بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Minggu, 11 September 2022

Doa malaikat untuk orang yang duduk di masjid setelah shalat

Hadits Sahih (255.0912)
-------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Doa malaikat untuk orang yang duduk di masjid setelah shalat

Sahih al-Bukhori:426

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: 

الْمَلاَئِكَةُ تُصَلِّي عَلَى أَحَدِكُمْ مَا دَامَ فِي مُصَلاَّهُ الَّذِي صَلَّى فِيهِ مَا لَمْ يُحْدِثْ تَقُولُ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ، اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ.

Dari Abu Hurairah: Bahwa Rasulullah saw bersabda: 

Para malaikat senantiasa mendoakan salah seorang dari kalian selama ia masih di tempat ia shalat dan belum berhadas. Malaikat berkata: Ya Allah ampunilah dia, ya Allah rahmatilah dia.

Pesan :
Keutamaan shalat di masjid, malaikat mendoakan orang tersebut selama ia belum beranjak dari tempatnya dan belum berhadas, karena itu setelah anda menunaikan shalat, alangkah baiknya jika tidak segera pergi dan meluangkan waktu untuk menetap di masjid, membaca al-Quran, berzikir mengingat Allah, dan berdoa kepada-Nya.

Jumat, 09 September 2022

Tadabbur Al-Quran Hal. 243

Tadabbur Al-Quran Hal. 243
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Yusuf ayat 67 :

وَقَالَ يٰبَنِيَّ لَا تَدْخُلُوْا مِنْۢ بَابٍ وَّاحِدٍ وَّادْخُلُوْا مِنْ اَبْوَابٍ مُّتَفَرِّقَةٍۗ وَمَآ اُغْنِيْ عَنْكُمْ مِّنَ اللّٰهِ مِنْ شَيْءٍۗ اِنِ الْحُكْمُ اِلَّا لِلّٰهِ ۗعَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَعَلَيْهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُتَوَكِّلُوْنَ

Dan dia (Yakub) berkata, “Wahai anak-anakku! Janganlah kamu masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berbeda; namun demikian aku tidak dapat mempertahankan kamu sedikit pun dari (takdir) Allah. Keputusan itu hanyalah bagi Allah. Kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya pula bertawakallah orang-orang yang bertawakal.”

- Tafsir Al Muyassar Yusuf ayat 67 :

Ayah mereka berkata kepada mereka, "Hai anak-anakku, jika kalian memasuki negeri Mesir, janganlah kalian masuk dari satu pintu, tetapi masuklah dari pintu-pintu yang berbeda-beda, agar penyakit Ain (sihir mata) tidak menimpa kalian. Meskipun aku berpesan demikian kepada kalian, aku tidak dapat menghalangi dari kalian sesuatu yang telah Allah tetapkan atas kalian. Keputusan itu
hanyalah hak Allah semata, pada Nya-lah aku bersandar dan menaruh kepercayaan, dan hanya kepada-Nya sajalah orang-orang yang beriman bersandar."

- Hadis Sahih Yusuf ayat 67 :

Dari Abu Hurairah Ra., 1a berkata,
"Rasulullah Saw. bersabda, Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah". Pada masing-masing memang terdapat kebaikan. Capailah (dengan sungguh-sungguh) apa yang berguna
bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu menjadi orang yang lemah. Apabila kamu tertimpa suatu (kemalangan), janganlah kamu katakan, Seandainya tadi saya berbuat begini dan begitu, niscaya tidak akan menjadi begini
dan begitu'. Tetapi katakanlah, Ini sudah takdir Allah dan apa yang dikehendakiNya pasti akan terjadi. Sesungguhnya ungkapan kata Lau' (seandainya) akan membukakan jalan bagi setan"." (HR Muslim, Sahih Muslim, Juz 4, 1412 H 1991 M: 2052).

