Tadabbur Al-Quran Hal. 309
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
- Al Qur'an Indonesia Tajwid.
- Maryam ayat 55 :
وَكَانَ يَأْمُرُ اَهْلَهٗ بِالصَّلٰوةِ وَالزَّكٰوةِۖ وَكَانَ عِنْدَ رَبِّهٖ مَرْضِيًّا
Dan dia menyuruh keluarganya [505] untuk (melaksanakan) salat dan (menunaikan) zakat, dan dia seorang yang diridai di sisi Tuhannya.
- [505] Sebagian mufasir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan "ahlahu" ialah keluarganya dan sebagian berpendapat ialah umatnya.
- Tafsir Al Muyassar Maryam ayat 55 :
la memerintahkan keluarganya supaya mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Rabb-nya.
- Hadis Sahih Maryam ayat 55 :
Ali bin Abu Talib Ra. berkata, "Bahwa pada suatu malam Rasulullah Saw. membangunkannya beserta istrinya Fatimah putri Nabi Saw. Lalu beliau berkata, Tidakkah kalian akan melaksanakan salat malam?" Kemudian saya menjawab, Wahai Rasulullah, diri-diri kami ini ada dalam kekuasaan Allah. Jika Dia berkehendak membangunkan kami, tentu kami akan bangun. Maka ketika aku mengatakan demikian, beliau pergi dan tidak mengatakan apa pun kepadaku. Kemudian aku mendengar ketika beliau pergi sambil memukul pahanya bersabda Memang manusia adalah yang paling banyak dalihnya (HR Bukhäri, Sahihul Bukhari, Juz 1, No. Hadis 1127, 1400 H: 351).
- Riyadus Salihin :
Dari Abu Hurairah Ra., dia berkata, Aku
mendengar Rasulullah Saw. bersabda, "Hal yang pertama kali akan Allah hisab di hari kiamat atas amalan seorang hamba adalah salatnya. Jika salatnya baik, maka ia akan beruntung dan selamat, jika salatnya rusak, maka ia akan rugi dan tidak beruntung. Jika
pada amalan fardunya ada yang kurang, maka Rabb Swt. berfirman, Periksalah, apakah hamba-Ku mempunyai ibadah sunnah yang bisa menyemnpurnakan ibadah wajibnya yang kurang? lalu setiap amal akan diperlakukan seperti itu." (HR Tirmiżi).
Hadis di atas memberikan faedah :
(a) Dorongan untuk mengerjakan perkara yang wajib (hal ibadah) dan menyempurnakannya, serta memperhatikan perkara yang membawa kemaslahatan/kebaikan dan menjauhi perkara yang membavwa mafsadat/kerusakan.
(b) Anjuran untuk memperbanyak amalan sunnah untuk menambal yang kurang dari kewajiban, karena hal ini sulit dihindari oleh manusia.
(Dr. Mustafā Sa'id Al-Khin, Nuzhatul
Muttaqina Syarhu Riyadis Salihina, Juz 2, 1407 H/1987 M: 793).
- Hadis Nabawi :
Ali bin Abu Talib Ra. mengatakan bahwa pada suatu malam Rasulullah Saw. membangunkannya beserta istrinya Fatimah putri Nabi Saw. Lalu beliau berkata, "Tidakkah kalian akan melaksanakan salat malam?" Kemudian saya menjawab, "Wahai Rasulullah, diri-diri kami ini ada dalam kekuasaan Allah, jika Dia berkehendak membangunkan kami, tentu kami akan bangun. Maka ketika kami mengatakan demikian, beliau pergi dan tidak mengatakan apa pun kepadaku.
Kemudian aku mendengar ketika beliau pergi sambil memukul pahanya bersabda "Memang manusia adalah yang paling banyak dalihnya." (HR Al-Bukhāri, Sahihu' Bukhāri, Juz 1, No. Hadis, 1127, 1400 H: 351).
- Hadis Qudsi :
Dari Abu Ayyub, ia berkata, "Nawf dan
Abdullah bin Amr sedang berkumpul, lalu Nawf berkata, Seandainya langit dan bumi beserta isinya diletakkan pada satu neraca timbangan, kemudian Lã lãha illallāh diletakkan pada satu sisi yang lain, niscaya
akan lebih condong (berat) neraca yang diletakkan padanya Lã ilāha llallah. Dan seandainya langit dan bumi beserta isinya berbentuk satu piring yang terbuat dari besi, kemudian ada seorang lelaki yang mengucap Lã llāha illallāh, niscaya ia akan melubanginya hingga sampai kepada Allah Swt. Lalu Abdullah bin Amr berkata, Kami melaksanakan salat magrib bersama Rasulullah Saw. dan orang-orang ada yang masih menunggu dan ada yang sudah
pulang, kemudian datanglah Rasulullah Saw. dan hampir-hampir lututnya tersingkap, lalu beliau bersabda, "Wahai kaum muslimin,
bergembiralah kalian sebab Rabb kalian telah membuka satu pintu dari pintu-pintu langit dengan membanggakan kalian kepada para
malaikat-Nya seraya berkata, Mereka adalah hamba-hamba-Ku, mereka melaksanakan kewajiban kemudian menunggu kewajiban yang lain." (HR Ahmad). (lsāmuddin As-Sabābati, Jāmiu'l Ahādisi1 Qudsiyyati, Jilid 1. t.t: 199-200).
- Penjelasan Surah Maryam Ayat 52-64 :
Ayat 52 dan 53 masih menjelaskan kisah Nabi Musa. Allah berbicara kepadanya di sisi bukit Thur. Allah karuniakan saudaranya Harun sebagai nabi yang mendampinginya dalam berdakwah, sebagai wujud kasih sayang Allah padanya. Ayat 54-57 menjelaskan Nabi Ismail dan Nabi Idris. Mereka adalah orang-orang yang jujur, menunaikan salat, membayar zakat dan berbagai ibadah lain yang disyariatkan Allah sehingga Allah ridha dan angkat derajat mereka.
Ayat 58-63 menjelaskan, para nabi yang disebutkan sebelumnya adalah anak cucu Adam dari keturunan mereka yang Allah selamatkan bersama Nabi Nuh, keturunan Ibrahim dan Ishak serta orang-orang yang diberi hidayah dan dipilih Allah. Mereka adalah manusia pilihan. Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, mereka tersungkur sujud sambil menangis. Setelah mereka, lahir generasi yang mengabaikan salat dan mengikuti syahwat. Mereka pasti menemui kesesatan dan kebinasaan. Kecuali orang yang bertobat, memperbarui keimanan dan beramal saleh. Mereka akan masuk surga tanpa dizalimi sedikit pun; surga ‘Adn yang dijanjikan Allah kepada hamba-Nya yang beriman kepada yang gaib. Di dalamnya tidak terdengar perkataan sia-sia, akan tetapi ucapan salam. Mereka diberi rezeki pagi dan petang. Itulah surga untuk hamba-hamba Allah yang bertakwa kepada-Nya.
Ayat 64 menjelaskan Jibril tidak turun menemui Nabi Muhammad kecuali atas izin dari Allah Ta’ala yang Maha Mengetahui dan memiliki tujuan yang mulia.