Taddabur Al Qur'an Hal. 300
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
- Al Qur'an Indonesia Tajwid.
- Al-Kahf ayat 60 :
وَاِذْ قَالَ مُوْسٰى لِفَتٰىهُ لَآ اَبْرَحُ حَتّٰٓى اَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ اَوْ اَمْضِيَ حُقُبًا
Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada pembantunya, “Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua laut; atau aku akan berjalan (terus sampai) bertahun-tahun.”
- Tafsir Al Muyassar Al-Kahf ayat 60 :
Ingatlah ketika Musa berkata kepada pembantunya, Yusya' bin Nun: Aku akan terus berjalan hingga mencapai pertemuan dua buah lautan, atau aku akan berjalan dalam waktu yang lama hingga bertemu seorang hamba yang shalih, agar aku bisa belajar darinya ilmu yang tidak aku miliki.
- Mu'jam Al-Kahf ayat 60 :
Haqaba: firman Allah Swt., "Mereka tinggal di sana dalam masa yang lama." (QS An-Na-ba', 78: 23). Dikatakan, 'Ahqab jamak dari Hugbun artinya satu masa (seribu tahun)".
Ada juga yang berkata, "Delapan puluh tahun." Jamaknya adalah "Hiqabun." Pendapat yang benar, bahwa Al-Hiqbah adalah waktu yang belum jelas ukurannya dalam satu zaman.
(Ar-Ragib Al-Asfahani, Mu'jam Mufradati Alfazi Al-Qur 'äni, 1431 H/2010 M: 97)
- Riyadus Salihin :
Dari Abu Musa Ra., ia menceritakan bahwa diberitahukan kepada Nabi Saw., ada seseorang yang mencintai suatu kaum, namun dia sendiri belum pernah berjumpa dengan kaum tersebut, beliau bersabda, "Seseorang akan bersama dengan orang yang dicintainya." (HR Bukhāri-Muslim).
Hadis di atas memberikan beberapa faedah di antaranya:
(a) Hendaklah seseorang memilih teman dan saudara dari kalangan orang yang saleh dan bertakwa supaya mereka bisa berkumpul bersama-sama di akhirat dan ini merupakan keutamaan persahabatan yarng terpilih.
(b) Sepatutnya bagi seseorang untuk menjauhi persahabatan dengan orang yang jelek akhlaknya lagi fasik supaya mereka tidak berkumpul bersama-sama di akhirat karena persahabatan cenderung memberikan pengaruh.
(Dr. Muştafā Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādis Şālihina, Juz 1, 1407H/1987 M: 342)
- Hadis Nabawi :
Dari Mas'ud Ra, ia berkata,"Ketika aku menemui Abdullah bin Mas'ud, ia berkata, "Wahai manusia! Barang siapa mengetahui sesuatu, hendaklah ia mengatakan apa yang diketahuinya, dan barang siapa tidak mengetahuinya, maka hendaklah ia mengatakan Allah Yang Maha Mengetahui. Karena, termasuk dari ilmu ketika ia tidak mengetahuinya, ia mengatakan bahwa Allah Maha Mengetahui." Allah Swt. berfirman kepada Nabi-Nya Saw. Katakanlah (hai Muhammad), "Aku tidak meminta upah sedikit pun padamu atas dakwahku dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan.
(QS sād, 38: 86). (HR Bukhāri, Sahihu'l Bukhāri, 1400, Jilid 3, No. Hadis 4809, 1400 H: 284).
- Nasihat & Pelajaran :
Musa As adalah seorang Nabi yang diajak berbicara oleh Allah secara langsung. Meski demikian, ia diperintah untuk belajar kepada Khidir As. Hal ini menunjukkan bahwa kerendahan hati lebih baik dari takabur. Nabi Musa As. diperintah untuk belajar kepada Khidir karenakan ia tidak mengembalikan ilmu itu kepada pemiliknya. Selain itu, Allah mewahyukan kepadanya bahwa di antara hamba-hamba-Nya ada seseorang yang memiliki ilmu yang tidak diberikan kepada orang lain.
Maka Musa As. pun ingin menemuinya. Ketika sudah merasa lelah dari perjalanannya, Nabi Musa As. beristirahat sampai tertidur, sementara ikan yang dijadikan bekal olehnya sudah meninggalkannya. Hal ini menunjukkan ikan yang sudah mati, lalu hidup kembali menjadi satu mukjizat bagi Nabi Musa As. dan sebagai pertanda akan bertemu dengan orang yang memiliki ilmu sebagaimana yang diwahyukan kepadanya. Di antara hikmah Musa As. tertidur di tempat itu ialah agar ia tidak lagi melanjutkan perjalanannya. Sebab kalau belum bertemu dengan orang yang dikehendakinya, maka ia akan terus mencarinya. (Syaikh Ahmad Muştafā Al-Marāgi. Tafsir Al-Marāgi, t,t, Juz 15: 175-177).
