARA MANDI JUNUB YANG SEMPURNA

Ada dua tatacara yang disampaikan oleh istri-istri Rasulullah ﷺ tentang kaifiyah mandi Nabi ﷺ. Manapun dari dua tatacara ini yang dia lakukan; insyaallah sudah mendapatkan yang afdal.

1. Dari Ummul Mu'minin Aisyah radhiyallahu 'anha

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اغْتَسَلَ مِنْ الْجَنَابَةِ يَبْدَأُ فَيَغْسِلُ يَدَيْهِ ثُمَّ يُفْرِغُ بِيَمِينِهِ عَلَى شِمَالِهِ فَيَغْسِلُ فَرْجَهُ ثُمَّ يَتَوَضَّأُ وُضُوءَهُ لِلصَّلَاةِ ثُمَّ يَأْخُذُ الْمَاءَ فَيُدْخِلُ أَصَابِعَهُ فِي أُصُولِ الشَّعْرِ حَتَّى إِذَا رَأَى أَنْ قَدْ اسْتَبْرَأَ حَفَنَ عَلَى رَأْسِهِ ثَلَاثَ حَفَنَاتٍ ثُمَّ أَفَاضَ عَلَى سَائِرِ جَسَدِهِ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ

"Rasulullah ﷺ jika mandi janabah;

a - memulai dengan mencuci kedua tangannya,

b - lalu menuangkan air dengan telapak tangan kanan ke telapak tangan kiri dan kemudian mencuci kemaluan beliau, [mencuci tangan dan kemaluan]

c - setelahnya beliau berwudhu sebagaimana wudhu sebelum shalat,

d - kemudian mengambil air dan memasukkan jari-jarinya ke pangkal rambut, hingga beliau menduga bahwa (air) telah menjangkau semua (bagian rambut)nya, [menyela-nyelai rambut]

e - beliau menciduk air dengan kedua telapak tangan dan mengguyurkan pada kepala tiga kali, [membasahi kepala]

f - lalu Nabi ﷺ mengalirkan air pada seluruh anggota tubuhnya, [mandi seperti biasa]

g - dan kemudian mencuci kedua kakinya."

[-HR. Al Bukhari (248) dan Muslim (316)-]

2. Dari Ummul Mu'minin Maimunah radhiyallahu 'anha 

وَضَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَضُوءًا لِجَنَابَةٍ فَأَكْفَأَ بِيَمِينِهِ عَلَى شِمَالِهِ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا ثُمَّ غَسَلَ فَرْجَهُ ثُمَّ ضَرَبَ يَدَهُ بِالْأَرْضِ أَوْ الْحَائِطِ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا ثُمَّ مَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ وَغَسَلَ وَجْهَهُ وَذِرَاعَيْهِ ثُمَّ أَفَاضَ عَلَى رَأْسِهِ الْمَاءَ ثُمَّ غَسَلَ جَسَدَهُ ثُمَّ تَنَحَّى

فَغَسَلَ رِجْلَيْهِ قَالَتْ فَأَتَيْتُهُ بِخِرْقَةٍ فَلَمْ يُرِدْهَا فَجَعَلَ يَنْفُضُ بِيَدِهِ

"Rasulullah ﷺ meletakkan bejana berisi air untuk mandi janabah. Kemudian;

a - beliau mengambil air dengan telapak tangan kanannya dan diguyurkan pada telapak tangan kiri dua atau tiga kali, [mencuci tangan]

b - lalu mencuci kemaluan beliau,

c - Kemudian memukulkan tangan pada tanah atau dinding dua atau tiga kali, [menggosok tangan habis mencuci kemaluan]

d - lalu berkumur-kumur, menghirup air ke hidung lalu mengeluarkannya, mencuci wajah, dan kedua tangan hingga siku, [mencuci anggota wudhu sampai bag tangan]

e - dan mengguyurkan air pada kepala beliau,

f - dan kemudian beliau mencuci (seluruh) tubuhnya, [mengguyur air seperti biasa]

g - setelah itu beliau berpindah tempat lalu mencuci kakinya." [menyempurnakan basuhan bagian wudhu yang tadi hanya sampai kepala]

(HR. Al Bukhari (266) dan Muslim (317))

Nomor urut dan yang berada dalam tanda kurung [ ... ] berasal dari kami untuk memudahkan pembaca mengambil kesimpulan.

