بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Rabu, 08 September 2021

Sifat-sifat Yang Dibenci Allah

 Ustadz Luthfi Ihsanudin hafidzahullah.

Bismillah was shalatu was salamu 'ala Rasulillah wa ba'du._

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Al Baihaqi dan dinilai shahih oleh Syaikh Albani rahimahullah, dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu 'anhuRasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

إنَّ اللَّهَ يُبْغِضُ كُلَّ جَعْظَرِيٍّ جَوَّاظٍ سَخَّابٍ فِي الْأَسْوَاقِ، جِيْفَةٍ بِاللَّيْلِ، حِمَارٍ بِالنَّهَارِ، عَالِمٍ بِالدُّنْيَا، جَاهِلٍ بِالْآخِرَةِ

"Sesungguhnya Allah Ta’ala benci dan murka kepada orang yang sombong, kasar, suka berteriak-teriak di pasar (teriakan tersebut menyebabkan permusuhan), malamnya bagaikan bangkai, siangnya bagaikan keledai, dia pandai akan perkara dunia, akan tetapi ia bodoh terhadap akhirat." [HR. Baihaqi dan Ibnu Hibban]

Dari hadis di atas, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan kepada kita tentang sifat-sifat yang dibenci oleh Allah Ta’ala. Di antara sifat yang dimurkai Allah Ta’ala yang disebutkan dalam hadis di atas adalah:

1. Sombong (جَعْظَرِيٌّ)

Allah Ta’ala murka terhadap hambaNya yang memiliki sifat sombong. Sifat sombong adalah sifat khusus yang hanya boleh dimiliki oleh Allah Ta’ala. Tidak ada seorang makhluk pun yang berhak untuk memiliki sifat sombong. Makna sombong sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadisnya adalah:

الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

"Kesombongan adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia." [HR. Muslim]

Tatkala disampaikan kebenaran dengan dalil-dalil yang shahih dari Al-Quran dan Sunnah kepada seseorang, ia menolak. Ia merasa dirinya paling pintar, merasa dirinya paling benar, dan tatkala dihadapkan padanya seorang yang lebih rendah darinya, ia menganggap rendah dan remeh orang tersebut. Maka inilah hakikat kesombongan.

Kesombongan adalah sifat yang hanya boleh dimiliki oleh Allah Ta’ala.

Allah Ta’ala berfirman dalam hadis qudsi:

قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: الْكِبْرِيَاءُ رِدَائِي وَالْعَظَمَةُ إِزَارِي فَمَنْ نَازَعَنِي وَاحِدًا مِنْهُمَا قَذَفْتُهُ فِي النَّارِ

Allah Azza wa Jalla_ berfirman: "Kesombongan adalah selendangKu, kebesaran adalah sarungKu, barang siapa menyaingiKu (mengambil) salah satu dari keduanya, maka ia akan Aku lemparkan ke dalam Neraka." [HR. Ahmad, Abu Daud, dan Ibnu Majah]

Kesombongan merupakan dosa kemaksiatan yang pertama kali terjadi di muka bumi. Dosa ini dilakukan oleh Iblis la’natullahi 'alaih. Allah Ta’ala berfirman:

وَإِذۡ قُلۡنَا لِلۡمَلَـٰۤىِٕكَةِ ٱسۡجُدُوا۟ لِـَٔادَمَ فَسَجَدُوۤا۟ إِلَّاۤ إِبۡلِیسَ أَبَىٰ وَٱسۡتَكۡبَرَ وَكَانَ مِنَ ٱلۡكَـٰفِرِینَ

“Dan ingatlah, tatkala Kami perintahkan kepada para Malaikat, 'Sujudlah kamu kepada Adam!' Maka mereka pun sujud kecuali iblis. Ia menolak dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan yang kafir.” [QS. Al-Baqarah: 34]

Maka dari itu, marilah kita jauhi sifat sombong. Sifat sombong dapat menyeret kita kepada murka Allah. Kesombongan juga dapat menyebabkan pelakunya masuk ke dalam Neraka. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

قَالَتْ النَّارُ: يَدْخُلُنِي الْجَبَّارُونَ وَالْمُتَكَبِّرُونَ

Neraka berkata: "Orang-orang congkak dan sombong akan masuk ke dalam perutku." [HR. Muslim]

