بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Senin, 21 Agustus 2023

Tadabbur Al-Quran Hal. 330

Tadabbur Al-Quran Hal. 330
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Al-Anbiya' ayat 101 :

اِنَّ الَّذِيْنَ سَبَقَتْ لَهُمْ مِّنَّا الْحُسْنٰىٓۙ اُولٰۤىِٕكَ عَنْهَا مُبْعَدُوْنَ ۙ

Sungguh, sejak dahulu bagi orang-orang yang telah ada (ketetapan) yang baik dari Kami, mereka itu akan dijauhkan (dari neraka).

- Tafsir Al Muyassar Al-Anbiya' ayat 101 :

Sesungguhnya orang-orang yang telah mendapat ketetapan dari Kami untuk mendapat kebahagiaan yang baik dalam pengetahuan Kami, karena mereka termasuk ahli surga, mereka itulah orang-orang yang dijauhkan dari neraka, sehingga mereka tidak memasukinya dan tidak pula dekat darinya.

- Asbabul Nuzul Al-Anbiya' ayat 101 :

Al-hakim meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ketika turun ayat ini, ibnu zubair berkata, 'matahari, bulan,malaikat, uzair dan Isa telah disembah. Jadi semuanya masuk neraka bersama tuhan-tuhan kita'. Maka turun ayat 57-58 surat Az-Zukhruf.

- Mujam Al-Anbiya' ayat 101 :

سَبَقَتْ

Sabaqa: as-sabqu wal-istibaq at-tasãbug, arti asalnya ialah mendahului dalam perjalanan, contohnya, dan (malaikat) yang mendahului dengan kencang. 79 4)..Sesungguhnya kami pergi berlomba... (QS Yüsuf, 12: 17), Dan keduanya berlomba menuju pintu... (QS Yūsuf, 12:25). Kemudian kata As-Sabqu dipinjam untuk makna mendahului dalam meraih keutamaan, seperti pada firman-Nya, Dan orang-orang yang paling dahulu (beriman) merekalah yang paling dahulu (masuk surga) (Q5 AL-Waqi'ah, 56: 10), artinya mereka lebih dahulu meraih pahala dan surga dari Allah Swt. (Ar-Ragib Al-Asfahāni, Mu jam
Mufradati Alfazi Al-Qurāni, 1431 H/2010 M: 167)

- Tazkiyyatun Nafs :

Memperhatikan (A-Lahz) dapat dimaknai melihat secara sepintas, lalu memandang dengan cara mencuri-curi, sehingga yang dipandang tidak merasa bahwa dia sedangndipandang. Mencuri-curi pandang ini memiliki tiga sebab: pengagungan dan keagungan yang dipandang, sehingga yang memandangnmencuri-curi pandangan ke arahnya serta tidak memandang dengan pandangan yang tajam sebagai sikap pengagungan kepadanya.

Hal ini seperti yang dilakukan para sahabat terhadap Nabi Saw. Mereka tidak pernah memandang dengan pandangan yang tajam terhadap beliau, sebagai penghormatan dan pengagungan terhadap beliau. Ada sebab lain yang membuat orang yang memandang tidak berani memandang secara langsung kepada yang dipandang, yaitu takut terhadap pengaruh yang dipandang. Hal ini disebabkan oleh cinta, rasa malu, atau merasa lemah untuk memandang secara langsung. Inilah sebab umum dalam masalah ini.

Begitulah orang yang memiliki keadaan ini (seperti yang disebutkan di atas). Selagindia memperhatikan keagungan Rubūbiyah Allah Swt. dengan hatinya, kesempurnaan Allah Swt., kesempurnaan sifat-sifat-Nya, kemurahan, kebaikan dan karunia-Nya, maka hatinya akan mencuri pandang kepada Allah Swt. dan ia mempunyai ubūdiyah (peribadatan) secara khusus.

