بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Senin, 15 September 2025

Tadabbur Al Quran hal. 427

Tadabbur Al-Quran Hal. 427
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.
- Al-Ahzab ayat 72 :

اِنَّا عَرَضْنَا الْاَمَانَةَ عَلَى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَالْجِبَالِ فَاَبَيْنَ اَنْ يَّحْمِلْنَهَا وَاَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْاِنْسَانُۗ اِنَّهٗ كَانَ ظَلُوْمًا جَهُوْلًاۙ

Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat [1234] itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh,

- [1234] Yang dimaksud dengan amanah disini ialah tugas-tugas keagamaan.

- Tafsir Al Muyassar Al-Ahzab ayat 72 :

Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat (yang Allah amanatkan kepada para mukallaf agar mereka menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya) kepada langit dan bumi serta gunung, namun mereka semuanya menolak untuk memikulnya. Lalu manusialah yang memikulnya dan menanggungnya sekalipun dia lemah. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan bodoh terhadap dirinya sendiri.

- Mu'jam Al-Ahzab ayat 72 :

وَاَشْفَقْنَ

Asy Syafaqu ialah bercampurnya cahaya slang dengan kegelapan malamn pada saat mataharı tenggelam, Dan AHisytag ialah perhatian yang bercampur dengan rasa khawatir, karena orang yang khawatr itu menyayangi orang yang dikhawatirkannya, sehingga ia takut jika ada hal-hal buruk yang akan menimpanya Dan apabila kata isyfag didahului dengan min, maka sisi rasa takut atau khawatir yang terkandung di dalamnya menjadi letih menonjol. Sedangkan jika di dahulu dengan fi maka sisi perhatiannya yang menjadi lebih menonjol. (Ar-Rāgib AŁ Asfahan, Mu jamu Mufradãti Aitäzi A Qurani t431 H2010M 198)

- Tazkiyyatun Nafs :

Allah Swt. menyebutkan dalam beberapa surah AI-Qur'an bahwa kebaikan yang datang pada giliran kedua merupakan pahala atas kebaikan pertama. Sedangkan maksiat kedua dapat juga sebagai hukuman bagi kemaksiatan yang pertama. Mengenai kebaikan kedua sebagai pahala atas kebaikan pertama adalah firman Allah Swt. dalam surah An-Nisā, 4: 66-68 dan firman-Nya dalam surah Al-Ankabūt, 29: 69, juga firman-Nya dalam surah Al-Maidah, 5: 16, dan surah Muhammad, 47: 4-5. Firman Alah Swt. di atas tidak termasuk dalam pengertian sebelumnya. Pemberian petunjuk itu adalah di akhirat menuju jalan surga, yang demikian itu sebagai balasan atas terbunuhnya mereka dalam berjuang di jalan-Nya. Setelah itu Allah Swt. memberitahukan suatu berita mengenai diri mereka, yaitu bahwa Dia akan memberikan petunjuk kepada mereka serta memperbaiki keadaan mereka, karena Dia mengetahui bahwa mereka akan terbunuh di jalan-Nya dan mereka telah mengorbankan jiwa raga mereka untuk-Nya. Allah Swt. juga telah berfirman dalam surah Yūsuf, 12: 24 dan Al-Qaşaş, 28: 14. Selain itu Allah Swt. juga berfirman dalam surah yang lain, Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah Swt. dan ucapkanlah perkataan yang benar, niscaya Allah Swt. akan memperbaiki amal amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Barangsiapa menaati Allah Swt. dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia menang dengan kemenangan yang agung. (QS Al-Ahzāb, 33: 70-71). Demikian juga firman-Nya, Katakanlah, "Taatlah kepada Allah Swt. dan taatlah kepada Rasul, jika kamu berpaling, maka sesungguhnya kewajiban Rasul (Muhammad Saw) itu hanyalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu hanyalah apa yang dibebankan kepadamu. Jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Kewajiban Rasul hanyalah menyampaikan (amanat Allah Swt.) dengan jelas. (QS An-Nūr, 24: 54). Selain itu, Allah Swt. juga berfirman, { Kemudian Kami telahmemberikan kepada Musa As. Kitab (Taurat) untuk menyempurnakan (nikmat Kami) kepada orang yang berbuat kebaikan, untuk menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat, agar mereka beriman akan adanya petemuan dengan Tuhannya. (QS Al-An ām, 6: 154). Yang demikian merupakan balasan ketaatan dengan ketaatan pula. Sedangkan pembalasan kemaksiatan dengan kemaksiatan adalah seperti firman Allah Swt., ... Maka ketika mereka berpaling (dari kebenaran), Allah Swt. memalingkan hati mereka. (QS As-Saff, 61: 5). Demikian juga firman-Nya, {Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah Swt., sehingga Allah Swt. menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik (QS Al-Hasyr, 59: 19). Hal seperti itu cukup banyak terdapat di dalam Al-Quran. Dengan demikian, terdapat dua macam Sayyi'āt (kejelekan), yaitu yang berupa musibah dan aib. Dan ada juga kejahatan dari dalam diri manusia. Keduanya telah melalui takdir Allah Swt. Nabi Saw. sendiri pernah bersabda dalam sebuah khutbahnya yang sangat terkenal, "Kami berlindung kepada Allah Swt. dari kejahatan diri kita dan dari keburukan amal perbuatan kami. Dengan demikian, kejahatan diri itu terdapat dua macam, yang berupa sifat dan amal perbuatan. Amal perbuatan berawal dari sifat, sedangkan sifat dipertegas dan diperkuat dengan amal perbuatan. Masing-masing dari keduanya saling mendukung dan melengkapi. Dan keburukan amal perbuatan itu sendiri terbagi menjadi dua macam, yang keduanya telah ditafsirkan oleh sebuah hadis. Salah satunya adalah berbagai macam keburukan dan kejelekannya. Dan yang kedua adalah yang memperburuk pelakunya akibat hukuman yang timbul dari perbuatan tersebut. Permohonan perlindungan yang dimaksudkan dalam hadiš itu mencakup perlindungan dari perbuatan buruk pertama, dan sekaligus perbuatan buruk kedua yang merupakan hukuman bagi yang pertama. Dengan demikian, permohonan perlindungan itu mencakup tiga hal: perlindungan dari azab, perlindungan dari faktor penyebab timbulnya dan dari penyebab sifat perbuatan." (bnu'l Qayyim Al-Jauziyyah, Syifä ul Alil fi Masā ilil Qadāi wa'l Qadari wa'l Hikmati wat Ta lili, 1398 H/1978M: 85-88).

- Riyāduş Şālihin :

Dari Abu Hurairah Ra., dia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah Swt. tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi Allah Swt. melihat kepada hati dan amal kalian. (HR Muslim).(Dr. Mustafā Said Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādis Sālihina, Juz 2, 1407 H/1987 M: 1080).

- Medical Hadiš :

Dari Abu Zar Ra., ia berkata, "Aku tinggal di Mekah selama tiga puluh hari, siang malam tanpa adanya makanan kecuali air zam-zam. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika kala itu tubuh saya menjadi gemuk dan perut saya agak gendut tanpa adanya rasa lapar." Lalu Abu Zar bertemu dengan Nabi Saw. maka Nabi Saw. bertanya, "Sejak kapan engkau berada di tempat ini, hai saudaraku?" Abu Zar menjawab, "Sudah tiga puluh hari lamanya saya berada di sini, ya Rasulullah." Rasulullah Saw. bertanya lagi, "Siapakah yang memberimu makan?" Abu Zar menjawab, "Tidak ada makanan untuk saya kecuali air zamzam. Oleh karena itu, maka saya terlihat gemuk dan perut saya sedikit gendut serta tidak merasa lapar." Rasulullah bersabda, "Air Zam-zam memang penuh dengan keberkahan dan lebih banyak mengandung protein daripada makanan biasa." (HR Muslim),. (Ibnul Qayyim Al-Jauzi-yyah, At-Tibbun Nabawi, t.t.. 306).

