بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Jumat, 09 Juni 2023

Tadabbur Al-Quran Hal. 302

Tadabbur Al-Quran Hal. 302
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Al-Kahf ayat 79 :

اَمَّا السَّفِيْنَةُ فَكَانَتْ لِمَسٰكِيْنَ يَعْمَلُوْنَ فِى الْبَحْرِ فَاَرَدْتُّ اَنْ اَعِيْبَهَاۗ وَكَانَ وَرَاۤءَهُمْ مَّلِكٌ يَّأْخُذُ كُلَّ سَفِيْنَةٍ غَصْبًا

Adapun perahu itu adalah milik orang miskin yang bekerja di laut; aku bermaksud merusaknya, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang akan merampas setiap perahu.

- Tafsir Al Muyassar Al-Kahf ayat 79 :

Adapun perahu yang aku lobangi itu adalah kepunyaan orang-orang yang membutuhkan (orang-orang miskin untuk mencari rizki. Aku bermaksud mencacatkan perahu itu dengan cara melobanginya; karena di hadapan mereka ada seorang raja (bajak laut) yang akan mengambil setiap perahu yang masih bagus secara paksa dari pemiliknya.

- Mu'jam Al-Kahf ayat 79 :

السَّفِيْنَةُ

As-Safinah berasal dari kata Safana, As-Safan ialah memahat/meraut bagian luar sesuatu. Misalnya ungkapan "safanal 'uda wal-Jilda" (dia meraut kayu dan kulit). dan "safanar rihut turàba anil ardi (angin menyapu tanah dari bumi). Kata As-Safan itu seperti kata an-naqdu (melepaskan), karena akan dilepaskan. Dari kata as-safnu muncullah kata As-Safinah. Allah berfirman, Adapun perahu itu... (Al-Kahfi, 18: 79). Kemudian di-majaz-kan (dipindahkan dari arti asinya ke dalam arti yang baru) dengan As-Safinah, maka setiap yang dikendarai dengan mudah diserupakan dengan As-Safinah.
(Ar-Ragib Al-Asfahani, Mujam Mufradati Alfazi A Qur'ani, 1431 H/2010 M:176).

- Tazkiyyatun Nafs :

Adab merupakan kumpulan dari beberapa hal. Jadi, adab artinya himpunan perkara-perkara yang baik pada diri hamba. Ada pula Ma'dabah, yang artinya makanan yang dikerubuti beberapa orang untuk dimakan.
Sedangkan ilmu adab, artinya ilmu yang mengatur kecakapan lisan, ucapan, membaguskan lafaz-lafaznya, dan menjaganya dari kesalahan/kekeliruan, yang merupakan cabang dari adab secara umum.
Adab dalam pembahasan ini ada tiga macam.
Pertama, adab bersama Allah Swt.
Kedua, adab bersama Rasulullah Saw. dan syariatnya.
Ketiga, adab bersama makhluk Allah Swt.

Adab bersama Allah Swt. ada tiga macam, yaitu:
(a) menjaga muamalah denganNya agar terhindar dari kekurangan,
(b) menjaga hati agar tidak berpaling kepada selain-Nya,
(c) menjaga kehendak agar tidak bergantung kepada sesuatu yang dibenci Allah Swt.

Abu Ali Ad-Daqgaq berkata, "Dengan ketaatannya kepada Allah Swt., seorang hamba bisa mencapai surga, dan dengan adabnya dia bisa mencapai ketaatan kepada Allah Swt."
Yahya bin Mu'aż berkata, "Siapa yang memelihara adab Allah Swt., maka dia termasuk orang-orang yang dicintai Allah Swt."

Perhatikanlah keadaan para rasul bersama Allah Swt., seruan dan doa mereka.

Tentunya kita akan mendapati bahwa semua tindakan mereka tidak lepas dari adab.
Misalkan perkataan lbrahim As., Dan jika aku sakit, maka Dia menyembuhkan aku...
(QS Asy-Syu'arā, 26: 80) Beliau tidak berkata, Jika Dia membuatku sakit", karena menjaga adab bersama Allah Swt. Begitu pula perkataan Khidir tentang bahtera, Aku bermaksud merusaknya, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang akan
merampas setiap perahu... (OS Al-Kahfi, 18: 79) Beliau tidak berkata, "Tuhanmu bermaksud merusaknya," karena menjaga adab bersama Allah Swt. 

Menurut Abu Nasr As-Sirāj, ada tiga tingkatan manusia dalam kaitannya dengan adab:
(a) Ahli dunia, yang adab mereka berkisar pada masalah kefasihan bicara, sastra, bahasa, menjaga ilmu, nasab para raja dan syai-syair.
(b) Ahli agama, yang adabnya berkisar pada masalah melatih jiwa, mendidik anggota tubuh, menjaga hukum dan meninggalkan nafsu/syahwat.
(c) Ahli hal-hal yang bersifat khusus, yang adab mereka berkisar pada masalah menyucikan hati, memperhatikan hal-hal yang tersembunyi, memenuhi janji, tepat waktu, membaguskan adab dan Tagarrub. An-Nawawi berkata, "Siapa yang tidak memiliki adab terhadap waktu, maka waktunya akan menjadi kebencian."