Memperhatikan terbagi menjadi tiga derajat, antara lain: memperhatikan karunia yang sudah ditetapkan sejak semula sehingga meninggalkan sikap meminta-minta, dengan menampakkan kerendahan diri sesuai dengan hak Rubūbiyah, yang menumbuhkan kegembiraan, yang disertai kewaspadaan terhadap tipu daya, yang membangkitkan rasa syukur menurut sifatnyang ditegakkan Allah Swt. bagi Diri-Nya.

Memperhatikan bisa dengan mata dan bisa dengan hati, tapi yang dimaksudkan adalah yang kedua, yaitu memperhatikan dengan hati, bukan dengan mata. Jadi yang dimaksud dengan memperhatikan karunia yang sudah ditetapkan sejak semula ialah memperhatikan pemberian Allah Swt. yang sudah ditetapkan dalam takdir sebelum dikeluarkan ke dunia, sebagaimana firman-Nya dalam QS Al-Anbiyā, 21: 101 ini dan QS As-Şaffāt, 37: 171-173.

Masalah ini dapat dimaknai bahwa jika hamba melihat ketetapan yang telah ditakdirkan Allah Swt. sejak semula, yang berarti ketetapan itu pasti akan sampai kepadanya, maka hatinya menjadi tenang. jiwanya menjadi tenteram, dan dia tahu bahwa musibah yang menimpa dirinya bukan suatu kesalahan takdir, dan jika musibah tidak menimpanya, maka memang bukan takdirnya. Dia tahu bahwa rahmat yang dibukakan Allah Swt. baginya, maka manusia tidak akan sanggup menahannya, dan apa yang ditahan-Nya, maka mereka tak akan sanggup melepaskannya. Jika dia meyakini hal ini, maka dia akan merasakan manisnya iman kepada qada dan gadar, lalu dia tidak akan menuntut kepada Allah Swt., sebab apa yang sudah ditetapkan di dalam qadar pasti akan sampai kepadanya.
(Ibnu'l Qayyim Al-Jauziyyah, Madāriju As-salikin Manāzilu lyyāka Na'budu wa lyyāka Nasta'inu, Juz 3, t.t.. 104-110).

- Riyāduş şālihin :

Dari Abu Žar Ra., Nabi Saw. meriwayatkan firman Allah Swt. yang berbunyi, "Hai hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan diri-Ku untuk berbuat zalim dan perbuatan zalim itu pun Aku haramkan di antara kamu. Oleh karena itu, janganlah kamu saling berbuat zalim! Hai hamba-Ku, kamu sekalian berada dalam kesesatan, kecuali orang yang telah Aku beri petunjuk. Oleh karena itu, mohonlah petunjuk kepada-Ku, niscaya Aku akan memberikannya kepadamu! Hai hamba-Ku, kamu sekalian berada dalam kelaparan, kecuali orang yang telah Aku beri makan. Oleh karena itu, mintalah makan kepada-Ku, niscaya Aku akan memberimu makan!" (HR Muslim).
Hadiš di atas mengandung beberapa faedah, antara lain disyariatkan untuk berdoa memohon hidayah, karena hidayah itu berada pada genggaman Allah Swt. Demikian pula memohon rezeki karena semua makhluk adalah hamba Allah Swt. yang tidak memiliki kemampuan sedikit pun terhadap dirinya sendiri, sementara itu rezeki mereka berada pada genggaman Allah Swt. Dia akan memberikan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki. (Dr. Mustafā sā'id Āl-Khin, Nūżhätūl Mūttāqinā Syārhū Riyādiş sālihinā, Juz 1, 1407 H/1987 M: 140-141).

