Tadabbur Al-Quran Hal. 331
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
- Al Qur'an Indonesia Tajwid.
- Al-Anbiya' ayat 108 :
قُلْ اِنَّمَا يُوْحٰٓى اِلَيَّ اَنَّمَآ اِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌۚ فَهَلْ اَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Katakanlah (Muhammad), “Sungguh, apa yang diwahyukan kepadaku ialah bahwa Tuhanmu adalah Tuhan Yang Esa, maka apakah kamu telah berserah diri (kepada-Nya)?”
- Tafsir Al Muyassar Al-Anbiya' ayat 108 :
Katakanlah: Sesungguhnya yang diwahyukan kepadaku dan yang dengannya aku diutus, ialah bahwa llah kalian yang berhak disembah satu-satunya adalah Allah, maka berserah dirilah kepada-Nya, dan patuhlah untuk beribadah kepada-Nya.
- Mujam Al-Anbiya' ayat 108 :
يُوْحٰٓى
Asal makna wahyu ialah isyarat yang cepat. Seperti dikatakan "amrun wahyun yang artinya perkara yang sifatnya cepat, baik melalui perantara ucapan, simbol, maupun dengan cara diperlihatkan. Dan terkadang dalam bentuk suara yang tidak memiliki susunan (yang jelas), isyarat dengan sebagian anggota badan, dan tulisan Sebagaimana firman Allah mengenai Zakaria, Maka dia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu dia memberi isyarat kepada mereka, bertasbihlah kamu pada waktu pagi dan petang. (QS Maryam, 19: 11).
(Ar-Rãgib Al-Asfahāni, Mujam Mufradati Alfazi Al-Quräni, 1431 H/2010 M: 400)
- Riyāduş Şālihin :
Dari Ali Ra., Rasulullah Saw. bersabda kepada Ali Ra. dan Fatimah Ra.. "Apabila kalian hendak tidur, maka takbirlah sebanyak tiga puluh tiga kali, kemudian bertasbihlah sebanyak tiga puluh tiga kali, kemudian bertahmidlah sebanyak tiga puluh tiga kali."
(HR Al-Bukhāri-Muslim).
Hadiš di atas memberikan faedah tentang dorongan untuk berzikir kepada Allah dengan lafaz-lafaz hadiš di atas, dan membiasakan hal itu ketika hendak tidur atau berbaring. (Dr. Muştafā Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādis Şālihina, Juz 2, 1407 H/1987 M: 999).
- Hadiš Nabawi :
Dari Abu Hurairah Ra., dia berkata, "Seseorang pernah berkata, Ya Rasulullah, doakanlah untuk orang-orang musyrik agar mereka celaka!" Mendengar itu, Rasulullah Saw. menjawab, 'Sesungguhnya aku diutus bukan untuk menjadi pelaknat, tetapi aku diutus sebagai rahmat." (HR Muslim, Sahih Muslim, Juz 4, No. Hadis, 2599: 2006-2007).
- Hadis Qudsi :
Dari Abu Zar Ra., ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, Allah Swt. berfirman, "Barangsiapa berbuat kebaikan, maka baginya sepuluh kebaikan yang semisalnya dan terkadang Aku tambahkan lagi. Dan barangsiapa yang berbuat keburukan, maka balasannya adalah keburukan yang serupa atau Aku mengampuninya. Barangsiapa mendekat kepadaKu satu jengkal, maka Aku akan mendekat kepada-Nya satu hasta, jika ia mendekat kepada-Ku satu hasta, maka Aku akan mendekat kepadanya satu depa, dan jika ia mendatangi-Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendatanginya dengan berlari. Dan barangsiapa yang bertemu denganKu dengan membawa kesalahan sebesar isi bumi tanpa menyekutukan-Ku dengan
yang lainnya, maka Aku akan menemuinya dengan ampunan sebesar itu pula." (HR Muslim). (Muştafā bin Adawi, As-Şahinul Musnad minal Ahādisil Qudsiyyati: 30).
- Penjelasan Surah Al-Anbiya' Ayat 102-112 :
Ayat 102-112 menjelaskan:
Meneruskan ayat sebelumnya terkait kondisi kaum Mukmin di akhirat. Mereka tidak diperdengarkan gelegak api neraka, diberi apa saja yang mereka inginkan, tidak merasakan dahsyatnya peristiwa kiamat dan mereka disambut para malaikat sambil berkata: inilah hari yang dijanjikan pada kalian.
Peristiwa kiamat itu ialah saat bumi digulung Allah seperti menggulung lembaran catatan saja dan
Allah akan kembalikan manusia hidup sebagaimana awal mereka diciptakan. Itu adalah janji Allah yang pasti.
Allah telah menetapkan dalam Zabur, Taurat, Injil da Al-Qur’an bahwa surga itu akan diwariskan kepada hamba-hamba-Nya yang saleh. Semua itu menjadi jelas bagi kaum yang menyembah Allah dengan konsep tauhid.
Tugas Rasul Saw. adalah membawa rahmat kepada semua alam. Allah melalui wahyu-Nya memerintahkan beliau agar mengajarkan tauhid kepada umatnya dan ibadah kepada Allah dengan cara yang diajarkan Islam. Kalau mereka tidak mau menerimanya, tugas Rasulullah Saw. selesai karena sudah menyampaikannya dengan terang. Rasulullah Saw. tidak mengetahui kapan persisnya kiamat itu terjadi. Sesungguhnya Allah mengetahui ucapan manusia yang keras ataupun yang disembunyikan. Sekiranya Rasul Saw. mengetahui kiamat, maka akan menjadi fitnah bagi umatnya. Nabi Muhammad Saw. hanya berkata: Ya Allah, putuskanlah perkara umat ini de-ngan hak. Engkau adalah Tuhan Pencipta kami, Maha Pengasih dan Maha Penolong.