بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Rabu, 18 September 2024

60 tahun batas udzur dari Allah

Tematik (217)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
 
60 tahun batas udzur dari Allah

Ibarat kapal yang sedang menyusuri samudera, seorang manusia tidak selamanya akan berhadapan dengan kehidupan yang tenang. Terkadang dia akan diberi kenikmatan, terkadang diberi cobaan, bahkan terkadang terjatuh ke dalam maksiat. Orang yang beriman akan menyikapi perjalanan hidupnya tersebut dengan sebaik-baik sikap. Dia akan bersyukur ketika diberi nikmat, akan bersabar ketika diberi cobaan, dan akan bertaubat ketika terjatuh ke dalam maksiat.

Di sisi lain, ada orang yang pada berbagai keadaan tersebut tidak bisa bersikap seperti itu, bahkan tidak bisa mengambil sedikit pun pelajaran dari itu semua. Ketika Allah memberinya kesempitan, dia berkeluh kesah, dan menyalahkan takdir. Ketika Allah memberinya kenikmatan melebihi orang pada umumnya, dia masih merasa kurang, masih tamak dengan yang belum dia miliki. Keadaan sempit, keadaan lapang, tak ada yang bisa membuatnya kembali kepada Allah.

Namun Allah betul-betul Maha Baik dan Maha Pemurah, yang selalu memberi maaf dan udzur kepada para hamba-Nya. Allah masih memberi kesempatan kedua, ketiga, dan seterusnya agar bisa kembali kepada Allah.

Hanya saja tidak selamanya Allah akan memberi udzur, setelah usia seseorang mencapai angka 60 tahun, maka tidak ada argumen lagi baginya untuk tidak beriman atau enggan beramal. Selama bertahun-tahun dia telah mengetahui ayat-ayat Allah, sering mendengarkan hadits-hadits Nabi, sering diberi peringatan dalam hidupnya, maka tidak ada lagi alasan baginya ketika bertemu dengan Allah kelak.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَعْذَرَ اللَّهُ إِلَى امْرِئٍ أَخَّرَ أَجَلَهُ حَتَّى بَلَّغَهُ سِتِّينَ سَنَةً

“Allah memberi udzur kepada seseorang yang Dia akhirkan ajalnya, hingga sampai usia 60 tahun.” (HR. Bukhari, no. 6419)

Maknanya, Allah masih memberikan udzur kepada seseorang di bawah 60 tahun jika ia masih tertipu dengan dunia, tamak dengan harta. Tetapi ketika ia mencapai 60 tahun maka Allah tidak memberikannya udzur lagi. Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan,

وَالْمَعْنَى أَنَّهُ لَمْ يَبْقَ لَهُ اعْتِذَارٌ كَأَنْ يَقُولَ لَوْ مُدَّ لِي فِي الْأَجَلِ لَفَعَلْتُ مَا أُمِرْتُ بِهِ ….

Makna hadis di atas adalah bahwa udzur dan alasan sudah tidak ada lagi, seperti mengatakan, “Andai usiaku dipanjangkan, aku akan melakukan apa yang diperintahkan kepadaku.” (Fathul Bari, 11/240)

Ketika seseorang terus menerus terjatuh dalam kubangan maksiat, lama kelamaan hati itu akan menghitam. Shalat sering ditinggalkan, aurat terus diumbar, syariat Islam banyak diluputkan, saudara muslim selalu menjadi incaran ghibah, bahkan jimat dan penglaris juga menghiasi dirinya demi mendapatkan dunia. Dia tidak sadar, setiap hari, setiap detik, noktah-noktah hitam akan dititikkan pada hatinya. Itulah Ar-Raan yang disebutkan Allah di dalam Al-Quran,

كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (QS. Al-Muthaffifin: 14)

Waspadalah jika dia terus hidup dalam kebiasaan buruk tersebut, bahkan hingga mencapai 60 tahun. Hendaknya dia benar-benar berhati-hati akan keadaan hatinya, dikhawatirkan hati itu terlanjur tertutup karena noktah hitam yang tidak henti-hentinya dititikkan, sedangkan Allah sudah tidak memberikan udzur yang banyak lagi kepadanya. Maka saat itulah kebenaran dan hidayah akan sulit untuk merasuk ke dalam hatinya.

Sabtu, 07 September 2024

Tentang Shalat Istikharah

One Day One Hadits (317)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Tentang Shalat Istikharah

 عن جابر رضي الله عَنْهُمَا قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَلِّمُنَا الِاسْتِخَارَةَ فِي الْأُمُورِ كُلِّهَا كَمَا يُعَلِّمُنَا السُّورَةَ مِنْ الْقُرْآنِ يَقُولُ إِذَا هَمَّ أَحَدُكُمْ بِالْأَمْرِ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ الْفَرِيضَةِ ثُمَّ لِيَقُلْ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلَا أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلَا أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ خَيْرٌ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي أَوْ قَالَ عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ فَاقْدُرْهُ لِي وَيَسِّرْهُ لِي ثُمَّ بَارِكْ لِي فِيهِ وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ شَرٌّ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي أَوْ قَالَ فِي عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ فَاصْرِفْهُ عَنِّي وَاصْرِفْنِي عَنْهُ وَاقْدُرْ لِي الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِي قَالَ وَيُسَمِّي حَاجَتَهُ

 Dari Jabir Bin Abdullah radhiyallahu ‘anhuma berkata:
“Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengajari kami Istikharah dalam memutuskan segala sesuatu, (sebagaimana mengajari kami) surat dalam Alquran, beliau bersabda :
Apabila salah seorang diantara kalian hendak melakukan sesuatu (yang membingungkan), maka lakukanlah shalat (sunnah) dua roka’at -selain sholat wajib-, kemudian bacalah :
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pilihan yang tepat kepada-Mu dengan ilmu-Mu dan aku memohon kekuatan kepada-Mu (untuk memutuskan urusanku dan mengatasinya) dengan Kemahakuasaan-Mu. Aku memohon kepada-Mu kebaikan dari karunia-Mu yang agung, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa, sedang aku tidak kuasa, Engkau Maha Mengetahui, sedang aku tidak mengetahui dan hanya Engkau-lah Yang Maha Mengetahui hal yang ghaib. Ya Allah, apabila (menurut pengetahuan-Mu) Engkau mengetahui bahwa urusan ini (hendaknya disebutkan urusannya) lebih baik bagiku dalam urusan agamaku, penghidupanku, dan akibatnya bagi akheratku atau -Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: …..duniaku dan akhiratku-, maka takdirkanlah untukku, mudahkanlah jalannya, kemudian berilah berkah untukku. Akan tetapi apabila (menurut pengetahuan-Mu) Engkau mengetahui urusan ini berdampak buruk bagiku dalam urusan agamaku, penghidupanku, dan akibatnya bagi akheratku, atau -Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:….duniaku atau akhiratku-, maka jauhkan urusan tersebut dariku, dan jauhkan aku darinya, takdirkan kebaikan untukku dimana saja kebaikan itu berada, kemudian jadikanlah aku ridho dengan takdir tersebut.”
Ia (Jabir atau perowi selainnya) berkata:
Dan orang tersebut menyebutkan urusannya.”
(HR. Al-Bukhari no.1162,6382 dan 7390)