Larangan Berkata Kasar dan Kotor

Tematik (96)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

LARANGAN BERKATA KASAR DAN KOTOR

Hadits 22
Larangan Berkata Kasar dan Kotor

عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِنَّ اللَّهَ لَيُبْغِضُ الفَاحِشَ البَذِيءَ

Dari Abu Ad-Darda’ radhiallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda, “Sungguh Allah benci dengan orang yang lisannya kotor dan kasar.” ([1])

Makna Hadits

Hadits ini adalah potongan dari sebuah hadits, selengkapnya dapat dijumpai pada Sunan Tirmizi dengan redaksi,

مَا شَيْءٌ أَثْقَلُ فِي مِيزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ، وَإِنَّ اللَّهَ لَيُبْغِضُ الفَاحِشَ البَذِيءَ

“Sesungguhnya tidak ada sesuatu apa pun yang paling berat di timbangan kebaikan seorang mukmin pada hari kiamat seperti akhlak yang mulia, dan sungguh-sungguh (benar-benar) Allah benci dengan orang yang lisannya kotor dan kasar.” ([2])

Hadits di atas diawali dengan penekanan bahwasanya timbangan yang paling berat di akhirat kelak adalah akhlak mulia, kemudian diakhiri dengan peringatan bahwasanya Allah benci terhadap orang yang memiliki kata-kata yang kotor.

Mengukur akhlak seseorang bisa ditempuh dengan banyak cara, di antaranya dengan melihat bagaimana cara dia bermuamalah, atau dari raut wajahnya apakah murah senyum atau tidak, atau cara-cara lainnya. Namun salah satu cara yang paling tepat untuk mengukur akhlak seseorang adalah dengan memperhatikan lisannya karena lisan itu adalah ungkapan hati. Dari ucapannya kita akan mengetahui seseorang itu sombong atau tidak, menghormati orang lain atau tidak, merendahkan orang lain atau tidak, mengganggu orang lain atau tidak. Semua perkara-perkara tersebut akan tergambar di lisannya.

Para ulama membedakan antara الفَاحِشَdan البَذِيءَ. الفَاحِشَ diambil dari kata الفُحْشُ (al-fuhsy) yang secara bahasa bermakna melampaui batas([3]). Sehingga maknanya dalam hadits ini adalah melampaui batas dalam cacian dan makian dengan menggunakan kata-kata yang tidak enak didengar, termasuk pula kata-kata yang jorok, semuanya masuk dalam kalimat fuhsy.

Adapun البَذِيءَ diambil dari kata البَذَاءَةُ (al-badza’ah) yang khusus untuk kalimat yang kotor yang tidak enak didengar di mana naluri manusia tidak enak mendengar kata-kata tersebut([4]). Dengan demikian maka al-fuhsy berkaitan dengan kadar pembicaraan yang berlebihan sementara al-badzaáh berkaitan dengan sifat pembicaraan yang kotor. Dalam sebagian riwayat Nabi berkata :

فَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى لَا يُحِبُّ الْفُحْشَ وَلَا التَّفَحُّشَ

“Sesungguhnya Allah taáta tidak menyukai al-fushy dan at-tafahhuys (yaitu yang memaksa-maksakan diri untuk berkata-kata kotor yang berlebihan) ([5])”([6])

Nabi ﷺ memberi peringatan kepada orang yang lisannya kotor seakan-akan Nabi berkata, “Beberharapati-hatilah, jangan sampai Anda menjadi orang yang berakhlak buruk dengan menjadikan lisan Anda kotor dan jorok”. Oleh karena itu, Rasulullah ﷺ bersabda dalam sebuah hadits,

إِنَّ شَرَّ النَّاسِ مَنْزِلَةً عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ وَدَعَهُ أَوْ تَرَكَهُ النَّاسُ اتِّقَاءَ فُحْشِهِ

“Sesungguhnya orang yang paling buruk kedudukannya pada hari kiamat di sisi Allah adalah orang yang ditinggalkan oleh manusia akibat takut akan keburukannya.” ([7])

Menyampaikan Kebenaran pun dengan Lembut

Hadits di atas memberi peringatan kepada kita agar kita menjaga lisan-lisan kita. Bahkan tatkala kita menyampaikan kebenaran, ingin menyampaikan sunah Nabi ﷺ, ingin menyampaikan perkara-perkara tauhid, hendaknya kita tetap menjaga lisan kita. Jangan sampai kita berkata-kata kasar atau kotor yang menyebabkan orang lain lari dan tidak mau menerima.

