بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Senin, 31 Oktober 2022

Tadabbur Al-Quran Hal. 253

Tadabbur Al-Quran Hal. 253
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.
- Ar-Ra'd ayat 31 :

وَلَوْ اَنَّ قُرْاٰنًا سُيِّرَتْ بِهِ الْجِبَالُ اَوْ قُطِّعَتْ بِهِ الْاَرْضُ اَوْ كُلِّمَ بِهِ الْمَوْتٰىۗ بَلْ لِّلّٰهِ الْاَمْرُ جَمِيْعًاۗ اَفَلَمْ يَا۟يْـَٔسِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنْ لَّوْ يَشَاۤءُ اللّٰهُ لَهَدَى النَّاسَ جَمِيْعًاۗ وَلَا يَزَالُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا تُصِيْبُهُمْ بِمَا صَنَعُوْا قَارِعَةٌ اَوْ تَحُلُّ قَرِيْبًا مِّنْ دَارِهِمْ حَتّٰى يَأْتِيَ وَعْدُ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُخْلِفُ الْمِيْعَادَ ࣖ

Dan sekiranya ada suatu bacaan (Kitab Suci) yang dengan itu gunung-gunung dapat digoncangkan, atau bumi jadi terbelah, atau orang yang sudah mati dapat berbicara, (itulah Al-Qur'an). Sebenarnya segala urusan itu milik Allah. Maka tidakkah orang-orang yang beriman mengetahui bahwa sekiranya Allah menghendaki (semua manusia beriman), tentu Allah memberi petunjuk kepada manusia semuanya. Dan orang-orang kafir senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri atau bencana itu terjadi dekat tempat kediaman mereka, sampai datang janji Allah (penaklukkan Mekah). Sungguh, Allah tidak menyalahi janji.

- Asbabun Nuzul Ar-Ra'd ayat 31 :

At-Tabrani dan lainnya meriwayatkan dari ibnu abbas, dia berkata: mereka berkata kepada Rasulullah,"kalau benar yang kamu katakan, perlihatkanlah kepada kami para leluhur kami yang telah mati agar kami bicara dengan mereka, juga ratakan gunung mekah ini yang mengurung kita". Maka turunlah ayat ini.

Ibnu abi hatim dan binu mardawaih meriwayatkan dari Athiyah al-aufi. Mereka mengatakan kepada Nabi saw," dapatkah kamu menggerakkan gunung-gunung mekah hingga melebar dan kami dapat bercocok tanam disana atau mengelilingi bumi seperti sulaiman yang mengelilingi bumi dengan menunggangi angin atau menghidupkan yang mati seperti Isa?maka Allah menurunkan ayat ini.

- Tafsir Al Muyassar Ar-Ra'd ayat 31 :

Allah menolak orang-orang kafir yang meminta diturunkan mukjizat-mukjizat yang nyata kepada Nabi, seraya mengatakan kepada mereka: Sekiranya ada bacaan (kitab suci) yang bisa dibaca, lalu dengan bacaan itu gunung-gunung hilang dari tempatnya, bumi terbelah menjadi
sungai-sungai, atau orang yang sudah mati dapat hidup dan berbicara karenanya (sebagaimana permintaan mereka kepadamu) niscaya Al Qur'an inilah, yang disifati dengan hal itu bukan selainnya. Dan meski demikian mereka tidak beriman kepadanya. Bahkan, kepunyaan Allah semata-lah
segala urusan berkenaan dengan mukjizat dan selainnya.

Apakah orang-orang mukmin itu tidak mengetahui bahwa seandainya Allah menghendaki, niscaya semua penduduk bumi beriman dengan tanpa mukjizat? Orang-orang yang kafir senantiasa ditimpa musibah disebabkan kekafiran mereka, seperti terbunuh dan tertawan dalam berbagai
peperangan yang dilakukan kaum muslimin, atau bencana itu menimpa dekat tempat tinggal mereka, sehingga
datang janji Allah berupa kemenangan atas mereka. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji-Nya.

