بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Minggu, 14 April 2024

Tadabbur Al Quran Hal. 371

Tadabbur Al-Quran Hal. 371
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Ash-Syu'ara ayat 94 :

فَكُبْكِبُوْا فِيْهَا هُمْ وَالْغَاوٗنَ ۙ

Maka mereka (sesembahan itu) dijungkirkan ke dalam neraka bersama orang-orang yang sesat,

- Tafsir Al Muyassar Ash-Syu'ara ayat 94 :

Maka mereka dikumpulkan dan dicampakkan ke dalam Jahanam di atas kepala mereka satu persatu sehingga mereka pun tinggal di sana,

- Tazkiyyatun Nafs :

Hati yang sehat ialah hati yang bersih. Pada hari kiamat nanti, tidak ada seorang pun yang bisa selamat kecuali jika dia datang kepada Allah dengan hati yang bersih. Tipe hati seperti ini disebut Qalbun Salim (hati yang bersih/sehat) sebagaimana firman Allah, (yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (Qalbun Salim). (QS Asy-Syu'arā, 26:88-89).

Disebut Qalbun Salim karena sifat bersih/sehat telah menyatu dengan hatinya, sebagaimana kata ALAlim, Al-Qadir (Yang Maha Mengetahui, Mahakuasa). Selain itu, hati yang sehat merupakan lawan dari hati yang sakit. Jadi, Qalbun Salim adalah hati yang selamat dari menyekutukan Allah dengan alasan apa pun, la mengikhlaskan penghambaan dan ibadah hanya kepada Allah, baik dalam kehendak, cinta, tawakal, Inabah (kembali), merendahkan diri, Khasyyah (takut), dan Raja' (berharap). la mengikhlaskan amalnya hanya untuk Allah.

Jika ia mencintai, ia mencintai karena Allah. Jika ia membenci, ia membenci karena Allah. Jika ia memberi, ia memberi karena Allah. Jika ia menolak, ia menolak karena Allah. Itu semua tidak cukup, ia pun harus terhindar dari tunduk dan berhukum kepada selain Rasulullah Saw. la harus mengikat hatinya untuk mengikuti dan tunduk kepada Rasulullah Saw. semata. Tidak kepada ucapan atau perbuatan siapa pun, baik itu ucapan hati berupa kepercayaan, ucapan lisan berupa berita tentang apa yang ada di dalam hati, perbuatan hati berupa keinginan, cinta, kebencian, serta hal lain yang berkaitan dengannya dan perbuatan anggota badan. Hatilah yang menjadi hakim bagi semua anggota badan dalam segala hal, baik kecil maupun besar. Hati harus mengikuti apa yang dibawa oleh Rasulullah Saw., sehingga tidak mendahuluinya, baik dalam kepercayaan, ucapan, maupun perbuatan, sebagaimana firman Allah, <Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya, dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui., (Q5 Al-Hujurat 49:1).

Artinya, janganlah engkau berkata sebelum beliau mengatakannya, janganlah berbuat sebelum beliau memerintahkannya. Sebagian salaf berkata, "Tidaklah suatu perbuatan -betapa pun kecilnya- kecuali akan dihadapkan pada dua pertanyaan: mengapa dan bagaimana." Maksudnya, mengapa engkau melakukannya dan bagaimana engkau melakukannya. Soal pertama menanyakan tentang sebab perbuatan, motivasi, atau faktor yang mendorongnya; apakah itu bertujuan jangka pendek untuk kepentingan pelakunya, bertujuan duniawi untuk mendapatkan pujian orang atau takut celaan mereka, agar dicintai atau tidak dibenci. Ataukah motivasi perbuatan tersebut untuk melakukan hak 'ubudiyah (penghambaan). Mencari kecintaan dan kedekatan kepada Allah Swt. dan mendapatkan Wasilah (kedekatan) dengan-Nya. (lbnul Qayyim Al Jauziyyah, lgāsatu'l Lahfāni fi Maşāyidi Asy Syaitāni, Juz 1, t.t.: 41-43).

- Riyāduş Şālihin :

Dari 'Aisyah Ra., ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Akan ada sepasukan tentara yang akan menyerang Ka bah. Ketika mereka sampai di Baida' di suatu bumi, mereka ditenggelamkan seluruhnya, mulai orang yang pertama hingga yang terakhir.' 'Aisyah Ra. berkata, "Aku bertanya, Wahai Rasulullah, bagaimana mereka ditenggelamkan seluruhnya, mulai orang yang pertama hingga yang terakhir, sedangkan di dalamnya ada pasukan perang mereka dan yang bukan dari golongan mereka (yang tidak punya maksud sama)? Beliau menjawab, "Mereka akan ditenggelamkan seluruhnya, mulai orang yang pertama hingga yang terakhir, kemudian mereka akan dibangkitkan pada hari kiamat sesuai dengan niat mereka masing-masing." (HR Muslim).