Dalam sebuah hadits, ‘Aisyah i menceritakan tatkala sekelompok Yahudi datang menemui Rasulullah ﷺ,

عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ: أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُنَاسٌ مِنَ الْيَهُودِ فَقَالُوا: السَّامُ عَلَيْكَ يَا أَبَا الْقَاسِمِ قَالَ: «وَعَلَيْكُمْ» قَالَتْ عَائِشَةُ: قُلْتُ بَلْ عَلَيْكُمُ السَّامُ وَالذَّامُ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا عَائِشَةُ «لَا تَكُونِي فَاحِشَةً» فَقَالَتْ: مَا سَمِعْتَ مَا قَالُوا؟ فَقَالَ: ” أَوَلَيْسَ قَدْ رَدَدْتُ عَلَيْهِمِ الَّذِي قَالُوا، قُلْتُ: وَعَلَيْكُمْ

Dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha dia berkata, “Sekelompok orang Yahudi datang menemui Nabi ﷺ dan berkata, ‘Assaamu’alaika, Ya Abal Qasim’ (kebinasaan atasmu Wahai Abul Qasim). Kemudian Nabi menjawab, ‘Wa’alaikum’ (dan kalian juga). Akupun membalas perkataan mereka dengan berkata, ‘Bal ‘alaikumussaam wadzdzaam’ (bahkan atas kamulah kebinasaan dan celaan). (Mendengar kata-kata ‘Aisyah itu) lalu Rasulullah ﷺ menegur, ‘Wahai ‘Aisyah janganlah engkau menjadi orang yang mulutnya kotor.’ Aku pun berkata: ‘Tidakkah engkau mendengar apa yang mereka ucapkan?’ Rasulullah ﷺ menjawab, “Bukankah aku telah menjawab apa yang mereka ucapkan, aku berkata, ‘wa’alaikum’ (begitu pula kamu).” ([8])

Rasulullah ﷺ menegur ‘Aisyah karena perkataannya yang kasar. Dalam riwayat lain Rasulullah ﷺ berkata,

إِنَّ الرِّفْقَ لاَ يَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلاَّ شَانَهُ

“Sesungguhnya kasih sayang (kelembutan) itu tidak akan berada pada sesuatu, melainkan ia akan menghiasinya. Sebaliknya, jika kasih sayang (kelembutan) itu dicabut dari sesuatu, melainkan ia akan membuatnya menjadi buruk.”([9])

Dalam riwayat lain Rasulullah ﷺ bersabda,

إِنَّ الله عَزَّ وَجَلَّ لاَ يُحِبُّ الفُحْشَ وَلَا التَفَحُشّ

“Sesungguhnya Allah ﷻ tidak suka dengan perbuatan keji dan kata-kata yang kotor (kasar).” ([10])

Padahal apabila kita perhatikan, seluruh perkataan ‘Aisyah i benar adanya. Dalam riwayat yang lain ‘Aisyah membalas perkataan sekelompok Yahudi tersebut dengan mengatakan,

عَلَيْكُمُ السَّامُ وَغَضَبُ اللَّهِ وَلَعْنَتُهُ يَا إِخْوَةَ الْقِرَدَةِ وَالْخَنَازِيرِ

“ ‘alaikumussam wa ghadhabullahi’ wa laknatuhu, ya ikhwatalqiradati walkhanazir. (Semoga kalian yang cepat mati, kemurkaan dan laknat Allah bagi kalian, wahai saudara-saudara monyet-monyet dan babi-babi).” ([11])

Semua kalimat yang dilontarkan ‘Aisyah kepada mereka benar adanya, bahkan semua ada dalilnya di dalam Al-Quran. ‘Aisyah mengatakan bahwa orang Yahudi terlaknat. Sebagaimana Allah ﷻ telah berfirman,

لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُودَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ

“Telah terlaknat orang-orang kafir dari Bani Israil (Yahudi) dengan lisan Daud dan ‘Isa putra Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas.” (QS Al Maidah: 78)

Allah ﷻ berfirman dalam ayat yang lain,

كَانُوا لَا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ ۚ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ

“Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.” (QS. Al-Maidah: 79)

‘Aisyah juga mengatakan kepada mereka bahwasanya mereka dimurkai oleh Allah. Sebagaimana firman Allah ﷻ,

غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ

“Bukan dari jalan orang-orang yang dimurkai.” (QS. Al-Fatihah: 7)

‘Aisyah juga benar akan perkataannya bahwa mereka adalah saudara babi-babi dan monyet-monyet, dan benar. Sebagaimana Allahﷻ berfirman kepada sebagian yahudi di masa lalu,

كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ

“Jadilah kalian kera-kera yang hina.” (QS Al-Baqarah: 65)

