Tadabbur Al-Quran Hal. 370
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
- Al Qur'an Indonesia Tajwid.
- Ash-Syu'ara ayat 64 :
وَاَزْلَفْنَا ثَمَّ الْاٰخَرِيْنَ ۚ
Dan di sanalah Kami dekatkan golongan yang lain. [589]
- [589] Yang dimaksud dengan "Golongan yang lain" ialah Fir'aun dan kaumnya. Maksud ayat ini ialah dibagian yang terbelah itu Allah mendekatkan antara Fir'aun dan kaumnya dengan Nabi Musa dan Bani Israil.
- Tafsir Al Muyassar Ash-Syu'ara ayat 64 :
Dan Kami membawa Fir'aun dan bala tentaranya mendekat sehingga mereka masuk ke dalam lautan.
- Kisah Nabi & Rasul :
Ketika masalah yang dihadapi Musa As. berkepanjangan, Allah mewahyukan kepadanya supaya membawa Bani Isrāil (keluar dari Mesir) serta membawa Tābut Yusuf bin Ya'qūb dan menguburnya di tanah Muqaddas (Baitul Maqdis). Maka Musa As. pun menanyakan tentang Tābut dan tidak ada seorang pun yang mengetahuinya kecuali seorang perempuan tua. Perempuan itu memberi tahu Musa bahwa Tābūt itu berada di sungai Nil.
Kemudian Musa As. mengeluarkan dari dalam sungai sebuah peti yang terbuat dari marmer. Lalu Musa memerintahkan Bani Isrāil untuk meminjam perhiasan-perhiasan Qibți sedapat mungkin dan mereka pun melaksanakan perintah Musa dengan mengambil perhiasan-perhiasan itu dalam jumlah yang banyak. Ketika malam hari tiba, Musa As. dan Bani Isrāi pergi keluar sedangkan orang-orang Qibti tidak mengetahuinya. Bani Isrāil yang ikut kepada Musa As. berjumlah enam ratus dua puluh ribu orang. Musa As. berada di bagian paling belakang, sedangkan Harun As. berada di bagian paling depan. (Tatkala kabar kepergian Musa dan Bani Israil sampai kepada Firaun), Firaun (dan bala tentaranya) menyusulnya. Sedangkan Hāmān berada di barisan yang paling depan. Maka ketika kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa, "Kita benar-benar akan tersusul. Wahai Musa! Sebelum kamu datang kami sudah disakiti, begitu pula setelah kamu datang kepada kami; pertama mereka telah membunuh anak-anak laki-laki kami dan membiarkan hidup anak-anak perempuan kami, sekarang Fir 'aun menyusul kami dan akan membunuh kami semua." Musa menjawab, "Sekali-kali tidak akan (tersusul); sesungguhnya Tuhanku bersamaku, Dia akan memberi petunjuk kepadaku."
Pada saat Bani Isrāil sudah sampai di tepi laut, sedangkan Fir'aun sudah berada di belakang, Bani Isrāil berkeyakinan bahwa mereka akan binasa. Musa As. pun segera maju ke depan dan memukul laut dengan tongkatnya, maka laut pun terbelah. Setiap belahan ibarat gunung yang sangat besar hingga menjadi dua belas jalan. Setiap jalan dilalui oleh dua belas keturunan (Bani Israi sampai mereka keluar dari laut itu. Tatkala Fir'aun dan pengikut-pengkutnya sudah dekat ke laut, ia berkata kepada pengikut-pengikutnya, Tidakkah kalian lihat laut ini, sungguh telah dibelahkan dan dibukakan bagiku hingga aku depat menyusul musuh-musuhku! Pada saat Firaun dan pengikutnya sudah berada di mulut jalan (yang akan dilaluinya), kuda mereka tidak mau berjalan. Maka Jibril turun menunggangi kuda betina yang sangat lembut, aroma harumnya pun tercium oleh kuda-kuda mereka. Mulailah kuda-kuda mereka mengikuti bekas kuda Jibril. Sehingga yang paling depan hampir sampai dan yang paling belakang sudah masuk ke jalan dalam laut. Kemudian, laut pun diperintahkan untuk membinasakan mereka. Dibenturkanlah air kepada mereka sehingga mereka tenggelam. Kejadian itu disaksikan oleh Bani Israil. (lbnu Aśir Al-Jazari, Al-Kāmi fit Tārikhi, Jilid 1: 143-144).