- Tibbun Nabawi :

Khasiat Air Zamzam

Air Zamzam adalah pemimpin semua air, yang paling mulia, paling baik, paling disukai jiwa. Kendati mahal harganya, air ini juga dianggap air paling bernilai. Air Zamzam merupakan hasil galian Jibril As. dan minuman lsma'il As. Diterangkan dalam hadis bahwa 'Aisyah Ra. membawa air Zamzam dalam botol, dan Rasulullah Saw. membawvanya dalam kantong kulit dan geriba, pernah sekali beliau menyiramkan air itu kepada orang sakit." (HR AI-Bukhāri dalam At-Tārikhu'l Kabir, Juz 3: 189, Ibnu'l Qayyim Al-Jauziyyah, Zādu'l Ma'adi fi Hadyi Khayril lbadi, Juz 4, t.t.: 392).

- Hadis Motivasi QS 33: 67 :

Dari Abu Bakrah dia berkata, Aku mendengar Nabi di atas mimbar bersabda. Ketika itu. A-Hasan ada di samping beliau. Sesekali, beliau melihat ke arah orang banyak dan sesekali melihat kepadanya: "Sesungguhnya, anakku ini adalah sayid (pemimpin) dan dengan perantaraannya Allah akan mendamaikan dua kelompok besar kaum muslim." (HR Bukhari, 3536)

- HADIS NIAGA QS Al-Ahzäb, 33: 64 :

Laknat Allah kepada Orang-Orang yang Terlibat dalam Riba

Dari Jabir dia mengatakan bahwa Rasulullah melaknat orang yang memakan hasil riba, orang yang mewakilkannya, penulisnya, dan kedua orang saksinya. Setelah itu, Rasulullah juga bersabda: "Mereka semua sama." (HR Muslim, 1597)

- AMAL NIAGA :

1. Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa dalam hadis ini terdapat penegasan perihal haramnya mencatat transaksi riba dan menjadi saksi atasnya. Selain itu, hadis ini menunjukkan haramnya saling menolong dalam kebatilan.
2. Rasulullah pernah menyampaikan bahwa dosa paling ringan dari riba sama seperti dosa berzina dengan ibu kandung. Oleh karena itu, jauhilah perbuatan yang berhubungan dengan riba, seperti memakan, menuliskan, dan menjadi saksi atasnya.
3. Buatlah satu tulisan yang mengingatkan orang-orang tentang bahaya riba bagi para pelakunya dan bagi kaum muslim.

- Tadabbur Surah Al-Ahzab Ayat 63-73 :

Ayat 63-73 menjelaskan tiga hal penting : 
1. Orang-orang kafir itu tidak beriman kepada peristiwa kiamat kecuali kalau mereka  mengetahui waktunya. Sedangkan yang mengetahuinya hanya Allah. Sebab itu, Allah melaknat mereka dan menyiapkan bagi mereka neraka. Mereka kekal di dalamnya dan tidak  akan ada yang melindungi dan menolong mereka. Wajah mereka dibolak-balikkan di dalam  api neraka. Saat itu, mereka akan menyesal  kenapa dahulu di dunia tidak mentaati Allah dan Rasul saw. dan mau saja mengukuti para pemimpin dan para pembesar yang telah menyesatkan mereka. Ketika itu mereka memohon kepada Allah agar ditimpakan kepada para pempin dan pembesar itu azab dua kali lipat dan laknat yang besar. 
2. Allah melarang kaum mukmin agar tidak seperti kaum Bani Israel yang menyakiti Musa dengan tuduhan-tuduhan kebohongan dan ucapan-ucapan yang menyakitkan. Allah membelanya dari ucapan-ucapan tersebut, karena Musa itu memiliki kedudukan terhormat di sisi Allah. Sebab itu, kaum mukmin harus bertakwa kepada Allah dan berkata yang benar, agar Allah perbaiki perilaku mereka dan mengampuni dosa-dosa mereka. Siapa saja yang mentaati 
3. Allah dan Rasul-Nya maka ia pasti meraih sukses besar, yakni surga Allah. 
4. Pertama kali Allah menawarkan agama-Nya (Islam yang menjadi sistem hidup) kepada langit, bumi dan gunung-gunung. Mereka menolaknya karena tidak mungkin mampu disebabkan tidak memiliki fasilitas pendukung seperti akal dan sebagainya. Lalu amanah tersebut dipikul manusia karena mereka memilikinya. Dengan amanah tersebut akan diketahui siapa di anara manusia yang munafik,  musyrik, kafir dan Mukmin dan akan diberikan balasan yang setimpal.

Rabu, 20 Agustus 2025

Tadabbur Al Quran hal. 426

Tadabbur Al-Quran Hal. 426
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Al-Ahzab ayat 59 :

يٰٓاَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِّاَزْوَاجِكَ وَبَنٰتِكَ وَنِسَاۤءِ الْمُؤْمِنِيْنَ يُدْنِيْنَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيْبِهِنَّۗ ذٰلِكَ اَدْنٰىٓ اَنْ يُّعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَۗ وَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا

Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya [690] ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

- [690] Jilbab ialah sejenis baju kurung lebar yang dapat menutup kepala, wajah, dan dada.

- Asbabun Nuzul Al-Ahzab ayat 59 :

Al-Bukhari meriwayatkan dari 'Aisyah, dikemukakan bahwa Siti Saudah (Istri Rasulullah) keluar rumah untuk sesuatu keperluan setelah diturunkan ayat hijab. Ia seorang wanita yang badannya tinggi besar sehingga mudah dikenal orang. Pada waktu itu Umar melihatnya, dan ia berkata: "Hai Saudah. Demi Allah, bagaimana pun kami akan dapat mengenalmu. Karenanya cobalah piker mengapa engkau keluar?" dengan tergesa-gesa ia pulang dan di saat itu Rasulullah berada di rumah Aisyah sedang memegang tulang waktu makan. Ketika masuk ia berkat: "ya Rasulullah, aku keluar untuk sesuatu keperluan, dan Umar menegurku (karena ia masih mengenalku)". Karena peristiwa itulah turun ayat ini (Surat Al-Ahzab:59) kepada RAsulullah saw. Di saat tulang itu masih di tangannya. Maka bersabdalah Rasulullah: "Sesungguhnya Allah telah mengizinkan kau keluar rumah untuk sesuatu keperluan".

Ibnu Sa'd meriwayatkan dari Hasan dan Muhammad bin Ka'b Al-Quradli, dikemukakan bahwa istri-istri Rasulullahpernah keluar malam untuk qadla hajat (buang air). Pada waktu itu kaum munafiqin mengganggu mereka dan menyakiti. Hal ini diadukan kepada Rasulullah saw. Sehingga Rasul menegur kaum munafiqin. Mereka menjawab: "Kami hanya mengganggu hamba sahaya". Turunnya ayat ini (Surat Al-Ahzab: 59) sebagai perintah untuk berpakaian tertutup, agar berbeda dari hamba sahaya. Diriwayatkan oelh Ibnu Sa'd di dalam At-Thabaqat yang bersumber dari Abi Malik.

- Tafsir Al Muyassar Al-Ahzab ayat 59 :

Wahai Nabi, katakan kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan wanita-wanita kaum mukminin agar mereka menjulurkan kain-kain mereka dari kepala ke wajah mereka untuk menutupi wajah mereka, kepala dan dada mereka. Hal ini lebih dekat kepada keterjagaan dan perlindungan sehingga mereka tidak beresiko diganggu atau dijahili. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang di mana Dia mengampuni apa yang telah berlalu dari kalian, Dia menyayangi kalian dengan apa yang Dia jelaskan, mana yang halal dan mana yang haram.

- Hadis Sahih Al-Ahzab ayat 59 :

Dari Aisyah Ra, ia berkata, "Bahwa Asma binti Abu Bakar Ra masuk menemui Rasulullah Saw. dengan mengenakan kain yang tipis, maka Rasulullah Saw pun berpaing datinya, Beliau Saw bersabda, Wahai Asma sesungguhnya Seorang wanita ka telah balig tidak boleh terlihat dannya kecuali ini dan ini beliau menunjuk wajah darn kedua telapak tangannya. (HA Abu Dāwud, Sunan Abu Dawud, Juz 4, No. Hadis 4104, 1418 H/1997 M 23).

