Tadabbur Al-Quran Hal. 432
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
- Al Qur'an Indonesia Tajwid.
- Saba' ayat 34 :
وَمَآ اَرْسَلْنَا فِيْ قَرْيَةٍ مِّنْ نَّذِيْرٍ ِالَّا قَالَ مُتْرَفُوْهَآ ۙاِنَّا بِمَآ اُرْسِلْتُمْ بِهٖ كٰفِرُوْنَ
Dan setiap Kami mengutus seorang pemberi peringatan kepada suatu negeri, orang-orang yang hidup mewah (di negeri itu) berkata, “Kami benar-benar mengingkari apa yang kamu sampaikan sebagai utusan.”
- Asbabun Nuzul Saba' ayat 34 :
Diriwayatkan oleh Ibnul Mundzir dan Ibnu Abi Hatim dari Sufyan dari 'Ashim yang bersumber dari Ibnu Razin, salah seorang dari dua orang yang berserikat didalam dagangnya pergi ke Syam dan seorang lagi menetap di Mekkah. Ketika ia mendengar berita diutusnya seorang Nabi, ia menulis surat kepada temannya menanyakan berita itu. Ia menerima jawaban bahwa tak seorangpun dari golongan Quraisy yang mengikutinya, kecuali orang-orang hina dan miskin. Setelah menerima surat jawaban itu, ia meninggalkan dagangannya dan meminta kepada temannya untuk mengantarkan kepada Nabi, karena ia pernah membaca beberapa kitab tentang kenabian. Menghadaplah ia kepada Nabi Saw. Sambil berkata: "Kepada apakah engkau mengajak kami?". Rasulullah Saw. Menjelaskannya. Berkatalah orang itu: "Asyhadu annaka Rasulullah (Aku percaya bahwa engkau adalah Rasulullah)". Rasulullah bertanya: "Dengan pengetahuan apa engkau berbuat demikian?". Ia menjawab: "Tidak akan diutus seorang Nabi kecuali pengikutnya adalah orang-orang hina dan orang-orang yang miskin". Dengan turunnya ayat ini Rasulullah Saw. Mengutus seseorang untuk menyampaikan berita tersebut kepada orang itu, bahawa ucapannya dibenarkan oleh wahyu Allah.
- Tafsir Al Muyassar Saba' ayat 34 :
Dan Kami tidak mengutus di sebuah perkampungan seorang Rasul yang mengajak kepada tauhid Allah dan mengesakan-Nya dalam ibadah, kecuali orang-orang dari penduduknya yang tenggelam dalam hawa nafsu dan syahwat berkata: Sesungguhnya kami (wahai para Rasul) mengingkari apa yang kalian bawa.
- Riyāduş Sälihin :
Dari Abdullah bin Mas'ud Ra., dari Nabi Saw., beliau bersabda, "Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan seberat biji sawi." Seorang laki-laki bertanya, "Sungguh seseorang menyukai apabila baju dan sandalnya bagus (apakah ini termasuk kesombongan)?" Beliau menjawab, "Sesungguhnya Allah itu bagus menyukai yang bagus. Kesombongan itu menolak kebenaran dan meremehkan manusia." (HR Muslim).
Hadis tersebut memberikan faedah:
(a) Keharaman bersikap sombong dan ancaman berat terhadap orang yang bersikap sombong.
(b) Keindahan dan kecantikan apabila motifnya bukan kesombongan, namun memperlihatkan kenikmatan Allah, maka tidak termasuk dosa besar.
(Faisal bin Abdul Aziz Ali Mubārak, Tatrizu Riyādis Sālihina, Juz 1, t.t.:416).
- Hadis Nabawi :
Imam Muslim berkata, dari Abu Hurairah Ra., Nabi Saw. bersabda, "Api kalian ini yang dinyalakan oleh anak cucu Adam adalah satu bagian dari tujuh puluh bagian panasnya neraka Jahanam." Para sahabat berkata, "Wahai Rasulullah! Demi Allah Swt., sesungguhnya api dunia pun cukup untuk menyiksa para pelaku maksiat. Beliau bersabda, "Sesungguhnya api neraka itu ditambahi 69 bagian, masing-masing bagian itu sama panasnya." (HR Muslim, Sahihu Muslim, Juz 4, No. Hadis 2843, 1412 H/1991 M: 2184).
