بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Selasa, 29 Agustus 2023

Tadabbur Al-Quran Hal. 332

Tadabbur Al-Quran Hal. 332
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Al-Hajj ayat 2 :

يَوْمَ تَرَوْنَهَا تَذْهَلُ كُلُّ مُرْضِعَةٍ عَمَّآ اَرْضَعَتْ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى النَّاسَ سُكٰرٰى وَمَا هُمْ بِسُكٰرٰى وَلٰكِنَّ عَذَابَ اللّٰهِ شَدِيْدٌ

(Ingatlah) pada hari ketika kamu melihatnya (goncangan itu), semua perempuan yang menyusui anaknya akan lalai terhadap anak yang disusuinya, dan setiap perempuan yang hamil akan keguguran kandungannya, dan kamu melihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, tetapi azab Allah itu sangat keras.

- Tafsir Al Muyassar Al-Hajj ayat 2 :

Pada hari ketika kalian melihat terjadinya kiamat, ibu lupa dengan bayinya yang disusuinya; karena ia tertimpa kesusahan, wanita yang mengandung menggugurkan kandungannya karena ketakutan, dan akal manusia hilang. Mereka seperti orang mabuk, karena sangat mencekam dan menakutkan. Mereka tidak mabuk karena khamar, tetapi azab yang sangat keras itu telah menghilangkan akal dan kesadaran mereka.

- Hadis Sahih Al-Hajj ayat 2 :

Dari Al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakr, bahwasannya Aisyah Ra. berkata, "Rasulullah Saw. bersabda, (Pada hari Kiamat) kalian akan dikumpulkan dengan keadaan tidak beralas kaki, telanjang, dan tidak berkhitan Aisyah berkata, Ya Rasulullah, laki-laki dan perempuan, satu sama lain dapat melihat auratnya?' Nabi menjawab, Kejadian ketika itu lebih dahsyat sehingga memalingkan mereka dari keinginan seperti itu'" (HR Bukhari, Fathul Bari, Juz 13, No 6527, 1416 H/1996 M: 187).

- Mujam Al-Hajj ayat 2 :

تَذْهَلُ

Zahala: Aż-Zuhūl ialah urusan yang menimbulkan kesedihan dan kekacauan pikiran. Disebutkan,"zahala an każa wa azhalahu kaža" yang artinya ia bingung karena masalah ini dan menjadikan pikirannya kusut. (Ar-Ragib Al-Asfahäni, Mujam Mufradati Alfazi Al-Qurāni, 1431 H/2010 M: 137)

- Tazkiyyatun Nafs :

Mahabbah (cinta) merupakan tempat persinggahan, yang menjadi ajang perlombaan di antara orang-orang yang suka berlomba, menjadi sasaran orang-orang yang beramal, dan menjadi curahan orang-orang yang mencintai. Dengan sepoi anginnya, orang-orang yang beribadah merasakan ketenangan. Cinta merupakan santapan hati, makanan ruh dan kesenangannya. Cinta merupakan kehidupan, sehingga orang yang tidak memilikinya seperti orang mati. Cinta adalah cahaya, siapa yang tidak memilikinya seperti berada di tengah lautan yang gelap gulita. Cinta adalah obat penyembuh, siapa yang tidak memilikinya, maka hatinya diliputi berbagai macam penyakit. Cinta adalah kelezatan, siapa yang tidak memilikinya, maka seluruh hidupnya diwarnai kegelisahan dan penderitaan. Cinta adalah ruh iman dan amal, kedudukan dan keadaan, yang jika cinta ini tidak ada di sana, maka tak ubahnya jasad yang tidak memiliki ruh. Cinta ikut memikul beban orang-orang yang mengadakan
perjalanan saat menuju ke suatu negeri, yang tentu saja mereka akan keberatan jika beban itu dibawa sendiri. Cinta menghantarkan mereka ke tempat persinggahan, yang selainnya tak bisa menghantarkan mereka ke tujuan tersebut. Cinta adalah kendaraan yang membawa mereka kepada sang kekasih. Cinta adalah jalan mereka yang lurus, yang mengantarkan mereka ke tempat persinggahan pertama yang terdekat. Demi Allah Swt., para pemilik cinta telah pergi membawa kemuliaan dunia dan akhirat, sehingga akhirnya senantiasa bersama sang kekasih. Allah Swt. telah menetapkan bahwa seseorang itu bersama orang yang paling dicintainya.