Meski pointnya banyak, percayalah, tatacara sempurna di atas sangat mudah dipraktikkan.

Berlanjut dengan RAGAM PEMBAHASAN TAMBAHAN seputar mandi junub. 9Semoga Allah memudahkan.

Situs Resmi : www.nasehatetam.com

https://www.atsar.id/2018/11/tata-cara-mandi-junub-janabah-secara-lengkap-mandi-besar.html

B. DELAPAN PEMBAHASAN PENYEMPURNA TATACARA MANDI JUNUB


1. HUKUM BISMILLAH DI AWALNYA

Dalam Mausu'ah Ahkam Ath-Thaharah disebutkan :

لم يرد في جميع أحاديث الغسل من الجنابة ذكر للتسمية، لا في حديث صحيح، ولا ضعيف، والأصل عدم المشروعية

"Tidak dijumpai dalam semua hadits tentang mandi junub penyebutan bismillah. Dalam hadits shahih-nya ataupun yang dha'if. Dan hukum asalnya tidak disyari'atkan."

(IV/416 - Maktabah Ar-Rusyd, Cet. III)

Selanjutnya, penulis mengatakan :

التسمية على الأفعال، منها ما هو شرط كالذبح، ومنها ما هو مشروع، كالتسمية للأكل، ورمي الجمار، والدخول والخروج، ومنها ما هو بدعة كالتسمية للأذان، ولتكبيرة الإحرام

"Membaca bismillah sebelum melakukan sesuatu :

- Ada yang merupakan syarat, seperti saat menyembelih.

- Ada yang disyari'atkan [bisa sunnah bisa wajib, pent], seperti sebelum makan, sebelum melempar jumrah, saat masuk dan keluar rumah.

- Dan ada pula yang bid'ah. Seperti bismillah sebelum adzan dan takbiratul ihram."

(-Baca keterangan ini dalam Asy-Syarh Al Mumti', I/161-163 oleh Al Allamah Al 'Utsaimin-)

2. KUMUR-KUMUR DAN MENGHIRUP AIR KE HIDUNG SANGAT DITEKANKAN SAAT MANDI JUNUB

Imam Syafi'i rahimahullah berkata :

وَلَا أُحِبُّ لِأَحَدٍ أَنْ يَدَعَ الْمَضْمَضَةَ وَالِاسْتِنْشَاقَ فِي غُسْلِ الْجَنَابَةِ وَإِنْ تَرَكَهُ أَحْبَبْت لَهُ أَنْ يَتَمَضْمَضَ

"Aku tidak menyukai bila seseorang mandi junub tanpa berkumur-kumur dan menghirup air ke hidung. Bila dia enggan, setidaknya dia berkumur."

(Al Umm, II/88 Cet. Darul Wafa')

3. MEMBERSIHKAN KEMALUAN MENGGUNAKAN TANGAN KIRI; YANG KANAN MENYIRAM AIR

• Asy-Syaikh Al 'Utsaimin (Fath Dzil Jalali wal Ikram, I/610) rahimahullah berkata :

"Kemaluan dibersihkan dengan tangan kiri, baik untuk istinja' atau membersihkannya saat sebelum mandi junub atau sebab lainnya. Ini diperkuat dengan pernyataan Nabi Muhammad ﷺ :

لَا يُمْسِكَنَّ أَحَدُكُمْ ذَكَرَهُ بِيَمِينِهِ وَهُوَ يَبُولُ

"Jangan salah seorang dari kalian memegang kemaluannya dengan tangan kanan ketika buang air kecil."