Hakikat adab adalah menerapkan akhlak yang baik. Karena itu adab juga bisa dikatakan sebagai upaya mengeluarkan kesempurnaan dan kekuatan dalam tabiat kepada lingkup yang nyata. Allah Swt. telah mempersiapkan diri manusia untuk menerima kesempurnaan, dengan memberinya keahlian dan kesiapan, yang tersembunyi di dalam dirinya, seperti api dalam sekam. Lalu Allah Swt. memberinya ilham, kekuatan, pengetahuan dan petunjuk, mengutus para rasul, menurunkan kitab-kitab, untuk mengeluarkan kekuatan yang telah disempurnakan itu menjadi perbuatan dan amal. (bnu'l Qayyim Al-Jauzi-yyah, Madāriju As-Salikin Manāzilu lyyāka Na'budu wa lyyāka Nasta 'inu, Juz 2, t.t.: 391-396).

- Riyadus Salihin :

Dari lbnu Abbās Ra., Nabi Saw. bersabda, Jagalah Allah Swt., niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah Swt., niscaya engkau mendapati-Nya di hadapanmu. Ingatlah Dia di waktu lapang, niscaya Dia akan ingat kepadamu di waktu sempit. Jika engkau meminta, maka mintalah kepada Allah Swt. dan jika engkau memohon pertolongan, maka mohonlah pertolongan kepada Allah Swt. (HR Ahmad).

Hadis di atas menunjukkan suatu fondasi besar tentang pengawasan Allah Swt., perhatian terhadap hak-hak-Nya, menyerahkan urusan dan bertawakal kepada-Nya, dan mempersaksikan keesaan-Nya. Disamping itu hadis ini menjelaskan kelemahan semua makhluk dan keperluan mereka hanya kepada-Nya. (Dr. Mustafā Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttagina Syarhu Riyadis Salihina, Juz 1, 1407 H/1987 M: 95-96).

- Medical Hadis :

Dari Umar bin Al-Khattab Ra., dia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Makanlah minyak zaitun dan berminyaklah dengannya (pergunakan untuk selain makan), karena dia dihasilkan dari pohon yang diberkahi." (HR At-Tirmiżi).

Dari Umar, dia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Jadikalah minyak (zaitun) sebagai lauk paukmu, dan minyakilah (rambut) kalian dengannya, sesungguhnya ia berasal dari pohon yang diberkahi." (HR Ibnu Majah). (Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah, At-Tibbun Nabawi, t.t.: 244).

- Tibbun Nabawi :

Khasiat Zaitun

Kualitas minyak zaitun tergantung dari kualitas buah zaitun. Perasan dari buah yang masak adalah yang paling baik. Minyak dari buah zaitun yang masih mentah bersifat mentah dan kering. Minyak dari buah zaitun merah berkualitas menengah, sedangkan dari buah zaitun hitam memiliki sifat yang panas dan lembab secara seimbang. la bermanfaat untuk membebaskan racun dan mengeluarkan cacing. Semua jenis minyak ini menghaluskan kulit dan menghambat tumbuhnya uban. Air zaitun yang asin sangat baik mengobati bekas luka bakar dan menguatkan gusi. Sedangkan daun zaitun untuk mengobati luka, gatal-gatal dan mencegah keringat.
Allah Swt. berfirman tentang zaitun, Pelita itu di dalam tabung kaca, (dan) tabung kaca itu bagaikan bintang yang berkilauan, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di timur dan tidak pula di barat, yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. (0S An-Nūr, 24: 35) (Ibnu'l Qayyim Al-Jauziyyah, Zadu'l Ma adi fi Hadyi Khayril bādi, Juz 4, t.t.: 316-317).

- Penjelasan Surah Al-Kahfi Ayat 75-83 :

Ayat 75- 82 masih menjelaskan kisah Musa dengan hamba Allah (Khidhir). Setelah Musa memprotes Khidhir merobek perahu dan membunuh seorang anak, Khidhir mengingatkan Musa jika bertanya satu kali lagi, maka kebersamaan mereka akan berakhir. Saat mereka melewati suatu desa dan penduduknya tidak mau memberi mereka makan, Khidhir malah mendirikan dinding sebuah rumah yang roboh. Musa pun bertanya kenapa tidak minta upahnya? Saat itu juga Khidhir menegaskan bahwa mereka harus berpisah.

Sebelum berpisah, Khidhir menjelaskan motif tiga kasus yang dilakukannya. Semuanya terkait dengan pengetahuannya yang diajarkan Allah. Pelajaran yang dapat kita petik ialah, tidak boleh mengklaim diri kita yang paling berilmu atau palimg pandai. Karena masih banyak hamba Allah lain yang lebih pandai pada kita, seperti yang dialami Nabi Musa. Kemudian, Ilmu futuristik tidak bertentangan dengan Islam, selama tidak terkait dengan hal-hal gaib yang telah ditegaskan Allah tidak akan diberikan kepada siapapun dari hamba-Nya seperti kematian, hari kiamat dan sebagainya.

Kita dituntut menuntut ilmu Allah yang tertuang dalam Al-Qur’an, Sunnah Rasul Saw. dan ayat-ayat-Nya yang tertuang dalam alam semesta dan dalam diri manusia. Untuk mendapatkan ilmu-ilmu tersebut memerlukan guru yang alim, keikhlasan dan kesabaran. Umat Islam tidak akan pernah unggul dalam kehidupan dunia ini dan tidak pula akan selamat di akhirat jika tidak mau mendalami ilmu Allah, sebagai Tuhan Pencipta yamg Maha Mengetahui.

Ayat 83 menjelaskan di antara cara orang-orang kafir Quraisy menguji Rasul Saw. apakah benar beliau Rasul Allah ialah dengan menanyakan kisah Zulkarnain.