Pelajaran yang terdapat di dalam hadist :

1. Istikharah adalah bentuk istif’al dari khair atau khiyarah, sedangkan maksud beristikharah kepada Allah adalah meminta suatu pilihan kepada-Nya yaitu : meminta pilihan yang terbaik dari dua perkara untuk orang yang membutuhkan salah satu dari kedua perkara tersebut.

2. Istikharah adalah sebuah ibadah yang disyari’atkan bagi orang yang hendak melakukan sesuatu atau meninggalkannya, namun ia masih bingung dalam menentukan diantara dua pilihan sikap tersebut.

3. Sebagaimana dalam hadits di atas, istikharah bisa dilakukan dengan melakukan shalat sunnah Istikharah dua raka’at, dan berdoa Itikharah setelahnya.

4. Ulama menjelaskan bahwa istikharah dengan sholat dan do'a  inilah yang paling baik (afdhol), akan tetapi jika terdapat halangan (haid, dll), atau dalam masalah yang perlu disegerakan, kemudian seseorang beristikharah tanpa shalat, maka yang seperti ini tidak mengapa.

5. Tidak seperti persangkaan sebagian orang bahwa jawaban shalat istikharah dikirim Allah dalam bentuk mimpi, sesungguhnya hasil istikharah adalah kemantapan hati. Yaitu, hati kita lebih condong ke pilihan mana yang terasa lebih baik untuk kita. Hati kita mantap memilih apa, itulah hasil istikharah kita.

6. Salat  istikhoroh ini dapat membantu dalam meringankan rasa keragu-raguan yang ada dalam diri seseorang dan meminta petunjuk kepada Allah SWT dan dipercaya dapat memberi tahu, baik itu hal yang baik ataupun buruk kepada seseorang yang dengan tulus melaksanakan shalat Istikharah.

Tema hadist yang berkaitan dengan al quran :

1. Manusia, makhluk yang lemah dan sangat butuh pertolongan Allah dalam setiap urusannya. Setinggi apapun ilmu yang dimiliki, diperlukan campur tangan Allah dalam menentukan pilihan.
Seorang muslim sangat yakin dan tidak ada keraguan sedikitpun bahwa yang mengatur segala urusan adalah Allah Ta’ala. Dialah yang menakdirkan dan menentukan segala sesuatu sesuai yang Dia kehendaki pada hamba-Nya. Allah Ta’ala berfirman:

وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ مَا كَانَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ سُبْحَانَ اللَّهِ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ, وَرَبُّكَ يَعْلَمُ مَا تُكِنُّ صُدُورُهُمْ وَمَا يُعْلِنُونَ, وَهُوَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ لَهُ الْحَمْدُ فِي الأولَى وَالآخِرَةِ وَلَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ 

"Dan Rabbmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia). Dan Tuhanmu mengetahui apa yang disembunyikan (dalam) dada mereka dan apa yang mereka nyatakan. Dan Dialah Allah, tidak ada Rabb (yang berhak disembah) melainkan Dia, bagi-Nyalah segala puji di dunia dan di akhirat, dan bagi-Nyalah segala penentuan dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan." (QS. al-Qashash: 68-70).

2. Allah SWT memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya agar senantiasa memohon pertolongan kepada-Nya agar diberikan petunjuk untuk memperoleh kebaikan bagi kehidupannya dan terhindar dari keburukan.
Cara yang terbaik dalam memohon pertolongan kepada Allah SWT adalah melalui shalat, sebagaimana hal ini difirmankan Allah SWT di dalam al-Qur’an yang berbunyi:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ , وَلا تَقُولُوا لِمَنْ يُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتٌ بَلْ أَحْيَاءٌ وَلَكِنْ لَا تَشْعُرُونَ 

"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS al-Baqarah: 153).

Senin, 02 September 2024

Tadabbur Al Quran Hal. 393

Tadabbur Al-Quran Hal. 393
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Al-Qasas ayat 61 :

اَفَمَنْ وَّعَدْنٰهُ وَعْدًا حَسَنًا فَهُوَ لَاقِيْهِ كَمَنْ مَّتَّعْنٰهُ مَتَاعَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ثُمَّ هُوَ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ مِنَ الْمُحْضَرِيْنَ

Maka apakah sama orang yang Kami janjikan kepadanya suatu janji yang baik (surga) lalu dia memperolehnya, dengan orang yang Kami berikan kepadanya kesenangan hidup duniawi [613] ; kemudian pada hari Kiamat dia termasuk orang-orang yang diseret (ke dalam neraka)?

- [613] Orang yang diberi kenikmatan hidup duniawi tetapi tidak dipergunakan untuk mencari kebahagiaan hidup di akhirat, karena itu di akhirat ia diseret ke dalam neraka.

- Asbabun Nuzul Al-Qasas ayat 61 :

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Mujahid tentang firman-Nya,'"Maka apakah sama orang yang Kami janjikan kepadanya suatu janji yang baik (surga),"'ia berkata, "Ayat ini turun tentang Nabi saw. dan Abu Jahal bin Hisyam."
Ia meriwayatkan dari lain darinya bahwa ia turun tentang Hamzah dan Abu Jahal.

- Tafsir Al Muyassar Al-Qasas ayat 61 :

Apakah orang yang Kami janjikan kepadanya dengan surga atas ketaatannya, lalu dia mendapatkan dan merengkuh janji tersebut, sama dengan orang yang Kami berikan kenikmatan dunia lalu dia pun menikmatinya, dia lebih mementingkan kesenangan dunia di atas akhirat, kemudian di hari kiamat dia termasuk orang-orang yang
dihadirkan untuk dihisab dan mendapatkan balasan?
Kedua kubu tersebut tidaklah sama. Maka hendaknya orang yang berakal memilih untuk dirinya apa yang lebih
patut untuk dipilih, yaitu menaati Allah dan mencari ridha-Nya.

