بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Sabtu, 24 Juni 2023

Tadabbur Al-Quran Hal. 308

Tadabbur Al-Quran Hal. 308
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Q.S Maryam ayat 41 :

-  وَاذْكُرْ فِى الْكِتٰبِ اِبْرٰهِيْمَ ەۗ اِنَّهٗ كَانَ صِدِّيْقًا نَّبِيًّا

Ceritakanlah (Hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al Kitab (Al-Qur'an) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan [905] lagi seorang Nabi.

- [504] Nabi lbrahim alaihissalam adalah seorang nabi yang sangat cepat membenarkan semua hal yang gaib yang datang dari Allah.

- Tafsir Jalalain Maryam ayat 41 :

(Dan ceritakanlah) kepada mereka (tentang Ibrahim di dalam Al-Kitab ini) Alquran, yaitu tentang kisahnya. (Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan) seorang yang sangat jujur dalam keimanannya (lagi seorang nabi) hal ini dijelaskan dalam ayat selanjutnya.

- Tafsir Al Muyassar Maryam ayat 41 :

Sebutkanlah, wahai Rasul kepada kaum-mu, kisah lbrahim dalam al-Qur'an ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat jujur, dan salah seorang Nabi yang paling tinggi kedudukannya.

- Tazkiyyatun Nafs :

Tauhid itu ada dua macam. Pertama, tauhid dalam ilmu dan keyakinan. Kedua, tauhid dalam kehendak dan tujuan. Yang pertama disebut tauhid ilmu karena keterkaitannya dengan pengabaran dan pengetahuan.

Tauhid kedua yang disebut tauhid kehendak dan tujuan, dibagi menjadi dua macam, yaitu: tauhid dalam Rububiyyah dan tauhid dalam Uluhiyyah.

lmu tauhid berkisar pada penetapan sifat-sifat kesempurnaan, penafian penyerupaan, peniadaan aib dan kekurangan. Hal ini bisa diketahui secara umum maupun secara terperinci. Secara umum dapat dikatakan bahwa tauhid itu ialah menetapkan pujian hanya bagi Allah. Adapun secara terinci meliputi :

(a) penyebutan sifat Uluhiyyah,
(b) Rububiyah,
(c) rahmah, dan
(d) kekuasaan.

Empat sifat ini merupakan poros Asma' dan sifat.

Pujian di sini berarti pujian terhadap Zat yang dipuji dengan menyebutkan sifat-sifat kesempurnaan dan keagungan-Nya, disertai kecintaan dan ketundukan kepada-Nya.

Seseorang tidak bisa disebut orang yang memuji jika dia mengingkari sifat-sifat yang dipuji, tidak mencintai, tidak tunduk dan rida kepadanya. Jika sifat-sifat kesempurnaan yang dipuji lebih banyak, maka pujian pun semakin sempurna. Begitu pula sebaliknya.

Karena itu segala pujian hanya tertuju kepada Allah karena kesempurnaan dan banyaknya sifat-sifat yang dimiliki-Nya, yang selain Allah tidak mampu menghitungnya.

Karena itu pula Allah mencela sesembahan orang-orang kafir dengan meniadakan sifat-sifat kesempurnaan darinya. Allah mencelanya sebagai sesuatu yang tidak bisa mendengar, melihat, berbicara, memberi petunjuk, mendatangkan manfaat dan madarat. Maka Allah menjelaskan hal ini seperti dalam perkataan lbrahim Al-Khalil, (ingatlah) ketika dia (lbrahim) berkata kepada ayahnya, Wahai ayahku! Mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak dapat menolongmu sedikit pun? (QS Maryam, 19: 42).

Andaikata sesembahan lbrahim seperti sesembahan bapaknya, Azar, tentu bapaknya akan menjawab, "Ternyata sesembahanmu seperti itu pula. Maka untuk apa kamu mengingkari aku?" Sekalipun begitu sebenarnya Azar juga tahu siapà Allah, sama seperti orang-orang kafir Quraisy yang tahu siapa Allah, tapi mereka menyekutukan-Nya.