- Riyāduş Şālihin :

Dari Abu Hurairah Ra., ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Ada dua golongan penghuni neraka yang keduanya belum pernah aku lihat. Pertama, kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi, yang dipergunakannya untuk memukul orang. Kedua, para wanita yang berpakaian tetapi sama saja dengan bertelanjang, mereka berjalan dengan berlenggak-lenggok, mudah dirayu atau malah merayu, dan rambut mereka (disasak) bagaikan punuk unta. Para wanita tersebut tidak akan masuk surga, bahkan tidak dapat mencium harum surga. Padahal harum surga itu dapat tercium dari sana dan sini." (HR Muslim). Dikatakan "berpakaian tetapi sama saja dengan bertelanjang" karena pakaiannya minim, tipis atau tembus pandang, ketat, atau pakaian yang merangsang pria karena sebagian auratnya terbuka.
Hadis tersebut mengandung beberapa faedah, di antaranya adalah peringatan dan ancaman agar berpaling dari perbuatan yang tidak bermoral dan menyimpang dari kesopanan. Juga merupakan ancaman bagi orang yang melepas hijab penutup aurat yang diperintahkan Allah terhadap wanita muslimah agar memakainya.
(Dr. Mustafā Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttagina Syarhu Riyādis Şālihina, Juz 2,1407 H/1987 M: 1122-1123).

- Hadis Nabawi :

Dari 'Aisyah Ra., ia berkata, "Sesungguhnya Asma binti Abu Bakar Ra. masuk menemui Rasulullah Saw. dengan mengenakan kain yang tipis, maka Rasulullah Saw. pun berpaling darinya." Beliau Saw. bersabda, "Wahai Asma, sesungguhnya seorang wanita jika telah balig, tidak boleh terlihat darinya kecuali ini dan ini -beliau menunjuk wajah dan kedua telapak tangannya-." (HR Abu Dāwud, Sunanu Abi Dāwud, Juz 4, No. Hadis 4104, 1418 H/1997 M: 23). 

- Hadis Qudsi :

Dari Abu Zar Ra., dari Nabi Saw., sebagaimana yang beliau riwayatkan dari Tuhannya, Dia berfirman, ".Hai hamba-Ku, kamu sekalian telanjang dan tidak mengenakan sehelai pakaian, kecuali orang yang Aku beri pakaian. Oleh karena itu, mintalah pakaian kepada-Ku, niscayà Aku akan memberimu pakaian!..." (HR Muslim, Sahihu Muslim, Juz 4, No. Hadis 2577, 1412 H/1991M: 1994).

- Hadis Motivasi QS 33: 56 :

Dari Amir bin Rabi'ah Saya mendengar Rasulullah berkhutbah dengan dia berkata: "Barang siapa yang bersalawat kepadaku satu kali, malaikat mendoakannya selama dia mengucapkon shalawat tersebut. Sekarang bergantung Anda, mau mempersedikit membacanya atau memperbanyak." (HR Ahmad, 15253)

- HADIS NIAGA QS AI-Ahzāb, 33: 55 :

Menjadi Pedagang yang Bertakwa kepada Allah

Dari Rifa'ah, dia berkata, Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya, para pedagang akan dibangkitkan pada hari Kiamat kelak sebagai orang yang banyak melakukan kejahatan, kecuali orang yang bertakwa kepada Allah, berbuat baik, dan berkata jujur." (HR Ibnu Majah, 2146)

- AMAL NIAGA :

1. Apabila Anda telah memutuskan menjadi seorang pengusaha, jadilah pengusaha yang memelihara ketakwaan dengan melakukan aktivitas niaga yang sesuai perintah Allah dan Rasul-Nya serta menjauhi segala kezaliman.
2. Nasihatilah dengan sopan para pedagang dan pelaku bisnis agar menjaga diri dari memakan harta haram.

- Tadabbur Surah Al-Ahzab Ayat 55-62 :

1. Ayat 55 masih meneruskan adab kaum mukmin dengan Rasul saw. dan para istrinya. Tidak  ada dosa atas istri-istri Nabi berjumpa tanpa  hijab dengan bapak-bapak, anak laki-laki, saudara laki-laki, anak laki-laki dari saudara laki-laki, anak laki-laki dari saudara perempuan, perempuan-perempuan beriman dan hamba sahaya mereka. Ini bagian takwa pada Allah. 
2. Ayat 56 menjelasakan, Allah memerintahkan kaum mukmin membacakan salawat kepada Nabi Muhammad saw. sebagaimana Allah dan para malaikat-Nya bersalawat kepada Beliau. 
3. Ayat 57 dan 58 menjelaskan bahwa Allah mengancam orang-orang yang melalaikan perintah-perintah-Nya dan melanggar larangan-larangan-Nya dan menyakiti Rasul-Nya, dengan laknat di dunia dan akhirat (neraka). Dan orang-orang yang menyakiti kaum mukmin dan mukiminah tanpa kesalahan yang mereka lakukan, maka orang-orang tersebut telah melakukan kebohongan dan dosa yang nyata. 
4. Ayat 59 menjelaskan kewajiban menutup aurat bagi istri-istri Rasul saw. anak-anak wanitanya dan wanita-wanita mukminah lainnya. 
5. Ayat 60-62 menjelaskan, Allah memerintahkan Nabi saw. untuk menguasai kaum  munafik, pelaku-pelaku tindak kejahatan dan penebar-penebar berita bohong di Madinah, jika mereka tidak berhenti dan tidak boleh bertetangga dengan mereka. Inilah ketetapan Allah bagi kaum munafik sebagaimana juga  berlaku pada umat terdahulu. 

Selasa, 05 Agustus 2025

Tadabbur Al Quran hal. 425

Tadabbur Al-Quran Hal. 425
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Al Qur'an Indonesia Tajwid.

Al-Ahzab ayat 52

لَا يَحِلُّ لَكَ النِّسَاۤءُ مِنْۢ بَعْدُ وَلَآ اَنْ تَبَدَّلَ بِهِنَّ مِنْ اَزْوَاجٍ وَّلَوْ اَعْجَبَكَ حُسْنُهُنَّ اِلَّا مَا مَلَكَتْ يَمِيْنُكَۗ وَكَانَ اللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ رَّقِيْبًا ࣖ

Tidak halal bagimu (Muhammad) menikahi perempuan-perempuan (lain) setelah itu, dan tidak boleh (pula) mengganti mereka dengan istri-istri (yang lain), meskipun kecantikannya menarik hatimu kecuali perempuan-perempuan (hamba sahaya) yang engkau miliki. Dan Allah Maha Mengawasi segala sesuatu.

Asbabun Nuzul Al-Ahzab ayat 52

Diriwayatkan oleh Sa'id yang bersumber dari 'Ikrimah, bahwa setelah Rasulullah saw. Menyuruh istrinya memilih antara dunia dan segala kemewahanya dengan Allah dan Rasul-Nya, terbuktilah istri-istrinya memilih Allah dan Rasul-Nya.

Tafsir Al Muyassar Al-Ahzab ayat 52

Tidak halal bagimu menikahi wanita lain setelah para istrimu Ummahatul Mukminin, tidak halal juga bagimu untuk mentalak mereka dan menikah dengan selain mereka sebagai penganti mereka. (Hal ini sebagai penghargaan kepada Ummahatul Mukminin dan ungkapan terima kasih atas kebaikan mereka selama ini yang memilih Allah, Rasul-Nya dan alam akhirat), sekalipun kamu mengagumi kecantikan wanita lain tersebut, kecuali hamba-hamba sahaya wanita, mereka halal bagimu. Allah Maha Mengawasi segala sesuatu, tidak ada sesuatu pun yang samar bagi-Nya.