- Riyāduş şālihin :

Dari Jabir Ra., dia berkata, "Seorang laki-laki Arab gunung mendatangi Rasulullah Saw. seraya berkata, Wahai Rasulullah, apakah sesuatu yang mewajibkan (sesuatu yang lain?)' Beliau menjawab, Orang yang meninggal dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, maka ia wajib masuk surga, dan orang yang meninggal dalam keadaan menyekutukan Allah dengan
sesuatu, maka ia wajib masuk neraka." (HR Muslim).
Hadis di atas memberikan faedah bah-
wa para ulama telah sepakat bahwa orang yang maksiat tidak akan kekal di neraka selama ia mati dalam keadaan iman, begitu pula orang kafir. (Dr. Muştafā Said Al-KhiNuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādis Sālihina
Juz 1, 1407 H/1987 M: 377).

- Hadis Nabawi :

Dari Ubadah Ra., dari Nabi Saw., beliau
bersabda, "Barangsiapa bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah Yang Maha Esa dengan tidak menyekutukan-Nya dan bahwa Muhammad adalah hamba-Nya
dan utusan-Nya, serta (bersaksi) bahwa Isa adalah hamba Allah, utusan-Nya, dan firman-Nya yang Allah berikan kepada Maryam dan ruh dari-Nya, dan surga bahwa para ulama telah sepakat bahwa orang yang maksiat tidak akan kekal di neraka selama ia mati dalam keadaan iman, begitu pula orang kafir. (Dr. Muştafā Sa'id A-Khir Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādis Sālihina Juz 1, 1407 H/1987 M: 377).

- Hadis Nabawi :

Dari Ubadah Ra., dari Nabi Saw., beliau
bersabda, "Barangsiapa bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah Yang Maha Esa dengan tidak menyekutukan-Nya dan bahwa Muhammad adalah hamba-Nya
dan utusan-Nya, serta (bersaksi) bahwa Isa adalah hamba Allah, utusan-Nya, dan firman-Nya yang Allah berikan kepada Maryam dan ruh dari-Nya, dan surga adalah hag (benar adanya), dan neraka adalah hag, maka Allah akan memasukkan orang itu ke dalam surga bagaimanapun keadaan amalnya." (HR AI Bukhāri, Sahihu
Bukhari, Juz 2, No. Hadis 3435: 487).

- Hadis Qudsi :

Abdullah bin Amru bin A-Ash Ra. berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah akan menyelamatkan seorang laki-laki dari umatku di hadapan manusia pada
hari kiamat, lalu dia membuka buku catatan besar di hadapannya, setiap buku catatan besar lebarnya seperti sepanjang mata memandang, kemudian Dia berfirman, Apakah kamu mengingkari sesuatu dari ini?
Apakah para penulisku yang menjaga (amal manusia) menzalimimu? Dia menjawab, Tidak wahai Rabbku.' Allah Swt. bertanya, Apakah kamu mempunyai alasan dalih (bagi amal burukmu)? Dia menjawab, Tidak,
wahai Rabbku. Allah Swt. berfirman, Tidak demikian, sesungguhnya kamu mempunyai kebaikan di sisi Kami, karena itu tidak ada kezaliman atasmu pada hari ini.' Lalu keluarlah kartu amal kebaikan, yang di dalamnya
tercatat bahwa, 'Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah Swt. dan Aku bersaksi bahwa Muhammad Saw. adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya.
Lalu Allah Swt. berfirman, Hadirkan amal timbanganmu! Dia berkata, Wahai Rabbku, apa (artinya) satu kartu amal ini (bila) dibandingkan buku catatan besar ini? Allah Swt. berfirman, 'Sesungguhnya kamu tidak
akan dizalimi. Nabi Saw. melanjutkan diletakkanlah buku catatan besar pada sisi, sedangkan kartu diletakkan pada sisi lainnya, maka buku catatan besar itu ringan (timbangannya) sedangkan kartu itu berat maka tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dibandingkan nama Allah Swt. (HAt-Tirmiži, Sunan At-Tirmiżi, Juz 5, No. Hadis 2639: 24). Dişahihkan oleh Syaikh Al-AIbäry
dalam Sahih wa Daif Sunan At-Tirmiži no 2639.

- Hadis Motivasi QS 28: 60 :

Dari lbnu Abbas dia berkata.
"Semoga Allah melaknat polan. Mereka sengaja pergi pada nusim haji yang mulia lalu menghilangkan hiasannya. Hiasan haji adalah talbiah." (HR Ahmad, 27845)

- HADIS NIAGA QS AI-Qasas, 28: 60 :

Pasangan Hidup yang Saling Mendukung

Dari Abdullah bin Amr bahwasanya Rasulullah bersabda: "Dunia merupakan perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah perempuan yang salehah." (HR Muslim, 1467)

- AMAL NIAGA :

1. Manfaatkanlah keuntungan dari perniagaan yang Anda jalani. Hal itu
merupakan karunia dan kesenangan dunia yang dihalalkan. Namun, jangan
lupa untuk mengeluarkan sedekah dari keuntungan yang Anda peroleh.
2. Jangan menjadikan keuntungan materi sebagai tujuan utama. Niatkanlah semata untuk menjadi manusia yang berguna. Balasan Allah akan jauh lebih menguntungkan daripada kenikmatan dunia.
3. Cita-cita tertinggi seorang niagawan tentu ingin perniagaannya untung
sehingga bisa memberikan limpahan materi berupa perhiasan (kesenangan)
duniawi. Perlu diketahui bahwa sebaik-baik perhiasan di dunia adalah
pasangan yang salehah yang dapat mendukung suami dalam perniagaannya.

- Tadabbur Surah Al-Qashash Ayat 60-70 :

Ayat 60-67 menjelaskan beberap hal:

1. Apa saja bentuk harta yang diperoleh, tidak lebih dari kenikmatan hidup dunia dan hiasannya. Pahala yang ada di sisi Allah jauh lebih baik dan kekal. Mengapa kita tidak paham juga?

2. Sangat jauh perbedaan antara orang-orang mukmin yang dijanjikan Allah surga dengan kaum  kafir dan musyrik yang  Allah berikan kenikmatan hidup dunia saja. 

3. Di akhirat nanti, Allah akan bertanya kepada kaum kafir dan musyrik itu: Mana tuhan-tuhan yang kalian sembah di dunia? Tiba-tiba para setan dan teman-teman mereka dari kalangan manusia berkata: Ya Allah. Mereka itu adalah korban penyesatan kami. Mereka sesat sebagaimana kami sesat. Hari ini kami berlepas diri dari mereka. Sebenarnya mereka tidaklah menyembah kami. Saat itu neraka sudah berada di hadapan mata mereka. Mereka menyesal sekali dan mengharapkan sekiranya dahulu mereka di dunia mendapat hidayah. Adapun orang-orang yang beriman pada  Allah, Rasul saw. dan Al-Qur’an dan mereka  beramal saleh yang banyak, maka mereka tenang-tenang saja karena yakin akan sukses masuk surga dan selamat dari api neraka.