Minggu, 30 Oktober 2022

Amalan Dan Keutamaan Di Bulan Zulkaidah

One Day One Hadits (216)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Amalan Dan Keutamaan Di Bulan Zulkaidah

عن أبي بكره رضي الله عنه قال، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا ، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

Dari Abu Bakrah radliallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya zaman berputar sebagai mana ketika Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun ada dua belas bulan. Diantaranya ada empat bulan haram (suci), tiga bulan berurutan: Dzul Qo’dah, Dzulhijjah, dan Muharram, kemudian bulan Rajab suku Mudhar, antara Jumadi Tsani dan Sya’ban.” (HR. Al Bukhari & Muslim)

Pelajaran yang terdapat di dalam hadist:

1. Dalam hadits ini, telah menerangkan bulan-bulan dalam syariat Islam yang berjumlah dua belas bulan, empat bulan haram(suci) diantaranya adalah bulan Zulkaidah.

2. Zulkaidah yang bertepatan dengan 1 Juni 2022. Terdapat sejumlah amalan dan keutamaan bulan Zulkaidah atau dikenal juga dengan bulan Dzulqa'dah.

3. Bulan ke-11 dalam penanggalan Islam ini termasuk merupakan waktu yang dimuliakan oleh Allah. Bulan ini kerap terlupakan oleh banyak orang karena hampir tak ada momen yang kerap dirayakan umat Islam.

4. Namun, inilah yang justru menjadi kelebihan bulan Zulkaidah.
Keutamaan bulan Zulkaidah yang paling utama adalah bulan yang termasuk dalam bulan haram.

5. Zulkaidah merupakan satu dari empat bulan yang termasuk dalam bulan haram atau bulan yang dimuliakan oleh Allah SWT. Tiga bulan mulia lainnya adalah bulan Muharam, Rajab, dan Zulhijah.

6. Amalan yang dilipatgandakan
Allah menjanjikan setiap amalan yang dilakukan pada bulan yang mulia bakal dilipatgandakan.

7. Kebanyakan kaum muslimin terlupa melakukan kebaikan amal saleh di bulan Dzulqa'dah, dibandingkan bulan Dzulhijjah yang ada ibadah haji, Muharam ada peringatan tahun baru Islam, atau Rajab banyak momen penting. Padahal, barang siapa yang melaksanakan amalan shaleh di bulan haram pahalanya bakal dilipat gandakan.

8. Dosa yang juga dilipatgandakan
Saat amalan baik dilipatgandakan, sebaliknya dosa juga bakal dilipatgandakan. Sesuai surat At-Taubah ayat 36, pada bulan yang dimuliakan Allah, umat Islam juga dilarang untuk menganiaya diri sendiri.

9. Ancamannya juga luar biasa. Melakukan dosa di bulan haram itu dosanya menjadi berlipat. Jangan menzalimi diri, kezaliman di bulan haram lebih parah dosanya, maka hati-hati, maksiat, syirik, ria, gibah, korupsi dan sebagainya sangat berbahaya.

10. Oleh karena itu umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak melakukan amal soleh sepanjang bulan Zulkaidah ini.

Berikut amalan pada bulan Zulkaidah.

a. Memperbanyak ibadah puasa
Umat Islam dapat memperbanyak ibadah puasa di bulan Zulkaidah. Puasa yang dapat dilakukan adalah puasa sunah Senin Kamis, puasa Daud, dan puasa Ayyamul Bidh.

b. Memperbanyak salat sunah
Perbanyak pula amalan salat sunah seperti salat malam, salat dhuha, salat taubat dan sebagainya.

c. Memperbanyak zikir
Mengingat Allah SWT dengan berzikir juga sangat dianjurkan di bulan Zulkaidah.

d. Berlaku baik
Perbanyak amal saleh dengan berlaku baik kepada orang lain.
Bersedekah, berlaku baik pada orang tua, keluarga, kasih sayang pada suami, istri, dan anak-anak itu akan berlipat ganda.

Tema hadist yang berkaitan dengan Al-Quran:

1. Allah telah menerangkan bulan-bulan dalam syariat Islam yang berjumlah dua belas bulan, empat diantaranya adalah bulan haram

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ ۚ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً ۚ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ

Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kalian menganiaya diri kalian dalam bulan yang empat itu dan perangilah kaum musyrik itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kalian semuanya; dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.
( QS. At-Taubah: 36)

Derajat Hadits Adzan Dan Iqamat Untuk Bayi Yang Baru Lahir

Tematik (104)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Derajat Hadits Adzan Dan Iqamat Untuk Bayi Yang Baru Lahir

Sebagian Ulama menyunnahkannya dengan beberapa, tapi dalam kesempatan ini kami sebutkan dua hadits saja yang sering dijadikan alasan oleh sebagian Ulama yang menyunnahkannya.