- Riyāduş Şālihin :
Dari lbnu Abbas Ra., ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Barangsiapa senantiasa beristigfar, maka pasti Allah akan selalu memberikan kepadanya jalan keluar dari setiap kesempitan, memberi kelapangan dari segala kegundahan, dan memberikan rezeki dari arah yang tidak ia duga." (HR Abu Dāwud).
Hadis di atas memberikan faedah yaitu anjuran untuk memelihara doa yang disertai dengan istigfar agar memperoleh manfaat baik di dunia maupun akhirat. (Dr. Muştafāsa id Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyadiş sālihina, Juz 2, 1407 H/1987 M: 1278).
- Hadiš Nabawi :
Dari Ibnu Abbās Ra., ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Aku pernah diberitahu oleh malaikat Jibril, "Seandainya engkau melihatku pada saat aku mengambil tanah lumpur dan memasukkannya ke dalam mulut Fir aun, karena aku khawatir ia akan mendapatkan rahmat." Di dalam riwayat lain, disebutkan perkataan Firaun, "Aku percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Isrāl." (HR Abu Dāwud At-Tayālisi), (Abu'l Fidā Al-Qurasyi, Qişasul Anbiyā, 1417 H/1977 M, : 443-444) Syaikh Al-Albāni mengatakan bahwa hadis ini Sahih, dalam Sahih Al-Jāmi no. 4353.
- Nasihat & Pelajaran :
Firaun tertegun dan tidak mau bergerak maju, ketika melihat laut terbelah dan melihat Musa As. dan Bani lsrail telah melintasinya Dalam hatinya tersirat keyakinan (yang sebelumnya ia ragukan) bahwa terbelahnya lautan hanya mungkin dilakukan oleh Tuhan Pemilik 'Arsy yang Mulia.
Dalam keadaan yang sangat mengkhawatirkan seperti itu, Firaun tetap saja berniat untuk mengejar Bani Isräil karena dia merasa sebagai pemimpin pasukannya.
Ketika Firaun dan bala tentaranya sudah berada dalam laut, Allah memerintahkan laut agar menenggelamkan mereka. Hal ini sebagai bukti nyata yang menunjukkan kekuasaan dan kebesaran Allah yang luar biasa serta kebenaran rasul Allah dengan segala apa yang mereka bawa dari Tuhannya (Abu'l Fidā A-Qurasyi, Qisaşul Anbiyā, 1417 H/1977 M,441-442),
- Penjelasan Surah Asy-Syu'ara Ayat 61-83 :
Ayat 61-68 meneruskan kisah Musa dan pengikutnya lari meninggalkan Mesir karena takut ancaman Fir’aun. Allah perintahkan Musa dan pengikutnya menuju ke Laut Merah. Begitulah cara Allah menyelamatkan Musa dan pengikutnya dan memusnahkan Fir’aun, para pembesar dan prajuritnya. Musa dan pengikutnya dalam posisi yang amat sulit karena laut di hadapan mereka dan kelompok Fir’aun dan kelompok Musansudah saling melihat. Para mengikut Musa yakin mereka akan tertangkap. Sedangkan Musa berbeda pendapat dengan mereka dan berkata: Tidak mungkin, sesungguhnya Allah bersamaku, pasti aku ditunjuki-Nya jalan keluar.
Ternyata jalan keluarnya ialah Allah perintahkan Musa memukulkan tongkatnya ke laut dan saat itu juga laut itu terbelah. Musa dan pengikutnya menyeberangi laut itu sampai ke seberang. Ketika Fir’aun melewati jalan yang sama, laut tersebut bertaut kembali sehingga Fir’aun bersama prajuritnya tenggelam semuanya.
Ayat 69-83 menjelaskan kisah Ibrahim dengan bapak dan kaumnya; para penyembah berhala yang tidak bisa mendengar, melihat, memberi manfaat dan mudarat. Alasannya hanya karena tradisi nenek moyang, tanpa dasar akal sehat. Padahal Allahlah yang menciptakan manusia, memberi hidayah, memberi makan, minum, sakit, menyembuhkan, mematikan dan menghidupkan. Ibrahim adalah orang yang sangat berharap mendapatkan ampunan, hikmah atau kenabian dari Allah dan digabungkan dengan orang-orang saleh.