بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Rabu, 05 Juni 2024

Tadabbur Al Quran Hal. 382

Tadabbur Al-Quran Hal. 382
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- An-Naml ayat 56

۞ فَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهٖٓ اِلَّآ اَنْ قَالُوْٓا اَخْرِجُوْٓا اٰلَ لُوْطٍ مِّنْ قَرْيَتِكُمْۙ اِنَّهُمْ اُنَاسٌ يَّتَطَهَّرُوْنَ

Jawaban kaumnya tidak lain hanya dengan mengatakan, “Usirlah Lut dan keluarganya dari negerimu; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang (menganggap dirinya) suci.”

- Hadiš Qudsi :

Abu Hurairah Ra. berkata, "Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda, Ada dua orang laki-laki dari Bani Isrā il yang saling bersaudara. Salah seorang dari mereka suka berbuat dosa sedangkan yang lain giat dalam beribadah. Orang yang giat dalam beribadah itu selalu melihat saudaranya berbuat dosa hingga ia berkata, Berhentilah. Lalu pada suatu hari ia kembali mendapati saudaranya berbuat dosa, ia berkata lagi, Berhentilah. Orang yang Suka berbuat dosa itu berkata, Biarkan aku bersama Tuhanku, apakah engkau diutus untuk selalu mengawasiku! Ahli ibadah itu berkata, Demi Allah, sungguh Allah tidak akan mengampunimu atau tidak akan memasukkanmu ke dalam surga. Allah Swt. kemudian mencabut nyawa keduanya sehingga keduanya berkumpul di sisi Rabb semesta alam. Kemudian Allah Swt. bertanya kepada ahli ibadah, Apakah kamu lebih tahu dari-Ku? Atau apakah kamu mampu melakukan apa yang ada dalam kekuasaan-Ku? Lalu Allah Swt. berkata kepada pelaku dosa, Pergi dan masuklah kamu ke dalam surga dengan rahmat-Ku. Dan berkata kepada ahli ibadah, "Pergilah kamu ke dalam neraka." Abu Hurairah Ra. berkata, "Demi Zat yang jiwaku ada ditangan-Nya, sungguh ia telah mengucapkan satu ucapan yang mampu merusak dunia dan akhiratnya." (HR Abu Dāwud (Mustafā bin Adawi, As-Sahihul Musnad minal Ahadisil Qudsiyyati: 36).

- Tafsir bnu Kašir :

Jawaban kaumnya tidak lain dengan mengatakan, "Usirlah Lut dan keluarganya dari negerimu; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang (menganggap dirinya) suci. (QS An-Naml, 27: 56) Yatataharün bermakna mereka menjauhi dosa, karena perbuatan homosek yang kalian lakukan dan karena kalian tetap melakukannya. Lalu kaumnya mengusir mereka dari hadapan kalian, karena mereka tidak pantas bertetangga dengan kalian di negeri kalian. Kaumnya bertekad mengusir mereka. Lalu Allah membinasakan kaum tersebut. Orang-orang kafir pun sama dibinasakan. Allah Swt. berfirman, Maka Kami selamatkan dia dan keluarganya, kecuali istrinya. Kami telah menentukan dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). Artinya, istrinya termasuk orang-orang yang celaka beserta kaumnya karena ia telah membantu agama mereka, dan cara mereka dalam menerima perbuatan-perbuatan yang buruk. (bnu Kašir, Tafsirul Qur'anil Azimi, Jilid 10, 1421 H/2000 M: 418).

- Riyāduş Şälihin

Dari "Umar bin Al-Khattab Ra., dia berkata, "Rasulullah Saw. bersabda, 'Andai saja kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenarnya, niscaya kalian diberi rezeki seperti rezekinya burung, pergi dengan perut kosong di pagi hari dan pulang di sore hari dengan perut terisi penuh." (HR At-Tirmiži).

Hadis di atas memberikan faedah:
(a) Dorongan untuk tawakal kepada Allah Swt. dengan membenarkan-Nya dan meyakini segala peristiwa yang terjadi.
(b) Mengambil nilai-nilai kehidupan dari apa yang sudah terjadi dan terus berusaha mencari rezeki untuk membuktikan ketawakalan seseorang pada Allah Swt. seperti halnya burung bisa makan dan tanpa berhenti mencari makanan (Dr. Mustafā Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādis Salihina, Juz 1, 1407H/1987 M:113-114).

- Hadiš Nabawi

Abu Hurairah Ra. berkata, Nabiyullah Saw. bersabda, "Apabila Allah menetapkan satu perkara di atas langit, maka para malaikat mengepakkan sayap-sayap mereka karena tunduk kepada firman-Nya, seakan-akan rantai yang berada di atas batu besar. Apabila hati mereka telah menjadi stabil, mereka berkata, Apa yang difirmankan Rabb kalian? Mereka menjawab, 'A-Hag, dan Dia datang sebelum menyampaikan kepada yang di bawahnya, bisa jadi mereka menyampakannya sebelum diterjang bintang, kemudian dicampur dengan seratus kebohongan. Maka dikatakan, Bukankah dia (jin) itu telah berkata kepada kita tentang ini dan itu. Maka mereka percaya dengan kata-kata yang didengar dari langit." (HR AI-Bukhāri, Al-Jāmiu Sahihu Bukhāri, Juz 3, No. Hadis, 4800: 281).