Dalam ayat yang lain Allah ﷻ berfirman,

قُلْ هَلْ أُنَبِّئُكُمْ بِشَرٍّ مِنْ ذَلِكَ مَثُوبَةً عِنْدَ اللَّهِ مَنْ لَعَنَهُ اللَّهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِير

“Maukah aku kabarkan kepada kalian tentang orang-orang yang kedudukannya lebih buruk disisi Allah? Mereka adalah orang yang dilaknat oleh Allah dan dimurkai oleh Allah, dan Di antara mereka ada yang diubah menjadi babi-babi dan monyet-monyet.” (QS Al Maidah: 60)

Ternyata perkataan-perkataan ‘Aisyah i benar ketika mencela orang-orang Yahudi. Bahkan ‘Aisyah radhiallahu ‘anha mencela mereka dalam rangka membela Rasulullah ﷺ. Tetapi ternyata sikap yang dilakukan ‘Aisyah radhiallahu ‘anha tetap ditegur oleh Rasulullah ﷺ.

Oleh karena itu, tatkala kita menyeru manusia kepada tauhid, mendakwahkan mereka kepada sunah, dan membantah orang-orang yang salah, hendaknya kita menyampaikannya dengan kata-kata yang lembut. Kepada orang-orang Yahudi saja kita diperintahkan memilih kata-kata yang baik apalagi kepada sesama muslim. Bahkan kepada orang kafir sekalipun apabila kita mendebatnya, hendaknya kita mendebat dengan cara yang baik. Allah ﷻ berfirman,

وَلَا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ

“Janganlah kalian mendebat ahli kitab, kecuali dengan cara yang terbaik.” (QS. Al-Ankabut: 46)

Jika dengan ahli kitab saja kita diperintahkan berdebat dengan cara yang baik. Apalagi dengan sesama muslim, dengan orang yang sama-sama mengucapkan kalimat “Laa ilaha illallah”.

Oleh karena itu, hendaknya kita menjaga lisan-lisan kita. Hendaknya kita mengingat akibat apabila tidak menjaga lisan yaitu dibenci oleh Allah. Lisan kita kecil tetapi dapat menimbulkan bahaya yang sangat besar. Meskipun isinya benar tetapi kotor atau disampaikan dengan cara yang kasar, misalnya dengan mengejek orang lain, menjatuhkan harga dirinya, menyindir orang lain, tetaplah dibenci oleh Allah ﷻ. Apabila seseorang sudah dibenci oleh Allah maka apa lagi yang diharapkan dari kebaikan. Padahal kita bersusah payah agar mendapatkan cinta dari-Nya, tetapi kita malah gampang melakukan perbuatan dan perkataan yang mendatangkan kebencian Allah ﷻ.

Sebelum seseorang berbicara, hendaknya dia pikirkan terlebih dahulu akibatnya. Jangan asal bicara karena itu merupakan ciri yang tidak baik, bisa jadi dia tidak sadar telah menyakiti hati orang lain. Seorang penyair berkata,

الصَّمْــتُ زَيْـنٌ وَالسُّـكُوْتُ سَـلاَمَةٌ *** فَإِذَا نَطَقْتَ فَلَا تَكُـنْ مِكْثَـاراً

فـَإِذَا نَــدِمْتَ عَلَى سُــكُوْتِكَ مَـرَّةً *** فَلْتَنْدَمْ عَلَـى الْكَلَامِ مِـرَاراً

Tidak berbicara itu adalah keindahan, dan diam adalah keselamatan. Jika kau pun harus berbicara maka janganlah banyak bicara.

Kalaupun engkau menyesal karena engkau diam, sungguh engkau akan berkali-kali menyesal karena perkataanmu. ([12])

Hendaknya setiap orang menjaga lisannya. Berusaha berkata-kata yang baik yang tidak menyinggung perasaan orang lain. Bukan hanya dalam berdakwah, bahkan dalam skala kecil seperti terhadap istri, terhadap suami, terhadap anak-anak, jangan terbiasa dengan kata-kata kotor dan kasar yang dapat mendatangkan kebencian Allah ﷻ.

Footnote:

__________

([1]) HR. Tirmizi no. 2002, hadits ini hasan sahih.
([2]) HR. Tirmizi no. 2002, hadits ini hasan sahih.
([3]) Lihat Mu’jam Maqoyiis al-Lughoh, Ibn Faris 4/478. Dikatakan seperti ketika ada yang ditanya tentang darah kutu apakah najis?, maka dijawab إِن لَمْ يَكُنْ فَاحِشًا فَلَا بأْس “Jika tidak banyak maka tidak mengapa” (Lihat Lisan al-Árob 6/326).
([4]) Lihat: Syarh Sahih Al-Bukhari Li Ibnu Baththal 9/299.
([5]) Lihat Áunul Ma’bud 11/100.
([6]) HR Ahmad no 6487 dan dinilai shahih oleh para penyunting Musnad al-Imam Ahmad.
([7]) HR. Muslim no. 2591.
([8]) HR. Muslim no. 2165.
([9]) HR. Muslim no. 2594.
([10]) HR. Ahmad no. 24735.
([11]) HR. Ishaq bin Raahawaih no. 1685 di dalam Musnadnya.
([12]) Ghurar Al-Khasais Al-Wadhihah, 1/232.

Rabu, 07 September 2022

Akibat Perbuatan Zalim

One Day One Hadits (206)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Akibat Perbuatan Zalim

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَعَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ قَالَا حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ وَهُوَ ابْنُ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ

Qutaibah bin Sa’iid dan ‘Aliy bin Hujr menceritakan kepada kami, keduanya berkata, Ismaa’iil –dia adalah Ibnu Ja’far- menceritakan kepada kami, dari Al-‘Alaa’, dari Ayahnya, dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bertanya,
“Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu?”
Para sahabat menjawab, “Orang yang bangkrut diantara kami adalah orang yang tidak mempunyai dirham dan tidak pula harta kekayaan.”
Rasulullah pun menjelaskan, “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari kalangan umatku adalah orang yang datang di hari kiamat nanti dengan pahala amalan shalat, puasa dan zakat namun ia selalu mencaci-maki, menuduh, memakan harta, menumpahkan darah serta memukul orang lain. Maka diberikanlah bagian dari pahala kebaikannya untuk orang-orang yang ia sakiti tersebut. Apabila pahala kebaikan miliknya telah habis sebelum terpenuhinya pembalasan atas perbuatan zhalimnya, diambillah dari dosa-dosa mereka kemudian dialihkan kepadanya, lantas ia pun dilemparkan ke dalam neraka!”
[Shahiih Muslim no. 2584; Kitab Al-Birr, Bab Haramnya Perbuatan Zhalim]

Pelajaran yang terdapat di dalam hadits:

1. Orang yang tidak punya harta atau hartanya habis karena hutang bukanlah bangkrut secara hakikat, karena bangkrut di dunia akan hilang dengan sendirinya jika ia wafat, atau jika ia diberi kemudahan rezeki oleh Allah Ta’ala yang membuat kesulitannya terangkat.

2. Bangkrut secara hakikat adalah berkurangnya sedikit demi sedikit dari pahala-pahala kebaikan seseorang yang ia kerjakan semasa hidupnya, baik itu amalan-amalan shalihnya seperti shalat, puasa, zakat ataupun perbuatan-perbuatan baik hasil muamalahnya, pahala-pahala tersebut diberikan kepada orang-orang yang pernah ia sakiti, ia tuduh dengan tanpa haq, ia caci maki, ia tumpahkan darahnya hingga ia pun menzhaliminya. Hingga sampailah ia pada keadaan semua pahala miliknya telah habis sementara pembalasan atas perbuatan zhalimnya kepada manusia belumlah selesai, maka diambillah dosa-dosa dari orang-orang yang ia zhalimi, kemudian dosa-dosa tersebut ditimpakan kepadanya dan dilemparkanlah ia ke dalam api neraka. Sempurnalah ia menjadi orang yang binasa, merugi dan bangkrut.

3. Kebangkrutan secara hakiki ini terjadi di akhirat, ketika hari Mahsyar disaat tidak ada hakim yang adil lagi bijaksana melainkan Allah Al-Hakiim.

4. Semua perbuatan, baik itu perbuatan jahat maupun perbuatan baik, akan dibalas dengan balasan yang seadil-adilnya di hari Mahsyar dan tidak akan menzhalimi pihak manapun.

5. Hadits ini adalah khabar akan Maha Adilnya Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hamba-hambaNya. Diantara hikmahnya adalah, orang yang senantiasa dizhalimi ketika di dunia akan merasakan karuniaNya di akhirat nanti. Oleh karena itu, selayaknya ia bersabar akan keadaan yang ia alami dengan tetap berdo’a kepada Allah memohon kebaikan dunia dan akhirat serta kesabaran yang tetap.

