بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Selasa, 16 Mei 2023

Tadabbur Al-Quran Hal. 297

Tadabbur Al-Quran Hal. 297
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Al-Kahf ayat 28 :

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَدٰوةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيْدُوْنَ وَجْهَهٗ وَلَا تَعْدُ عَيْنٰكَ عَنْهُمْۚ تُرِيْدُ زِيْنَةَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۚ وَلَا تُطِعْ مَنْ اَغْفَلْنَا قَلْبَهٗ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوٰىهُ وَكَانَ اَمْرُهٗ فُرُطًا

Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia; dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti keinginannya dan keadaannya sudah melewati batas.

- Asbabun Nuzul Al-Kahf ayat 28 :

Diriwayatkan oleh Ibnu Marduwaih dari Juwaibir, dari Ad Dahhak, yang bersumber dari lbnu Abbas bahwa akhir ayat ini (Al Kahfi: 28) turun berkenaan dengan Umayyah bin Khalaf Al Jumhi yang mengajak Nabi sallallahu alaihi wa sallam untuk melakukan perbuatan yang dibenci oleh Allah swt, yaitu mengusir shahabat-shahabat Rasul yang fakir dan berusaha mendekatkan tokoh-tokoh Quraisy kepada Nabi sallallahu alaihi wa sallam. Ayat ini melarang Rasulullah meluluskan permintaannya.

Diriwayatkan oleh lbnu Abi Hatim yang bersumber dari Ar Rabi' bahwa Nabi sallallahu alaihi wa sallam menghadapi Umayyah bin Khalaf dengan baik dan lupa akan apa yang diwahyukan kepadanya. Maka turunlah ayat ini yang mengingatkan beliau untuk tidak mengikuti ajakan orang yang menyebabkan lupa kepada Tuhan.

Diriwayatkan oleh lbnu Abi Hatim yang bersumber dari Abu Hurairah bahwa Uyainah bin Hishin datang menghadap Rasulullah yang sedang duduk bersama salman Al Farisi. Uyainah berkata: "Jika kami datang, hendaknya orang ini dikeluarkan. Setelah itu barulah kami dipersilakan masuk." Maka turunlah ayat ini yang mengingatkan Rasulullah untuk menolak permintaannya.

Sumber: Asbabun Nuzul-K. H.Q.Shaleh H.A.A Dahlan dkk.

Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Juwaibir dari ad-Dhahhak dari Ibnu Abbas tentang firman-Nya,"....dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah kami lalaikan dari mengingat kami.." ayat ini turun tentang Umayyah bin khalaf al-Jamhi, yaitu ketika dia menyuruh Nabi saw melakukan suatu hal yang tidak disukai Allah, yakni mengusir orang-orang miskin dan mendekatkan par pemimpin mekah.

Ibnu abi Hatim meriwayatkan dari ar-Rabi' mereka diberitahu bahwa Nabi saw berjumpa dengan Umayyah bin Khalaf yang lalai dan lengah dari apa yang dikatakan kepadanya. Maka turunlah ayat ini. Ia meriwayatkan dari abu hurairah. Uyainah bin Hishn menemui Nabi saw yang sedang bersama salman. Maka Uyainah berkata, 'kalau kami datang, suruh orang ini keluar dan undang kami masuk". Maka turunlah ayat ini.

- Tafsir Al Muyassar Al-Kahf ayat 28 :

Sabarkanlah dirimu, wahai Nabi, bersama para shahabatmu dari kalangan orang-orang mukmin yang fakir yang senantiasa menyembah Rabb mereka semata dan berdoa kepada-Nya di pagi dan petang karena mengharapkan wajah-Nya. Duduklah bersama mereka dan bergaulah dengan mereka. Jangan palingkan pandanganmu dari mereka kepada selain mereka, yaitu orang-orang kafir, karena ingin menikmati perhiasan kehidupan dunia.

Janganlah pula menuruti orang yang Kami jadikan hatinya lalai dari mengingat Kami, dan lebih mementingkan hawa nafsunya daripada menaati Rabb-nya, lalu urusannya dalam semua perbuatannya menjadi sia-sia dan hancur.

- Tazkiyyatun Nafs :

Sesungguhnya kemuliaan pengetahuan (ilmu) itu sesuai dengan kemuliaan objek yang diketahui. Maka tidak disangsikan bahwa pengetahuan yang paling mulia dan paling agung adalah pengetahuan tentang Allah Swt., Tuhan semesta alam, Yang Menciptakan langit dan bumi, Yang Maha benar, Yang Mempunyai segala sifat kesempurnaan, Yang suci dari segala kekurangan, dan Yang tidak ada sesuatu apa pun yang menyerupaiNya dalam kesempurnaan. Tidak disangsikan bahwa pengetahuan tentang nama-nama, sifat-sifat, dan perbuatan-perbuatan-Nya adalah ilmu yang paling tinggi nilainya. Jika
dibandingkan dengan segala jenis pengetahuan, maka seperti perbandingan objek yang diketahui dengan objek-objek lainnya. Tentang Allah Swt. adalah asas dari segala pengetahuan. Sebagaimana keberadaan segala sesuatu tergantung kepada keberadaan-Nya Yang Maha Menciptakan, maka semua jenis ilmu mengikuti ilmu tentang-Nya, dan membutuhkan-Nya untuk merealisasikan keberadaannya.
Tidak disangsikan lagi bahwa pengetahuan tentang sebab awal dan penyebab utama, berkonsekuensi pada pengetahuan tentang akibat dan efeknya. Keberadaan segala sesuatu selain Allah Swt. bergantung kepada-Nya, sebagaimana keberadaan sebuah benda yang tergantung pada pembuatnya, dan obyek kepada subjeknya. Maka ilmu tentang Zat, sifat, dan perbuatan-perbuatan Allah Swt. berimplikasi kepada pengetahuan tentang selain Allah Swt. Barang siapa tidak mengenal Tuhannya, maka dia lebih tidak mengetahui segala sesuatu selain Dia. Allah Swt. berfirman, «Dan janganlah kamu seperti orang-ofang yang lupa kepada Allah Swt., sehingga Allah Swt. menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik. (QS Al-Hasyr, 59: 19).

Perhatikanlah ayat ini dengan seksama, maka Anda akan temukan makna yang sangat indah, yaitu, barang siapa yang melupakan Tuhannya, niscaya Tuhan akan membuat mereka lupa tentang dirinya sendiri sehingga dia tidak mengenal hakikat dirinya dan kemaslahatannya sendiri. Bahkan, dia lupa apa yang menjadi kebaikan dan keberuntungannya di dunia dan di akhirat. Dengan demikian, dia pun menjadi rusak dan diabaikan seperti binatang. Bahkan, mungkin binatang lebih mengetahui kemaslahatannya karena mengikuti petunjuk yang diberikan Sang Pencipta kepadanya. Sedangkan orang tersebut keluar dari fitrah penciptaannya, sehingga dia lupa akan Tuhannya dan Tuhan pun membuatnya lupa tentang dirinya, dan tentang hal-hal yang membuat dia sempurna serta bahagia di dunia dan akhirat.

Allah Swt. berfirman, Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia, dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti keinginannya dan keadaannya sudah melewati batas. (QS Al-Kahf, 18: 28).

Dia lalai mengingat Tuhannya, sehingga dia pun lupa akan hati dan keadaannya.Akhirnya, dia sama sekali tidak mempedulikan kemaslahatan, kesempurnaan, dan hal-hal yang membersihkan jiwa serta hatinya.
Bahkan, dia kehilangan hatinya, kacau-balau dan bingung, tanpa mendapatkan petunjuk sama sekali.

Kesimpulannya adalah bahwa pengetahuan (marifat) tentang Allah Swt. adalah asal segala ilmu. la adalah asas ilmu hamba tentang kebahagiaan, kesempurnaan, dan kemaslahatan dunia akhirat. Tidak adanya pengetahuan tentang Allah Swt. mengakibatkan ketidaktahuan tentang diri sendiri dan kemaslahatannya, serta apa yang membersihkan dan mendatangkan kebahagiaan baginya. Karena itu, pengetahuan tentang Allah Swt. merupakan pangkal kebahagiaan hamba, sedangkan ketidaktahuan tentang Allah Swt. merupakan pangkal penderitaan.
(bnu'l Qayyim Al-Jauziyyah, Miftāhu Dâris Sa'ādati, Juz 1, 1416 H/1996 M: 311-312).

