بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Minggu, 04 Juni 2023

Tadabbur Al Quran Hal. 301

Tadabbur Al-Quran Hal. 301
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Al-Kahf ayat 69 :

قَالَ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ صَابِرًا وَّلَآ اَعْصِيْ لَكَ اَمْرًا

Dia (Musa) berkata, “Insya Allah akan engkau dapati aku orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam urusan apa pun.”

- Tafsir Al Muyassar Al-Kahf ayat 69 :
Musa berkata kepadanya: Kamu akan mendapatiku, Insya Allah, sebagai seorang yang bersabar atas apa yang aku lihat darimu, dan aku tidak akan menentang perintah yang kamu perintahkan kepadaku.

- Riyadus Salihin Al-Kahf ayat 69 :

Dari lbnu Abbas bahwasannya Nabi Saw pernah berdoa ketika dalam kesulitan yaitu, "Lã llāha illāllāhul Azinmul Halim, Lā laha illallāh Rabbul Arsyil Azim, Lă laha illallāh Rabbussamawāti warabbul Ardi warabbul'Arsyil Karimi (Tiada sesembahan yang hag selain Allah Yang Mahaagung dan Maha Penyantun. Tiada tuhan selain Allah, Tuhan Penguasa Arsy yang agung Tiada sesembahan yang haq selain Allah, Tuhan langit dan bumi serta Tuhan Arsy yang mulia)." (HR Bukhari dan Muslim, Riyãdus Sālihin, No. 1502, 2010 M: 382)

- Riyadus Salihin :

Dari Abu Musa Ra., ia berkata bahwa Nabi Saw. bersabda, "Sesungguhnya perumpamaan teman dekat yang baik dan teman dekat yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Seorang penjual minyak wangi terkadang mengoleskan wanginya kepada kamu dan terkadang kamu membelinya sebagian atau kamu dapat mencium semerbak harumnya minyak wangi itu. Sementara tukang pandai besi adakalanya ia membakar pakaian kamu ataupun kamu akan mencium baunya yang tidak sedap." (HR Bukhari-Muslim).

Hadis di atas memberikan faedah:

(a) Larangan bergaul dengan orang yang telah mengotori perkara dunia dan akhirat.
(b) Dorongan untuk bergaul dengan orang yang memberikan faedah dunia dan akhirat.
(c) Bolehnya jual-beli parfum dan hukum parfum itu suci apabila dipakai dalam salat.
(Dr. Mustafā Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādis Şālihina, Juz 1, 1407 H/1987 M:339-340).

- Hadis Nabawi :

Dari Abdullah bin Mas'ud Ra., ia berkata, "Ketika aku bersama Nabi Saw. di suatu ladang sementara beliau tengah bersandar, tiba-tiba beberapa orang Yahudi lewat. Mereka saling berkata satu sama lainnya, Tanyakanlah kepadanya tentang ruh sehingga ia kembali bertanya, Bagaimana pendapat kalian tentangnya! Namun sebagian berkata, langan sampai ia meminta kalian mendatangkan sesuatu yang kalian sendiri tidak menyukainya. Mereka berkata, Tanyakanlah pada-nya.' Kemudian mereka bertanya tentang ruh. Nabi Saw. diam dan tidak menjawab apa pun kepada mereka. Aku tahu beliau tengah diberi wahyu. Aku berdiri dari tempatku. Saat wahyu turun, beliau bersabda, Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah, Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi
pengetahuan melainkan sedikit. (QS Al-Isrā, 17: 85). (HR Al Bukhari, Sahihu' Bukhari, 1400, Juz 3, No. Hadis 4721:252-253 ).

- Nasihat & Pelajaran :

Nabi Musa As. termasuk salah seorang Nabi "Ulul Azmi (yang memiliki keteguhan). Ketika Allah Swt. memberitahukan bahwa ada seorang hamba yang diberi ilmu yang tidak diberikan kepada Musa As., maka Nabi Musa As. pun segera memohon kepada Allah agar diberi petunjuk untuk menimba ilmu darinya. Setelah Nabi Musa As. menemuinya, Khidir As. mengatakan, "Sekali-kali kamu tidak akan sanggup dan sabar bersamaku." Maka Musa As. pun menjawab, "Insya Allah kamu mendapatiku sebagai orang yang sabar dan tidak akan menentangmu." Pernyataan Musa As. ini sebagai bukti ketawaduannya walaupun tidak diragukan lagi bahwa Nabi Musa As. lebih utama dan lebih tinggi kedudukan dan derajatnya daripada Khidir As.
Ini pula yang menjadi keutamaan Nabi Musa As. ketika harus menempuh perjalanan yang sangat melelahkan dalam mencari ilmu. Demikian juga dalam adab-adabnya serta kesungguhannya dalam meraih imu.
(lbnul Asir Al-Jazari, Al-Kamil fit Tarikhi, Jilid 1: 123, Abdurrahman An-Najdi, Taisirul Manan fi Qasasil Quran, 1429 H: 99-100).