6. Perbuatan zhalim adalah salah satu bagian dari dosa-dosa besar.

Tema hadist yang berkaitan dengan Al Qur'an:

1. Orang yang zhalim itu dihukum sebab perbuatan dan dosanya. Lalu dihadapkan kepadanya hak-hak bagi para korban kezhalimannya, maka diberikanlah kepada mereka (orang-orang yang ia zhalimi tersebut) dari pahala-pahala kebaikan si pelaku kezhaliman. Tatkala telah habis pahala-pahala kebaikannya, maka diambillah dosa-dosa dari korban-korbannya lantas dipikulkan kepadanya. Jadi, hakikat hukumannya adalah sebab-musabab dari kezhalimannya dan ia tidak dihukum tanpa ada kesalahan yang diperbuatnya itu.” 

وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى

“Dan seseorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.” (Az-Zumar : 7)

2. Tidak ada dosa-dosa yang lebih besar daripada perbuatan zhalim, karena jika dosamu itu adalah dosa antara dirimu dengan Allah Ta’ala, maka sesungguhnya Allah Ta’ala Maha Mulia dan (boleh jadi) Dia memaafkanmu. Namun apabila dosa itu adalah dosa antara dirimu dengan para hamba, maka tidak ada celah bagimu untuk bebas kecuali dengan ridha lawanmu. Oleh karenanya dianjurkan bagi orang yang berbuat zhalim agar bertaubat dari perbuatan zhalimnya dan meminta maaf terhadap orang yang dizhalimi di dunia. Jika ternyata ia tidak mampu melakukannya, maka ia harus beristighfar dan berdo’a untuknya, berharap agar orang yang dizhaliminya tersebut telah memaafkan perbuatannya.”

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أُولَئِكَ يُعْرَضُونَ عَلَى رَبِّهِمْ وَيَقُولُ الأشْهَادُ هَؤُلاءِ الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَى رَبِّهِمْ أَلا لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الظَّالِمِينَ 

Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah? Mereka itu akan dihadapkan kepada Tuhan mereka, dan para saksi akan berkata Orang-orang inilah yang telah berdusta terhadap Tuhan mereka. Ingatlah, kutukan Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zalim.[Hud:18]

3. Orang yang Dzalim Mendapatkan laknat dari Allah

Allah Ta’ala berfirman:

يَوْمَ لا يَنفَعُ الظَّالِمِينَ مَعْذِرَتُهُمْ وَلَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ الدَّارِ 

“(yaitu) hari yang tidak berguna bagi orang-orang zalim permintaan maafnya dan bagi merekalah laknat dan bagi merekalah tempat tinggal yang buruk” (QS. Ghafir: 52).

4. Jauh dari hidayah Allah, orang yang berbuat zhalim 

إِنَّ اللّهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ 

“Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim” (QS. Al Maidah: 51).

5. Dijauhkan dari Al Falah,  orang yang berbuat dzalim. 
Al falah artinya mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat

إِنَّهُ لاَ يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang zhalim tidak akan mendapatkan al falah” (QS. Al An’am: 21).

6. Kezhaliman adalah sebab bencana dan petaka. 

فَكَأَيِّن مِّن قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا وَهِيَ ظَالِمَةٌ فَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا وَبِئْرٍ مُّعَطَّلَةٍ وَقَصْرٍ مَّشِيدٍ

“Berapalah banyaknya kota yang Kami telah membinasakannya, yang penduduknya dalam keadaan zalim, maka (tembok-tembok) kota itu roboh menutupi atap-atapnya dan (berapa banyak pula) sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang tinggi” (QS. Al Hajj: 45).

Tadabbur Al-Quran Hal. 242

Tadabbur Al-Quran Hal. 242
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.
- Yusuf ayat 58 :

وَجَاۤءَ اِخْوَةُ يُوْسُفَ فَدَخَلُوْا عَلَيْهِ فَعَرَفَهُمْ وَهُمْ لَهٗ مُنْكِرُوْنَ

Dan saudara-saudara Yusuf datang (ke Mesir) lalu mereka masuk ke (tempat)nya. Maka dia (Yusuf) mengenal mereka, sedang mereka tidak mengenalinya (lagi) kepadanya. [756]

- [756] Menurut sejarah, ketika terjadi musim paceklik di Mesir dan sekitarnya, maka atas anjuran Ya'qub,
saudara-saudara Yusuf datang dari Kan'an ke Mesir menghadap pembesar-pembesar Mesir untuk meminta bantuan bahan makanan.