Sungguh ini merupakan kenikmatan tiada tara yang diberikan kepada orang-orang yang memiliki cinta. Mereka memenuhi panggilan kerinduan, saat ada yang berseru kepada mereka, "Hayya alal Falāh." Mereka rela mengorbankan jiwa agar bisa bersama sang kekasih. Pengorbanan ini dilakukan dengan suka rela dan rida, rela melakukan perjalanan pada pagi dan petang hari.

Pembayaran secara kontan dari harga cinta yang sudah disepakati harganya adalah dengan cara mengorbankan nyawa. Hal ini tidak berlaku bagi orang yang bangkrut, bodoh, bakhil dan suka menawar-nawar. Karena banyak orang yang mengaku memiliki cinta, maka mereka dituntut untuk menyodorkan bukti pengakuan itu. Andaikan mereka diberi kesempatan untuk menyampaikan pengakuannya, maka kesaksian mereka akan beragam. Lalu dikatakan, "Pengakuan ini tidak bisa diterima kecuali ada buktinya." Padahal Allah menantangnya pada surah Ali-Imrān, 3:31. Semua manusia tertinggal di belakang. kecuali orang-orang yang mengikuti sang kekasih dalam perbuatan, perkataan, dan akhlaknya. Lalu mereka dituntut keadilan bukti itu lewat proses jihad. Perhatikan firman Allah surah AI-Māidah, 5: 54.
Kebanyakan orang-orang yang memiliki cinta tertinggal di belakang, dan yang bangkit adalah orang-orang yang berjihad. Lalu dikatakan kepada mereka, "Sesungguhnya jiwa dan harta orang-orang yang mencintai bukan milik mereka. Maka ke sinilah untuk menyatakan sumpah setia kepada Allah."
Perhatikan firman Allah QS At-Taubah, 9:111. Ketika mereka mengetahui keagungan pembeli dan harga yang tinggi, serta keagungan yang akan diperolehnya setelah terjadi kontrak jual beli, mereka pun tahu nilai barang. Mereka juga melihat siapa saja orang yang bodoh, karena menjual barang itu dengan harga yang sangat murah. Maka dengan penuh keridaan mereka ikut dalam perdagangan ini tanpa menawar dan memilih-milih, sambil berkata, "Demi Allah Swt., kami tidak membatalkan dan kami tidak meminta pembatalan perniagaan denganmu."
Setelah kontrak jual beli sudah rampung dan barang sudah diserahkan kepada pembeli, maka dikatakan kepada mereka, "Sejak saat ini jiwamu dan hartamu menjadi milik kami, dan kelak kami akan mengembalikannya lagi kepadamu dalam jumlah yang lebih banyak lagi, jauh lebih banyak." (Ibnu'l Qayyim AI-Jauziyyah, Raudatul Muhibbina wa Nuzhatul Musytaqina, 1412 H/1992 M: 149-154)

- Riyāduş Şālihin :

Dari Abu Zar Ra., ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya aku melihat apa yang tidak kalian lihat dan mendengar apa yang tidak kalian dengar. Langit mnerintih dan memang layak baginya merintih. Tidaklah di sana ada tempat untuk empat jari, melainkan ada malaikat yang meletakkan dahinya seraya bersujud kepada Allah Swt. Andai kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian jarang tertawa dan sering menangis, kalian tidak akan bersenang-senang dengan istri di atas ranjang. Kalian akan keluar menuju tanah yang tinggi dan memohon kepada Allah Swt. dengan beriba-iba. Aku ingin seandainya diriku menjadi pohon yang ditebang." (HR At-Tirmiži, dan ia berkata, "Hadis ini hasan.).