Ayat 68-70 menjelaskan Allah menciptakan dan menetapkan apa saja Ia kehendaki. Manusia tidak punya kemampuan menentukan yang hak atau yang batil. Allah bersih dari tuhan-tuhan yang mereka jadikan sekutu dengan-Nya. Allah Maha Mengetahui semua rahasia hati manusia dan apa saja yang mereka nampakkan.  Dialah Allah. Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah. Bagi-Nya segala puja dan puji di dunia dan akhirat. Bagi-Nya jua segala keputusan  dan kepada-Nya manusia dikembalikan.

Sabtu, 31 Agustus 2024

INILAH DUABELAS KELOMPOK MANUSIA YANG MEREKA SIA-SIA SHOLATNYA !

Tematik (214)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

INILAH DUABELAS KELOMPOK MANUSIA YANG MEREKA SIA-SIA SHOLATNYA !
 
1. Mereka yang MENDATANGI DUKUN /PERAMAL

مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً
"Barangsiapa mendatangi PERAMAL atau DUKUN, lalu menanyakan kepadanya tentang sesuatu, maka tidak diterima shalatnya selama 40 hari".  (HSR. Muslim : 2230)

Bahkan jika ia sampai mempercayai perkataan dukun tersebut, hukumnya bisa kafir, sebagaimana sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam:

مَنْ أَتَى كَاهِناً أَوْ عَرَّافاً فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ
"Barangsiapa yang mendatangi peramal atau dukun, lalu ia membenarkannya, maka ia berarti telah kufur pada Al-Quran yang telah diturunkan pada Muhammad".
(HR. Turmudzi:135, Abu Dawud :3904. Kata Al Albani rohimahullah dalam Shohihul Jaami’ : 5939, 'Shohih)

2. Mereka yang TIDAK MENYEMPURNAKAN RUKU dan SUJUD Saat Sholat

إِنَّ الرَّجُلَ لَيُصَلِّي سِتِّينَ سَنَةً مَا تُقْبَلُ لَهُ صَلَاةٌ، لَعَلَّهُ يُتِمُّ الرُّكُوعَ وَلَا يُتِمُّ السُّجُودَ، وَيُتِمُّ السُّجُودَ وَلَا يُتِمُّ الرُّكُوعَ.
"Sesungguhnya ada seseorang yang shalat selama 60 tahun, namun tidak diterima amalan shalatnya selama itu walau satu shalatpun. 

Boleh jadi, dia sempurnakan rukuknya tetapi SUJUDNYA TIDAK SEMPURNA; 

Dan (terkadang)  ia menyempurnakan sujudnya, namun TIDAK MENYEMPURNAKAN RUKU'NYA ". 
*HR. Ibn Abi Syaibah dalam Al Mushannaf (I:288); Kata Al Albani rahimahullah dalam Shahih At Targhib wat Tarhib (I: 347) dan dalam As Shahihah (2535): 'Sanadnya hasan, seluruh perawinya kredibel].

Abu Abdillah Al Asy'ari radhiallahu ‘anhu mengisahkan:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى رَجُلا لا يُتِمَّ رُكُوعَهُ يَنْقُرُ فِي سُجُودِهِ وَهُوَ يُصَلِّي ، 
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melihat seorang laki-laki yang tidak menyempurnakan rukuknya dan mematuk di dalam sujudnya ketika shalat.
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَوْ مَاتَ هَذَا عَلَى حَالِهِ هَذِهِ مَاتَ عَلَى غَيْرِ مِلَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ" ، 
Kemudian beliau bersabda: "Sekiranya orang ini mati dalam keadaan seperti ini, niscaya ia mati bukan pada millah (agama) Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam".
*HR. Thabrani dalam Al Kabir (3840), dll.  Kata Al Albani rahimahullah dalam Shahih Tarhib wat Tarhib 'hasan'.

3. Sujud yang TIDAK MENEMPELKAN SALAH SATU DARI TUJUH ANGGOTA TUBUH, KHUSUSNYA HIDUNG DAN KENING/DAHI

Ibnu Abbas rodhialloohu anhu berkata:
أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ 
“Aku diperintahkan bersujud dengan TUJUH bagian anggota badan:

عَلَى الْجَبْهَةِ – وَأَشَارَ بِيَدِهِ عَلَى أَنْفِهِ – 
(1) Dahi (termasuk juga hidung, beliau mengisyaratkan dengan tangannya),
وَالْيَدَيْنِ ، 
 (2,3) telapak tangan kanan dan kiri,
وَالرُّكْبَتَيْنِ 
(4,5) lutut kanan dan kiri, dan
وَأَطْرَافِ الْقَدَمَيْنِ
(6,7) ujung kaki kanan dan kiri. ” 
*HSR. Bukhari (812) dan Muslim (490)

Terlebih menempelnya hidung dan kening saat sujud sholat, maka Nabi shollalloohu alayhi wa sallam bersabda:
لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لاَ يُصِيْبُ أَنْفَهُ مِنَ الْأَرْضِ مَا يُصِيْبُ الْجَبِيْنُ
“Tidak ada shalat bagi orang yang (yang saat sujud ) tidak meletakkan dengan kuat HIDUNGNYA ke bumi (tempat sujud) sebagaimana halnya DAHI/KENING".
*HR. Daroquthni (1304), Baihaqi dalam Sunanul Kubra(II:103) dll

Syaikh al Albani rahimahullah mengatakan bahwa walau mursal, hadits ini ternyata punya dalil pendukung lain yang dari 'Ikrimah rahimahullah secara Maushul (tersambung sanadnya) yang menjadikan hadits ini menjadi kuat. 
Silahkan tela'ah lebih lanjut dalam Ashlul Shifat Shalat Nabi [II:733-744].

