Tematik (128)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
TRADISI SYIRIK & BID'AH DIANGGAP SUNNAH ASAL NIATNYA BAIK❓
Bismillah,
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
TIDAK SEDIKIT SAUDARA KITA KAUM MUSLIMIN YANG MASIH GAGAL MEMAHAMI HADIS "SETIAP AMAL TERGANTUNG PADA NIAT" SEHINGGA PERBUATAN SYIRIK DAN BID'AHPUN DIANGGAP BAIK?!
Hadits "Setiap amal tergantung pada niat" adalah hadits sahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Hanya saja tidak jarang sebagian kaum muslimin salah dalam pemahaman dan penerapannya, akibatnya perbuatan maksiat, syirik dan bid'ah bisa dianggap baik yang penting niatnya baik.
Kegagalpahaman ini membuat sebahagian umat yang sesat karena merasa nyaman melakukan amalan kesukaannya atas jaminan hadits ini.
Padahal amat jelas hadits ini ditujukan pada AMAL IBADAH YANG DISYARIATKAN ALLAH dan tidak berlaku pada amalan yang tidak disyariatkan Allah.
Dalan Hadits Rosulullah ﷺ telah memberikan contoh hijrah. Diterima atau tidak hijrah seseorang tergantung pada niatnya, kalau niatmya untuk memperoleh ridho Allah maka Allah akan memberinya pahala, tetapi kalau niatnya hanya karena tidak mau berpisah dengan wanita pujaannya, maka Allah tidak akan memberinya pahala.
Contoh lainnya pelaksanaan ibadah haji, dibalas atau tidaknya surga tergantung pada niatnya, bila niatnya untuk mendapatkan ridho Allah maka Allah akan memberinya pahala, yang penting pelaksanaannya sesuai tuntunan Nabi dan kalau niatnya karena mau memperoleh gelar haji maka Allah akan memberinya gelar haji tetapi tidak memberinya pahala,walau pelaksanaannya sesuai tuntunan Nabi.
Hadits pertama dalam Kitab Sahih Bukhari ini tidak berlaku pada amalan yang tidak disyariatkan karena pelaksanaannya sudah salah, tidak sesuai dengan tuntunan Sunnah Rasulullah, misalnya:
1. Mempersembahkan sesajen di pantai, walau niatnya baik untuk bersedekah kepada ikan-ikan di laut tetapi Allah tidak pernah mensyariatkan kita mempersembahkan sesajen ke ikan-ikan di laut, apalagi bila niatnya untuk kesejahteraan makhluk gaib yang menguasai laut.
2. Bertawassul atau meminta pertolongan di kuburan wali walau niatnya hanya berdoa kepada Allah, tetapi Allah tidak pernah mensyariatkan kita berdoa untuk diri di kuburan, yang disyariatkan adalah mendoakan penghuni kubur.
3. Tahlilan kematian, walau niatnya baik untuk mengirimi pahala kepada orang mati, tetapi Allah tidak pernah mensyariatkan memggelar tahlilan kematian pada waktu-waktu yang telah ditentukan.
Kalau hadits ini digunakan pada semua amalan manusia, maka Allah tidak perlu memerintahkan hamba-Nya untuk meninggalkan syirik dan bid'ah, karena tidak ada syirik dan bid'ah yang penting niatnya baik dan tidak ada niat mempersekutukan Allah.
Selamatlah pula koruptor yang penting niatnya baik untuk mensejahterahkan keluarga, membangun masjid, mengawini janda-janda, atau untuk menyantuni anak yatim dan fakir miskin.
Berikut ini syarah (penjelasan) hadits tentang niat,
ٍعَنْ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
“Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya.
Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.”
(HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits)