بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Jumat, 26 April 2024

Tadabbur Al Quran Hal. 374

Tadabbur Al-Quran Hal. 374
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Ash-Syu'ara ayat 176 :

كَذَّبَ اَصْحٰبُ لْـَٔيْكَةِ الْمُرْسَلِيْنَ ۖ

Penduduk Aikah [590] telah mendustakan para rasul;

- [590] Penduduk Madyan, kaum Nabi Syu'aib alaihissalam.

- Tafsir Al Muyassar Ash-Syu'ara ayat 176 :

Para penduduk bumi yang memiliki pohon dan lebat mendustakan Rasul mereka, Syuaib pada risalahnya, karena itu mereka telah mendustakan seluruh Rasul.

- Tafsir lbnu Kašir :

Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu merugikan orang lain. (QS Asy Syu'ara, 26: 181). Allah Swt. memerintahkan mereka untuk menyempurnakan takaran dan timbangan dan melarang mereka menipu.

Lalu, Allah Swt. berfirman, Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu merugikan orang lain. (QS Asy-Syu'arā, 26: 181), yaitu apabila kalian menyerahkan kepada orang-orang, maka semnpurnakanlah takaran bagi mereka, dan janganlah kalian merugikan takaran sehingga kalian menyerahkannya dengan takaran yang kurang, sedangkan apabila kalian mengambil, maka kalian menakarnya dengan sempurna, akan tetapi ambillah sebagaimana kalian menerima, dan berikanlah sebagaimana kalian mengambil. { Dan timbanglah dengan timbangan yang benar. (0S Asy-Syu'ara, 26: 182). 

Al-Qistās adalah timbangan. Mujāhid mengatakan bahwa Al-Qistās merupakan timbangan asal Romawi. Sedangkan menurut Qatādah, A-Qitās ialah adil.

Dan firman Allah Swt., Dan janganlah kamu merugikan manusia dengan mengurangi hak-haknya... (Q5 Asy-Syu'arā, 26: 183). yakni janganlah kalian mengurangi harta-harta mereka. ..Dan janganlah membuat kerusakan di bumi. (0 Asy-Syu'arā 26: 183), yakni merampok di jalan, sebagaimana Allah Swt. berfirman di ayat lain, yaitu <Dan janganlah kamu duduk di setiap jalan.. (QS Al-A'rāf, 7: 86).

Selanjutnya firman Allah Swt., (Dan bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan kamu dan umat-umat yang terdahulu. (QS Asy-Syu'arā, 26:184), Allah Swt. yang telah menciptakan mereka dan orang-orang terdahulu menakut-nakuti mereka dengan azab-Nya. (Ibnu Kasir, Tafsirul Qurānil Azimi, Jilid 10, 1421 H/2000 M: 367).

- Riyāduş Şālihin :

Dari Suwaid bin Qais Ra., ia berkata, "Aku dan Makhramah menyambut jenis pakaian dari sutera yang datang dari Hajar menuju Mekah. Kemudian Rasulullah Saw. mendatangi kami dengan berjalan kaki, kemudian beliau menawar beberapa celana panjang dari kami. Kemudian kami menjualnya kepada beliau, dan di sana terdapat tukang penimbang yang melakukan penimbangan dengan diberi upah. Kemudian beliau berkata kepada tukang penimbang tersebut, Timbanglah dan penuhilah (sempurnakanlah) timbangan." (HR Abu Dāwud dan At-Tirmiži).

Hadiš di atas memberikan faedah:
(a) Dibolehkan menawar barang dagangan dengan syarat tidak membuat keluh kesah pedagang atas hal itu.
(b) Dianjurkan pada pembeli untuk bermurah hati pada pedagang dan sedikit membayar lebih dari harga barang selama rida. Begitu pula dianjurkan pada pedagang memberi tambahan barang atas kelebihan harga yang diberikan oleh pembeli selama rida.
(c) Dorongan dari Nabi Saw. agar bermurah hati dan bersikap baik dalam bermuamalah dengan pihak lain.
(Dr. Mustafā Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādis Salihina, Juz 2, 1407 H/1987 M: 948).

- Hadiš Nabawi :

Dari lbnu Umar Ra., ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Barangsiapa yang menjual makanan, janganlah menjual hingga (timbangan atau takarannya) sempurna." (HR Bukhari, Sahihu'l Bukhāri, Juz 2, No. Hadis, 2126, 1422 H: 96).

- Hadiš Qudsi :

Dari Abu Zar Ra., Nabi Saw. meriwayatkan firman Allah Swt. yang berbunyi, "Hai hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan diri-Ku untuk berbuat zalim dan perbuatan zalim itu pun Aku haramkan di antara kalian. Oleh karena itu, janganlah kalian saling berbuat zalim!" (HR Muslim, Sahih Muslim, Juz 4, No. Hadiš, 2577, 1412 H/1991 M: 1994).

- Tadabbur Surah Asy-Syu'ara Ayat 150-182 :

Ayat 160-175 menjelaskan kisah kekufuran kaum Luth. Mereka menolak kerasulan Luth sebagaimana kaum A’ad dan Tsamud sebelumnya. Mereka  tidak mau bertakwa kepada Allah dan menaati Nabi Luth. Di samping menyekutukan Allah, mereka melakukan dosa besar homoseksual dan meninggalkan kaum wanita sebagai pasangan hidup yang diciptakan Allah. Mereka mengancam Nabi Lut dengan mengusir beliau jika tidak berhenti mendakwahi mereka ke jalan  Allah. Nabi Luth tidak surut sedikit pun dan bahkan dengan berani menyatakan kebenciannya terhadap perilaku seks menyimpang itu dan berdoa agar Allah menyelamatkannya dan keluarganya dari perbutan keji itu. Lalu Allah selamatkan ia dan keluarganya, kecuali istrinya yang sudah tua dan pengkhianat itu. Kemudian Allah hancurkan semua kaumnya dengan mengirimkan hujan batu panas. Peristiwa penghancuran kaum Lut itu selayaknyalah menjadi pelajaran bagi manusia setelah mereka. Sungguh Allah Mahaperkasa lagi Maha Penyayang.      

Ayat 176-183 menceritakan penduduk Aikah (Madyan) yang menolak kerasulan Syuaib, tidak mau bertakwa pada Allah dan taat pada nabi mereka. Pada hal, seperti nabi-nabi sebelumnya,  Nabi Syuaib tidak mengharap upah apa pun dari mereka. Di samping melakukan syirik kepada Allah, mereka curang dalam timbangan, ukuran dan takaran. Sebab itu, mereka merusak sistem ekonomi sehingga dianggap Allah sebagai perusak di atas muka bumi.