Hadits pertama, Husain bin ‘Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhuma menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

مَنْ وُلِدَ لَهُ, فَأَذَّنَ فِي أُذُنِهِ الْيُمْنَى وَأَقَامَ فِي أُذُنِهِ الْيُسْرَى, لَمْ تَضُرَّهُ أُمُّ الصِّبْيَانِ

"Barangsiapa yang dianugerahi seorang anak, lalu dia mengumandangkan adzan di telinga kanannya dan iqamat di telinga kirinya, maka Ummu Shibyan (jin pengganggu anak kecil) tidak akan membahayakan dirinya".

Hadits di atas diriwayatkan oleh Abu Ya’la 6780, Ibnu Suni dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah 623, Ibnu ‘Adi dalam Al Kamil VII:198. Dalam sanadnya terdapat rawi yang bernama Yahya bin Al ‘Allaa Al Bajili. Mengenai Yahya di atas, maka beberapa kritikus hadits telah mencelanya bahkan cukup keras.

Kata Abu Bisyr Ad Daulabi rahimahullah: "Ditinggalkan haditsnya (karena dituduh suka berdusta)".

Kata Al-Baihaqi rahimahullah: "Ditinggalkan haditsnya dan terkadang menyebutnya lemah dan sesekali menyebutnya lemah, tidak boleh dijadikan argumentasi dengannya".

Kata Ahmad bin Hanbal rahimahullah: "Pendusta dari kalangan Rafidhah, suka memalsukan hadits. Dan pernah juga beliau menyebutnya matruk (ditinggalkan haditsnya karena dituduh suka berdusta)".

Kata Ibnul Hajar rahimahullah (pakar hadits Madzhab Syafi’i): "Dituduh sebagai pemalsu hadits, sangat lemah". (Diringkas dari Tahdziibul Kamaal no.urut rawi 8227)

Atas dasar itu para ahli hadits melemahkan, bahkan menyatakan palsunya hadits di atas.

Ulama yang melemahkan hadits diatas adalah Al Bushiri dalam Ittihaaful Hiirah V:329: "Dha'if". Kata As Suyuthi dalam Jaami’us Shaghir 9066: "Dha'if". Kata Al Iraqi dalam Takhrij Ihyaa ‘Ulumud Din II:69: "Dha'if". Kata Al Albani rahimahumullah dalam Irwa’ul Ghalil 1174: "Palsu".

Dengan penjelasan diatas hadits tersebut sama sekali tidak memenuhi persyaratan untuk dijadikan hujjah.

Hadits kedua, Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma mengisahkan:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَذَّنَ فِي أُذُنِ الْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍ يَوْمَ وُلِدَ, فَأَذَّنَ فِي أُذُنِهِ الْيُمْنَى وَأَقَامَ فِي أُذُنِهِ الْيُسْرَى

"Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan adzan di telinga Al Hasan bin ‘Ali radhiallahu ‘anhuma pada hari beliau dilahirkan. Beliau mengumandangkan adzan di telinga kanannya dan iqamat di telinga kirinya".

Hadits tersebut diriwayatkan oleh Baihaqi dalam Syu’abul Iman 8255. Dalam sanadnya terdapat tiga rawi yang bermasalah.

Pertama, محمد بن يونس الكديمي (Muhammad bin Yunus Al-Kadimi). Imam Abu Dawud, Baihaqi dan lainnya menyebutnya sebagai pendusta. (Tahdziibhul Kamaal XVII:66-80).

Kedua, gurunya Muhammad bin Yunus yang bernama الحسن بن عمرو بن سيف (Al-Hasan bin ‘Amruu bin Saif). Kata Imam Bukhari rahimahullah: "Pendusta". (Taarikhul Kabir II:299).

Ketiga, القاسم بن مُطيَّب (Al-Qasim bin Muthayyab). Ibnul Hajar rahimahullah menyebutnya: "Padanya ada kelembekan". Bahkan Al-Haitsami rahimahullah menyebutnya matruk.

Karena itulah Al-Iraqi rahimahullah mendha’ifkannya dalam Takhrij Al-Ihya II:69, bahkan Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Ad-Dha’ifah 8121 menilainya palsu.

Ada lagi sebenarnya hadits-hadits lain yang isinya anjuran adzan dan iqamat bagi bayi yang baru dilahirkan, namun semuanya lemah tidak bisa dijadikan hujjah.

