Tematik (126)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Makna Dan Macam Perkara Ghaib
Di zaman modern seperti sekarang ini, masih banyak beredar berbagai hal yang berkaitan dengan perkara ghaib. Maka berikut pembahasan mengenai makna dan pembagian perkara ghaib:
Makna Perkara Ghaib
Makna bahasa
Secara bahasa kata (الْغَيْبُ) adalah mashdar dari kata : ghaaba, yaghiibu, ghaiban (غَابَ – يَغِيْبُ – غَيْباً). Adapun maknanya adalah:
كل ما غاب عنك أو هو كل كا غاب عن العيون وإن كان محصلا في القلب
“Segala yang terluput dari engkau, atau segala yang terluput dari pandangan mata meskipun diyakini oleh hati.” (Lisanul ‘Arab : 1/654 oleh Ibnul Mandzur).
Makna istilah
Adapun makna ghaib secara istilah sebagaimana dituturkan oleh Ar-Raghib Al-Asfahani (nama beliau Husain bin Muhammad Al-Asfahani) ialah :
ما غاب عن الحاسة وعلم الإنسان أي عن وعن علم الإنسان
“Sesuatu yang tidak mampu ditangkap oleh indra manusia dan ilmu manusia, maknanya keghaiban juga tidak mampu ditangkap oleh ilmu manusia.” (Mufradat Gharibil Qur’an : 1090).
Allah Ta’ala berfirman :
وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ
“Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa keburukan.” (QS. Al-A’raf : 188)
Beriman pada Perkara Ghaib
Para ulama menyatakan bahwa penyebutan kata ghaib di dalam Al-Qur’an terdapat pada lima puluh enam lokasi. Dari sekian banyak ayat tersebut Syaikh Prof. DR Basam Ali Salamah Al-Amusy menyimpulkan bahwa ghaib menurut Al-Qur’an itu adalah :
ما غاب عن الحواس وهو الأمر الذي لا يعلمه إلا الله تعالي ولا يعلمه الرسول صلي الله عليه وسلم فضلا عن بقية الناس إلا من أطلعه الله علي شيء منه
“Apa yang terluput dari indra manusia dan ia merupakan perkara yang tidak diketahui kecuali oleh Allah. Tidak pula diketahui oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam apalagi oleh manusia selain beliau melainkan orang yang diberi tahu oleh Allah.” (Al-Imani Bil Ghaib : 10)
Beriman kepada perkara ghaib yang ditetapkan oleh syariat merupakan pondasi agama yang tak bisa ditawar-tawar. Dan ia menjadi barometer bagi keimanan serta ketaqwaan seseorang. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ditanya oleh jibril tentang keimanan beliau menjawab :
أَنْ بِاللهِ, وَمَلاَئِكَتِهِ, وَكُتُبِهِ, وَرُسُلِهِ, وَالْيَوْمِ الآخِرِ, وَ تُؤْمِنَ بِالْقَدْرِ خَيْرِهِ وَ شَرِّهِ
“Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikatNya; kitab-kitabNya; para RasulNya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk,” (HR. Muslim : 8).
Tidak hanya sebatas mengimani keenam hal ini saja. Akan tetapi seorang muslim dituntut untuk mengimani semua hal yang datang dari Allah dan Rasul-Nya. Imam Asy-Syafi’i juga berkata ketika mendefinisikan iman :
آمَنْتُ بِاللهِ وَبِمَا جَاءَ عَنِ اللهِ، عَلَى مُرَادِ اللهِ، وَآمَنْتُ بِرَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وبِما جَاءَ عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، عَلَى مُرَادِ رَسُول اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Aku beriman kepada Allah dan kepada seluruh yang dating dari Allah sesuai dengan kehendak Allah. Dan aku beriman kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan seluruh apa yang dating dari beliau sesuai dengan kehendak beliau.” (Ar-Risalah Al-Madaniyah : 121).
Macam-macam Perkara Ghaib
Perkara ghaib itu ada beberapa jenis dan macamnya:
[1] Ghaib Nisbi (relatif)
Ghaib Nisbi (relatif) adalah perkara ghaib yang diketahui sebagian makhluk dan tidak diketahui oleh sebagian yang lain. Contohnya, jin itu mengetahui sesuatu yang kadang tidak kita ketahui, atau sebagian kita ada yang mengetahui keberadaan suatu benda dan tidak diketahui oleh orang lain. Oleh karenanya, terkadang Allah memberitahukan kepada sebagian manusia (para Rasul) beberapa perkara yang ghaib. Seperti tanda-tanda kiamat yang banyak disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan lain sebagainya. Namun demikian, ilmu gaib yang Allah sampaikan pada utusan-Nya tersebut hanyalah sebatas yang Allah beri tahukan sehingga tidak mencakup seluruh ilmu ghaib yang ada. Allah berfirman :
Baca Juga: Kenapa Ada Kaidah Fiqih “Hukum Asal Ibadah Adalah Dilarang (Haram)” ?
عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَىٰ غَيْبِهِ أَحَدًا إِلَّا مَنِ ارْتَضَىٰ مِنْ رَسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا
“(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui perkara yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang perkara ghaib tersebut. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.” (QS Jin : 26-27).
[2] Ghaib mutlak
Ghaib mutlak adalah perkara ghaib yang tidak diketahui oleh siapapun, tidak oleh Rasul yang diutus tidak pula oleh malaikat yang dekat dengan Allah, kecuali hanya Allah semata yang mengetahuinya. Seperti tentang waktu terjadinya hari kiamat, nasib si fulan apakah kelak akan menjadi ahli neraka atau ahli surga, dan lainnya. Allah berfirman:
قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ ۚ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ
“Katakanlah: “Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah”, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.” (QS An-Naml : 65).
Imam Ibnu Utsaimin menyatakan ketika menjelaskan makna ayat ini :
المراد بالغيب : ما كان غائباً ، والغيب أمر نسبي ، لكن الغيب المطلق علمه خاص بالله
Baca Juga: Seputar Sholat Malam dan Tata Cara Pelaksanaan (Bagian Terakhir)
“Yang dimaksud dengan perkara ghaib adalah sesuatu yang berstatus ghaib, dan ghaib itu sesuatu yang relatif. Akan tetapi keghaiban mutlak maka ilmunya khusus milik Allah Ta’ala.” (Syarah Aqidah Wasithiyyah : 158).
Kunci-kunci Perkara Ghaib
Kunci perkara ghaib di sini adalah hal ghaib yang bersifat mutlak yang hanya diketahui oleh Allah semata, tidak ada penduduk langit dan bumi yang mengetahui jenis perkara ghaib ini melainkan hanya Allah semata.
Allah Ta’ala berfirman :
وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هو
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri.” (QS Al-An’am : 59)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مفاتح الغيب خمس ﻻ يعلمها اﻻ الله : ﻻ يعلم ما في غد اﻻ الله وﻻ يعلم ما تغيض الأرحام اﻻ الله وﻻ يعلم متى يأتي المطر أحد اﻻ الله وﻻ تدري نفس بأي أرض تموت وﻻ يعلم متى تقوم الساعة اﻻ الله
“Kunci-kunci gaib ada lima yang tidak diketahui kecuali hanya oleh Allah : Tidak ada yang mengetahui apa pun pada esok hari kecuali Allah, dan tidak ada yang mengetahui apa pun yang diselubungi rahim-rahim kecuali oleh Allah, dan tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan hujan datang kecuali Allah, dan tidak ada jiwa yang mengetahui dibumi manakah ia akan mati, dan tidak ada yang mengetahui kapan kiamat terjadi kecuali Allah.” (HR. Al-Bukhari no. 4697)