Hadis Motivasi QS 33: 53

Dari Abu Hurairah dari Rasulullah. beliau bersabda: "Perempuan itu dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya. dan karena agamanya. Maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung." (HR Bukhari. 4802)

HADIS NIAGA QS AI-Ahzāb, 33: 53

Malu ketika Berbuat Maksiat kepada Allah

Dari Abdulah bin Umar dia mengatakan bahwa Nabi pernah melewati seorang laki-laki yang tengah mencela saudaranya karena pemalu. Laki- laki itu berkata, "Sesungguhnya, kamu selalu malu hingga hal itu akan membahayakanmu." Rasulullah kemudian bersabda: "Biarkanlah dia karena sesungguhnya sifat malu itu bagian dari iman." (HR Bukhari, 24, 6118; Muslim, 36)

AMAL NIAGA

1. Milikilah rasa malu karena malu merupakan kesempurnaan iman. Seorang pemalu enggan berbuat maksiat. Rasa malu itu akan mendorongnya untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah .
2. Peliharalah rasa malu dalam diri karena malu merupakan fitrah setiap manusia. Dia akan berkembang dan bertambah baik jika Anda memegang teguh adab-adab dalam syariat. menerangkan bahwa malu bisa diperoleh dari mengenal Allah, mengenal keagungan Allah, dan merasa bahwa Allah dekat dengannya. 
3. lbnu Rajab menerangkan bahwa malu bisa diperoleh dari mengenal Allah, mengenal keagungan Allah, dan merasa bahwa Allah dekat dengannya.

Tadabbur Surah Al-Ahzab Ayat 51-54

1. Ayat 51 dan 52 masih meneruskan hukum pada ayat-ayat sebelumnya terkait Nabi Muhammad saw. dan kaum mukmin. Allah bebaskan Nabi saw. memilih wanita yang datang untuk dinikahi dan dibebaskan juga menggilir malam para istrinya. Namun demikian, Nabi saw. tetap menerapkan sistem giliran malam tersebut agar hati para istri Beliau tenteram, tidak bersedih dan ridha. Setelah ayat ini turun, Rasul saw. dilarang untuk menikah lagi, atau mengganti istrinya dengan istri yang lain kendati kecantikannya mengagumkan Beliau, kecuali hamba sahaya masih dibolehkan. 
2. Ayat 53 dan 54 menjelaskan adab kaum  mukmin terhadap Rasul saw. Di antaranya, tidak boleh masuk ke rumah Rasul saw. kecuali setelah diizinkan dan tidak boleh menunggu makanan sampai matang. Kalau diundang makan, segera bubar setelah makan dan tidak  boleh mengobrol panjang, karena mengganggu dan membuat Nabi malu. Bila meminta keperluan kepada istri-istrinya maka mintalah  dari belakang hijab dan tidak boleh menikahi  mereka karena kedudukan mereka adalah ibu  bagi kaum mukmin. Allah Mengetahui apapun  yang kita tampakkan atau sembunyikan. 

Senin, 04 Agustus 2025

Apakah Orang Kafir Akan Ditanya Di Alam Kubur?

Alam Kubur (10)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Apakah Orang Kafir Akan Ditanya Di Alam Kubur?

Terdapat dalil bahwa semua mayit akan mengalami fitnah (ujian) kubur, yaitu mendapatkan pertanyaan dari malaikat di alam kubur. Apakah pertanyaan malaikat ini khusus hanya untuk setiap orang yang beriman atau juga dialami oleh orang kafir?

By Muhammad Saifudin Hakim 25 December 2014

Terdapat dalil bahwa semua mayit akan mengalami fitnah (ujian) kubur, yaitu mendapatkan pertanyaan dari malaikat di alam kubur. Apakah pertanyaan malaikat ini khusus hanya untuk setiap orang yang beriman atau juga dialami oleh orang kafir? Para ulama berbeda pendapat dalam masalah ini dan terbagi dalam dua pendapat.

Pendapat pertama, orang kafir tidak ditanya di alam kubur. Ini adalah pendapat ‘Ubaid bin ‘Umair (ulama terkemuka dari kalangan tabi’in) dan juga pendapat Ibnu Abdil Barr rahimahumullah.

‘Ubaid bin ‘Umair berkata,”Yang mendapatkan pertanyaan kubur hanya dua orang, yaitu orang mukmin dan orang munafik. Adapun orang kafir, maka mereka tidak ditanya tentang Muhammad dan mereka juga tidak mengenalnya” (Fathul Baari, 3/238).

Ibnu Abdil Barr rahimahullah berkata, “Hadis-hadis dalam masalah ini (fitnah kubur) hanyalah menunjukkan bahwa fitnah kubur tidaklah dialami kecuali hanya bagi orang beriman dan orang munafik yang ketika di dunia menisbatkan (mengaku) dirinya sebagai orang Islam yang terjaga darahnya karena mengucapkan dua kalimat syahadat. Adapun orang kafir yang ingkar, maka tidaklah termasuk orang-orang yang ditanya tentang Rabb-nya, agamanya, dan Nabi-nya. Yang ditanya tentang hal itu hanyalah orang muslim saja” (At-Tamhid, 22/251).

Pendapat ini dapat dibantah dengan mengatakan bahwa justru orang kafir itu lebih layak untuk ditanya daripada selain mereka. Allah Ta’ala memberitakan bahwa orang kafir akan ditanya pada hari kiamat,
فَلَنَسْأَلَنَّ الَّذِينَ أُرْسِلَ إِلَيْهِمْ وَلَنَسْأَلَنَّ الْمُرْسَلِين
َ
“Maka sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat yang telah diutus rasul-rasul kepada mereka dan sesungguhnya Kami akan menanyai (pula) rasul-rasul (Kami)” (QS. Al-A’raf [7]: 6).

Jika mereka ditanya di hari kiamat, bagaimana mungkin mereka tidak ditanya di kubur mereka?

Pendapat ke dua, orang kafir akan ditanya di kubur mereka. Pendapat ini dipilih oleh Abu Abdillah Al-Qurthubi (dalam kitab At-Tadzkirah bi Ahwalil Mauta wa Umuuril Akhiroh, 1/415), Ibnul Qayyim (dalam kitab Ar-Ruh, hal. 228), dan Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahumullah (dalam kitab Fathul Baari, 3/238). Mereka berdalil dengan keumuman dalil yang menunjukkan adanya pertanyaan (fitnah) kubur bagi mayit.

Pendapat yang lebih tepat (rajih) adalah pendapat kedua, bahwa orang kafir akan ditanya di alam kubur mereka. Hal ini karena beberapa alasan berikut ini:

Alasan pertama, yaitu keumuman dalil yang menunjukkan bahwa mayit akan ditanya di alam kubur dan tidak dibedakan apakah mayit tersebut muslim atau orang kafir.

Alasan ke dua, yaitu hadits yang terdapat dalam Shahih Bukhari dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ العَبْدَ إِذَا وُضِعَ فِي قَبْرِهِ وَتَوَلَّى عَنْهُ أَصْحَابُهُ، وَإِنَّهُ لَيَسْمَعُ قَرْعَ نِعَالِهِمْ، أَتَاهُ مَلَكَانِ فَيُقْعِدَانِهِ، فَيَقُولاَنِ: مَا كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ لِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَمَّا المُؤْمِنُ، فَيَقُولُ: أَشْهَدُ أَنَّهُ عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، فَيُقَالُ لَهُ: انْظُرْ إِلَى مَقْعَدِكَ مِنَ النَّارِ قَدْ أَبْدَلَكَ اللَّهُ بِهِ مَقْعَدًا مِنَ الجَنَّةِ، فَيَرَاهُمَا جَمِيعًا، قَالَ: وَأَمَّا المُنَافِقُ وَالكَافِرُ فَيُقَالُ لَهُ: مَا كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ؟ فَيَقُولُ: لاَ أَدْرِي كُنْتُ أَقُولُ مَا يَقُولُ النَّاسُ، فَيُقَالُ: لاَ دَرَيْتَ وَلاَ تَلَيْتَ، وَيُضْرَبُ بِمَطَارِقَ مِنْ حَدِيدٍ ضَرْبَةً، فَيَصِيحُ صَيْحَةً يَسْمَعُهَا مَنْ يَلِيهِ غَيْرَ الثَّقَلَيْنِ
“Sesungguhnya seorang hamba jika telah dimakamkan di kuburnya, dan sahabat-sahabatnya (yang mengiring jenazahnya) telah pulang, maka sungguh dia akan mendengar suara langkah sandal mereka. Kemudian dua orang malaikat mendatanginya dan mendudukkannya. Dua orang malaikat tersebut berkata kepadanya,

‘Apa yang dulu Engkau katakan tentang orang ini –yaitu Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam-?’