Begitu dahsyat efek negatif dari kesombongan. Karena walau hanya sedikit, kesombongan dapat menghalangi seseorang untuk masuk ke dalam Surga. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ

"Tidak akan masuk Surga siapa saja yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi dari kesombongan." [HR. Muslim]

Maka dari itu, janganlah kita memelihara dan memiliki sifat sombong meski hanya sedikit. Bila kita dapati dalam diri kita sifat kesombongan, mari kita buang jauh-jauh agar kita dimudahkan masuk ke dalam Surga serta dijauhkan dari murka Allah dan NerakaNya.

2. Bermulut Kasar dan Gemar Berteriak-teriak. (جَوَّاظٌ، سَخَّابٌ فِي الْأَسْوَاقِ)

Allah Ta’ala benci kepada orang yang bermulut kotor dan suka berkata kasar. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Ada seorang wanita yang terkenal akan banyaknya ia melakukan shalat, puasa dan sedekah, hanya saja ia menyakiti tetangganya dengan lisannya, maka beliau bersabda, dia di Neraka." [HR. Bukhari]

Dalam hadis yang lain, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ

"Tidak akan masuk Surga, orang yang mana tetangganya tidak aman dari bahayanya." [HR. Bukhari dan Muslim]

Kesempurnaan iman seseorang Allah ukur dengan lisannya. Jika lisan seseorang kotor, maka berkuranglah imannya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda menasihati Ibunda Aisyah:

إِنَّ شَرَّ النَّاسِ مَنْزِلَةً عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ وَدَعَهُ النَّاسُ اتِّقَاءَ فُحْشِهِ

"Sesungguhnya yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah orang yang dihindari oleh manusia karena takut akan kejelekannya." [HR. Bukhari dan Muslim]

Maka, marilah kita jaga perilaku, tingkah, dan lisan kita. Jangan sampai perilaku dan lisan kita menyakiti orang lain. Karena sesungguhnya, Mukmin sejati adalah Mukmin yang memiliki sifat lembut dan lisannya tidak kotor. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَلَا اللَّعَّانِ وَلَا الْفَاحِشِ وَلَا الْبَذِيءِ

"Seorang Mukmin bukanlah mereka yang suka mencerca, selalu mengungkap aib, melaknat, berperangai buruk, dan suka menyakiti." [HR. Bukhari]

Berbicara kotor dapat menyebabkan lemahnya iman seorang insan. Seorang Muslim sejati akan menjauhi hal-hal yang dapat melemahkan keimanannya. Salah satu caranya adalah membuat orang lain nyaman di dekatnya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ

"Muslim sejati adalah yang Muslim lainnya selamat dari gangguan mulut dan tangannya. Dan orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa yang Allah larang." [HR. Bukhari dan Muslim]

Allah tidak menyukai sesuatu yang kotor dan keras. Allah adalah Dzat yang Maha Lembut. Dia sangat menganjurkan manusia untuk memiliki sifat lembut. Bahkan, Allah sangat mencintai hambaNya yang berlemah lembut dalam segala sesuatu. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya Allah itu Maha Lembut, dan Dia mencintai sikap lemah lembut. Allah akan memberikan pada sikap lemah lembut sesuatu yang tidak Dia berikan pada sikap yang keras." [HR. Bukhari dan Muslim]

3. Menjadi Bangkai di Malam Hari dan Seperti Keledai di Siang Hari (جِيْفَةٌ بِاللَّيْلِ حِمَارٌ بِالنَّهَارِ)

Demikian permisalan bagi orang yang siangnya sibuk mencari dunia, kemudian malamnya tidur terlelap (bagaikan bangkai) tanpa mengingat Allah. Padahal, malam hari merupakan waktu terbaik untuk menambah dan meningkatkan iman seseorang. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

إِنَّ نَاشِئَةَ ٱلَّیۡلِ هِیَ أَشَدُّ وَطۡـࣰٔا وَأَقۡوَمُ قِیلًا

"Sungguhnya ibadah di malam hari lebih menguatkan hati dan jiwa, dan (ibadah pada waktu itu) lebih berkesan." [QS. Al-Muzzammil: 6]

