بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Minggu, 29 September 2024

Tadabbur Al Quran Hal. 397

Tadabbur Al-Quran Hal. 397
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Al-'Ankabut ayat 8 :

وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا ۗوَاِنْ جَاهَدٰكَ لِتُشْرِكَ بِيْ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۗاِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَاُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ

Dan Kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau patuhi keduanya. Hanya kepada-Ku tempat kembalimu, dan akan Aku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

- Tafsir Al Muyassar Al-'Ankabut ayat 8 :

Kami mewasiatkan kepada manusia agar berbakti kepada bapak ibunya, berbuat baik kepada keduanya dengan perkataan dan perbuatan. Bila keduanya berusaha membawamu (wahai manusia) untuk mempersekutukan-Ku dalam beribadah kepada-Ku, maka jangan menaati perintahnya. Segala bentuk maksiat juga dikutkan ke dalam perihal ajakan berbuat syirik kepada Allah, sehingga tidak ada ketaatan bagi makhluk siapa pun dia dalam bermaksiat kepada Khalik. Sebagaimana hal itu diriwayatkan secara shahih dari Rasulullah. Hanya kepada-Ku tempat kembali kalian di hari kiamat, lalu Aku
mengabarkan kepada kalian apa yang dulu kalian perbuat di dunia berupa amal baik atau buruk, dan Aku akan membalas kalian karenanya.

- Asbabun Nuzul Al-'Ankabut ayat 8 :

Muslim, at-Tirmidzi, dan lain-lain meriwayatkan dari Sa'ad bin Abi Waqqash bahwa Ibunya Sa'ad berkata, "Bukankah Allah telah memerintahkan kamu berbakti!? Demi Allah, aku tidak akan makan dan minum hingga aku mati atau kamu kafir." Maka turunlah ayat ini.

- Hadis Sahih Al-'Ankabut ayat 8 :

Darn Abdullah Ra, ia berkata, Saya pernah bertanya kepada Nabi Saw, Amalan apakah yang paling dicintai Allah? Beliau menjawab, Salat tepat pada waktunya. la bertanya lagi, "Kemudiarn apa? Beliau menjawab, Berbakti kepada kedua orang tua'. la bertanya lagi, Kemudian apa lagi? Beliau menjawat, Berjuang di jalan Allah'" (HR Bukhari, Fathul 8ầri. Juz 12, No 5970, 1416 H1996 M: 3).

- Tazkiyyatun Nafs :

Jihad terbagi menjadi empat tingkatan, yaitu: 
Pertama, jihad melawan hawa nafsu, yang terdiri atas empat tingkatan pula, yaitu (a) memerangi nafsu dengan cara mempelajari petunjuk dan agama yang benar, yang tidak ada keberuntungan dan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat kecuali dengan ilmu ini; (b) berjihad melawan nafsu dengan amal setelah ilmu. Sebab jika jihad ini hanya dengan ilmu tanpa amal, tidak membahayakan diri sendiri, maka setidak-tidaknya ia tidak memberi manfaat; (c) berjihad melawan nafsu dengan mengajak kepada pendalaman ilmu dan mengajarkannya kepada orang lain yang belum mengetahui.
Jika tidak, dia termasuk orang-orang yang menyembunyikan apa yang diturunkan Allah Swt. sehingga ilmunya itu tidak bermanfaat bagi pemiliknya dan tidak bisa menyelamatkannya dari siksa Allah Swt.; (d) berjihad memerangi nafsu dengan cara bersabar menghadapi kesulitan dakwah di jalan Allah Swt. dan gangguan manusia. Jika empat tingkatan ini telah terwujud dengan sempurna pada diri seseorang, maka dia termasuk Rabbaniyyin sehingga dia mengetahui kebenaran dan mengamalkannya.
Kedua, jihad melawan setan, yang terdiri atas dua tingkatan, yaitu (a) berjihad melawan setan dengan cara menolak apa-apa yang hendak disusupkan kepada seorang hamba, seperti syubhat dan keragu-raguan yang dapat menodai keimanan; (b) berjihad melawan setan dengan menolak keinginan-keinginan yang merusak dan syahwat. Jihad yang pertama menghasilkan keyakinan, sementara jihad yang kedua menghasilkan kesabaran, sebagaimana Allah Swt. berfirman dalam surah As-Sajadah, 32: 24. Allah Swt. mengabarkan bahwa kepemimpinan agama hanya bisa diperoleh dengan kesabaran dan keyakinan. Sabar menolak syahwat dan kehendak yang rusak, sedangkan keyakinan menolak keraguan dan syubhat.
Ketiga, jihad melawan orang-orang kafir. 
Keempat, jihad melawan orang-orang munafik. Kedua jihad ini terdiri atas empat tingkatan, yaitu memerangi mereka dengan hati, lisan, harta, dan jiwa. Jihad memerangi Allah Swt. menghubungkan kesabaran dengan berbagai posisi dalam Islam, iman, keyakinan, takwa, tawakal, syukur, amal saleh, rahmat, dan lain sebagainya. Karena itu, sabar termasuk bagian dari iman, seperti kedudukan kepala dari tubuh. Tidak ada artinya iman bagi seseorang yang tidak memiliki kesabaran, sebagaimana tidak ada artinya tubuh tanpa kepala.
Nabi Saw. memerintahkan orang-orang Ansar untuk bersabar menghadapi hal-hal yang kurang menyenangkan sepeninggal beliau hingga mereka bersua beliau di akhirat. Beliau juga memerintahkan untuk sabar saat berhadapan dengan musuh dan sabar saat ditimpa musibah. Beliau memerintahkan orang yang ditimpa musibah agar melakukan hal yang paling bermanfaat baginya, yaitu sabar dan mencari rida Allah Swt. karena yang demikian itu akan meringankan musibahnya dan melipatgandakan pahalanya. Mengeluh dan gundah hati justru membuat musibah itu terasa semakin berat dan menghilangkan pahala. (Ibnu'l Qayyim Al-Jauziyyah, Madāriju As-Sālikin Manāzilu lyyāka Na budu wa lyyāka Nasta inu, Juz 2, t.t.: 158-163).