Adapun orang beriman, maka dia akan menjawab, ’Aku bersaksi bahwa dia (Muhammad) adalah hamba dan utusan-Nya.’

Maka dikatakan kepadanya, ‘Lihatlah tempat dudukmu di neraka. Sungguh Allah telah menggantinya dengan tempat duduk di surga.’ Maka dia melihat dua-duanya sekaligus.

Adapun orang munafik dan orang kafir, maka ditanyakan kepada mereka, ‘Apa yang dulu Engkau katakan tentang orang ini –yaitu Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam-?’

Maka mereka berkata, ‘Aku tidak tahu. Aku dulu mengatakan apa yang dikatakan oleh kebanyakan manusia.’

Malaikat berkata, ‘Engkau tidak tahu dan Engkau tidak mengikuti.’ Malaikat kemudian memukulnya dengan palu dari besi, dia pun berteriak sampai-sampai didengar oleh makhluk yang berada di atasnya, selain jin dan manusia” (HR. Bukhari no. 1374).

Hadits ini tegas menunjukkan bahwa orang kafir akan ditanya di kubur mereka. Maka jelaslah bahwa pendapat yang benar adalah bahwa orang kafir akan ditanya di alam kuburnya dan orang kafir justru lebih layak ditanya daripada orang beriman. Jika telah pasti bahwa orang kafir akan ditanya pada hari kiamat, maka tidak ada penghalang bagi mereka untuk juga ditanya di alam kuburnya. [1]

Syaikh Dr. Shalih Al-Fauzan hafizahullah berkata, “Para ulama berbeda pendapat apakah pertanyaan di alam kubur bersifat umum, yaitu bagi kaum muslimin, orang munafik, dan orang kafir atau hanya khusus bagi orang muslim dan orang munafik? Ada yang berpendapat, (fitnah kubur) hanya khusus bagi muslim dan munafik dan bukan untuk orang kafir. Ada juga yang berpendapat bahwa fitnah kubur bersifat umum bagi orang kafir dan orang muslim. Pendapat inilah yang ditunjukkan oleh dalil dari Al-Kitab dan As-Sunnah, dan mengecualikan orang kafir dari fitnah kubur adalah (pendapat yang) tidak berdasar.” [2]

Wallahu a’lam.

Catatan kaki:

[1] Disarikan dari Al-Imaan bimaa Ba’dal Maut: Masaail wa Dalaail, karya Ahmad bin Muhammad bin Shadiq An-Najar, Daar An-Nashihah, cetakan pertama, tahun 1434, hal. 43-46.

[2] Dikutip dari Al-Irsyad ila Shahihil I’tiqod, karya Syaikh Dr. Shalih Al-Fauzan hafidzahullah, tahqiq: Abu Hafz Al-Atsary, Maktabah Salsabila, cetakan pertama, hal. 220.

Rabu, 30 Juli 2025

Pentingnya Menyelisihi Jalan Orang-orang Kafir

One Day One Hadits (328)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Pentingnya Menyelisihi Jalan Orang-orang Kafir

عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ كاَنَ قَبْلَكُمْ شِبْراً بِشِبْرٍ وذِرَاعاً بِذِرَاعٍ, حَتَّى لَوْ سَلَكُوْا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوْهُ. قُلْنَا: يَارَسُوْلَ اللهِ, الْيَهُوْدَ وَالنَّصَارَى ؟ قَالَ: فَمَنْ» ؟ . رواه البخاري

Dari Abu Sa’id (al-Khudry) bahwasanya Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh kalian akan mengikuti sunnah (cara/metode) orang-orang sebelum kamu, sejengkal-demi sejengkal, sehasta demi sehasta, hingga andaikata mereka menelusuri lubang masuk ‘Dlobb’ (binatang khusus padang sahara, sejenis biawak-red), niscaya kalian akan menelusurinya pula”.
[Kami (para shahabat) berkata: “Wahai Rasulullah! (mereka itu) orang-orang Yahudi dan Nashrani?”. Beliau bersabda: “Siapa lagi (kalau bukan mereka-red)”. {H.R.al-Bukhary)

Pelajaran yang terdapat di dalam hadits:

1. Makna hadits diatas adalah bahwa Rasulullah telah mensyinyalir melalui nubu-at (tanda-tanda kenabian)-nya, bahwa kelak di akhir zaman, ada diantara umatnya yang mengikuti gaya hidup orang-orang sebelum mereka, yaitu orang-orang Yahudi dan Nashrani.

2. Beliau menegaskan bahwa di dalam mengikuti dan meniru-niru gaya hidup mereka tersebut, umatnya melakukannya secara bertahap dari mulai sejengkal, sehasta dan seterusnya.

3. Ketika Rasulullah menyinggung tentang orang-orang sebelum mereka, para shahabat seakan tahu siapa mereka itu, yaitu orang-orang Yahudi dan Nashrani, tetapi masih ragu dan ingin mendapatkan penegasan dari Rasullah.
Namun Rasulullah menjawabnya dengan gaya bahasa bertanya pula sebagai penegasannya: “Kalau bukan mereka, siapa lagi?”.

4. Hadits tersebut dimulai dengan tiga kata penegas; yaitu al-Qasam al-Muqaddar (Bentuk sumpah yang abstrak), al-Lâm serta an-Nûn. Semuanya di dalam tata bahasa Arab adalah merupakan bentuk penegasan dimana seharusnya kalimat aslinya berbunyi ‘Demi Allah, Sungguh kamu akan mengikuti…’.

5. Bahwa ada diantara cara-cara hidup (sunnah/metode) orang-orang terdahulu yang tidak menyebabkan pelakunya keluar dari dien ini tapi dosa besar seperti memakan riba, dengki, prostitusi dan dusta. Sebagian lagi ada yang mengeluarkan pelakunya dari dien ini seperti menyembah berhala.
Pelakunya bisa rusak aqidahnya seperti, mengucapkan selamat na tal, natalan bersama, merayakan tahun baru masehi dll.

6. Hadits tersebut dimaksudkan untuk mengingatkan umat ini akan perihal tersebut sehingga mereka berhati-hati. Jadi, maknanya bukan menetapkan (iqrar) bahwa hal itu disetujui akan terjadinya sehingga membuat orang yang lemah imannya beralasan dengan hadits ini ketika akan melakukan perbuatan maksiat bahwa apa yang dilakukannya semata karena telah ditetapkan oleh Rasulullah sendiri. Sungguh ini merupakan ucapan dusta yang nyata terhadap beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam.

7. Semua perbuatan maksiat yang terjadi saat ini mesti ada asal-usulnya pada umat-umat terdahulu akan tetapi orang yang diberi taufiq oleh Allah untuk mendapatkan hidayah, maka dia akan mendapatkan hidayah tersebut.

8. Ucapan Rasulullah ‘lubang masuk/rumah dlobb’ karena lubang dlobb merupakan lubang binatang yang paling kecil dan perumpamaan ini hanya dimaksudkan sebagai al-Mubâlaghah (berlebih-lebihan). Artinya, bahwa umat ini benar-benar akan mengikuti mereka hingga bila diajak masuk ke lubang yang paling kecil sekalipun.Tentunya, bila diajak untuk memasuki lubang/rumah singa yang lebih besar, lebih pasti lagi mereka akan mengikutinya.