- Kisah Nabi & Rasul :
Seseorang yang bernama Nauf bin Bikal menyangka bahwa Khidir itu bukan yang menemani Musa bin Imran. Ketika ditanyakan kepada lbnu Abbas, "la itu berdusta." Ibnu Abbas mengatakan, "Musuh Allah" Ubay bin Kaab menceritakan kepadaku dari Nabi Saw., beliau bersabda, "Suatu ketika Nabi Musa As. berdiri untuk berpidato di hadapan kaum Bani israil. Setelah itu, ditanyakan kepadanya, "Hai Musa, siapakah orang yang paling banyak ilmunya (di muka bumi ini)? Nabi Musa menjawab, 'Aku.' Maka Allah mencela Musa As., berkata ia tidak menyadari bahwa ilmu yang diperolehnya itu adalah pemberian Allah. Nabi Musa berkata, 'Wahai Tuhanku! Apakah ada orang yang lebih berilmu daripada aku?" Allah berfirman, 'Benar. Seorang hamba-Ku yang sekarang berada di pertemuan dua lautan."
Nabi Musa As. berkata lagi, Wahai Tuhanku! Bagaimana caranya aku dapat bertemu dengan hamba-Mu itu? Allah berfirman, 'Bawalah seekor ikan, tempatkanlah di dalam keranjang. Manakala ikan tersebut lompat, maka di situlah hamba-Ku berada.Kemudian, Musa pun berangkat dan membawa seekor ikan di dalam keranjang. Lalu Nabi Musa berkata kepada pembantunya, Apabila ikan ini hilang, beri tahu aku.' Kemudian keduanya berjalan menyusuri pantai hingga ketika keduanya sampai di sebuah batu besar, ternyata di situ terdapat "Ma'ul Hayat" (air kehidupan). Siapa yang meminumnya akan dikekalkan, dan tidaklah sesuatu yang sudah mati mendekatinya, kecuali akan hidup (bila minum atau terkena air itu). Lantas air pun mengenai ikan itu, maka ia pun hidup kembali, sedangkan Nabi Musa pada saat itu tertidur lelap. Tiba-tiba ikan yang berada di dalam keranjang tersebut berguncang keluar masuk ke dalam air
laut. Lalu Allah menahan air yang dilalui ikan tersebut, hingga menjadi sebuah jalan.
Maka ikan itu pun menempuh jalannya dilautan, dan hal itu bagi keduanya merupakan pemandangan yang sangat mengagumkan. Akhirnya mereka berdua pun melanjutkan perjalanannya.
Keesokan harinya, Nabi Musa berkata kepada pembantunya, 'Bawalah makanan kita kemari! Sesungguhnya kita merasa letih karena perjalanan kita ini.' Dia mengatakan, "Dan tidaklah Nabi Musa merasa keletihan sehingga ia melewati tempat yang diperintahkan Allah kepadanya. Lalu ia (pembantunya) menjawab, Tahukah engkau ketika kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak ada yang membuat aku lupa untuk mengingatnya kecuali setan, dan (ikan) itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali. Dia (Musa) berkata, 'Itulah (tempat) yang kita cari. Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula hingga tiba di batu besar tadi, ternyata ada seorang laki-laki yang berselimutkan kainnya. Lalu Nabi Musa As. mengucapkan salam kepadanya. Kemudian Nabi Khidir bertanya kepada Musa, Dari manakah negerimu? Musa berkata; 'Saya adalah Musa.' Nabi Khidir terperanjat dan bertanya, 'Musa Bani Israil? Nabi Musa menjawab, "ya."
(bnul Asir Al-Jazari, A-Kamil fit Tarikhi, Jilid 1: 121-123).
- Penjelasan Surah Al-Kahfi Ayat 54-61
Ayat 54-49 menjelaskan lima berikut:
Allah telah membuat semua perumpamaan baik dan buruk, hak dan bathil, syirik dan iman dan sebagainya dalam Al-Qur’an. Namun demikian, kebanyakan manusia selalu mendebat kebenaran Allah dan kebenaran kitab-Nya, Al-Qur’an.
Jika manusia tidak beriman kepada Allah setelah Al-Qur’an diturunkan-Nya dan meninta ampun kepada-Nya atas dosa yang dilakukan, maka tunggulah azab Allah seperti yang terjadi pada umat-umat terdahulu.
Semua Rasul diutus Allah sebagai pemberi kabar gembira bagi orang yang beriman dan beramal saleh dan kabar takut bagi orang yang kafir pada-Nya dan pada rasul-Nya. Orang-orang kafir membantah para rasul itu dengan cara bathil dengan tujuan melenyapkan wahyu yang mereka terima dari Allah. Mereka juga memperolok-olok ayat-ayat Allah tersebut.
Orang yang paling zalim ialah orang yang menghindar apabila diingatkan kepada ayat-ayat Allah dan melupakan dosa yang dilakukannya. Sikap tersebut menyebabkan Allah menutup hatinya agar tidak bisa memahami ayat-ayat-Nya dan menyumbat telinganya agar tidak dapat mendengar ayat-ayat-Nya.
Allah itu Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Kalau tidak, pastilah Dia menyiksa setiap dosa yang dilakukan hamba-Nya. Allah berikan tangguh agar mereka kembali kepada-Nya. Jika tidak, mereka akan dihancurkan sebagaimana Dia menghancurkan umat-umat terdahulu.
Ayat 60 dan 61 menjelaskan kisah perjalanan Nabi Musa yang jauh dengan pembantunya sehingga sampai ke pertemuan dua laut. Setelah sampai di sana, mereka lupa ikan yang dibawa.