- Tafsir Al Muyassar Yusuf ayat 58 :

Saudara-saudara Yusuf datang ke Mesir, (setelah mereka tertimpa kekeringan di negeri mereka), untuk membawa bahan makanan darinya. Mereka masuk menemui Yusuf dan ia mengenali mereka karena kekuatan firasat dan kecerdasannya, sedang mereka sudah tidak mengenalinya
lagi karena sudah sangat lama berpisah dan keadaannya berubah.

Selasa, 06 September 2022

3 MACAM HATI

Tematik (95)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

3 MACAM HATI

Imam Al-Ghazali membagi hati menjadi 3 macam :

1. Hati sehat dan bersinar, (yaitu hati orang-orang yang beriman, ikhlas dan cinta)
2. Hati sakit, (yaitu hati orang yang jengkel, dongkol, dendam, su'udzon, marah, suka menghasut, suka menggunjing)
3. Hati mati, (yaitu hati orang yang ingkar dan durhaka kepada ALLAH, Rasulullah, kedua orang tua , kepada Ulama' dan Guru).

Imam Al-Ghazali berkata penyebab hati menjadi mati :

·Ingkar kepada ALLAH, Rasulullah dan Para Ulama',
·Prasangka buruk,
·Menggunjing,
·Memfitnah,
·Malas Ibadah,
·Memakan makanan yang haram,
·Terlalu cinta dunia,
·Tidak Ikhlas,
·Marah dan dendam,
·Kurang Bersyukur.

TANDA-TANDA HATI KOTOR

1. Gelisah walaupun tidak ada masalah
2. Bangga terhadap diri sendiri.
3. Angkuh memandanghina orang lain.
4. Sombong dan congkak.
5. Mencari aib orang dan menyebarkannya
6. Suka mengumpat.
7. Gembira dg penderitaan org lain.
8. Tidak menjaga lisan
9. Sinis dengan orang lain.
10. Bersikap alim utk pengakuan.
11. Menyampaikan ilmu dg riya'.
12. Menganggap diri lebih hebat daripada orang lain.
13. Berpakaian indah untuk berasal.
14. Durhaka pada org tua
15. Bermanis muka
16. Semena-mena
17. Solat yang tidak bisa khusyuk
18. Kagum terhadap diri sendiri
19. Selalu mencari salah orang.
20. Cinta kepada duniawi dan materialistik.
21. Mudah bersangka buruk terhadap orang.
22. Membesarkan hal-hal yang meremehkan temeh.
23. Suka bergosip dan menabur fitnah.

Kuman diseberang lautan tampak, gajah dipelupuk mata tak tampak.
Setitik aib org lain segera muncul, segudang aib sendiri sulit ditemukan.

Ya Allah, Terangilah hati kami ini dalam keridhaan yang selalu tertuju pada cinta yang abadi dalam penghambaan kami kepada-MU.

Aamiin...

Sabtu, 03 September 2022

Tadabbur Al-Quran Hal. 241

Tadabbur Al-Quran Hal. 241
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Yusuf ayat 46 :

يُوْسُفُ اَيُّهَا الصِّدِّيْقُ اَفْتِنَا فِيْ سَبْعِ بَقَرٰتٍ سِمَانٍ يَّأْكُلُهُنَّ سَبْعٌ عِجَافٌ وَّسَبْعِ سُنْۢبُلٰتٍ خُضْرٍ وَّاُخَرَ يٰبِسٰتٍۙ  لَّعَلِّيْٓ اَرْجِعُ اِلَى النَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَعْلَمُوْنَ

”Yusuf, wahai orang yang sangat dipercaya! Terangkanlah kepada kami (takwil mimpi) tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk yang dimakan oleh tujuh (ekor sapi betina) yang kurus, tujuh tangkai (gandum) yang hijau dan (tujuh tangkai) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka mengetahui.”

- Tafsir Al Muyassar Yusuf ayat 46 :

Setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf, dia berseru, "Yusuf, hai orang yang amat dipercaya, terangkanlah
kepada kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir gandum yang hijau dan lainnya yang kering agar aku kembali kepada raja dan
sahabat-sahabatnya, lalu aku kabari mereka supaya mereka mengetahui takwilnya. Juga agar mereka mengetahui keutamaan dan kelebihanmu."