4. Pandai dalam Perkara Dunia akan tetapi Bodoh akan Perkara Akhirat (عَالِمٌ بِالدُّنْيَا جَاهِلٌ بِالْآخِرَةِ)

Sifat keempat yang dibenci oleh Allah adalah pandai dalam perkara dunia, pandai mencari uang, pandai dalam urusan bisnis akan tetapi ia jahil akan akhirat. Ia tidak mempersiapkan amalan-amalan untuk menuju kehidupan yang hakiki. Ia tidak mempedulikan shalatnya, puasanya, dan amalan-amalan lainnya. Sifat yang demikian sangat dibenci oleh Allah. Allah Ta’ala berfirman:

ٱلَّذِینَ یَسۡتَحِبُّونَ ٱلۡحَیَوٰةَ ٱلدُّنۡیَا عَلَى ٱلۡـَٔاخِرَةِ وَیَصُدُّونَ عَن سَبِیلِ ٱللَّهِ وَیَبۡغُونَهَا عِوَجًاۚ أُو۟لَـٰۤىِٕكَ فِی ضَلَـٰلِۭ بَعِیدࣲ

"Orang yang lebih menyukai kehidupan dunia dari pada (kehidupan) akhirat, menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah, dan menginginkan (jalan yang) bengkok. Mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh." [QS. Ibrahim: 3]

Dalam ayat lain Allah berfirman:

یَعۡلَمُونَ ظَـٰهِرࣰا مِّنَ ٱلۡحَیَوٰةِ ٱلدُّنۡیَا وَهُمۡ عَنِ ٱلۡـَٔاخِرَةِ هُمۡ غَـٰفِلُونَ

"Mereka mahir dan mengetahui yang lahir (tampak) dari kehidupan dunia, sedangkan terhadap (kehidupan) akhirat mereka lalai." [QS. Ar-Rum: 7]

Mari kita renungkan perkataan Ali bin Abi Thalib berikut: "Dunia akan terus menjauh, sedangkan kehidupan akhirat akan datang mendekat. Dan setiap dari keduanya memiliki pengikut. Jadilah engkau sebagai orang yang memprioritaskan kehidupan akhirat dan janganlah sekali-kali engkau memprioritaskan kehidupan dunia. Karena sungguh dunia adalah ladang kita untuk beramal tanpa adanya hisab, dan kelak di hari akhir hanya tersisa hisab tanpa ada kesempatan untuk beramal kembali." [HR. Bukhari]

Dunia ini berjalan menjauh. Semakin lama kita di dunia, maka kesempatan kita di dalamnya akan semakin berkurang. Dunia merupakan kehidupan yang fana. Dunia merupakan tempat kita singgah sebelum kita berada di kehidupan hakiki di akhirat nanti.

Kehidupan akhirat senantiasa mendekat. Hari demi hari yang kita lalui akan menghantarkan kita menuju kehidupan abadi. Maka amalan apakah yang sudah kita persiapkan untuk menyambutnya? Setiap dari dunia maupun akhirat memiliki pengikut. Banyak manusia yang sibuk akan dunia. Obsesinya selalu dunia. Di sisi lain, ada segelintir orang yang memilih jalan yang Allah sebutkan sebagai jalan terbaik. Jalan itu merupakan jalan akhirat.

Hendaknya kita menjadi orang yang mengedepankan urusan akhirat sebelum urusan dunia. Sungguh banyak orang yang telah tiada yang memiliki angan-angan untuk dapat beramal kembali di dunia karena dahulu ia telah menyia-nyiakan waktunya di dunia ini.

Semoga dengan mengetahui sifat-sifat yang dibenci oleh Allah, kita dapat menjauhinya. Karena barang siapa yang tidak mengetahui keburukan, boleh jadi ia terjatuh di dalam keburukan tanpa mengetahui bahwa ia telah terjatuh di dalamnya. Semoga Allah menyelamatkan dan melindungi kita dari terjatuh pada hal yang dibenci Allah.

Demikian, semoga bermanfaat. Jazaakumullahu khairan.

والله أعلم، وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

Sumber: https://www.pesantrenluluwalmarjan.org/sifat-sifat-dibenci-allah-ustadz-luthfi-ihsanudin