بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Senin, 25 Maret 2024

Tadabbur Al-Quran Hal. 365

Tadabbur Al-Quran Hal. 365
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Al-Furqan ayat 67 :

وَالَّذِيْنَ اِذَآ اَنْفَقُوْا لَمْ يُسْرِفُوْا وَلَمْ يَقْتُرُوْا وَكَانَ بَيْنَ ذٰلِكَ قَوَامًا

Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar,

- Hadis Sahih Al-Furqan ayat 67 :

Dari Aisyah Ra bahwa Hindun binti Utbah berkata, Wahai Rasulullaht Sesungguhnya Abu Sufyan adalah seorang laki-laki yang pelit. la tidak memterikan kecukupan nafkah padaku dan anakku, kecuali jika aku mengambil dari hartanya tanpa sepengetahuannya. Maka beliau bersabda, Ambilah oari hartanya sekadar untuk memenuhi kebutuhanmu dan juga anakmu (HR Bukhari, Sshihul Bukhäri, Juz 3. No. Hadis 5364, 1422 H. 427)

- Tafsir Al Muyassar  Al-Furqan ayat 67 :

Dan orang-orang yang apabila menginfakkan hartanya, maka mereka tidak melampaui batas dalam memberi dan tidak pula mempersempit nafkah. Infak mereka selalu tengah-tengah antara terlalu boros dan terlalu kikir.

- Tafsir Ibnu Kašir :

Firman Allah Swt., Dan termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar. (QS Al-Furgan, 25: 67). Mereka tidak mubazir dalam menginfakkan harta sehingga melebihi kebutuhan, juga tidak kikir terhadap hak keluarga mereka sehingga tidak mencukupi. Mereka bersikap adil dan teliti. Dan sebaik-baik urusan adalah yang pertengahan. ..di antara keduanya secara wajar. (QS Al-Furqān, 25: 67) sebagaimana dalam firman-Nya yang lain, <Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan jangan (pula) engkau terlalu mengulurkannya (sangat pemurah) nanti kamu menjadi tercela dan menyesal. (QS Al-Isrā, 17: 29) Imam Ahmad berkata, dari Abu Dardā' Ra., dari Nabi Saw. "Di antara ciri orang yang paham adalah berhati-hati (sederhana) dalam penghidupannya." Al-Hāfiz Abu Bakar Al-Bazzār berkata, dari Hużaifah Ra., ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Sebaik-baik penghematan itu ketika kaya, sebaik-baik penghematan itu ketika fakir, dan sebaik-baik penghematan itu ketika ibadah." (HR Al-Bazzār, Musnad Al-Bazzar 3604). lyas bin Muawiyah berkata, "Semua yang melewati apa yang diperintahkan Allah, maka itu berlebih-lebihan." Yang lain mengatakan bahwa berlebih-lebihan adalah membelanjakan harta untuk bermaksiat kepada Allah. Al-Hasan Al-Basri berkata, "Berinfak di jalan Allah tidak termasuk berlebih-lebihan." (lbnu Kašir, Tafsirul Qurāni'l Azimi, Jilid 10, 1421 H/2000 M: 322-323).

- Riyāduş Şalihin :

Dari Abu Abdullah Saubān maula Rasulullah Saw. berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Sebaik-baik dinar (uang atau harta) yang dinafkahkan seseorang ialah yang dinafkahkan untuk keluarganya, untuk ternak yang dipeliharanya, untuk kepentingan membela agama Allah, dan nafkah untuk para sahabatnya yang berperang di jalan Allah." (HR Muslim).

Hadiś di atas memberikan faedah yaitu bagaimana cara mengatur keuangan sehingga mendapat keutamaan, sebagaimana hadiš yang diterangkan di atas, dan nafkah pada keluarga lebih diutamakan dan diperhatikan daripada yang lainnya. (Dr. Mustafā Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādis Şālihina, Juz 1, 1407 H/1987 M: 291-292).