Karena itu Syaikh Abdul ‘Azizi At-Tharifi hafizhahullah berkata: "Hadits terkait mengadzani bayi yang baru dilahirkan tidaklah shahih. Maka, tidaklah shahih adanya hadits tentang anjuran adzan di telinga bayi".

Berkata Syaikh Sulaiman Al-Ulwan hafizhahullah: "Hadits-hadits yang diriwayatkan dalam masalah mengadzani bayi yang baru dilahirkan tidak ada yang shahih, tidak ada satupun (hadits shahih) dalam bab ini, dengan demikian adzan di telinga anak yang baru dilahirkan tidaklah disukai dan hukum-hukum syariat, baik hukum wajib, sunnah, haram, makruh, tidak bisa ditegakkan sebagai dalil, kecuali berdasarkan dalil yang shahih dan berita yang terpercaya".

Jumat, 28 Oktober 2022

Larangan melampaui batas dalam memuji Rasulullah

Hadits Sahih (296.1023)
-------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Larangan melampaui batas dalam memuji Rasulullah

Sahih al-Bukhori:3189

عَنْ عُمَر رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: 

لاَ تُطْرُونِي كَمَا أَطْرَتْ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ، فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ فَقُولُوا: عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ.

Dari Umar ra, ia berkata: Aku mendengar Nabi saw bersabda:

Janganlah kalian melampaui batas dalam memujiku sebagaimana orang Nashrani melampaui batas dalam memuji (Isa) ibn Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah hamba-Nya, maka itu katakanlah: Abdullah wa rasuuluh (hamba Allah dan utusan-Nya).

Pesan :
1. Rasulullah melarang umatnya melampaui batas dalam memuji beliau. Melampaui batas yang dimaksud adalah menisbatkan sifat-sifat Allah kepada Rasulullah, seperti mengetahui ghaib, padahal Rasulullah hanya mengetahui hal ghaib yang Allah beritahu kepada beliau. Melampaui batas juga bisa termasuk mengarang sesuatu dan mengatakannya sebagai mukjizat Rasulullah, atau memuji Rasulullah dengan hal yang dusta. 
2. Rasulullah melarang umatnya melampaui batas dalam memuji beliau sebagaimana kaum Nashrani melampaui batas dalam memuji Isa ibn Maryam, mereka sampai mengatakan bahwa Nabi Isa merupakan Tuhan.

Rabu, 26 Oktober 2022

Tadabbur Al-Quran Hal. 252

Tadabbur Al-Quran Hal. 252
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Ar-Ra'd ayat 22 :

وَالَّذِيْنَ صَبَرُوا ابْتِغَاۤءَ وَجْهِ رَبِّهِمْ وَاَقَامُوا الصَّلٰوةَ وَاَنْفَقُوْا مِمَّا رَزَقْنٰهُمْ سِرًّا وَّعَلَانِيَةً وَّيَدْرَءُوْنَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ عُقْبَى الدَّارِۙ

Dan orang yang sabar karena mengharap keridaan Tuhannya, melaksanakan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang itulah yang men-dapat tempat kesudahan (yang baik),

- Tafsir Al Muyassar Ar-Ra'd ayat 22 :

Mereka adalah orang-orang yang bersabar menghadapi gangguan, bersabar dalammelaksanakan ketaatan, dan bersabar dari kemaksiatan, karena mencari keridhaan Rabb mereka. Mereka mengerjakan shalat sesempurna
mungkin, dan menunaikan dari harta mereka zakat yang diwajibkan dan nafkah yang dianjurkan, baik secara
sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, menolak keburukan dengan kebaikan sehingga kebaikan itu menghapuskan keburukan tersebut. Orang-orang yang bersifatkan dengan sifat-sifat ini, mereka itulah yang akan
mendapatkan akibat yang baik di akhirat kelak.

- Hadis Sahih Ar-Ra'd ayat 22 :

Dari Anas bin Malik Ra, ia berkata
aku mendengar Nabi Saw. bersabda,
Allah berfirman, Apabila Aku menguji
hamba-Ku dengan penyakit pada kedua matanya, kemudian ia mampu bersabar maka Aku akan menggantinya dengan surga." (HR Ahmad dan Bukhäri). (Mulla Ali Al-Qari, Al-Ahadisul Qudsiyyatul Arba iniyyah, t.t.: 19).

Senin, 24 Oktober 2022

SETIAP KEBAIKAN ADALAH SEDEKAH

Tematik (103)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

SETIAP KEBAIKAN ADALAH SEDEKAH

وَعَنْ جَابِرٍ رضي الله عنه قَالَ: قاَلَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم : “كُلُّ مَعْرُوْفٍ صَدَقَةٌ .” أَخْرَجَهُ الْبُخارِيُّ.

