Tadabbur Al-Quran Hal. 427
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
- Al Qur'an Indonesia Tajwid.
- Al-Ahzab ayat 72 :
اِنَّا عَرَضْنَا الْاَمَانَةَ عَلَى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَالْجِبَالِ فَاَبَيْنَ اَنْ يَّحْمِلْنَهَا وَاَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْاِنْسَانُۗ اِنَّهٗ كَانَ ظَلُوْمًا جَهُوْلًاۙ
Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat [1234] itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh,
- [1234] Yang dimaksud dengan amanah disini ialah tugas-tugas keagamaan.
- Tafsir Al Muyassar Al-Ahzab ayat 72 :
Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat (yang Allah amanatkan kepada para mukallaf agar mereka menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya) kepada langit dan bumi serta gunung, namun mereka semuanya menolak untuk memikulnya. Lalu manusialah yang memikulnya dan menanggungnya sekalipun dia lemah. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan bodoh terhadap dirinya sendiri.
- Mu'jam Al-Ahzab ayat 72 :
وَاَشْفَقْنَ
Asy Syafaqu ialah bercampurnya cahaya slang dengan kegelapan malamn pada saat mataharı tenggelam, Dan AHisytag ialah perhatian yang bercampur dengan rasa khawatir, karena orang yang khawatr itu menyayangi orang yang dikhawatirkannya, sehingga ia takut jika ada hal-hal buruk yang akan menimpanya Dan apabila kata isyfag didahului dengan min, maka sisi rasa takut atau khawatir yang terkandung di dalamnya menjadi letih menonjol. Sedangkan jika di dahulu dengan fi maka sisi perhatiannya yang menjadi lebih menonjol. (Ar-Rāgib AŁ Asfahan, Mu jamu Mufradãti Aitäzi A Qurani t431 H2010M 198)
- Tazkiyyatun Nafs :
Allah Swt. menyebutkan dalam beberapa surah AI-Qur'an bahwa kebaikan yang datang pada giliran kedua merupakan pahala atas kebaikan pertama. Sedangkan maksiat kedua dapat juga sebagai hukuman bagi kemaksiatan yang pertama. Mengenai kebaikan kedua sebagai pahala atas kebaikan pertama adalah firman Allah Swt. dalam surah An-Nisā, 4: 66-68 dan firman-Nya dalam surah Al-Ankabūt, 29: 69, juga firman-Nya dalam surah Al-Maidah, 5: 16, dan surah Muhammad, 47: 4-5. Firman Alah Swt. di atas tidak termasuk dalam pengertian sebelumnya. Pemberian petunjuk itu adalah di akhirat menuju jalan surga, yang demikian itu sebagai balasan atas terbunuhnya mereka dalam berjuang di jalan-Nya. Setelah itu Allah Swt. memberitahukan suatu berita mengenai diri mereka, yaitu bahwa Dia akan memberikan petunjuk kepada mereka serta memperbaiki keadaan mereka, karena Dia mengetahui bahwa mereka akan terbunuh di jalan-Nya dan mereka telah mengorbankan jiwa raga mereka untuk-Nya. Allah Swt. juga telah berfirman dalam surah Yūsuf, 12: 24 dan Al-Qaşaş, 28: 14. Selain itu Allah Swt. juga berfirman dalam surah yang lain, Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah Swt. dan ucapkanlah perkataan yang benar, niscaya Allah Swt. akan memperbaiki amal amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Barangsiapa menaati Allah Swt. dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia menang dengan kemenangan yang agung. (QS Al-Ahzāb, 33: 70-71). Demikian juga firman-Nya, Katakanlah, "Taatlah kepada Allah Swt. dan taatlah kepada Rasul, jika kamu berpaling, maka sesungguhnya kewajiban Rasul (Muhammad Saw) itu hanyalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu hanyalah apa yang dibebankan kepadamu. Jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Kewajiban Rasul hanyalah menyampaikan (amanat Allah Swt.) dengan