- Hadiš Nabawi :

Dari Aisyah Ra. bahwa Hindun binti Utbah berkata, "Wahai Rasulullah! Sesungguhnya Abu Sufyan adalah seorang laki-laki yang pelit. la tidak memberikan kecukupan nafkah padaku dan anakku, kecuali jika aku mengambil dari hartanya tanpa sepengetahuannya." Maka beliau bersabda, "Ambillah dari hartanya sekadar untuk memenuhi kebutuhanmu dan juga anakmu." (HR AI-Bukhāri, Sahihu'l Bukhāri, Juz 3, No. Hadis 5364, 1422 H: 427).

- Hadiš Qudsi :

Dari Safwan bin Muhriz, dia berkata, "Ketika Ibnu Umar sedang melakukan tawaf di Baitullah, tiba-tiba seorang laki-laki menghampirinya dan bertanya, Wahai Abu Abdurrahman, apa yang kamu dengar dari Nabi Saw. mengenai An-Najwa (bisikan Allah kepada kaum mukminin pada hari kiamat)?"

Dia menjawab, Nanti pada hari kiamat, seorang mukmin mendekat kepada Rabbnya, seolah-olah dia seperti anak domba, maka Dia meletakkan naungan-Nya ke atasnya, yakni menutupinya kemudian Dia berkata, Apakah kamu mengetahui dosa-dosamu?" Dia menjawab, Wahai Rabb-ku, aku mengetahuinya. Allah bertanya lagi, Apakah kamu mengetahuinya? Orang mukmin menjawab, Wahai Rabb-ku, aku mengetahuinya. Allah berfirman kepadanya, Aku telah menutupinya (merahasiakannya) di dunia dan pada hari ini aku telah mengampuninya bagimu. Kemudian diberikanlah kepadanya catatan kebaikan-kebaikannya. Adapun orang-orang kafir dan munafik, mereka dipanggil di hadapan semua yang hadir ketika itu dan dikatakan, { ..Orang-orang inilah yang telah berbohong terhadap Tuhan mereka.' Ingatlah, laknat Allah (ditimpakan) kepada orang yang zalim }. (QS Hud, 11: 18). Sa'id berkata, Qatadah berkata, "Sehingga hari itu, tidak seorang mukmin pun merasa hina, lalu menyembunyikan kehinaannya dari siapa pun dari makhluk-makhluk Allah." (HR Ahmad). (1sāmuddin As-Sabābati, Jāmiu't Ahādisil Qudsiyyati, Jilid 2, t.t: 211, 213-214).

- Penjelasan Surah Al-Furqan Ayat 56-67 :

Ayat 56-62 menjelaskan tugas Rasul Saw. adalah sebagai pemberi kabar gembira bagi orang-orang beriman dan kabar takut bagi kaum kafir. Allah mengajarkan Rasul Saw.  agar tidak mengharap imbalan duniawi dari semua aktivitas dakwahnya, tapi berharap manusia dapat meniti jalan Allah dalam kehidupan ini. Modal utamanya adalah bertawakal kepada Allah yang hidup dan tidak akan mati. Masalah kejahatan dan  dosa manusia itu urusan Allah dan Dia Maha Mengetahuinya. Dia menciptakan langit dan bumi dan apa saja di antara keduanya selama enam hari (masa),  kemudian Dia bersemayam di atas Arasy. Dia Maha Pengasih. Apa yang disebutkan Allah dalam Al-Qur’an itulah yang benar.

Orang-orang kafir tidak mau disuruh sujud kepada Allah yang Maha Pengasih. Bahkan mereka bertanya: Siapa yang Maha Pengasih itu? Mana mungkin kami sujud kepada yang dperintahkan Muhammad? Ucapan seperti itu hanya menambah jauh dari Allah.  Mahaberkah Allah yang menjadikan  bintang-bintang di langit, matahari bercahaya dan bulan bersinar. Dia menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang-orang yang mau menjadikannya pelajaran dan bersyukur kepada-Nya.

Ayat 63-67 menjelaskan sifat-sifat hamba Allah yang taat pada-Nya : 

1. Berjalan di atas  bumi dengan rendah hati. 

2. Jika diolok-olok orang bodoh, membalasnya dengan ucapan yang baik. 

3. Bangun malam salat tahajud dan berdoa agar dihindarkan Allah dari azab neraka Jahanam. 

4. Hemat berbelanja kebutuhan hidup dan meninggalkan kemewahan.