Dari Jabir, dia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, “Seluruh perbuatan baik merupakan sedekah.”([1])

Diksi ma’ruf yang digunakan dalam sabda Rasulullah ﷺ pada hadis ini adalah lawan dari munkar. Arti dari ma’ruf adalah kebaikan yang sesuai dengan prinsip ajaran Islam. Sedangkan kata kullu yang mendahuluinya bermakna seluruh atau semua. Maka gabungan antara keduanya menunjukkan keumuman: seluruh kebaikan.

Hadis ini menjelaskan bahwasanya sedekah di mata syariat bukan hanya terbatas pada harta, tetapi seluruh perbuatan baik (segala bentuk kebajikan) juga merupakan sedekah. Kebaikan apapun juga, entah kebaikan yang berkaitan dengan diri sendiri maupun kebaikan yang berkaitan dengan orang lain. Asal ia merupakan kebaikan maka ia pun merupakan sedekah.

Telah datang pula dalam hadis-hadis yang lain dimana Rasulullah ﷺ menjelaskan bahwasanya seluruh kebaikan secara rinci juga merupakan sedekah. Dalam sebuah hadis, Rasulullah ﷺ bersabda,

فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ، وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ

“Setiap tasbih merupakan sedekah. Setiap tahmid (mengucapan alhamdulillāh) juga merupakan sedekah. Setiap tahlil (mengucapkan lā ilāha illa Allah) merupakan sedekah. Setiap takbir (mengucapkan Allahu akbar) juga bersedekah. Menyeru orang lain untuk melakukan kebaikan juga sedekah. Dan mencegah orang lain (nahi mungkar) dari perbuatan kemungkaran juga termasuk.”([2])

Tashbih, tahmid, tahlil dan takbir adalah perbuatan yang kaitannya antara seorang hamba dengan Allah. Mengagungkan Allah termasuk sedekah. Maka yang dimaksud di sini adalah bersedekah kepada dirinya sendiri. Adapun yang berkaitan dengan orang lain, seperti amar makruf adalah sedekah untuk orang lain. Menyuruh orang lain untuk melakukan kebaikan berarti dia sedang bersedekah kepadanya.

Bahkan Rasulullah ﷺ menyebutkan perkara yang dianggap oleh para sahabat sebagai perkara duniawi semata ternyata juga mengandung pahala sedekah. Rasulullah Muhammad ﷺ bersabda,

وَفِـيْ بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ

“Engkau menggauli istrimu juga termasuk sedekah.” ([3])

Jadi, menyenangkan hati istri dengan berhubungan dengan istri dinilai sedekah menurut kacamata syariat.

Rasulullah ﷺ juga menyebutkan,

تَعْدِلُ بَيْنَ اثْنَيْنِ صَدَقَة

“Demikian juga jika ada dua orang datang kemudian menjadikan engkau sebagai hakim (pengambil keputusan) jika engkau berbuat adil kepada keduanya maka berarti engkau telah bersedekah.”

وَتُعِينُ الرَّجُلَ فِي دَابَّتِهِ فَتَحْمِلُهُ عَلَيْهَا أَوْ تَرْفَعُ لَهُعَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ

“Demikian juga jika engkau membantu seseorang menaiki hewan tunggangannya atau engkau mengangkatkan barangnya di atas tunggangannya ini juga merupakan sedekah.”([4])

Dari hadis-hadis di atas kita mengetahui bahwa sedekah tidak mesti dengan uang/harta. Membantu orang lain seperti mengangkatkan barang bawaannya, meletakkannya di atas tunggangannya atau di atas mobilnya juga merupakan bentuk sedekah, yaitu sedekah dengan tenaga.

Dalam hadis yang lain Rasulullah ﷺ menyebutkan,

وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ

“Dan berkata-kata yang baik merupakan sedekah.”([5])

Seseorang menahan dirinya dari perkataan buruk dan berusaha berbicara dengan perkataan yang baik dikatakan telah bersedekah. Jika sedang berbicara dengan saudaranya, orang tuanya, istrinya, atau yang lainnya, ia berusaha memilih kata-kata yang baik. Ketika seseorang berusaha memilih kata-kata yang baik dalam berbicara, sesungguhnya dia sedang bersedekah.

