بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Senin, 23 Oktober 2023

Tadabbur Al-Quran Hal. 343

Tadabbur Al-Quran Hal. 343
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Al-Mu'minun ayat 26 :

قَالَ رَبِّ انْصُرْنِيْ بِمَا كَذَّبُوْنِ

Dia (Nuh) berdoa, “Ya Tuhanku, tolonglah [997] aku karena mereka mendustakan aku.”

- [997] Pertolongan yang dimohonkan oleh Nabi Nuh kepada Allah ialah membinasakan kaumnya sampai ke akar-akarnya. Lihat surah Nuh ayat 26.

- Tafsir Al Muyassar:

Nuh berkata: Ya Rabb! Tolonglah aku dari mereka karena mereka telah mendustakanku terhadap risalah-Mu yang aku sampaikan.

- Tatsir lbnu Kašir :

Allah Swt. mengabarkan tentang Nuh As. ketika ia diutus kepada kaumnya untuk memberi peringatan kepada mereka tentang azab Allah Swt., siksaan-Nya yang sangat keras, serta balasan bagi siapa saja yang menyekutukan-Nya, menentang perintah-Nya, dan mendustakan rasul-Nya. { ...Lalu dia berkata. "Wahai kaumku! Sembahlah Allah, (karena) tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)? } Artinya, mengapa kalian tidak takut kepada Allah ketika menyekutukan-Nya? Kemudian para pemuka dan pembesar di antara mereka berkata, { ...Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, yang bermaksud menjadi seorang yang lebih tinggi darimu.. } Yang mereka maksudkan adalah dia lebih tinggi daripada kalian serta lebih terhormat dengan pengakuan kenabiannya. Padahal, dia hanyalah manusia biasa seperti kalian, lalu bagaimana Allah telah memberikan wahyu kepadanya bukan kepada kalian? { ...Kalaulah Allah berkehendak, tentulah Dia akan mengutus beberapa malaikat... }, Artinya, jika Dia hendak mengutus seorang Nabi, niscaya Dia akan mengutus malaikat dari sisi-Nya, bukan seorang manusia. Kita tidak pernah mendengar hal seperti itu, yakni tentang pengutusan seorang manusia pada nenek moyang kami yang pertama. Yang mereka maksudkan adalah para pendahulu dan nenek moyang mereka pada masa-masa yang terdahulu. (lbnu Kašir, Tafsirul Qurānil Azimi, Jilid 10, 1421 H/2000 M: 120).

- Riyāduş Şālihin :

Dari lbnu Umar Ra., dia berkata, "Kami berbincang-bincang tentang haji Wada', pada waktu Nabi Saw. berada bersama kami. Namun kami tidak mengetahui apa yang dimaksud dengan haji Wada'. Kemudian Rasulullah Saw. berkhutbah dengan memuji Allah Swt. terlebih dahulu, lalu beliau menyebut-nyebut tentang Masih Ad-Dajāl, kemudian beliau terus menyebutnya berulang-ulang kali hingga beliau bersabda, Tidaklah Allah Swt. mengutus seorang Nabi kecuali dia mengingatkan umatnya (dari bahaya Dajal). Nuh As. telah mengingatkan umatnya, dan juga para Nabi yang datang setelahnya. Ketahulah bahwa Dajāl akan keluar kepada kalian dan sekali-kali tidak tersembunyi dari kalian. Rabb kalian pun tidak akan menyembunyikannya dari kalian. (Beliau menyebutkan sebanyak tiga kali). Sesungguhnya Rabb kalian tidaklah pecak, sedangkan Dajāl pecak mata kanannya. Matanya seperti buah anggur yang menjorok. Ketahuilah sesungguhnya Allah Swt. telah mengharamkan kepada kalian darah dan harta kalian. Sebagaimana
haramnya pada hari ini, di negeri ini, dan bulan ini. Ketahuilah apakah aku sudah menyampaikan? Mereka menjawab, Ya.' Beliau bersabda, Ya Allah, saksikanlah! (sebanyak tiga kali). Celakalah kalian, janganlah kalian kembali menjadi kafir sepeninggalku sehingga sebagian kalian memenggal leher sebagian yang lainnya." (HR AI-Bukhāri- Muslim).

Hadiš di atas memberikan faedah:

(a) Waspada terhadap ujian serta hati-hati kepada orang yang membawanya dengan cara mengetahui sifat-sifat dan cara-cara mereka.

(b) Tidak menutup kemungkinan bahwa Dajāl akan datang pada umat Islam dan sungguh Allah Swt. menjaga orang yang beriman dari kekufuran yang dibawanya dengan cara mengenal sifatnya, yang telah diterangkan pada hadis di atas. Maka, berhati-hatilah. Munculnya Dajjäl merupakan tanda-tanda dekatnya kiamat.

(c) Haramnya darah dan harta di antara kaum muslimin serta wajib memelihara dan tidak merusaknya.