( HR. Al Bukhari (154) dan Muslim (267)

4. HUKUM BERWUDHU SEBELUM MANDI JUNUB

• Imam Nawawi rahimahullah berkata :

الْوُضُوءُ سُنَّةٌ فِي الْغُسْلِ وَلَيْسَ بِشَرْطٍ وَلَا وَاجِبٍ هَذَا مَذْهَبُنَا وَبِهِ قَالَ الْعُلَمَاءُ كَافَّةً إلَّا مَا حُكِيَ عَنْ أَبِي ثَوْرٍ وَدَاوُد

"Wudhu pada mandi junub hukumnya sunnah, bukan syarat bukan pula kewajiban. Dan ini yang menjadi madzhab kami dan madzhab semua ulama, kecuali pendapat yang dihikayatkan dari Abu Tsaur dan Dawud; di mana mereka mempersyaratkan wudhu (sebagai syarat sah mandi junub)."

(Mukhtashar Al Majmu', II/102)

5. MENDAHULUKAN YANG KANAN SAAT MEMBASUH KEPALA

• Aisyah radhiyallahu 'anha menuturkan :

بَدَأَ بِشِقِّ رَأْسِهِ الْأَيْمَنِ ثُمَّ الْأَيْسَرِ، ثُمَّ أَخَذَ بِكَفَّيْهِ. فَقَالَ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ.

"Rasulullah ﷺ mengawali dengan membasuh kepala bagian kanan, lalu yang kiri, kemudian beliau menuangkan air ke kepala secara merata dengan kedua telapak tangannya."

(HR. Muslim (318)

6. MENGGOSOK BADAN BUKAN KEHARUSAN

• Imam Syafi'i rahimahullah mengatakan :

وَأُحِبُّ لَهُ أَنْ يُدَلِّكَ مَا يَقْدِرُ عَلَيْهِ مِنْ جَسَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَفْعَلْ وَأَتَى الْمَاءُ عَلَى جَسَدِهِ أَجْزَأَهُ. وَكَذَلِكَ إنْ انْغَمَسَ فِي نَهْرٍ أَوْ بِئْرٍ فَأَتَى الْمَاءُ عَلَى شَعْرِهِ وَبَشَرِهِ أَجْزَأَهُ

"Aku menyukai bagi seorang yang mandi junub untuk menggosok bagian tubuhnya yang bisa dia jangkau. Jika tidak dia lakukan namun air telah merata pada seluruh tubuh; sah mandinya. Demikian pula bila seseorang mandi bercebur ke sungai atau sumur dan semua rambut serta kulitnya basah; sah mandi junubnya."

(Al Umm, II/88-89 Cet. Darul Wafa')

• Dan berkata Imam Nawawi rahimahullah :

مذهبنا أَنَّ دَلْكَ الْأَعْضَاءِ فِي الْغُسْلِ وَفِي الْوُضُوءِ سُنَّةٌ لَيْسَ بِوَاجِبٍ فَلَوْ انْغَمَسَ فِي مَاءٍ كَثِيرٍ نَاوِيًا فَوَصَلَ شَعْرَهُ وَبَشَرَهُ أَجْزَأَهُ وُضُوءُهُ وَغُسْلُهُ، وَبِهِ قَالَ الْعُلَمَاءُ كَافَّةً إلَّا مَالِكًا وَالْمُزَنِيَّ فَإِنَّهُمَا شَرَطَاهُ فِي صِحَّةِ الْغُسْلِ وَالْوُضُوءِ

"Dalam madzhab kami menggosok badan saat mandi junub hukumnya sunnah; tidak wajib.

Andai seseorang menceburkan dirinya ke air yang banyak dengan niat (mengangkat hadats); dan dia kenakan air ke rambut dan seluruh tubuhnya maka sah untuk wudhu dan mandi sekaligus.

Demikianlah pendapat semua ulama kecuali Malik dan Al Muzani yang mempersyaratkan menggosok sebagai penentu sahnya mandi dan wudhu."

(Mukhtashar Al Majmu', II/102)

• Asy-Syaikh Al 'Utsaimin rahimahullah menjelaskan:

"Tidak dipersyaratkan menggosok badan saat mandi junub. Karena di dalam hadits tidak disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ menggosok badannya. Namun jika dia merasa khawatir andaikata air tidak merata ke seluruh tubuh; sepantasnya dia ratakan dengan tangannya hingga dia merasa yakin."

