بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Senin, 15 September 2025

Tadabbur Al Quran hal. 427

Tadabbur Al-Quran Hal. 427
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.
- Al-Ahzab ayat 72 :

اِنَّا عَرَضْنَا الْاَمَانَةَ عَلَى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَالْجِبَالِ فَاَبَيْنَ اَنْ يَّحْمِلْنَهَا وَاَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْاِنْسَانُۗ اِنَّهٗ كَانَ ظَلُوْمًا جَهُوْلًاۙ

Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat [1234] itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh,

- [1234] Yang dimaksud dengan amanah disini ialah tugas-tugas keagamaan.

- Tafsir Al Muyassar Al-Ahzab ayat 72 :

Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat (yang Allah amanatkan kepada para mukallaf agar mereka menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya) kepada langit dan bumi serta gunung, namun mereka semuanya menolak untuk memikulnya. Lalu manusialah yang memikulnya dan menanggungnya sekalipun dia lemah. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan bodoh terhadap dirinya sendiri.

- Mu'jam Al-Ahzab ayat 72 :

وَاَشْفَقْنَ

Asy Syafaqu ialah bercampurnya cahaya slang dengan kegelapan malamn pada saat mataharı tenggelam, Dan AHisytag ialah perhatian yang bercampur dengan rasa khawatir, karena orang yang khawatr itu menyayangi orang yang dikhawatirkannya, sehingga ia takut jika ada hal-hal buruk yang akan menimpanya Dan apabila kata isyfag didahului dengan min, maka sisi rasa takut atau khawatir yang terkandung di dalamnya menjadi letih menonjol. Sedangkan jika di dahulu dengan fi maka sisi perhatiannya yang menjadi lebih menonjol. (Ar-Rāgib AŁ Asfahan, Mu jamu Mufradãti Aitäzi A Qurani t431 H2010M 198)

- Tazkiyyatun Nafs :

Allah Swt. menyebutkan dalam beberapa surah AI-Qur'an bahwa kebaikan yang datang pada giliran kedua merupakan pahala atas kebaikan pertama. Sedangkan maksiat kedua dapat juga sebagai hukuman bagi kemaksiatan yang pertama. Mengenai kebaikan kedua sebagai pahala atas kebaikan pertama adalah firman Allah Swt. dalam surah An-Nisā, 4: 66-68 dan firman-Nya dalam surah Al-Ankabūt, 29: 69, juga firman-Nya dalam surah Al-Maidah, 5: 16, dan surah Muhammad, 47: 4-5. Firman Alah Swt. di atas tidak termasuk dalam pengertian sebelumnya. Pemberian petunjuk itu adalah di akhirat menuju jalan surga, yang demikian itu sebagai balasan atas terbunuhnya mereka dalam berjuang di jalan-Nya. Setelah itu Allah Swt. memberitahukan suatu berita mengenai diri mereka, yaitu bahwa Dia akan memberikan petunjuk kepada mereka serta memperbaiki keadaan mereka, karena Dia mengetahui bahwa mereka akan terbunuh di jalan-Nya dan mereka telah mengorbankan jiwa raga mereka untuk-Nya. Allah Swt. juga telah berfirman dalam surah Yūsuf, 12: 24 dan Al-Qaşaş, 28: 14. Selain itu Allah Swt. juga berfirman dalam surah yang lain, Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah Swt. dan ucapkanlah perkataan yang benar, niscaya Allah Swt. akan memperbaiki amal amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Barangsiapa menaati Allah Swt. dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia menang dengan kemenangan yang agung. (QS Al-Ahzāb, 33: 70-71). Demikian juga firman-Nya, Katakanlah, "Taatlah kepada Allah Swt. dan taatlah kepada Rasul, jika kamu berpaling, maka sesungguhnya kewajiban Rasul (Muhammad Saw) itu hanyalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu hanyalah apa yang dibebankan kepadamu. Jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Kewajiban Rasul hanyalah menyampaikan (amanat Allah Swt.) dengan jelas. (QS An-Nūr, 24: 54). Selain itu, Allah Swt. juga berfirman, { Kemudian Kami telahmemberikan kepada Musa As. Kitab (Taurat) untuk menyempurnakan (nikmat Kami) kepada orang yang berbuat kebaikan, untuk menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat, agar mereka beriman akan adanya petemuan dengan Tuhannya. (QS Al-An ām, 6: 154). Yang demikian merupakan balasan ketaatan dengan ketaatan pula. Sedangkan pembalasan kemaksiatan dengan kemaksiatan adalah seperti firman Allah Swt., ... Maka ketika mereka berpaling (dari kebenaran), Allah Swt. memalingkan hati mereka. (QS As-Saff, 61: 5). Demikian juga firman-Nya, {Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah Swt., sehingga Allah Swt. menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik (QS Al-Hasyr, 59: 19). Hal seperti itu cukup banyak terdapat di dalam Al-Quran. Dengan demikian, terdapat dua macam Sayyi'āt (kejelekan), yaitu yang berupa musibah dan aib. Dan ada juga kejahatan dari dalam diri manusia. Keduanya telah melalui takdir Allah Swt. Nabi Saw. sendiri pernah bersabda dalam sebuah khutbahnya yang sangat terkenal, "Kami berlindung kepada Allah Swt. dari kejahatan diri kita dan dari keburukan amal perbuatan kami. Dengan demikian, kejahatan diri itu terdapat dua macam, yang berupa sifat dan amal perbuatan. Amal perbuatan berawal dari sifat, sedangkan sifat dipertegas dan diperkuat dengan amal perbuatan. Masing-masing dari keduanya saling mendukung dan melengkapi. Dan keburukan amal perbuatan itu sendiri terbagi menjadi dua macam, yang keduanya telah ditafsirkan oleh sebuah hadis. Salah satunya adalah berbagai macam keburukan dan kejelekannya. Dan yang kedua adalah yang memperburuk pelakunya akibat hukuman yang timbul dari perbuatan tersebut. Permohonan perlindungan yang dimaksudkan dalam hadiš itu mencakup perlindungan dari perbuatan buruk pertama, dan sekaligus perbuatan buruk kedua yang merupakan hukuman bagi yang pertama. Dengan demikian, permohonan perlindungan itu mencakup tiga hal: perlindungan dari azab, perlindungan dari faktor penyebab timbulnya dan dari penyebab sifat perbuatan." (bnu'l Qayyim Al-Jauziyyah, Syifä ul Alil fi Masā ilil Qadāi wa'l Qadari wa'l Hikmati wat Ta lili, 1398 H/1978M: 85-88).