Begitu pula kaum Musa. Firman Allah, Dan kaum Musa, setelah kepergian (Musa ke gunung Sinai) mereka membuat patung anak sapi yang bertubuh dan dapat melenguh (bersuara) dari perhiasan (emas). Apakah mereka tidak mengetahui bahwa (patung) anak sapi itu tidak dapat berbicara dengan mereka dan tidak dapat (pula) menunjukkan jalan kepada mereka? Mereka menjadikannya (sebagai sesembahan). Mereka adalah orang-orang yang zalim. (05 Al-Araf, 7: 148).

Jika ada yang berkata, "Bukankah Allah tidak bisa berbicara dengan hambaNya?" Maka dapat dijawab berikut, Allah berbicara dengan hamba-hamba-Nya. Di antara mereka ada yang diajak berbicara dengan Allah dari balik hijab, yang lain ada yang tanpa perantara, seperti Musa, ada yang berbicara dengan Allah lewat perantara malaikat yang diutus, yaitu para nabi dan rasul, dan Allah berbicara dengan seluruh manusia lewat para rasul-Nya. Allah menurunkan firman-Nya kepada mereka yang disampaikan para rasul, Ini adalah firman Allah dan Dia memerintahkan agar kami menyampaikannya kepada kalian.

Berangkat dari sinilah orang-orang salaf berkata, "Siapa yang mengingkari keadaan Allah yang dapat berbicara, berarti dia mengingkari risalah para rasul." Begitu pula hubungannya dengan sifat-sifat Allah yang lainnya.

Dari sini dapat diketahui bahwa hakikat pujian mengikuti ketetapan sifat-sifat kesempurnaan, dan penafian hakikat pujian ini juga mengikuti penafian sifat-sifat kesempurnaan. (Ibnu'l Qayyim Al-Jauziyyah, Madāriju As-Sālikin Manāzilu lyyāka Na 'budu wa lyyāka Nasta inu, Juz 1, t.t.: 33-35).

- Penjelasan Surah Maryam Ayat 39-51 :

Ayat 39 dan 40, memerintahkan Muhammad Saw. untuk mengingatkan orang-orang kafir, baik dari kalangan kaum musyrik maupun Ahlul Kitab bahwa mereka akan menyesal pada hari kiamat nanti. Sebelum penyesalan itu tiba, maka berimanlah kepada Allah dengan benar, yakni dengan mentauhidkan-Nya, tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun dan dengan siapa pun dan jangan lalai mengingat-Nya. Karena Allah lah yang memiliki bumi dan semua manusia yang ada di atasnya dan kepada-Nya jualah semua manusia dikembalikan di akhirat kelak.

Ayat 41-50 menjelaskan kisah dakwah Ibrahim a.s. kepada orang tuanya yang menyembah berhala yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak mampu berbuat apa. Perbuatan itu hanya mengikuti langkah setan yang  akan menyebabkan azab Allah di dunia dan akhirat.

Dakwah Ibrahim ditanggapi negatif oleh orang tuanya dan meneror Ibrahim agar segera menghentikannya. Jika tidak, maka ia akan merajam dan mengusir Ibrahim dari negerinya. Nabi Ibrahim menyayangkan sikap orang tuanya dan berharap suatu saat bisa beriman dan mentauhidkan Allah. Ibrahim meninggalkan kaumnya dan tuhan-tuhan yang mereka sembah. Setelah itu, Allah karuniakan padanya Ishak dan Yakub. Allah angkat keduanya sebagai nabi. Allah berikan kepada keduanya rahmat dan buah tutur yang jujur dan tinggi.

Ayat 51 menjelaskan bahwa Musa diberikan Allah kejujuran dan diangkat sebagai rasul dan nabi-Nya.