(Fath Dzil Jalali wal Ikram, I/610)

7. HARUSKAH MERUTINKAN DALAM MEMBASUH KAKI SELESAI MANDI JUNUB

• Asy-Syaikh Al 'Utsaimin rahimahullah menjelaskan:

"Mencuci kedua kaki setelah mandi junub hanya dilakukan saat diperlukan. Karena dalam riwayat Al Bukhari tidak ada penyebutan bahwa beliau ﷺ mencuci kedua kakinya seusai mandi junub.

Sehingga yang nampak -wallahu a'lam-, bahwa hal ini hanya dilakukan ketika perlu. Di mana Rasulullah ﷺ terkadang mencuci kakinya setelah mandi junub dan terkadang tidak."

(Fath Dzil Jalali wal Ikram, I/610)

8. MANDI JUNUB SUDAH MEWAKILI WUDHU SELAMA DIA TIDAK BERHADATS KEMBALI

• Imam Syafi'i rahimahullah menyatakan :

وَلَوْ بَدَأَ فَاغْتَسَلَ وَلَمْ يَتَوَضَّأْ فَأَكْمَلَ الْغُسْلَ أَجْزَأَهُ مِنْ وُضُوئِهِ لِلصَّلَاةِ

"Bila seseorang langsung mandi junub tanpa berwudhu, lalu selesai dari mandinya; maka itu telah mewakili wudhunya untuk shalat. Karena bersuci dengan cara mandi lebih banyak daripada wudhu atau semisalnya."

(Al Umm, II/89 Cet. Darul Wafa')

• Imam Nawawi rahimahullah mengatakan :

لَوْ أَحْدَثَ الْمُغْتَسِلُ فِي أَثْنَاءِ غُسْلِهِ لَمْ يُؤَثِّرْ ذَلِكَ فِي غُسْلِهِ بَلْ يُتِمُّهُ وَيُجْزِيه فَإِنْ أَرَادَ الصَّلَاةَ لَزِمَهُ الْوُضُوءُ

"Bila seseorang berhadats pada saat mandi junub; maka itu tidak memengaruhi mandinya. Tetap dia selesaikan dan mandinya sah. Namun bila dia ingin shalat; harus berwudhu kembali."

(Mukhtashar Al Majmu', II/109)

• Mirip dengan penjelasan Imam Syafi'i di atas, Asy-Syaikh Al 'Utsaimin rahimahullah berkata :

"Apabila seseorang mandi junub; maka itu sudah mewakili wudhunya. Dan dia boleh langsung shalat meskipun tidak berwudhu."

(Fatawa Nur 'alad Darb, III/232)

• Di tempat lain, Asy-Syaikh Al 'Utsaimin menyatakan :

"Mandi junub telah mewakili wudhu. Baik dia berniat wudhu sekalian maupun tidak.

Berdasarkan firman Allah ta'ala :

وَإِن كُنتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا ۚ

"Dan jika kamu junub maka bersucilah (mandi)."

(QS. Al Ma'idah : 6)

(Dalam ayat ini) Allah tidak menyebutkan wudhu." (Idem, III/232)

Dari Aisyah isteri Nabi saw:

Bahwa jika Nabi saw mandi karena janabah, beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak tangannya, kemudian beliau berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat, kemudian beliau memasukkan jari-jarinya ke dalam air lalu menyisirkannya ke akar rambutnya, lalu beliau menyiramkan air ke atas kepalanya dengan cidukan kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali, kemudian beliau mengalirkan air ke seluruh kulitnya.

( HR. Bukhori : 240 )

Pesan :

Tata cara ghusl atau mandi wajib dari janabah dan haid: Dimulai dengan mencuci tangan, kemudian dianjurkan agar didahului dengan wudhu, kemudian menyisir rambut dengan tangan yang telah dibasahi, lalu menyiram air ke atas kepala, baru ke seluruh tubuh.

Meskipun tentu saja, mengawali mandi junub dengan wudhu ialah hal yang lebih utama.

UCAPAN SYUKUR

Dengan ini selesai sejumlah pembahasan mandi Junub yang nampaknya layak untuk diketahui oleh setiap kita. Segala puji bagi Allah di awal dan di akhir.