Semua hadis-hadis di atas menunjukkan bahwasanya seluruh bentuk kebaikan merupakan sedekah dan tidak terbatas dengan harta saja. Hal ini juga menunjukkan bahwa sedekah tidak hanya bisa dilakukan oleh orang-orang kaya saja. Orang-orang miskin pun bisa bersedekah. Allah membuka cara sedekah yang bermacam-macam, tidak mesti dengan harta.

Sebagian ulama mengatakan bahwa hal ini merupakan bentuk kasih sayang Allah ﷻ, yaitu Dia menjadikan ibadah itu bermacam-macam. Hal ini tentu akan dirasa mudah oleh setiap hamba. Bagi mereka yang memiliki kelapangan harta, maka bersedekahlah dengan hartanya. Bagi yang bisa bersedekah dengan tenaganya, maka bersedekahlah dengan tenaganya. Demikian pula seseorang dapat bersedekah dengan pikirannya, idenya, atau bahkan dengan senyumnya. Bahkan jika seseorang tidak memiliki semua kemampuan itu dan ditakdirkan oleh Allah hanya bisa tinggal di dalam rumahnya sendiri, ia pun masih bisa bersedekah dengan tasbih, tahmid, tahlil, takbir, dan dzikir-dzikir lainnya.

Namun hal ini sekaligus juga merupakan ujian bagi hamba apakah ia berusaha memasuki sebanyak-banyaknya pintu-pintu kebaikan atau tetap lalai meskipun pintu-pintu kebaikan itu dibuka dalam bentuk yang bermacam-macam.

Oleh karena keutamaan dari Allah itu, hendaknya kita bisa memanfaatkan pintu-pintu sedekah dan pintu-pintu kebaikan yang banyak itu. Jika kita bisa memasuki banyak pintu-pintu kebaikan tersebut, maka itulah yang terbaik. Namun jika kita tidak bisa masuk ke seluruh pintu-pintu kebaikan yang disediakan Allah, maka hendaknya kita masuk ke pintu kebaikan yang dimudahkan Allah ﷻ bagi kita.

Footnote:
([1]) HR. Bukhari no. 6021.
([2]) HR. Muslim no. 720.
([3]) HR. Muslim no. 150.
([4]) HR. Bukhari no. 2.989 dan Muslim no. 1.009.
([5]) HR. Bukhari no. 2.707 dan Muslim no. 2.332.

Minggu, 23 Oktober 2022

Teman Bergaul Cermin Diri Seseorang

One Day One Hadits (215)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Teman Bergaul Cermin Diri Seseorang

عن زهير بن محمد ، عن موسى بن وردان ، عن أبي هريرة - رضي الله عنه - قال : قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم - :

"الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ " .أخرجه أحمد في " المسند " ( 8 / 307 / 8398 )

Dari Zuhair bin Muhammad dari Musa bin Wardan, dari Abu Hurairota radhiAlloohu anhu berkata, bersabda Rasulullah saw:
Seseorang itu tergantung pada agama  temannya. Oleh karena itu, salah satu diantara kalian hendaknya memperhatikan siapa yang dijadikan teman.( Hadist, dikeluarkan dari Imam Ahmad di dalam" Al-Musnad (8/307/6398)

Pelajaran yang terdapat dalam hadist :

1. Pergaulan cermin diri seseorang,

الْمُؤْمِنُ مِرْآةُ (أخيه) الْمُؤْمِنِ

Seorang mukmin cerminan dari saudaranya yang mukmin.

2. Memilih teman yang baik adalah sesuatu yang tak bisa dianggap remeh. Karena itu, Islam mengajarkan agar kita tak salah dalam memilihnya.

3. Kalau seorang biasa berkumpul dengan seseorang yang hobinya berjudi, maka kurang lebih dia seperti itu juga. Begitu pula sebaliknya, kalau dia biasa berkumpul dengan orang yang rajin shalat berjamaah, maka kurang lebih dia seperti itu.

Tema hadist yang berkaitan dengan Al-Quran:

1. Pergaulan menentukan nasib seseorang.

وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَىٰ يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا
يَا وَيْلَتَىٰ لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا
لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي ۗ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا

Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul".
Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akrab(ku).
Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Quran ketika Al Quran itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia.
[Surat Al-Furqan : 27- 28-29]

2. Perintah sabar untuk selalu berkawan dengan orang-orang yang shaleh.

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ ۖ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا

Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. [Surat Al-Kahf : 28].