- Riyāduş Şālihin :

Dari Abu Sa'id Al-Khudriy Ra. sesungguhnya ada beberapa orang dari kalangan Anshār meminta (pemberian sedekah) kepada Rasulullah Saw., lalu beliau memberi. Kemudian mereka meminta kembali, lalu beliau memberi. Kemudian mereka meminta kembali, lalu beliau memberi lagi hingga habis apa yang ada pada beliau. Kemudian beliau Saw. bersabda, "Apa-apa yang ada padaku dari kebaikan (harta), sekali-kali tidaklah aku akan menyembunyikannya dari kalian semua. Namun, barangsiapa menahan (menjaga diri dari meminta-minta), maka Allah Swt. akan menjaganya dan barangsiapa yang meminta kecukupan, maka Allah Swt. akan mencukupkannya dan barangsiapa yang menyabarkan dirinya, maka Allah Swt. akan memberinya kesabaran. Dan tidak ada
suatu pemberian yang diberikan kepada seseorang yang lebih baik dan lebih luas daripada (diberikan) kesabaran." (HR Al-Bukhāri.-Muslim).
Hadis di atas mengandung beberapa faedah:
(a) Nabi Saw. memiliki akhlak mulia, berupa lapang dada dan dermawan. Orang kaya itu bukan karena banyaknya harta benda, namun kaya hati. Di samping dorongan untuk bersikap Qana ah (kerelaan atas bagiannya yang diterima) dan iffah (penjauhan diri dari hal-hal yang tidak baik atau hina).
(b) Akhlak mulia dan sifat-sifat terpuji akan diperoleh melalui kesabaran.
(Dr. Mustafā Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādis Şālihina, Juz 1, 1407H/1987 M: 58-59). m

- Medical Hadis :

Dari Asma binti Umais Ra., dia berkata, Rasulullah Saw. bersabda kepadaku, "Dengan apa kamu minum untuk menyembuhkan sakit perutmu? Aku menjawab, Dengan Syubrum." Beliau bersabda, Panas. Aku berkata, "Kemudian aku meminum obat sakit perut dengan menggunakan Sanā. Lantas beliau bersabda, 'Seandainya ada sesuatu yang bisa menyembuhkan mati, maka itu adalah Sanā, dan Sanā adalah obat dari kematian." (HR Ibnu Majah, At-Tirmidzi, dan Ahmad, dan redaksi ini versi Ibnu Mājah). (Hadis Daif, Sahih wa Daif Sunan Ibni Mājah, no. 3461, Sahih wa Daif Sunan At-Tirmiži, no. 2081). (Ibnu'l Qayyim Al-Jauziy-yah, At-Tibbun Nabawi, t.t.: 253).