9. Imam an-Nawawy –rahimahullah- menegaskan: “Ini merupakan mu’jizat yang nyata sekali dari Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam dan apa yang beliau beritakan telah benar-benar terjadi”.

Tema hadist yang berkaitan dengan Al Qur'an:

1. Bahwa perbuatan maksiat yang terjadi pada umat ini memiliki akar dan asal-usul pada umat-umat masa lampau. Demikian pula, bahwa tidaklah ada perbuatan yang dilakukan oleh umat-umat masa lampau melainkan akan ada pewarisnya pada umat ini.

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنزلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ قَالُوا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا

Apabila dikatakan kepada mereka, "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul, " mereka menjawab, "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya.” (Al-Maidah: 104)

2. Alloh –ta’ala- telah mengabarkan tentang pentingnya ketegaran di atas jalan-Nya yang lurus

فَاسْتَمْسِكْ بِالَّذِي أُوحِيَ إِلَيْكَ إِنَّكَ عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ . وَإِنَّهُ لَذِكْرٌ لَكَ وَلِقَوْمِكَ وَسَوْفَ تُسْأَلُونَ [الزخرف/43، 44]

“Maka berpegang teguhlah kamu kepada agama yang telah diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus. Sesungguhnya Al-Quran itu benar-benar adalah suatu kemuliaan besar bagimu dan bagi kaummu dan kelak kamu akan diminta pertanggungan jawab.” (QS. Az-Zukhruf: 43-44)

Minggu, 27 Juli 2025

Tadabbur Al Quran Hal. 424

Tadabbur Al-Quran Hal. 424
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.
- Al-Ahzab ayat 47 :

وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِيْنَ بِاَنَّ لَهُمْ مِّنَ اللّٰهِ فَضْلًا كَبِيْرًا

Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang mukmin bahwa sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari Allah.

- Asbabun Nuzul Al-Ahzab ayat 47 :

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari 'Ikrimah dan Hasan Al-Bishri, bahwa ketika turun ayat "Liyaghfira lakallahu ma taqaddama min dzambika wa ma taakhkhara" (surat Al-Fath: 2), berkata kaum mukminin: "Beruntunglah tuan ya Rasulullah, kami telah tahu apa yang akan Allah perbuat terhadap tuan, tapi apa yang akan Allah lakukan terhadap kami?". Maka Allah menurunkan "Liyudkhilal mu'minima wal mu'minati jannatin" sampai akhir surat (Surat Al-Fath: 5) dan ayat tersebut (Surat Al-Ahzab: 47) yang menjanjikan surga bagi kaum Mukminin.

Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam kitab dalailun nubuwwah yang bersumber dari Ar-Rabi' bin Anas, bahwa ketika turun ayat "Wama adri ma yaf'alu bi wala bikum" (Surat Al-Ahqaf: 9) dan "liyaghfira lakallahu ma taqaddama min dzambika wa ma taakhkhara" (surat Al-Fath: 2) para sahabat berkata: "Ya Rasulullah, kami telah mengeteahui apa yang akan diperbuat Allah terhadap tuan, tapi kami tidak tahu apa yang akan Allah perbuat terhadap kami". Maka turunlah ayat ini (surat Al-Ahzab: 47) yang menegaskan bahwa karunia yang besar disediakan bagi kaum Mukminin. Ditegaskan dengan karunia yang besar itu adalah surga.

- Tafsir Al Muyassar Al-Ahzab ayat 47 :

Sampaikan berita gembira (wahai Nabi) kepada orang-orang yang beriman bahwa mereka mendapatkan pahala yang besar dari Allah, yaitu kebun-kebun di surga.

- Riyāduş Şālihin :

Penyusun Kitab Riyād Al-Sālihin (Imam An-Nawawi) berkata, "Bab tentang perintah memelihara sunnah dan adab-adabnya." Yang dimaksud dengan Sunnah di sini ialah Sunnah Rasulullah Saw.. yaitu aturan yang ditempuh oleh beliau, baik dalam urusan ibadah, akhlak, maupun muamalah beliau, yang meliputi sabda, perbuatan, dan taqrir (persetujuan) beliau terhadap ucapan atau tindakan sahabat beliau. Dalam bab ini penyusun Kitab itu menyebutkan beberapa firman Allah Swt. antara lain, firman-Nya, Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah. (QS Al-Ahzāb, 33: 21). Dari ayat ini para ulama mengambil dalil bahwa perbuatan Nabi Saw. itu menjadi hujjah agama yang pantas untuk diteladani kecuali terdapat dalil sebagai kekhususan bagi beliau. Seperti firman-Nya, Wahai Nabi! Sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu istri-istrimu yang telah engkau berikan maskawinnya dan hamba sahaya yang engkau miliki, termasuk apa yang engkau peroleh dalam peperangan yang dikaruniakan Allah untukmu, dan (demikian pula) anak-anak perempuan dari saudara laki-laki bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara perempuan bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara laki-laki ibumu dan anak-anak perempuan dari saudara perempuan ibumu yang turut hijrah bersamamu, dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi ingin menikahinya, sebagai kekhususan bagimu, bukan untuk semua orang mukmin... (QS Al-Ahzāb, 33: 50), maka yang dinyatakan khusus bagi beliau berarti hanya berlaku untuk beliau semata. (Muhammad bin sālih Al-Usaimin, Syarhu Riyādis Sālihina, Juz 1, t.t.:177).

- Hadiš Nabawi :

Dari Anas Ra. sesungguhnya Nabi Saw. pernah menggilir para istrinya dalam satu malam, sementara saat itu beliau memiliki sembilan orang istri." (HR A-Bukhāri, Shahihu7 Bukhāri, Juz 3, No. Hadis 5068, 1422 H: 355).

- Hadiš Qudsi :

Dari Abu Said Al-Khudriy, dari Nabi Saw., beliau bersabda, "blis berkata, Wahai Rabb, aku akan senantiasa menggelincirkan anak cucu Adam selama ruh mereka masih ada didalam jasad-jasad mereka. Kemudian beliau bersabda, "Maka Allah Swt. berfirman, "Aku akan tetap mengampuni mereka selama mereka meminta ampun kepada-Ku." (HR Ahmad). (1sāmuddin As-Sabābati, Jāmiul Ahādisil Qudsiyyati, Juz 2, t.t: 156).

- HADIS NIAGA QS AI-Ahzāb, 33: 45 :

Larangan Membuat Keributan di Pasar

Dari Atha bin Yasar, dia berkata, Aku bertenmu dengan Abdullah bin Amr bin Ash lalu aku berkata, "Kabarkan kepadaku tentang sifat Rasulullah di dalam kitab Taurat." Dia berkata, "Baik. Demi Allah, sungguh beliau telah disebutkan dalam kitab Taurat sebagian sifat beliau seperti yang disebutkan dalam Al-Quran: "Wahai Nabi, sesungguhnya kami mengutus engkau sebagai saksi, pemberi kabar gembira, pemberi peringatan, dan menjaga para ummiyyin (kaum yang tidak bisa baca-tulis). Engkau adalah hamba-Ku dan Rasul-Ku, Aku memberimu nama AI-Mutawakkil, bukan orang yang bersifat kasar dan keras, tidak suka berteriak-teriak di pasar, dan tidak membalas keburukan dengan keburukan, tetapi memaafkan dan mengampuni." Allah tidak akan mematikan beliau hingga beliau meluruskan agama-agama yang bengkok agar umatnya hanya mengucapkan lā iläha illalläh yang dengannya akan membuka mata yang buta, telinga yang tuli, dan hati yang tertutup. (HR Bukhari, 2018)

- Tadabbur Surah Al-Ahzab Ayat 44-50 :