- Hadiš Qudsi :
Dari Abu Sa'id Al-Khudri Ra., dari Nabi Saw., beliau bersabda, "Ahli surga telah masuk ke surga dan ahli neraka telah masuk ke neraka. Lalu Allah Swt. berfirman, "Keluarkanlah dari neraka siapa yang di dalam hatinya ada keimanan sebesar biji sawi, maka mereka keluar dari neraka dalam kondisi yang telah menghitam gosong, kemudian dimasukkan ke dalam sungai kehidupan. Lalu mereka tumbuh bersemi seperti tumbuhnya benih di tepi aliran sungai. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana dia keluar dengan warna kekuningan." (HR Al-Bukhāri). (Mustafā bin Adawi, As Sahihul Musnad minal Ahādisil Qudsiyyati, t.t: 32).
- HADIS NIAGA QS Saba', 34: 39 :
Keutamaan Memberi Nafkah kepada Keluarga
Dari Abu Hurairah dia mengatakan bahwa Rasulullah bersabda: "Satu dinar yang engkau nafkahkan di jalan Allah, satu dinar yang engkau nafkahkan untuk memerdekakan budak, satu dinar yang engkau berikan kepada orang-orang miskin, dan satu dinar yang engkau nafkahkan kepada keluargamu, maka yang paling besar pahalanya, yaitu satu dinar yang engkau nafkahkan kepada keluargamu." (HR Muslim, 995)
AMAL NIAGA :
1. Bersyukurlah kepada Allah ketika Anda dapat memberi nafkah kepada keluarga. Hal tersebut merupakan infak terbaik di sisi Allah.
2. Jika Anda diberi kelapangan rezeki, lakukan infak-infak lainnya, seperti berinfak memberi bekal untuk pasukan perang di jalan Allah serta berinfak untukmembantu orang-orang fakir dan miskin.
3. Imam An-Nawawi berkata, "Nafkah kepada keluarga lebih utama dari sedekah yang hukumnya sunah." Maka, bersemangatlah Anda dalam mencari nafkah untuk keluarga Anda tanpa melupakan hak-hak Allah.
- Tadabbur Surah Saba' Ayat 32-39 :
1. Ayat 32 dan 33 meneruskan kisah sebelumnya. Kaum yang menindas menjawab : Sebenarnya bukan kami yang menjauhkan kalian dari petunjuk Al-Qur’an. Akan tetapi, kalian adalah kaum penjahat. Kaum yang ditindas membalasnya: Kalian melakukan makar siang dan malam demi menyuruh kami kafir pada Allah dan membuat tandingan-tandingan bagi-Nya. Semua mereka menyesali kekufuran mereka terhadap Al-Qur’an saat melihat azab neraka sudah didepan mata. Lalu leher-leher mereka dirantai dan digiring ke neraka. Itulah balasan yang setimpal bagi orang-orang yang kafir pada Allah.
2. Ayat 34 dan 39 menjelaskan di setiap negeri yang diutus Rasul pasti ada kelompok elite yang berani terang-terangan kafir padanya. Alasannya, Rasul itu miskin dan persepsi yang keliru terhadap sistem Allah. Padahal Pemberi rezeki itu adalah Allah. Ia berikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Sayang, kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.
3. Harta dan anak itu bukan bukti kasih sayang Allah pada seseorang. Melainkan iman dan amal saleh yang bisa meraih ridha Allah. Kaum mukmin yang beramal saleh akan diberikan balasan yang berlipat ganda dan di surga mendapatkan rumah-rumah yang tinggi dan tenteram. Sebaliknya, orang-orang yang berupaya menghambat manusia dari jalan Allah dan Rasul-Nya, bagi mereka azab neraka. Allahlah melapangkan dan membatasi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Apa yang diinfakkan di jalan Allah, pasti Dia ganti, karena Allah sebaik-baik Pemberi rezeki.