jelas. (QS An-Nūr, 24: 54). Selain itu, Allah Swt. juga berfirman, { Kemudian Kami telahmemberikan kepada Musa As. Kitab (Taurat) untuk menyempurnakan (nikmat Kami) kepada orang yang berbuat kebaikan, untuk menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat, agar mereka beriman akan adanya petemuan dengan Tuhannya. (QS Al-An ām, 6: 154). Yang demikian merupakan balasan ketaatan dengan ketaatan pula. Sedangkan pembalasan kemaksiatan dengan kemaksiatan adalah seperti firman Allah Swt., ... Maka ketika mereka berpaling (dari kebenaran), Allah Swt. memalingkan hati mereka. (QS As-Saff, 61: 5). Demikian juga firman-Nya, {Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah Swt., sehingga Allah Swt. menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik (QS Al-Hasyr, 59: 19). Hal seperti itu cukup banyak terdapat di dalam Al-Quran. Dengan demikian, terdapat dua macam Sayyi'āt (kejelekan), yaitu yang berupa musibah dan aib. Dan ada juga kejahatan dari dalam diri manusia. Keduanya telah melalui takdir Allah Swt. Nabi Saw. sendiri pernah bersabda dalam sebuah khutbahnya yang sangat terkenal, "Kami berlindung kepada Allah Swt. dari kejahatan diri kita dan dari keburukan amal perbuatan kami. Dengan demikian, kejahatan diri itu terdapat dua macam, yang berupa sifat dan amal perbuatan. Amal perbuatan berawal dari sifat, sedangkan sifat dipertegas dan diperkuat dengan amal perbuatan. Masing-masing dari keduanya saling mendukung dan melengkapi. Dan keburukan amal perbuatan itu sendiri terbagi menjadi dua macam, yang keduanya telah ditafsirkan oleh sebuah hadis. Salah satunya adalah berbagai macam keburukan dan kejelekannya. Dan yang kedua adalah yang memperburuk pelakunya akibat hukuman yang timbul dari perbuatan tersebut. Permohonan perlindungan yang dimaksudkan dalam hadiš itu mencakup perlindungan dari perbuatan buruk pertama, dan sekaligus perbuatan buruk kedua yang merupakan hukuman bagi yang pertama. Dengan demikian, permohonan perlindungan itu mencakup tiga hal: perlindungan dari azab, perlindungan dari faktor penyebab timbulnya dan dari penyebab sifat perbuatan." (bnu'l Qayyim Al-Jauziyyah, Syifä ul Alil fi Masā ilil Qadāi wa'l Qadari wa'l Hikmati wat Ta lili, 1398 H/1978M: 85-88).
- Riyāduş Şālihin :
Dari Abu Hurairah Ra., dia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah Swt. tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi Allah Swt. melihat kepada hati dan amal kalian. (HR Muslim).(Dr. Mustafā Said Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādis Sālihina, Juz 2, 1407 H/1987 M: 1080).
- Medical Hadiš :
Dari Abu Zar Ra., ia berkata, "Aku tinggal di Mekah selama tiga puluh hari, siang malam tanpa adanya makanan kecuali air zam-zam. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika kala itu tubuh saya menjadi gemuk dan perut saya agak gendut tanpa adanya rasa lapar." Lalu Abu Zar bertemu dengan Nabi Saw. maka Nabi Saw. bertanya, "Sejak kapan engkau berada di tempat ini, hai saudaraku?" Abu Zar menjawab, "Sudah tiga puluh hari lamanya saya berada di sini, ya Rasulullah." Rasulullah Saw. bertanya lagi, "Siapakah yang memberimu makan?" Abu Zar menjawab, "Tidak ada makanan untuk saya kecuali air zamzam. Oleh karena itu, maka saya terlihat gemuk dan perut saya sedikit gendut serta tidak merasa lapar." Rasulullah bersabda, "Air Zam-zam memang penuh dengan keberkahan dan lebih banyak mengandung protein daripada makanan biasa." (HR Muslim),. (Ibnul Qayyim Al-Jauzi-yyah, At-Tibbun Nabawi, t.t.. 306).
- Tibbun Nabawi :
Khasiat Air Zamzam
Air Zamzam adalah pemimpin semua air, yang paling mulia, paling baik, paling disukai jiwa. Kendati mahal harganya, air ini juga dianggap air paling bernilai. Air Zamzam merupakan hasil galian Jibril As. dan minuman lsma'il As. Diterangkan dalam hadis bahwa 'Aisyah Ra. membawa air Zamzam dalam botol, dan Rasulullah Saw. membawvanya dalam kantong kulit dan geriba, pernah sekali beliau menyiramkan air itu kepada orang sakit." (HR AI-Bukhāri dalam At-Tārikhu'l Kabir, Juz 3: 189, Ibnu'l Qayyim Al-Jauziyyah, Zādu'l Ma'adi fi Hadyi Khayril lbadi, Juz 4, t.t.: 392).
- Hadis Motivasi QS 33: 67 :
Dari Abu Bakrah dia berkata, Aku mendengar Nabi di atas mimbar bersabda. Ketika itu. A-Hasan ada di samping beliau. Sesekali, beliau melihat ke arah orang banyak dan sesekali melihat kepadanya: "Sesungguhnya, anakku ini adalah sayid (pemimpin) dan dengan perantaraannya Allah akan mendamaikan dua kelompok besar kaum muslim." (HR Bukhari, 3536)
- HADIS NIAGA QS Al-Ahzäb, 33: 64 :
Laknat Allah kepada Orang-Orang yang Terlibat dalam Riba
Dari Jabir dia mengatakan bahwa Rasulullah melaknat orang yang memakan hasil riba, orang yang mewakilkannya, penulisnya, dan kedua orang saksinya. Setelah itu, Rasulullah juga bersabda: "Mereka semua sama." (HR Muslim, 1597)
- AMAL NIAGA :
1. Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa dalam hadis ini terdapat penegasan perihal haramnya mencatat transaksi riba dan menjadi saksi atasnya. Selain itu, hadis ini menunjukkan haramnya saling menolong dalam kebatilan.
2. Rasulullah pernah menyampaikan bahwa dosa paling ringan dari riba sama seperti dosa berzina dengan ibu kandung. Oleh karena itu, jauhilah perbuatan yang berhubungan dengan riba, seperti memakan, menuliskan, dan menjadi saksi atasnya.
3. Buatlah satu tulisan yang mengingatkan orang-orang tentang bahaya riba bagi para pelakunya dan bagi kaum muslim.
- Tadabbur Surah Al-Ahzab Ayat 63-73 :
Ayat 63-73 menjelaskan tiga hal penting :
1. Orang-orang kafir itu tidak beriman kepada peristiwa kiamat kecuali kalau mereka mengetahui waktunya. Sedangkan yang mengetahuinya hanya Allah. Sebab itu, Allah melaknat mereka dan menyiapkan bagi mereka neraka. Mereka kekal di dalamnya dan tidak akan ada yang melindungi dan menolong mereka. Wajah mereka dibolak-balikkan di dalam api neraka. Saat itu, mereka akan menyesal kenapa dahulu di dunia tidak mentaati Allah dan Rasul saw. dan mau saja mengukuti para pemimpin dan para pembesar yang telah menyesatkan mereka. Ketika itu mereka memohon kepada Allah agar ditimpakan kepada para pempin dan pembesar itu azab dua kali lipat dan laknat yang besar.
2. Allah melarang kaum mukmin agar tidak seperti kaum Bani Israel yang menyakiti Musa dengan tuduhan-tuduhan kebohongan dan ucapan-ucapan yang menyakitkan. Allah membelanya dari ucapan-ucapan tersebut, karena Musa itu memiliki kedudukan terhormat di sisi Allah. Sebab itu, kaum mukmin harus bertakwa kepada Allah dan berkata yang benar, agar Allah perbaiki perilaku mereka dan mengampuni dosa-dosa mereka. Siapa saja yang mentaati
3. Allah dan Rasul-Nya maka ia pasti meraih sukses besar, yakni surga Allah.
4. Pertama kali Allah menawarkan agama-Nya (Islam yang menjadi sistem hidup) kepada langit, bumi dan gunung-gunung. Mereka menolaknya karena tidak mungkin mampu disebabkan tidak memiliki fasilitas pendukung seperti akal dan sebagainya. Lalu amanah tersebut dipikul manusia karena mereka memilikinya. Dengan amanah tersebut akan diketahui siapa di anara manusia yang munafik, musyrik, kafir dan Mukmin dan akan diberikan balasan yang setimpal.