بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Minggu, 05 September 2021

Rahasia Terkabulnya Doa Para Nabi

 Jika kita bertanya; doa seperti apa yang dikabulkan? Mungkin banyak di antara kita akan menjawab; doa di sepertiga malam yang terakhir, doa antara adzan dan iqomat, doa di depan Ka'bah, doa di Raudhoh, mengangkat kedua tangan, mengkonsumsi yang halal, dan seterusnya. Ini semua adalah perkara yang agung, perlu diwujudkan saat kita berdoa.

Namun ada rahasia dalam berdoa yang mungkin banyak di antara kita tidak memberikan perhatian kepadanya, padahal itulah unsur utama terkabulnya doa.

Untuk mengetahui rahasia tersebut, mari sejenak merenungkan doa-doa terbaik para Nabi yang diabadikan dalam Al-Qur'an.

Musa 'alaihissalam

Ketika beliau dalam pelarian, dikejar-kejar bala tentara Fir'aun untuk dibunuh. Tanpa bekal, tanpa tunggangan, tanpa teman. Perjalanan yang jauh dan berat. Dari Mesir menuju Madyan. Rasa mencekam, remuk redam di hati karena tak satupun Bani Israil yang menolongnya ketika itu, ditambah rasa haus dan lapar yang menyiksa. Musa menampakkan kefaqirannya dalam berdoa di hadapan Allah. Ketika itu beliau menyendiri berteduh di bawah pohon, lalu terucaplah doa dari lisan beliau yang diabadikan al-Quran;

رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ

"Wahai Rabbku, sungguh aku sangat-sangat butuh kebaikan dan bantuan-Mu" [QS. al-Qashash: 24]

Langsung Allah menjawab doa tersebut. Di Madyan, beliau mendapatkan istri yang shalihah, mertua yang Shalih, keamanan, perlindungan, rizki yang baik, dan lingkungan yang lebih baik daripada Mesir.

Ayyub 'alaihissalam

Beliau ditimpa penyakit selama 18 tahun lamanya. Hingga beliau ditinggal oleh para kerabat, yang jauh maupun dekat. Dalam kesendirian, beliau hanya berkeluh-kesah dan menampakkan kehinaan di hadapan Allah melalui ungkapan;

أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ

"Sungguh hamba-Mu yang lemah ini yaa Allah, tengah ditimpa musibah, dan hanya Engkaulah Yang Maha Penyayang di antara yang penyayang." [QS. al-Anbiya: 83]

Simaklah bagaimana jawaban Allah kemudian:

فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِن ضُرٍّ وَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُم مَّعَهُمْ رَحْمَةً مِّنْ عِندِنَا

"Maka Kamipun menyingkap penyakit yang menimpa Ayyub, lalu kami kembalikan kepadanya kerabat keluarganya, sebagai Rahmat dari Kami." [QS. al-Anbiya: 84]

Yunus 'alaihissalam

Diselimuti 3 lapis kegelapan; kegelapan malam, kegelapan samudera, dan kegelapan perut ikan. Dalam kesendirian itu, beliau bermunajat sambil mengakui kekhilafannya, menampakkan kefakirannya pada Allah;

أَن لَّا إِلَهَ إِلَّا أَنتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

"Tidak ada ilah selain Engkau yaa Allah, sungguh aku telah berbuat zhalim." [QS. al-Anbiya: 87]

Lantas Allah berfirman;

فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ ۚ وَكَذَٰلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ

Maka Kami kabulkan (doa)nya dan Kami selamatkan dia dari kedukaan. Dan demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman. [QS. al-Anbiya: 88]

Zakariya 'alaihissalam

Allah berfirman tentang beliau;

وَزَكَرِيَّا إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ رَبِّ لَا تَذَرْنِي فَرْدًا وَأَنْتَ خَيْرُ الْوَارِثِينَ

Dan (ingatlah kisah) Zakaria, ketika dia berdoa kepada Tuhannya, “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan aku hidup seorang diri (tanpa keturunan) dan Engkaulah ahli waris yang terbaik. [QS. al-Anbiya: 89]

إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ نِدَاءً خَفِيًّا

(yaitu) ketika dia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.

قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ أَكُنْ بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيًّا

Dia (Zakaria) berkata, “Ya Tuhanku, sungguh tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya Tuhanku. [QS. Maryam: 3-4]

Kemudian Allah menjawab;

فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَوَهَبْنَا لَهُ يَحْيَىٰ وَأَصْلَحْنَا لَهُ زَوْجَهُ ۚ

Maka Kami kabulkan (doa)nya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya, dan Kami jadikan istrinya (dapat mengandung)... [QS. al-Anbiya: 90]

Apa rahasia terkabulnya doa mereka? Allah berfirman:

إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا ۖ وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ

Sungguh, mereka selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan, dan mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka orang-orang yang khusyuk kepada Kami. [QS. al-Anbiya: 90]

Dalam doa, terkandung pilar-pilar tauhid yang terbesar. Dalam doa, ada harapan kepada Allah, ada kecemasan dan keluh kesah, ada ungkapan kebutuhan hamba pada Allah, ada pengakuan bahwasanya Dialah yang Mahakuasa, Mahakaya, dan Mahapengasih. Dalam doa ada pengakuan bahwasanya kita benar-benar hamba yang faqir dan hina di hadapan Allah. Inilah tauhid yang sesungguhnya. Tidak heran jika Nabi Shalallahu 'Alaihi Wa sallam bersabda;

الدعاء هو العبادة [رواه أبو داود: 1479، والترمذي: 2969، وابن ماجه: 3828، وصححه الألباني في صحيح أبي داود: 1329]

Doa adalah inti ibadah

Inilah rahasia terkabulnya doa para Nabi.

Pertama, mereka menampakkan kebutuhan yang sangat di hadapan Allah.

Kedua, mereka mengungkapkan pengakuan; pengakuan akan kuasa Allah, pengakuan bahwa hanya Dia yang berhak diibadahi, pengakuan bahwa hamba telah berbuat khilaf.

Ketiga, mereka berdoa dengan sepenuh jiwa dan khusyu', karena berada dalam keadaan bahaya dan genting.

Keempat, mereka berdoa dalam kesunyian dan kesendirian, di saat hanya Allah yang melihat dan mendengar. Ini menggambarkan betapa tinggi ketulusan doa mereka

Dalam beberapa hadits disebutkan, bahwa di antara orang-orang yang dikabulkan doanya adalah;

Orang yang terzalimi,

اتَّقِ دعوةَ المظلوم؛ فإنها ليس بينها وبين الله حجاب

Orang yang berpuasa,

ثلاثة لا تُردُّ دعوتُهم: الإمام العادل، والصَّائم حين يُفْطِر، ودعوة المظلوم

dan doa musafir yang jauh dari kampung halaman serta keluarga kerabatnya.

ثلاث دعوات متسجابات لا شك فيهن: دعوة المظلوم، ودعوة المسافر، ودعوة الوالد على ولده. رواه الترمذي وحسنه الألباني.

Ada kesamaan di antara mereka yang menjadikan doa mereka terkabul. Ketiganya sama-sama dalam suasana hati yang tengah meluap ketauhidannya. Sama-sama menunjukkan kondisi faqir dan kebutuhan yang mendesak pada pertolongan Allah.

Demikian pula pada doa yang diajarkan Nabi Shalallahu 'Alaihi Wa sallam, yang beliau juluki "Sayyidul Istighfar" (Istighfar yang paling hebat). Pada doa tersebut terdapat ungkapan-ungkapan yang menggambarkan empat hal, dan semuanya adalah unsur-unsur Tauhid yang terbesar;

- Pengakuan akan Rububiyyah Allah Uluhiyyah-Nya, dan Asma' wa Shifat-Nya.

- Pengakuan akan status kita sebagai hamba di hadapan Allah.

- Pengakuan akan nikmat-nikmat Allah kepada hamba.

- Pengakuan bahwa hamba telah berbuat dosa dan kesalahan pada Allah, sehingga mendesak butuh ampunan dan rahmat Allah.

Untuk itu, ketika berdoa hendaklah menghadirkan 3 hal dalam hati kita;

1. Al-iftiqoor; merasa sangat-sangat butuh, kerdil, dan hina di hadapan Allah,

2. Al-idhthiroor, merasa berada dalam keadaan genting, butuh pertolongan Allah dengan segera.

Kedua hal tersebut bisa diungkapkan dengan pengakuan akan nikmat Allah, dan sifat-sifat-Nya yang Mahasempurna, sementara kita justru banyak berbuat zalim dan kufur pada nikmat Allah yang melimpah.

3. Al-Isroor, berdoa dalam hening dan kesunyian, doa ketika sendiri, di saat hanya Allah yang mendengar dan melihat doa kita.

Ketiga hal tersebut adalah unsur-unsur Tauhid yang terbesar. Jika seorang hamba mewujudkan tauhid dengan sebenar-benarnya, maka setiap doanya tidak akan tertolak. Maka hati, tidak boleh lalai dalam doa. Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam bersabda:

ادعوا الله وأنتم موقنون بالإجابة، واعلموا أن الله لا يستجيب دعاء من قلب غافل لاه [رواه الترمذي: 3479، وهو حديث صحيح، كما في صحيح الترمذي: 2766].

"Berdoalah kalian dengan penuh keyakinan bahwa doa kalian akan dikabulkan. Dan ketahuilah, bahwa Allah tidak akan mengabulkan doa dari hati yang lupa dan lalai (tidak khusyu', tidak menampakkan rasa butuh kepada Allah)."


 Johan Saputra Halim, M.H.I.

Web: alhujjah.com