Ibnu ‘Abbas radhiallahu 'anhuma pernah berkata:
إِذَا سَجَدَ أَحَدُكُمْ فَلْيُلْزِقْ أَنْفَهُ بِالْحَضِيضِ، فَإِنَّ اللَّهَ قَدِ ابْتَغَى ذَلِكَ مِنْكُمْ
"Jika salah seorang diantara kalian sujud, maka tekankan hidungnya (ke tempat sujud) sekuat mungkin, karena Allah menghendaki hal itu dari kalian." 
*Mushonnaf Ibnu Abi Syaibah (I:234, No.2688)

TIDAK SHAHNYA SHOLAT BAGI YANG TIDAK MENEMPELKAN SALAH SATU ANGGOTA TUBUH DI ATAS

Imam Nawawi As Syafi'i rahimahullah berkata:
لَوْ أَخَلَّ بِعُضْوٍ مِنْهَا لَمْ تَصِحّ صَلاته
"Kalau ada yang luput (tidak menempel pada tempat sujud) salah satu saja diantara anggota tubuh sujud tersebut, maka tudak sah shalatnya." 
*Syarah Shahih Muslim (IV:208)

4. BUDAK YANG LARI DARI MAJIKANNYA

ثَلاَثَةٌ لاَ تُجَاوِزُ صَلاَتُهُمْ آذَانَهُمْ: الْعَبْدُ الْآبِقُ حَتىَّ يَرْجِعَ... 
Ada TIGA GOLONGAN  yang shalat mereka tidak melewati telinga-telinga mereka, yaitu (1) BUDAK YANG MELARIKAN DIRI DARI TUANNYA sampai ia kembali kepada tuannya..
*HR. At-Tirmidzi (360) dan dihasankan al Albani rahimahullah dalam Shahihul Jami’ (3057)

Pengertian : 'Sholat mereka tidak melewati telinga-telinga mereka’

Syaikh Abul Hasan Al Mubarkafuri Rahimahullah:
وهو كناية عن عدم القبول
Itu adalah kiasan dari tidak diterimanya shalat. 
*Mir’ah Al Mafatih, (IV:55)
 
5. ISTRI  yang tidur dalam Keadaan  SUAMINYA MARAH padanya

Dalilnya sambungan hadits di atas:
ثَلاَثَةٌ لاَ تُجَاوِزُ صَلاَتُهُمْ آذَانَهُمْ
وَامْرَأَةٌ بَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَلَيْهَا سَاخِطٌ...
Ada TIGA GOLONGAN yang shalat mereka tidak melewati telinga-telinga mereka:
“(2) ISTRI  yang melewati malam hari sementara SUAMINYA MARAH KEPADANYA ...

Ini jika KEMARAHAN SUAMI DISEBABKAN ALASAN SAYARI 

Imam Asy Syaukani rahimahullah berkata:
وهذا إذا كان غضبها عليها بحق.
Sesungguhnya wanita yang membuat marah suaminya sampai dia tertidur masih marah kepadanya, ini adalah termasuk dosa besar. Ini jika marahnya disebabkan alasan yang haq (benar). 
*Misykah Al Mashabih, (IV:109)

Imam Ali Al Qari Rahimahullah mengatakan:
هذا إذا كان السخط لسوء خلقها أو سوء أدبها أو قلة طاعتها. أما إن كان سخط زوجها من غير جرم فلا إثم عليها
Marahnya ini jika disebabkan buruknya akhlak istri, atau jeleknya adab, atau sedikit ketaatannya. Ada pun jika kemarahan suaminya itu bukan karena kejelekan ini, maka tidak ada dosa bagi si istri. 
*Misykah Al Mashabih, (IV:109)

6. IMAM yang TIDAK DISUKAI JAMA'AHNYA (MA'MUMNYA) 

Dalilnya masih sambungan hadits di atas, yakni :
ثَلاَثَةٌ لاَ تُجَاوِزُ صَلاَتُهُمْ آذَانَهُمْ
وَإِمَامُ قَوْمٍ وَهُمْ لَهُ كَارِهُوْنَ
Ada TIGA GOLONGAN yang shalat mereka tidak melewati telinga-telinga mereka:
(3) dan seseorang yang mengimami suatu kaum sementara mereka tidak suka kepadanya.” 

PENJELASAN
INI JIKA IMAMNYA DIBENCI KARENA KEBID'AHAN ATAU RUSAKNYA AKHLAKNYA, dsb.

Ibnu Al Malik rohimahulloh berkata:
كارهون لبدعته أو فسقه أو جهله أما إذا كان بينه وبينهم كراهة عداوة بسبب أمر دنيوي فلا يكون له هذا الحكم
mereka membencinya karena kebid’ahannya, atau kefasikannya, atau kebodohannya. 

Ada pun jika antara dirinya dan kaumnya ada kebencian yang disebabkan urusan duniawi, maka dia tidak terkena hukum ini. 
*Tuhfah al Ahwadzi, (II:288)

7. Dua orang yang SALING MEMUTUSKAN TALI SHILATUR ROHIM 

ثَلَاثَةٌ لَا تَرْتَفِعُ صَلَاتُهُمْ فَوْقَ رُءُوسِهِمْ … وَأَخَوَانِ مُتَصَارِمَانِ
“Ada tiga kelompok manusia yang shalat mereka tidaklah naik melebihi kepala mereka walau sejengkal: ... ‘dan DUA ORANG BERSAUDARA YANG SALING MEMUTUSKAN TALI SHILATUR ROHIM”  
*HR. Ibnu Majah (971); 
Syaikh Al Albani rohimahulloh dalam al misykaat (1128) mengatakan 'hasan'

Imam Al Munawi Rahimahullah memberikan penjelasan:
( وأخوان ) من نسب أو دين ( متصارمان ) أي متهاجران متقاطعان في غير ذات الله تعالى
(Akhwaani -'DUA ORANG BERSAUDARA' yang dimaksud hadits tersebut) baik dari SAUDARA karena NASAB atau (SAUDARA KARENA)  AGAMA (mutashoorimaani) yaitu DALING MEMBOIKOT (hajr) dan MEMUTUSKAN HUBUNGAN PERSAUDARAAN BUKAN KARENA ALLAH Ta’ala. 
*At Taysir bisy Syarhil Jaami’ Ash Shaghiir, (I:969)

8. Peminum KHOMR

Di dalam sebuah riwayat dari Ibnu Umar rodhialloohu 'anhumaa :
من شرب الخمرَ لم تُقبلْ له صلاةٌ أربعينَ صباحًا ، فإن تاب تاب اللهُ عليه ، فإن عادلم تُقبلْ له صلاةٌ أربعين صباحًا ، فإن تاب تاب اللهُ عليه ، فإن عادلم تُقبَلْ له صلاةٌ أربعينَ صباحًا ، فإن تاب تاب اللهُ عليه ، فإن عاد في الرابعةِلم تُقبلْ له صلاةٌ أربعينَ صباحًا ، فإن تاب لم يَتُبِ اللهُ عليه ، وغضب اللهُ عليه وسقاه من نهر الخَبالِ قيل : يا أبا عبدِ الرحمنِ ! وما نهرُ الخبالِ ؟ قال : نهرٌ يجري من صديدِ أهلِ النارِ
'Barangsiapa mengkonsumsi khomr maka tidak diterima sholatnya selama  40 hari. 
Namun jika ia bertaubat, maka Allah akan menerima taubatnya; 