- Riyadus Salihin :

Dari Ali bin Abu Talib Ra., ia bertanya kepada Nabi Saw., "Ya Rasulullah, apakah saya harus memerangi kaum musyrikin hingga mereka menjadi orang-orang muslim seperti kita?" Rasululah Saw. menjawab, "Hai Ali, laksanakanlah tugasmu dengan baik dan tidak tergesa-gesa hingga kamu tiba di wilayah mereka. Setelah itu, serulah mereka untuk masuk ke dalam agama Islam. Beritahukan kepada mereka tentang kewajiban- kewajiban yang harus mereka lakukan di dalam ajaran Islam! Demi Allah Swt., sungguh petunjuk Allah Swt. yang diberikan
kepada seseorang (hingga ia masuk Islam) melalui perantaraanmu, adalah lebih baik bagimu daripada kamu memperoleh nikmat yang melimpah-ruah berupa unta merah."
Hadis di atas mengandung beberapa faedah, antara lain keutamaan menyeru manusia ke jalan Allah Swt. dan dorongan agar memberi petunjuk kepada manusia ke arah kebaikan dan kebenaran, karena yang demikian itu akan berbuah pahala yang besar.
(Dr. Mustafa Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttagina Syarhu Riyadis Salihina, Juz 1, 1407 H/1987 M: 200-201).

- Medical Hadis :

Dari Rib'iyyah binti lyad Al-Kilabiyyah, ia berkata, Aku mendengar Ali berkata, "Makanlah Ar Rummān (delima) dengan kulitnya karena ia membersihkan lambung." (bnu'l Qayyim A-Jauziyyah, At-Tibbun Nabawi, t.t: 243).

- Tibbun Nabawi :

Khasiat Rumman (buah delima)

Buah delima itu bersifat panas dan lembab, bagus untuk perut dan menguatkannya, karena mempunyai daya cengkeraman yang lembut, juga bermanfaat untuk dada, tenggorokan dan paru-paru, dapat digunakan untuk mengobati batuk, menambah produksi mani, dan membangkitkan gairah seks. Meski demikian, buah delima tidak bagus untuk orang yang sakit demam.

Allah Swt. berfirman tentang rummān, Didalam kedua surga itu ada buah-buahan, kurma, dan delima. Maka nkmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? (0S Ar-Rahmān, 55: 68-69) (Ibnu'l Qayyim Al-Jauziyyah, Zãdu'l Ma ādi fi Hadyi Khayril lbādi, Juz 4, t.t.. 315-316).

- Penjelasan Surah Al-Kahfi Ayat 28-34 :

Ayat 28-31 meneruskan ayat 27 sebelumnya terkait dengan perintah Allah kepada Rasul Saw. Setelah perinah membaca dan mengikuti petunjuk Al-Qur’an, Allah memerintahkah Rasul Saw. untuk sabar hidup bersama sahabatnya yang taat pada Allah dan hanya mencari ridha Allah, kendati jumlahnya sedikit dan sebagiannya dari kaum yang lemah. Kamudian, Allah merlarang Rasulullah Saw. memilik motivasi duniawi dalam berdakwah dan mengikuti orang-orang yang lalai hati mereka mengingat Allah dan mengikuti nafsu. 

Sesungguhnya Al-Qur’an itu kebenaran dari Allah. Iman dan kafir itu adalah pilihan. Bagi yang kafir, Allah sediakan neraka yang apinya membakar seluruh tubuhnya dan minumannya dari tembaga panas yang menghanguskan seluruh wajahnya. Bagi yang beriman dan beramal saleh surga yang mengalir di bawahnya berbagai macam sungai dan berbagai hiasan emas dan pakaian sutera serta peralatan mewah lainnya. 

Ayat 32-34 menjelaskan perumpamaan orang yang kafir dan beriman itu seperti dua orang yang satunya memiliki kebun anggur dan kurma. Keduanya dikelilingi berbagai pohon dan ada sungai di tengahnya. Hartanya sangat banyak. Lalu ia berkata pada temannya: Harta saya lebih banyak dari harta Anda.