(d) Kasih sayang Nabi Saw. kepada umatnya dan peringatan beliau pada umatnya akan terjadinya kezaliman-kezaliman serta pengaruh berbagai ujian bisa membawa pada kekufuran dan penolakan terhadap Islam.

(Dr. Muştafā Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyāgis Şalihina, Juz 1, 1407 H/1987 M: 231-232).

- Hadiš Nabawi :

Musa bin Talhah menceritakan dari Bapaknya, dia berkata, "Aku dan Nabi Saw. melewati kebun Madinah lalu beliau melihat beberapa orang yang sedang berada di atas pohon kurma, mereka sedang mengawinkan pohon kurma. Beliau bertanya, "Apa yang sedang mereka lakukan?" Aku menjawab, "Mereka sedang mengambil yang jantan dan menempelkannya pada yang betina, mereka sedang mengawinkannya." Maka beliau bersabda, Aku mengira hal itu tidak bermanfaat." Maka kabar itu sampai kepada mereka dan akhirnya mereka meninggalkannya. Mereka membiarkannya, akan tetapi pohon tersebut pada tahun itu tidak berbuah sedikitpun. Hal itu sampai kepada Nabi Savw., lalu berkata, "Itu hanya persangkaanku. Jika hal itu memberi manfaat, maka lakukanlah! Aku adalah manusia sebagaimana kalian. Perkiraan itu bisa benar dan salah. Namun apa yang aku sampaikan kepada kalian, bahwa Allah Swt. telah berfirman, maka saya tidak akan berdusta kepada Allah." (HR Ahmad, Musnadul Imām Ahmad Bin Hanbal, Tahqiq: Syu'aib Al-Arnaut, Jilid 3, No. Hadis, 1399: 18-19).

- Hadiš Qudsi :

Dari Abdurrahman bin Auf Ra., dia berkata, "Suatu ketika Rasulullah Saw. keluar, kemudian aku mengikuti beliau. Ketika beliau masuk ke kebun kurma, beliau lama bersujud sehingga membuatku takut atau khawatir jika Allah mewafatkan atau mencabut ruhnya. Maka aku mendekati beliau dan memperhatikannya, tiba-tiba beliau mengangkat kepalarnya, lalu bertanya, "Ada apa denganmu, wahai Abdurrahman?" Aku pun menerangkan hal itu kepada beliau, dan beliau menjawab, Jibril As. berkata kepadaku, Maukah aku sampaikan kabar gembira kepadamu, sesungguhnya Allah Swt. berfirman kepadamu, Barangsiapa bersalawat kepadamu, niscaya Aku akan bersalawat kepadanya, dan barangsiapa yang mengucapkan salam kepadamu, niscaya Aku akan mengucapkan salam kepadanya." (HR Ahmad). (Syaikh Muştafa Al-Adawy. Sahihu'l Ahādisil Qudsiyyati. 223).

- Tadabbur Surah Al-Mukminun Ayat 18-27 :

Ayat 18-22 terkait dengan ayat sebelumnya, yakni berbagai ciptaan Allah untuk kebutuhan manusia di dunia ini. Di antaranya. 

1. Allah turunkan air dari langit dengan takaran tertentu, kemudian Dia jadikan air itu tertahan di dalam bumi. Allah juga Kuasa menghilangkan air yang tertahan dalam bumi itu. 

2. Disebabkan air tersebut, Allah tumbuhkan untuk manusia kebun-kebun kurma dan anggur serta berbagai jenis buah-buahan yang dapat dimakan. 

3. Pohon Zaitun yang Allah tumbuhkan di bukit Sinai yang besar manfaatnya untuk minyak dan bumbu makanan manusia.

4. Binatang ternak yang  Allah jadikan dari dalam perutnya minuman (susu). Dari binatang ternak tersebut manusia mendapatkan manfaat yang banyak untuk makanan dan sebagiannya. 

5. Ada sebagian binatang yang berguna membawa barang-barang keperluan sebagaimana halnya dengan laut  yang menjadi sarana transportasi manusia.

Ayat 23-27 menjelaskan, kendati rahmat dan nikmat Allah tak terhingga yang diberikan kepada manusia sejak awal penciptaan mereka, namun manusia itu sering kali durhaka kepada Tuhan Pencipta mereka yakni Allah Ta’ala sebagaimana yang terjadi pada kaum Nabi Nuh. Pemuka-pemuka kaum Nuh tidak mau menauhidkan Allah dan tetap menyekutukan-Nya dalam ibadah dan praktek kehidupan lainnya, bahkan menuduh Nabi Nuh gila dan mengancam untuk membunuhnya. Lalu, Allah mewahyukan kepadanya untuk membuat kapal yang akan menyelamatkan Nuh dan para pengikutnya yang mukmin, karena Allah hendak membinasakan kaumnya yang kafir dan sangat durhaka dengan cara ditenggelamkan dalam banjir besar.