Lalu jika ia kemudian mengulanginya lagi, maka ia kembali tidak diterima sholatnya selama 40 hari, namun jika ia bertaubat, maka Allah akan kembali menerima taubatnya; 

Dan jika ia (untuk kali yang ketiga) mengulanginya lagi, maka ia kembali tidak diterima sholatnya selama 40 hari, namun jika ia bertaubat, maka Allah akan kembali menerima taubatnya; 

Lalu jika ia kemudian mengulanginya lagi yang ke empat kalinya, maka Allah tidak akan  sholatnya selama 40 hari,   dan jika ia bertaubat maka Allah tak sudi menerima taubatnya, bahkan Allah murka kepadanya, dan Allah akan memberinya minuman dari sungai al khoba.

Lalu ditanyakan (kepada sang perawi-pent) : 'Wahai Abu Abdur Rohman, apa yang dimaksud sungai al Khobal itu ?

Beliau menjawab : Sungai (yang berisi) nanah dan darahnya penduduk meraka !'
Kata al Albani dalam Shohih at Targhib (233): 'Shohih lighoyrih'

9. Durhaka Pada Orang Tua

ثَلَاثَةٌ لَا يَقْبَلُ اللهُ مِنْهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ صَرْفًا وَلَا عَدْلًا : عَاقٌّ، وَ 
Ada TIGA GOLONGAN manusia yang Allâh tidak akan menerima dari mereka amalan wajib (fardhu), dan tidak pula amalan sunnat (nafilah) mereka pada hari Kiamat kelak; (1) SEORANG ANAK YANG DURHAKA KEPADA KEDUA ORANG TUANYA .... 
*Hadits ini oleh al Albani rohimahulloh dalam Shohih Jami ash-Shaghir (3065)

10. Mereka yang Suka Mengungkit-Ungkit Pemberian

Dalilnya sambungan hadits di atas, yakni kelompok manusia yang tidak akan di terima  bik amalan fardhu maupun sunnahnya, di mana pada yang kedua disebutkan:
وَمَنَّانٌ، 
' (2) ... dan yang suka mengungkit-ungkit pemberiannya...'

11. Yang Mendustakan Takdir

Dalilnya sambungan hadits di atas, yakni kelompok manusia yang tidak akan di terima  bik amalan fardhu maupun sunnahnya, di mana pada yang ketiga disebutkan:

وَمُكَذِّبٌ بِالْقَدَرِ "
''(3)... dan mereka yang mendustakan takdir'

12. Wanita yang Sholat Tidak Memakai Jilbab/kerudung Syari

لَا يَقْبَلُ اللَّهُ صَلَاةَ امْرَأَةٍ قَدْ حَاضَتْ إِلَّا بِخِمَارٍ
“Allah tidak menerima shalat wanita yang telah baligh, kecuali dengan memakai jilbab.” 
*HR. Ibnu Khuzaimah (775), dan Al A’zhomi rohimahulloh mengatakan 'Sanadnya Shahih'

Walhamdu lillaahi robbil 'aalamiin, wa shollalloohu 'alaa Muhammadin...

Kamis, 22 Agustus 2024

MENGAPA DADAKU TERASA SEMPIT

Tematik (213)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

MENGAPA  DADAKU TERASA  SEMPIT 

Bismillahi was sholatu was salamu a'la Rosulillah wa a'la alihi wa shohbihi ajma'in

Dalam kehidupan dunia yang merupakan ujian bagi setiap manusia maka pasti perasaan bahagia dan sengsara, susah dan senang, lapang dan sempit, pernah hinggap di hati setiap manusia. 

Lalu apa penyebab dada terasa sempit ?
Penyebabnya adalah dosa (keburukan) yang kita perbuat baik kita ketahui maupun tidak. 
Karena, kebaikan selalu menentramkan jiwa dan kejelekan selalu menggelisahkan jiwa. 
Itulah realita yang ada pada umumnya manusia.

Hadits dari cucu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Al Hasan bin ‘Ali, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ

“Tinggalkanlah yang meragukanmu dan beralihlah pada apa yang tidak meragukanmu, sesungguhnya kejujuran lebih menenangkan jiwa, sedangkan dusta (menipu) akan menggelisahkan jiwa.”
(HR. Tirmidzi no. 2518 dan Ahmad 1/200)

Dalam lafazh lain disebutkan,

فَإِنَّ الخَيْرَ طُمَأْنِيْنَةٌ وَإِنَّ الشَّرَّ رِيْبَةٌ

“Kebaikan selalu mendatangkan ketenangan, sedangkan kejelekan selalu mendatangkan kegelisahan.”
(HR. Al Hakim 2/51 dalam Mustadroknya)

Dalam hadits lainnya, dari Nawas bin Sam’an, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَالإِثْمُ مَا حَاكَ فِى نَفْسِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ

“Kebaikan adalah dengan berakhlak yang mulia, sedangkan kejelekan (dosa) adalah sesuatu yang menggelisahkan jiwa.

Ketika kejelekan tersebut dilakukan, tentu engkau tidak suka hal itu nampak di tengah-tengah manusia.”
(HR. Muslim no. 2553)

AnNawawi rahimahullah
menjelaskan, 
“Dosa selalu menggelisahkan dan tidak menenangkan bagi jiwa, di hati pun akan tampak tidak tenang dan selalu khawatir akan dosa.”
(Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, Yahya bin Syarf An Nawawi, Dar Ihya’ At Turots, 1392, 16/111)

Begitulah dosa dan keburukan, menyempitkan dada manusia. 

Lalu bagaimana jika orang yang berbuat banyak dosa namun dia merasa tentram ?.

Ketahuilah bahwa setiap seseorang melakukan dosa maka akan ada noda hitam pada hatinya sehingga lama kelamaan keadaan hati menjadi penuh kekotoran (noda hitam) karena tidak kunjung berhenti dari maksiat.

 Allah Ta’ala berfirman,

كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.”
(QS. Al Muthoffifin: 14).

Jika hati terus tertutupi karena maksiat, maka sungguh akan sulit mendapatkan petunjuk dan melakukan kebaikan.

Lalu apa yang melapangkan dada yang sempit...?
Ya benar segeralah bertaubat dan memohon ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala atas dosa-dosa yang kita ketahui maupun tidak kita ketahui.