Hadiš di atas mengandung beberapa faedah:
(a) Manusia bersosialisasi menurut tujuannya masing-masing, berupa kebaikan ataukah kejelekan. Ini merupakan peringatan agar tidak bergaul dengan orang zalim dan durhaka.
(b) Anjuran untuk bersahabat dengan orang baik.
(Dr. Muştafā Said Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādis Şālihina, Juz 1, 1407 H/1987 M: 201).

- Medical Hadiš :

Dari Jābir Ra., ia berkata, "Rasulullah Saw. mengutus kami sebanyak tiga ratus penunggang kuda dan pemimpin kami ketika itu adalah Abu "Ubaidah bin Jarrah Ra., untuk mengintai unta milik orang Quraisy. Kemudian kami bermukim di pantai selama setengah bulan, hingga kami merasa sangat lapar. Akhirnya kami memakan daun-daunan yang gugur. Karena itu pasukan kami tersebut dinamai pasukan Khabat (daun yang guqur). Tiba-tiba laut melemparkan ikan yang disebut Al-Anbar, Kami pun makan dari ikan tersebut selama setengah bulan. Dari tubuhnya yang penuh lemak, kami oleskan ke sekujur tubuh kami hingga tubuh kami pulih kembali." (HR Al-Bukhāri.-Muslim). (lbnu'l Qayyim AIJauziyyah, At-Tibbun Nabawi, t.t.: 124-127).

- Tibbun Nabawi :

Khasiat Anbar

Anbar termasuk salah satu jenis wewangian atau parfum. Dilihat dari aspek kualitasnya Anbar menempati urutan kedua setelah Misk (kesturi), karena Misk merupakan wewangian yang paling baik, sebagaimana disabdakan oleh Nabi Saw., "Minyak wangi kesturi adalah sebaik-baik minyak wangi.(HR Muslim).

Minyak Anbar banyak jenisnya, demikian pula warnanya cukup beragam: putih, kelabu, merah, kuning, hijau, biru, hitam, dan warna kombinasi. Namun, yang terbaik ialah 'Anbar berwarna kelabu, lalu berwarna biru, dan selanjutnya berwarna kuning. Sedangkan yang terburuk ialah yang berwarna hitam.

Orang-orang berbeda pendapat tentang bahan atau zat asalnya. Sebagian berpendapat bahwa Anbar berasal dari tanaman yang tumbuh di jurang lautan yang ditelan oleh sebagian binatang laut, lalu dimuntahkan sebagai kotoran, kemudian terbawa ke pantai oleh ombak laut.

Anbar bersifat panas dan kering. Berkhasiat untuk. menguatkan jantung, otak, panca indera, dan organ tubuh yang lainnya. Dapat menyembuhkan stroke, penyakit-penyakit lendir, sakit perut, dan lain-lain. (bnu'l Qayyim Al-Jauziyyah, Zãdul Ma ãdi fi Hadyi Khayri'l 1bādi, Juz 4, t.t.: 341-343).

- Tadabbur Surah Asy-Syu'ara Ayat 84-111 :

Ayat 85-104 meneruskan ayat sebelumnya terkait doa atau permintaan Ibrahim kepada Allah. Ia meneruskan doanya  agar Allah jadikan ia teladan yang baik, khususnya terkait dengan dakwah tauhid, sampai akhir zaman, masuk surga Naim, ampunan bagi bapaknya yang sesat. (Terkait doa Ibrahim minta ampunan untuk orang tuanya yang masih kafir atau musyrik, lihat penjelasannya pada surah At-Taubah: 114.) 

Ibrahim juga bermohon kepada Allah agar tidak dihinakan pada hari kebangkitan. Pada hari itu tidak berguna lagi harta dan anak, kecuali yang datang dengan hati atau keimanan yang bersih dari syirik. Pada hari itu, surga didekatkan bagi orang yang bertakwa. Sedangkan neraka didekatkan bagi orang yang sesat. Berhala-berhala yang mereka sembah tidak bisa menolong mereka sedikit pun. Semua  berhala dan para penyembahnya dijungkirkan muka mereka ke dalam neraka. Begitu juga para pengikut Iblis mengalami nasib yang sama. 

Saat itu mereka menyadari kekeliruan menyekutukan Allah dan kesesatan yang mereka yakini dan praktekkan. Tidak ada teman yang bisa menolong. Mereka menyesal dan berharap dapat kembali ke dunia agar dapat menjadi Mukmin. Allah angkat kasus ini agar menjadi tanda kebesaran dan kasih sayang-Nya kepada manusia. Namun kebanyakan manusia tidak beriman. Sungguh Allah Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.

Ayat 105-111 menjelaskan kaum Nuh yang kafir padanya. Pernyataan Nuh bahwa ia adalah Rasul yang tepercaya, seruannya agar mereka bertakwa pada Allah dan menaatinya, mereka tolak  sambil berkata: Mana mungkin kami beriman kepada Anda, sedangkan para pengikut Anda adalah orang-orang yang rendahan?