- Tibbun Nabawi :

Hubungan Sabar dengan Kesehatan

Sabar merupakan bagian dari iman, seperti halnya kepala merupakan bagian dari jasad. Sabar ada tiga macam, yaitu: 
(1) sabar melaksanakan kewajiban dari Allah Swt. sehingga tidak menelantarkannya, 
(2) sabar menjauhi hal-hal yang diharamkan Allah Swt. sehingga tidak mengerjakannya, 
(3) sabar menerima Qada dan Qadar Allah Swt. sehingga tidak marah karenanya.
Siapa yang mampu menyempurnakan tiga tahapan ini, maka sempurnalah sabarnya. Kesenangan di dunia dan kenikmatan akhirat serta keberuntungan, ada pada sabar dan iman. Seseorang tidak sampai kepada iman kecuali dengan menyeberangi jembatan sabar, sebagaimana seseorang tidak bisa sampai ke surga kecuali dengan melewati Sirātul-Mustaqim.
Mayoritas penyakit badan dan hati berasal dari tidak adanya sabar. Hanya sabarlah yang bisa menjaga kesehatan hati dan badan serta jivwa. Allah Swt. beserta orang-orang yang sabar dan mencintai mereka, serta mengulurkan pertolongan kepada mereka. (lbnu'l Qayyim Al-Jauziyyah, Zādul Ma ādi fi Hadyi Khayril 1bādi, Juz 4, t.t.: 332-333).

- Hadis Motivasi QS 29: 8 :

Dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah dia mengatakan bersabda: "Tidak ada hak seorang muslim yang menpunyai suatu barang yang akan điwasatkannya, dia bermalam selama dua malam, kecuali wasiatnya itu ditulls di sisinya." (HR Bukhari. 2599)

- HADIS NIAGA QS AI-Ankabūt, 29: 8 :

Keutamaaan Berbuat Baik kepada Kedua Orang Tua

Dari Abdullah dia berkata, Aku bertanya kepada Nabi "Amal apakah yang paling utama?" Nabi menjawab: "Salat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan salat pada awal waktunya)." Aku bertanya lagi, "Kemudian, apa?" Beliau menjawab: "Berbakti kepada kedua orang tua." Aku bertanya lagi, "Kemudian apa?" Beliau menjawab: "Berjihad di jalan Allah." (HR Bukhari, 527: Muslim, 85)

- AMAL NIAGA :

1. Berbaktilah kepada orang tua. Itu adalah kewajiban seorang muslim karena pengorbanan orang tua tidak akan terbalas dengan apa pun.
2. Ridha orang tua adalah kunci sukses dalam berniaga dan kunci keberhasilan dalam kehidupan.
3. Rasulullah pernah mengatakan bahwa betapa ruginya orang yang tidak berbakti kepada kedua orang tuanya. Beliau bersabda: "(Sungguh hina) seorang yang merndapati kedua orang tuanya yang masih hidup atau salah satu dari keduanya ketika mereka telah tua, tetapi justru dia tidak masuk surga." (HR Muslim, 2551)

- Tadabbur Surah Al-Ankabut Ayat 7-14 :

1. Ayat 7-9 masih menjelaskan tentang iman dan amal saleh. Di antaranya, iman dan amal saleh akan menghapus dosa dan balasannya di sisi Allah berlipat ganda. Berbuat baik kepada kedua orang tua adalah amal saleh yang tinggi nilainya. Sedangkan taat pada mereka hanya dibolehkan selama tidak dalam kemusyrikan dan maksiat pada Allah.  Orang-orang yang beriman dan beramal saleh akan  digabungkan Allah di akhirat nanti bersama orang-orang saleh pula.
2. Ayat 10 dan 11 menjelaskan bahwa sebagian manusia ada yang berpura-pura beriman. Ciri-cirinya, mereka tidak siap mendapat ujian di jalan Allah. Namun, bila kaum muslimin meraih kemenangan, mereka mengklaim bersama mereka. Allah Mahatahu siapa yang benar-benar beriman dan siapa yang munafik.
3. Ayat 12 dan 13 menjelaskan orang-orang kafir, sejak kafir Quraisy sampai kiamat nanti selalu berupaya memurtadkan kaum muslimin  dengan cara mengajak kaum muslimin untuk  mengikuti jalan atau sistem hidup mereka dan mengklaim bisa menanggung dosa-dosa yang dilakukan kaum muslimin. Allah menjelaskan semua itu adalah kebohongan belaka. Padahal yang benar ialah orang-orang kafir itu hanya akan memikul dosa mereka, termasuk dosa menyesatkan manusia dari jalan Allah. Mereka akan dimintakan pertanggungjawaban atas apa yang mereka ada-adakan itu pada hari kiamat nanti.
4. Ayat 14 menjelaskan bahwa Allah mengutus Nabi Nuh kepada kaumnya untuk mendakwahkan Tauhid selama 950 tahun. Pada akhirnya, mereka dimusnahkan Allah dengan topan besar disebabkan kekufuran dan kemusyrikan yang mereka lakukan.