Dengan memperbanyak istighfar sebanyak mungkin tanpa hitungan dan dalam setiap kesempatan, dan ucapkanlah dzikir Nabi Yunus alaihi salam ketika didalam perut ikan. 

لا اله إلا انت سبحانك اني كنت من الظالمين

La ilaha illa Anta Subhanaka Inni kuntu minna Dzolimin

Ucapkan dzikir ini sebanyak mungkin setiap hari.
InsyaAllah hati akan menjadi tenang tentram dan lapang.

Semoga Allah selalu menolong kita dalam setiap urusan.

Wallahul Musta'an

Rabu, 21 Agustus 2024

Tadabbur Al Quran Hal. 392

Tadabbur Al-Quran Hal. 392
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Al-Qasas ayat 56 :

اِنَّكَ لَا تَهْدِيْ مَنْ اَحْبَبْتَ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ ۚوَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ

Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima  petunjuk.

-  Asbabun Nuzul Al-Qasas ayat 56 :

Muslim dan lain-lain meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda kepada pamannya, "Ucapkan laa ilaaha illallah agar aku dapat bersaksi untukmu di akhirat!" Sang paman menjawab, "Seandainya wanita-wanita Quraisy tidak akan mengejekku dengan mengatakan, 'Dia melakukannya karena ketakutan,' niscaya sudah kuturuti keinginanmu sehingga kamu senang!" Maka Allah menurunkan ayat, "Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi,..."

An-Nasa'i dan Ibnu 'Asakir dalam Taariikh Dimasyq meriwayatkan dengan sanad yang bagus dari Abu Sa'id bin Rafi', dia berkata, "Aku pernah bertanya kepada Ibnu Umar tentang ayat ini, apakah turun tentang Abu Jahal dan Abu Thalib? Ia menjawab, Ibnu Jarir meriwayatkan dan al-'Aufi dan Ibnu Abbas bahwa sejumlah orang Quraisy berkata kepada Nabi saw., "Kalau kami mengikutimu, pasti orangorang mengusir kami!" Maka turunlah ayat ini.

An-Nasa'i meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa al-Harits bin 'Amir bin Naufal adalah orang yang mengatakan demikian.

- Tafsir Al Muyassar Al-Qasas ayat 56 :

Sesungguhnya kamu wahai Rasul tidak akan mampu memberi hidayah taufik kepada siapa yang kamu inginkan hidayahnya, karena hal itu ada di tangan Allah. Dia memberi petunjuk siapa yang Dia kehendaki kepada iman dan memberi taufik kepadanya, dan Dia lebih mengetahui
siapa yan patut mendapatkan hidayah sehingga Dia pun memberinya hidayah.

- Hadis Sahih Al-Qasas ayat 56 :

Dari Fadalah bin Ubaid Ra., ia nendengar Rasulullah Saw bersabda, "Beruntunglah orang yang diberi petunjuk menuju lslam, hidupnya sederhana dan menerima apa adanya" (HR A1-Tirmiżi, dan ia berkata,
"Hadis ini hasan sahih" Sahih Al-jāmi.
No. 3931).

- Riyāduş şālihin :

Dari Fadalah bin Ubaid Ra., ia mendengar Rasulullah Saw. bersabda, "Beruntunglah orang yang diberi petunjuk menuju lslam, hidupnya sederhana dan menerima apa ada-
nya." (HR At-Tirmiżi, dan ia berkata, "Hadiš ini hasan sahih." Sahih Al-Jāmi, No. 3931).
Hadiš di atas menunjukkan bahwa ke-
beruntungan seseorang itu terdapat pada kesempurnaan agamanya, kesederhanaan hidupnya, dan menerima apa yang diberikan oleh Allah Swt. kepadanya. Adapun selain itu akan membawa kepada kesengsaraan dan memalingkan manusia dari Tuhannya dan membuatnya lupa akan kehidupan akhirat.
(Dr. Mustafā Sa'id Al-Khin, Nuzhatul
Muttaqina Syarhu Riyādis Sālihina, Juz 1,1407 H/1987 M: 447).

- Medical Hadiš :

Dari Abdurrahman bin Uśman Ra., ia berkata, "Ada seorang tabib di samping Rasulullah Saw. menyebutkan suatu obat, yaitu berupa katak. Lalu Rasulullah Saw. melarang membunuh katak." (HR Ahmad, Syaikh A-Albāny berkata, "Sanadnya Sahih.") (AŻ-Zahabi, At- Tibbun Nabawi, 1410
H/1990 M: 143).

- Tibbun Nabawi :

Pengobatan dengan Ad-pifdā (katak)
Ad-Difda terdiri atas dua macam: yang
hidup di air dan yang hidup di darat, dan katak darat dikatagorikan sebagai predator (hewan pemangsa hewan lain).
Al-mam Ahmad berkata, "Katak tida
boleh dipergunakan untuk obat." Menurut Ibnu Sina, "Siapa yang memakan daging darah atau tubuh, maka badannya akan bengkak dan warna kulitnya akan usang serta me
muntahkan mani hingga meninggal dunia. Sehubungan dengan itu para dokter tidak menggunakannya sebagai obat karena khawatir akan berbahaya." Dalam konteks inilah kita dapat memahami bahwa jika Nabi Saw
melarang seorang dokter membunuh katak sebagaimana disebutkan dalam hadis. (bnu' Qayyim Al-Jauziyyah, Zādu'l Ma ādi fi Hady Khayril bādi, Juz 4, t.t.: 336).

- Hadis Motivasi QS 28: 54 :

Dari Aisyah dia berkata, Rasulullah
bersabda: "Orang mukmin yang mahir
membaca Al-Qur'an maka kedudukanrya di akhirat ditemani oleh para malaikat yang mulia. Dan orang yang membaca A-Qur'an dengan gagap, dia sulit dalam membacanya. maka dia mendapat dua pahala."
(HR Muslim, 798)

- HADIS NIAGA :

Penghargaan Lebih untuk Orang yang Berprestasi
QS Al-Qaşaş, 28: 54
Dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah bersabda: "Apabila salah seorang
dari kalian memperbagus keislamannya, setiap kebaikan yang dia amalkan ditulis
untuknya sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat. Dan setiap keburukan
yang dia amalkan ditulis sama dengannya." (HR Bukhari, 40)

- AMAL NIAGA :

1. Seorang niagawan harus memberikan penghargaan kepada pegawai yang berprestasi atau yang memberikan kontribusi lebih sehingga kekerabatan bisnis semakin terjaga dan tercipta rasa saling percaya.
2. Berikanlah hak lembur kepada pegawai. Ketika dia melakukan kewajiban yang berlebih, haknya pun harus ditambahkan sehingga tidak mengurang hak yang sudah berjalan sesuai kesepakatan.
3. Balasan yang didapatkan seseorang akan sesuai dengan amal yang dilakukannya. Berikanlah hak seseorang sesuai dengan haknya. Janganlah dikurangi kalau bisa ditambahkan sehingga menjadi kebaikan.