1. Ayat 44 meneruskan pembahasan sebelumnya. Mukmin dan mukminah yang memiliki 10 sifat akan mendapat sambutan dari Allah di akhirat dengan ucapan « Salam» dan surga. 
2. Ayat 45-48 menjelaskan hal-hal terkait Nabi Muhammad saw. Allah mengutus Beliau sebagai saksi, pemberi kabar gembira, kabar takut dan penyeru kepada Allah dengan konsep yang jelas dan terang.  
3. Allah menyuruh Nabi Muhamamd saw. agar memberikan kabar gembira kepada kaum mukmin dan karunia yang amat besar, yakni surga. Dalam menyampaikan dakwah, Allah melarang Rasul saw. untuk mengikuti kemauan kaum kafir dan munafik, tidak mempedulikan gangguan dari mereka dan bertawakkal kepada Allah saja,  karena Allah itu cukup menjadi penolong Rasulullah dan kaum mukmin. 
4. Ayat 49 menjelaskan, jika seorang mukmin menceraikan istrinya sebelum berhubungan badan, maka tidak ada masa ‘iddah bagi mantan istrinya dan ia harus memberinya tunjangan semampunya.
5. Ayat 50 menjelaskan, Allah menghalalkan kepada Nabi Muhammmad saw. istri-istri yang telah dibayar maharnya dan hamba sahaya yang diperoleh dari peperangan. Demikian juga dihalalkan kepada Nabi saw. untuk menikahi  putri-putri bibinya dari ayah dan putri-putri bibi dari ibunya yang hijrah ke Madinah bersama  Beliau, wanita mukminah yang menyerahkan  dirinya untuk dinikahi, jika Nabi saw. mau menikahinya. Hukum ini khusus untuk Nabi Muhammad saw. dan tidak berlaku bagi kaum mukmin lainnya. Allah menjelaskan hukum ini agar Nabi saw. tidak merasa keberatan menjalankannya di tengah kaum mukmin yang telah ditetapkan pula hukumnya untuk mereka. Allah  Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 

Sabtu, 19 Juli 2025

Tadabbur Al Quran Hal. 423

Tadabbur Al-Quran Hal. 423
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.
- Al-Ahzab ayat 37 :

وَاِذْ تَقُوْلُ لِلَّذِيْٓ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِ وَاَنْعَمْتَ عَلَيْهِ اَمْسِكْ عَلَيْكَ زَوْجَكَ وَاتَّقِ اللّٰهَ وَتُخْفِيْ فِيْ نَفْسِكَ مَا اللّٰهُ مُبْدِيْهِ وَتَخْشَى النَّاسَۚ وَاللّٰهُ اَحَقُّ اَنْ تَخْشٰىهُ ۗ فَلَمَّا قَضٰى زَيْدٌ مِّنْهَا وَطَرًاۗ زَوَّجْنٰكَهَا لِكَيْ لَا يَكُوْنَ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ حَرَجٌ فِيْٓ اَزْوَاجِ اَدْعِيَاۤىِٕهِمْ اِذَا قَضَوْا مِنْهُنَّ وَطَرًاۗ وَكَانَ اَمْرُ اللّٰهِ مَفْعُوْلًا

Dan (ingatlah), ketika engkau (Muhammad) berkata kepada orang yang telah diberi nikmat oleh Allah dan engkau (juga) telah memberi nikmat kepadanya, “Pertahankanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah,” sedang engkau menyembunyikan di dalam hatimu apa yang akan dinyatakan oleh Allah, dan engkau takut kepada manusia, padahal Allah lebih berhak engkau takuti. Maka ketika Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami nikahkan engkau dengan dia (Zainab) [682] agar tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (menikahi) istri-istri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya terhadap istrinya. Dan ketetapan Allah itu pasti terjadi.

- [682] Setelah habis masa iddahnya.

- Asbabun Nuzul Al-Ahzab ayat 37 :

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari yang bersumber dari Anas, bahwa ayat ini turun berkenaan dengan peristiwa Zainab binti Jahsyi dan Zaid bin Haritsah. Diriwayatkan oleh Al-Hakim yang bersumber dari Anas, bahwa Zaid bin Haritsah mengadu kepada Nabi Saw. Tentang kelakuan Zainab binti Jahsyi. Bersabdalah Rasulullah Saw. "Tahanlah istrimu". Maka turunlah ayat ini yang mengingatkan Rasulullah akan sesuatu yang tetap dirahasiakan oleh dirinya yang telah diberitahukan oleh Allah.

Diriwayatkan oleh Muslim, Ahmad dan An-Nasai, bahwa ketika telah habis iddah Zainab (setelah dicerai oleh Zaid), bersabdalah Rasulullah Saw. Kepada Zaid: "Pergilah engkau kepada Zainab dan terangkanlah kepadanya bahwa aku akan mengawininya". Berangkatlah Zaid memberitahukan maksud Rasulullah. Zainab pun menjawab: "Aku tidak akan berbuat apa-apa sebelum meminta pertimbangan dari Tuhanku". Ia pergi ke tempat sujudnya. Setelah turun ayat ini, datanglah Rasulullah Saw. Mengawininya tanpa menunggu persetujuannya. Pada waktu itu para sahabat dijamu makan roti dan daging walimah dan berangsur pulang, hanya tinggal beberapa orang saja bercakap-cakap disana. Keluar masuklah Rasulullah kerumah istrinya dan Zaid pun mengikutinya. Beberapa kemudian diberitahukan bahwa semua orang sudah meninggalkan rumah Zainab. Maka pergilah Rasulullah Saw. Dan mendapatkan Zainab diikuti oleh Zaid. Akan tetapi Rasulullah saw. Dihalangi dengan hijab. Turun pula (Q.S. Al-Ahzab ayat 53) berkenaan dengan peristiwa tersebut sebagai larangan kepada kaum muslimin untuk memasuki Rasulullah kecuali dengan izinnya.

- Tafsir Al Muyassar Al-Ahzab ayat 37 :

Tatkala kamu (wahai Nabi) berkata kepada orang yang Allah beri nikmat Islam kepadanya (yaitu Zaid bin Haritsah yang dimerdekakan oleh Nabi dan pernah diangkat sebagai anak oleh beliau) dan kamu memberi nikmat kemerdekaan kepadanya: Biarkan istrimu Zaenab binti Jahsy dalam ikatakan pernikahanmu, dan jangan mentalaknya, dan bertakwalah kepada Allah wahai Zaid. Dan kamu (wahai Nabi) menyembunyikan dalam hatimu apa yang Allah wahyukan kepadamu, yaitu talak Zaid terhadap istrinya dan menikahkanmu dengan mantan istrinya, dan Allah telah menampakkan apa yang kamu sembunyikan. Kamu takut orang-orang munafik akan berkata: Muhammad menikahi mantan istri bekas anak angkatnya sendiri. Padahal Allah jauh lebih patut untuk kamu takuti. Manakala Zaid sudah menunaikan hajatnya darinya dan mentalaknya, kemudian istrinya telah menyelesaikan masa iddahnya, Kami menikahkanmu dengannya secara langsung, agar kamu menjadi teladan dalam membatalkan adat larangan menikah dengan mantan istri bekas anak angkat setelah terjadi talak. Orang-orang mukmin tidak berdosa untuk menikahi wanita-wanita yang sudah ditalak oleh suami-suami mereka, bila suami-suami mereka sudah menunaikan hajat mereka dari mereka, sekalipun suami-suami tersebut adalah mantan anak angkat mereka sendiri. Ketetapan Allah pasti terlaksana tanpa penghalang dan penolak. Pengangkatan anak sendiri adalah adat jahiliyah yang dibatalkan Islam dengan firman Allah: Panggillah mereka dengan nama bapak-bapak mereka.