Hadis di atas mengandung beberapa faedah, antara lain: Di antara sifat-sifat seorang mukmin ialah merasa takut dan segan epada Allah Swt., tapi itu tidak membuatnya putus harapan dari rahmatNya. Di samping anjuran untuk memohon pertolongan dengan rahmat Allah Swt. dan keridaan-Nya. (Dr. Mustafā Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādis Sālihina, Juz 1, 1407 H/1987 M: 370-371).

- Tibbun Nabawi :

Khasiat Syawa' atau Syawiy (Daging panggang)

Daging panggang yang paling baik ialah daging domba muda, kemudian daging sapi muda yang gemuk. Daging panggang merupakan makanan orang-orang yang kuat, sehat, dan olahragawan. Jika daging itu direbus terlebih dahulu, lebih berkhasiat untuk meringankan kerja perut, dan yang paling jelek jika dipanggang di bawah terik matahari. Memanggang di atas batu yang dipanaskan lebih baik daripada memanggang di atas lidah api. Di dalam Al-Qur'an, daging panggang disebutkan sebagai jamuan yang disuguhkan Nabi lbrahim As. dihadapan tamunya, Allah Swt. berfirman, Dan para utusan Kami (para malaikat) telah datang kepada Ibrahim As. dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan, "Selamat." Dia (brahim As.) menjawab, "Selamat (atas kamu)." Maka tidak lama kemudian lbrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang. (0S Hūd, 11:69). (1bnul Qayyim Al-Jauziyyah, Raudatul Muhibbina wa Nuzhatul Musytaqina, Juz 4 t.t..329-330).

- Tadabbur Surah Al-Hajj Ayat 1-5

Ayat 1 - 5 dari surah Al-Hajj ini menjelaskan peristiwa kiamat itu pasti terjadi dan merupakan peristiwa yang amat dahsyat. Saking dahsyatnya kiamat itu, setiap wanita yang menyusui anaknya tidak disadari terlepas dari pangkuannya, setiap wanita hamil, langsung keguguran dan manusia seperti orang-orang mabuk, padahal bukan karena mabuk, melainkan karena dahsyatnya azab Allah.

Banyak dari manusia yang membantah tentang Allah tanpa ilmu. Mereka hanya mengikuti setan yang sangat durhaka itu. Sebab itu, Allah sudah tetapkan siapa saja berkawan atau menjadikan setan penolong maka setan itu pasti menyesatkannya dan menunjukinya ke jalan menuju azab neraka Sa’ir.

Manusia yang meragukan hari kebangkitan (kiamat) itu tidak berpijak pada ilmu, melainkan hanya ikut-ikutan apa kata nenek moyang mereka. Allah menjelaskan keraguan itu dapat dihilanglkan. Caranya dengan mempelajari bagaimana Allah menciptakan mereka dari tanah, kemudian berkembang menjadi ratusan juta sel seperma dan hanya satu sel sperma yang diberi Allah berhasil membuahi ovum. Setelah pembuahan terjadi, maka berkembang menjadi mudhgah (seperti daging yang digigit) yang sempurna dan yang tidak sempurna. Allah jelaskan  proses penciptaan manusia itu dengan jelas (seperti dalam surah Al-Mukminun ayat 12-14). Allah tetapkan dalam rahim sesuai kehendak-Nya sampai batas waktu yang ditentukan-Nya. Kemudian Dia keluarkan sebagai bayi, kemudian Dia kembangkan sampai dewasa. Di antara manusia ada yang Allah matikan lebih awal dan ada pula yang ditakdirkan sampai pikun, agar memori pengingatnya hilang.

Begitu pula saat kita melihat bumi itu kering, lalu Allah turunkan hujan di atasnya. Tiba-tiba bumi itu bergerak menjadi hidup, subur dan menumbuhkan setiap pasangan tumbuh-tumbuhan yang indah. Semua itu cukup menjadi bukti kekuasaan Allah. Bagi Allah mudah saja membangkitkan manusia kembali di hari kiamat.