- Tadabbur Surah Al-Qashash Ayat 51-59 :

Ayat 51-59 menjelaskan tiga hal:

1. Allah kaitkan kaum Quraisy yang durhaka kepada Allah dengan kisah Bani Israil yang durhaka dan apa saja azab yang Allah turunkan pada mereka agar menjadi pelajaran. Sebab itu, kaum Ahlul Kitab yang konsisten dengan Taurat dan Injil akan mudah menerima kebenaran Al-Qur’an karena ciri-ciri Rasulullah saw. disebutkan di dalamnya. Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, mereka langsung beriman. Allah memberi mereka pahala dua kali lipat karena kesabaran mereka. Mereka menolak keburukan dengan kebaikan, menginfakkan sebagian harta dan menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak berguna.

2. Otoritas hidayah itu di tangan Allah. Dia tidak berikan kendati kepada Muhammad Saw., sebagaimana yang terjadi saat Abu Thalib wafat. Rasul  saw. berupaya agar pamannya mengucap syahadatain. Allah menegur beliau dengan ayat  56 ini. 

3. Salah satu alasan kaum kafir Quraisy tidak beriman kepada Rasul saw. karena takut menghadapi ancaman dan pengusiran yang dilakukan oleh tokoh-tokoh mereka serta tidak  akan mendapat keamanan. Padahal kafir pada Allah dan Rasul-Nya itu penyebab kehancuran  dan hilangnya rasa aman sebagaimana yang Allah timpakan kepada umat-umat sebelum mereka. Suatu negeri tidak akan dibinasakan sebelum Allah utus rasul yang  menyampaikan wahyu-Nya dan penduduk tersebut menolaknya.

Senin, 19 Agustus 2024

Walimah Nikah Hanya Mengundang Orang Kaya saja

One Day One Hadits (316)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Walimah Nikah Hanya Mengundang Orang Kaya saja

وعن أبى هريرة رضي الله عنه، عن النبي صلى الله عليه وسلم قَالَ: ((شَرُّ الطَّعَامِ طَعَامُ الوَلِيمَةِ، يُمْنَعُهَا مَنْ يَأتِيهَا، وَيُدْعَى إِلَيْهَا مَنْ يَأْبَاهَا، وَمَنْ لَمْ يُجِبِ الدَّعْوَةَ فَقَدْ عَصَى اللهَ وَرَسُولَهُ)). رواه مسلم. 
وفي رواية في الصحيحين، عن أَبي هريرة من قوله: ((بئْسَ الطَّعَامُ طَعَامُ الوَلِيمَةِ يُدْعَى إِلَيْهَا الأغْنِيَاءُ ويُتْرَكُ الفُقَراءُ)).... 

Dari Abu Hurairah r.a. lagi dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Seburuk-buruk makanan ialah makanan walimah yang tercegah - yakni tidak diundang - orang yang ingin mendatanginya iaitu kaum fakir-miskin, sebab memerlukannya, tetapi diundanglah orang yang tidak ingin mendatanginya - iaitu kaum kaya raya sebab sudah sering makan enak-enak. Namun demikian barangsiapa yang tidak mengabulkan undangan walimah - pengantin - itu, maka ia telah bermaksiat kepada Allah dan RasulNya." (Riwayat Muslim)
Dalam riwayat kedua kitab shahih Bukhari dan Muslim juga disebutkan  demikian iaitu  dari  Abu  Hurairah  r.a.,  Nabi s.a.w. bersabda:
"Seburuk-buruk makanan ialah makanan walimah yang diundanglah ke situ orang-orang kaya dan ditinggalkanlah orang-orang fakir-miskin." 

Pelajaran yang terdapat di dalam hadist :

1. Walimah, hindangan yang diperuntukkan untuk pesta pernikahan.Yang dimaksud walimah dalam hadits ini adalah walimah pernikahan. Ash-Shan’aniy menjelaskan,

والمقصود بالوليمة في هذا الحديث هي وليمة العرس خاصة ، وليست كل طعام دعي إليه أحد من الناس

“Yang dimaksud hadits ini adalah khusus untuk walimatul ‘ursy (walimah nikah), bukan semua acara walimah yang manusia diundang untuk makan (misalnya acara walimah khitan, ini walimah selain walimah nikah)

2. Diadakan walimahan sebagai realisasi adanya kegembiraan.

3. Didalam hadist memberikan petunjuk untuk menjaga, memperhatikan kaum faqir dan lemah lembut kepada mereka.
Hendaknya mengundang orang miskin juga sebagai bentuk kebaikan kepada mereka dan insyaallah lebih berkah acara walimah tersebut. Karena orang miskin umumnya lebih bertakwa dan lebih ikhlas berdoa. Mereka lebih rendah hati di hadapan Allah dan di hadapan manusia, jauh dari kesombongan yang membinasakan. Ini termasuk perintah agar makanan kita dimakan oleh orang-orang yang bertakwa agar berkah.

4. Seburuk-buruk makanan ialah makanan walimah yang diundanglah ke situ orang-orang kaya dan ditinggalkanlah orang-orang fakir-miskin.

5. Sebagian orang mungkin hanya mengundang orang kaya saja ketika acara walimah nikah. Lebih parahnya lagi jika niatnya mengundang orang-orang kaya dan pejabat hanya karena kesombongan, sedangkan orang miskin tidak diundang sama sekali. Inilah sejelek-jelek makanan walimah.

6. Memenuhi undangan walimahan adalah wajib hukumnya. 

Tema hadist yang berkaitan dengan al quran :

1. Bersikap lemah lembut kepada semua kaum mukmin. 

قَالَ الله تَعَالَى: {وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنِينَ} 
[الحجر: 88]. 
Allah Ta'ala berfirman:

"Dan tundukkanlah sayapmu - yakni bersikap merendahlah kepada sesama kaum mu'minin," (al-Hijr: 88).

2. Janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyandang predikat tersebut dari sisimu yaitu orang-orang fakir miskin yang Shaleh, melainkan jadikanlah mereka sebagai teman-teman dudukmu dan teman-teman dekatmu. 

وَلا تَطْرُدِ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ

Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari, sedangkan mereka menghendaki keridaan-Nya. (Al-An'am: 52).