- Kisah Nabi & Rasul :

Ketika Nabi Khidir berkata kepada Musa, "Wahai Musa! Sesungguhnya aku mendapatkan sebagian ilmu dari ilmu-ilmu Allah, Allah telah mengajarkan ilmu yang tidak engkau ketahui, begitu juga engkau mendapatkan sebagian ilmu dari ilmu-ilmu Allah yang aku tidak mengetahuinya." Lalu Musa berkata kepadanya, "Bolehkah aku mengikutimu agar kamu dapat mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?" Nabi Khidir menjawab, "Sesungguhnya sekali-kali kamu tidak akan sanggup dan sabar bersamaku. Bagaimana kamu bisa sabar atas sesuatu yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?" Musa berkata, "Insya Alah kamu akan mendapatiku sebagai orang yang sabar dan aku pun tidak akan menentangmu dalam suatu urusan pun." Nabi Khidir menjawab, "Jika kamu tetap mengikutiku, janganlah kamu menanyakan sesuatu hingga aku sendiri yang akan menerangkannya kepadamu." Kemudian keduanya berjalan menyusuri pantai. Lalu keduanya naik perahu. Hinggaplah seekor burung pada tiang kapal, lalu menyelamkan paruhnya pada air (untuk minum). Nabi Khidir berkata kepada Musa, "lmu yang aku miliki dan ilmu yang engkau miliki dibanding dengan llmu Allah, seukuran dengan apa yang dipatuk oleh burung itu dari laut." Ketika mereka berada dalam kapal, Musa merasa heran oleh tindakan Khidir.

Musa berkata kepadanya, "(mereka) telah membawa kita tanpa upah, tetapi mengapa kamu malah melubangi perahu mereka untuk kamu tenggelamkan penumpangnya?" Khidir menjawab, "Bukankah telah aku katakan kepadamu bahwasanya kamu sekali-kali tidak akan sabar ikut bersamaku." Musa berkata, "Janganlah kamu menghukumku karena kealpaanku dan janganlah kamu membebaniku dengan suatu kesulitan dalam urusanku." Itulah pertama. Tak lama kemudian, keduanya pun turun (dari perahu tersebut) dan pergi berjalan. Tiba-tiba mereka melihat seorang anak kecil yang sedang bermain dengan dua orang temannya. Nabi Khidir memegang kepala anak itu dan membunuhnya. Musa berkata kepadanya, "Mengapa engkau bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sungguh, engkau telah kalinya Musa lupa. melakukan sesuatu yang sangat mungkar Khidir berkata, "Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa engkau tidak akan mampu sabar bersamaku?" Dia (Musa) berkata "Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu setelah ini, maka jangan lagi engkau memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya engkau sudah cukup (bersabar menerima alasan dariku." Maka keduanya berjalan, hingga ketika keduanya sampa kepada penduduk suatu negeri, mereka berdua meminta dijamu oleh penduduknya tetapi mereka (penduduk negeri itu) tidak mau menjamu mereka." Tidak ada seorangpun yang memberi makan atau minum bagi keduanya. Kemudian keduanya mendapatkan dinding rumah yang hampir roboh (di negeri itu), lalu dia menegakkannya. Lalu Musa mengatakan kepadanya, "Mereka tidak menjadikan kita sebagai tamu dan tidak pula mempersilakan kepada kita. Jika engkau mau, niscaya engkau dapat meminta imbalan untuk itu." Nabi Khidir mengatakan, "Inilah perpisahan antara aku dengan engkau. Aku akan memberikan penjelasan kepadamu atas perbuatan yang engkau tidak mampu sabar terhadapnya."
(ibnul Asir Al-Jazari, Al-Kamil fit Tarikhi, Jilid 1: 123-125).

- Penjelasan Surah Al-Kahfi Ayat 62-74 :

Ayat 62 74 meneruskan ayat sebelumnya terkait kisah Musa dan bagaimana skenario Allah mempertemukannya dengan seorang hamba yang Allah berikan padanya rahmat dan ilmu futuristik (analisa peristiwa yang akan terjadi). Saat Musa meminta pembantunya untuk mengeluarkan bekal makan siang, sang pembantu menjelaskan bekal mereka tetinggal waktu merebahkan badan di atas batu besar sebelumnya. Setan telah melupakannya. Lalu Musa menyadari itulah sebenarnya tempat yang mereka tuju. Setelah sampai di sana, mereka menemukan seorang hamba Allah tersebut. Musa minta diajak mengikuti perjalanan hamba tersebut agar diajarkan kepadanya ilmu yang lurus.

Hamba Allah tersebut mengatakan: Anda tidak akan sanggup sabar bersama saya karena belum memiliki pengetahuan yang dalam. Lalu Nabi Musa berkata: Insya Allah saya akan sabar dan tidak mendurhakai perintah Anda. Hamba itu menjawab: Kalau Anda ikut saya, maka jangan sekali-kali bertanya tentang sesuatu apapun sampai saya ceritakan pelajaran apa yang ada di baliknya. Keduanya pun berjalan sampai menaiki perahu, hamba tersebut melubanginya. Kemudian bertemu anak muda, lalu hamba tersebut membunuhnya. Kedua peristiwa tersebut diprotes oleh Musa. Hamba itu berkata: Bukankah sudah saya katakan bahwa Anda tidak akan bisa sabar mengikutiku?