- Sirah Nabawi :

Pada bulan Safar tahun ke-5 H. (Juni 626 M). Rasulullah Saw. menikahi Zainab binti Jahsy bin Ri'ab Al-Asadiyah. Dia adalah saudara Abdullah bin Jahsy. Ibunya adalah Aminah binti Abdul Mutalib, bibi Rasulullah Saw. Dia termasuk orang yang terdahulu masuk Islam. Rasulullah Saw. menikahinya setelah diceraikan oleh suaminya yang pertama, Zaid bin Harisah Ra. Zaid bin Harišah Ra. adalah maula Khadijah yang diberikan kepada Rasulullah Saw. sebelum beliau diutus menjadi nabi. Saat itu Zaid berusia delapan tahun, lalu beliau memerdekakannya dan mengadopsinya. Waktu itu orang-orang memanggilnya Zaid bin Muhammad. Setelah dewasa, Rasulullah menikahkan Zaid dengan anak bibinya, Zainab binti Jahsy. Ketika Rasulullah Saw. melamarnya untuk Zaid, dia enggan menikah dengannya. Karena itu, Rasulullah Saw. berkata kepadanya, "Menikahlah dengannya." Dia menjawab, "Ya Rasulullah, aku pikir-pikir dulu." Sehabis keduanya berbicara, tiba-tiba Allah menurunkan firmannya, Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia telah tersesat dengan kesesatan yang nyata. (QS A-Ahzāb, 33: 36). Oleh karena itu, Zainab Ra. berkata, "Aku rela dia menikahiku, Ya Rasulullah." Rasulullah berkata, "Baiklah." Lalu Zainab Ra. berkata,"Kalau begitu, aku tidak durhaka kepada Rasulullah Saw. Aku bersedia dia (Zaid) menikahi diriku." Adapun mengapa Zainab Ra. mula-mula mènolak, adalah karena dia beranggapan Zaid Ra. itu tidak Kufu' (sepadan) dengan dirinya, dan dia mengaku dirinya lebih baik nasab maupun pangkatnya daripada Zaid Ra. Dia adalah wanita yang tegas, tapi setelah turunnya ayat ini, dia pun rela menerima Zaid Ra. Sungguhpun demikian, Zaid Ra. akhir-nya mengadukan perihal Zainab Ra. kepada Rasulullah Saw. bahwa dia menyakitinya dan menyombongkan diri terhadapnya, dikarenakan merasa lebih tinggi nasabnya dan tidak sepadan. Akan tetapi beliau berkata kepada Zaid, "Tahanlah istrimu." Maksudnya, jangan ceraikan dia. Namun Zaid Ra. tidak tahan untuk mempertahankan rumah tangganya, maka dia menceraikan istrinya. Ini wajar, karena siapa pun tidak akan sanggup bergaul dengan seorang istri yang sombong dan beranggapan dirinya lebih tinggi daripada suaminya. (Muhammad Rido, Muhammad Saw, 519-520 & lbnul Asir Al-Jazari, Al-Kâmil fit Tārikhi, Jilid 2, 1407 H/1987 M: 69).

- Syamail Muhammadiyah:

Jenis Roti yang dikonsumsi oleh Nabi Saw. dan Keluarganya

Dari Aisyah Ra., ia berkata, "Keluarga Muhammad Saw. tidak pernah kenyang dengan roti gandum (sya ir) dua hari berturut-turut hingga Rasulullah Saw. wafat." Dalam riwayat lain Ibnu Abbas menerangkan bahwa Rasulullah Saw. pernah tidur beberapa malam secara berturut-turut dengan perut kosong dan keluarganya tidak memiliki makan malam, dan roti mereka yang paling banyak adalah roti sya ir." (HR Abu Isa At-Tirmiži, Asy-Syamā ilu'l Muhammadiyyatu, 1427 H/2006 M: 63-64)

- Nasihat & Pelajaran :

1. Allah Swt. tidak memerintahkan Nabi Saw. untuk memberi peringatan kepada manusia tentang peristiwa ini karena dipandang tidak berfaedah, namun Dia mengingatkan Rasulullah Saw., dengan firnman-Nya, .. sedang engkau menyembunyikan di dalam hatimu apa yang akan dinyatakan oleh Allah... agar beliau tetap tenang dalam menyikapinya. 
2. Semua itu bertujuan agar mengambil pelajaran dari sebab-akibat yang ditetapkan Allah untuk membenarkan kehendak-Nya, di samping menetapkan pembatalan adopsi anak dan membantah anggapan batil orang-orang munafik yang telah menyebarkan fitnah dalam masalah pernikahan Rasulullah Saw. dengan Zainab binti Jahsy setelah diceraikan oleh Zaid bin Harišah, dimana mereka mengatakan bahwa, "Nabi Savw. telah menikahi istri anaknya padahal perbuatan demikian itu telah dilarang." Karena itu, kisah ini diakhiri dengan pujian Allah terhadap orang-orang yang beriman dengan firman-Nya, <Dialah yang memberi rahmat kepadamu.. (QS Al-Ahzāb, 33:43) dan dengan perintah untuk berpaling dari orang-orang musyrik dan munafik serta gangguan mereka. (Ibnu Asyur, Tafsirut Tahriri Wat Tanwiri, Juz 21, 1984: 259).

- Hadis Motivasi QS 33: 40 :

Dari Jubair bin Muth'im bahwa Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya, saya adalah Muhammad. saya adalah Ahmad, saya adalah Al-Mahi yang maknanya 'Allah menghapus kekufuran denganku. saya adalah A-Hasyir yang maknanya orang orang akan dikumpulkan mengikuti kakiku', dan saya adalah AL-Aqib yang maknanya tiada nabi sesudahku'." (HR Muslim, 2354)

- HADIS NIAGA QS AI-Ahzāb, 33: 42 :

Keberkahan Waktu Pagi bagi Pedagang

Rasulullah bersabda: "Ya Alah, Dari Sakhr Al-Ghamidi, dia berkata, berkahilah umatku pada waktu paginya." Jika Rasulullah hendak mengutus pasukan atau tentara, beliau melakukannya pada pagi hari. Sakhr adalah seorang pedagang yang menjajakan dagangannya pada pagi hari sehingga dia menjadi kaya raya. (HR Abu Dawud, 2606)

- AMAL NIAGA :

"Ya Allah, nikmat apa pun yang ada padaku pada waktu pagi hari atau yang ada pada setiap makhluk-Mu, semuanya hanya dari-Mu semata, tiada sekutu bagi-Mu. Bagi-Mu segala puji dan segəla syukur." Keluarlah sejak pagi hari untuk melakukan aktivitas agama dan dunia Anda. Berusahalah melakukannya dengan kesungguhan hati. Kemudian, perhatikanlah perbedaan hasilnya.

- Tadabbur Surah Al-Ahzab Ayat 36-43 :

1. Ayat 36 menjelaskan mukmin dan mukminah wajib taat kepada Allah dan Rasul saw. dan tidak boleh ada pilihan lain dari diri mereka.  Yang tidak mau taat, berarti durhaka. Siapa yang durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya maka ia telah sesat dengan kesesatan yang nyata.  
2. Ayat 37-40 mejelaskan, Allah melarang Nabi Muhammad saw. takut kepada manusia dalam menyampaikan risalah (misi) Allah dan tidak boleh menyembunyikan wahyu. Allah menegur Rasul saw. ketika menyuruh Zaid bin Haritsah agar tetap mempertahankan Zainab binti Jahsyin sebagai isterinya, padahal Allah sudah memberi tahu sebelumnya akan menikahkan Beliau dengan Zainab setelah bercerai dengan Zaid. Dari kasus Zaid dan Zainab itu, Allah juga menghendaki pembatalan tradisi jahiliyah yang menyamakan anak angkat dengan anak kandung. Nabi saw. juga tidak boleh merasa  berat atas semua yang ditetapkan Allah padanya sebagaimana yang ditetapkan kepada para Nabi sebelumnya. Muhammad itu adalah  Rasulullah dan penutup para Nabi.  
3. Ayat 41 dan 43 menjelaskan Allah memerintahkan kaum mukmin untuk berzikir pada-Nya dengan banyak dan bertasbih pada-Nya waktu pagi dan sore hari. Allah memberi rahmat kepada kaum mukmin dan malaikatnya mendoakan agar kaum mukminin keluar dari kegelapan jahiliyah kepada cahaya Islam. Allah Maha Penyayang kepada kaum mukmin.