- Medical Hadiš :

Dari Aisyah Ra., dia berkata, "Apabila di kalangan keluarga Rasulullah Saw. ada yang sakit, maka beliau memerintahkan supaya dibuatkan sup." Aisyah berkata lagi, "Beliau mengucapkan, "Sesungguhnya sup tersebut akan menguatkan hati orang yang sedang bersedih, dan akan menghilangkan sakit dari hati orang yang sakit sebagaimana salah seorang dari kalian menghilangkan kotoran (debu) dari wajahnya dengan air." (HR Ibnu Majah, Ahmad, dan Al-Bukhāri secara Mu'allaq). (lbnu'l Qayyim Al-Jauziyyah, At-Tibbun Nabawi, tt.: 254).

- Tibbun Nabawi :

Khasiat Sya'ir (gandum)

Air rebusan biji gandum lebih baik dan lebih banyak kalori daripada tepungnya. la bermanfaat untuk mengobati batuk, melancarkan tenggorokan, membersihkan kotoran dalam perut, melancarkan urine, meredakan dahaga dan menurunkan panas. la juga mempunyai daya yang membersihkan, menghaluskan dan menguraikan. Adapun teknik membuatnya, hendaknya dipilih biji gandum yang baik yang telah ditumbuk, lalu direbus dengan air dengan kadar lima kali dari banyaknya biji gandum, dipanasi dengan api yang sedang-sedang saja, hingga airnya tersisa seperlima bagiannya, selarnjutnya disaring dan dipergunakan sesuai dengan kadar kebutuhan. (ibnu'l Qayyim A-Jauziyyah, Zãdu'7 Ma ādi fi Hadyi Khayril bādi, Juz 4, t.t.: 329).

- Penjelasan Surah Al-Anbiya' Ayat 91-101 :

Ayat 91-101 menjelaskan: 

Meneruskan manusia plihan Allah dan karakter mereka seperti yang dijelaskan ayat - ayat sebelumnya. Maryam Binti Imran yang  menjaga kemaluannya dari berbuat keji. Sebab itu, Allah berikan balasan yang sangat luar biasa dengan meniupkan ruh ke dalam rahimya sehingga mengandung anaknya; Isa. Allah jadikan keduanya (Maryam dan Isa) tanda kebesaran-Nya bagi seluruh manusia sepanjang masa sampai hari kiamat nanti.

Semua manusia pilihan yang dijelaskan itu adalah umat yang satu, yakni mempertuhankan Tuhan yang satu dan menyembah Tuhan yang satu, yakni Allah Ta’ala dengan konsep tauhid. Namun, kaum mereka berpecah belah dalam agama. Semuanya akan dikembalikan kepada Allah. Siapa saja diantara mereka yang beramal saleh yang dilandasi keimanan yang benar (meyakini keesaan Allah), maka pasti diterima Allah. Jika tidak, maka Allah akan batalkan semua amalnya.

Semua penduduk negeri yang Allah binasakan adalah disebabkan kekufuran dan kemusyrikan yang mereka lakukan. Mereka tidak dikembalikan lagi ke dunia sampai hari kebangkitan. Sedangkan tanda kiamat sudah dekat ialah ketika Yakjuj dan Makjuj dibukakan pintu bagi mereka sehingga mereka turun dengan  cepat dari tempat yang tinggi.

Ketika kiamat terjadi, mata manusia yang kafir pada Allah akan terbelalak dan menyesali kelalaian mereka terhadap kiamat itu dan barulah mereka sadar akan kezaliman yang mereka lakukan. Mereka dan tuhan-tuhan  yang mereka sembah akan menjadi kayu bakar api neraka. Semuanya akan dimasukkan ke dalam neraka dan kekal di dalamnya. Sekiranya tuhan-tuhan itu benar, pastilah mereka tidak akan masuk neraka itu. Mereka merintih dan menjerit di dalam neraka itu sedangkan mereka tidak dapat mendengar.  

Orang-orang yang menauhidkan Allah semasa hidup di dunia, mengamalkan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya serta beramal saleh secara maksimal dengan ikhlas kepada Allah, maka mereka akan dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke surga dengan berbagai nikmat yang Allah siapkan bagi mereka.