- Riyāduş Şālihin :

Dari Abu Hurairah Ra., dia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah Swt. tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi Allah Swt. melihat kepada hati dan amal kalian. (HR Muslim).(Dr. Mustafā Said Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādis Sālihina, Juz 2, 1407 H/1987 M: 1080).

- Medical Hadiš :

Dari Abu Zar Ra., ia berkata, "Aku tinggal di Mekah selama tiga puluh hari, siang malam tanpa adanya makanan kecuali air zam-zam. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika kala itu tubuh saya menjadi gemuk dan perut saya agak gendut tanpa adanya rasa lapar." Lalu Abu Zar bertemu dengan Nabi Saw. maka Nabi Saw. bertanya, "Sejak kapan engkau berada di tempat ini, hai saudaraku?" Abu Zar menjawab, "Sudah tiga puluh hari lamanya saya berada di sini, ya Rasulullah." Rasulullah Saw. bertanya lagi, "Siapakah yang memberimu makan?" Abu Zar menjawab, "Tidak ada makanan untuk saya kecuali air zamzam. Oleh karena itu, maka saya terlihat gemuk dan perut saya sedikit gendut serta tidak merasa lapar." Rasulullah bersabda, "Air Zam-zam memang penuh dengan keberkahan dan lebih banyak mengandung protein daripada makanan biasa." (HR Muslim),. (Ibnul Qayyim Al-Jauzi-yyah, At-Tibbun Nabawi, t.t.. 306).

- Tibbun Nabawi :

Khasiat Air Zamzam

Air Zamzam adalah pemimpin semua air, yang paling mulia, paling baik, paling disukai jiwa. Kendati mahal harganya, air ini juga dianggap air paling bernilai. Air Zamzam merupakan hasil galian Jibril As. dan minuman lsma'il As. Diterangkan dalam hadis bahwa 'Aisyah Ra. membawa air Zamzam dalam botol, dan Rasulullah Saw. membawvanya dalam kantong kulit dan geriba, pernah sekali beliau menyiramkan air itu kepada orang sakit." (HR AI-Bukhāri dalam At-Tārikhu'l Kabir, Juz 3: 189, Ibnu'l Qayyim Al-Jauziyyah, Zādu'l Ma'adi fi Hadyi Khayril lbadi, Juz 4, t.t.: 392).

- Hadis Motivasi QS 33: 67 :

Dari Abu Bakrah dia berkata, Aku mendengar Nabi di atas mimbar bersabda. Ketika itu. A-Hasan ada di samping beliau. Sesekali, beliau melihat ke arah orang banyak dan sesekali melihat kepadanya: "Sesungguhnya, anakku ini adalah sayid (pemimpin) dan dengan perantaraannya Allah akan mendamaikan dua kelompok besar kaum muslim." (HR Bukhari, 3536)

- HADIS NIAGA QS Al-Ahzäb, 33: 64 :

Laknat Allah kepada Orang-Orang yang Terlibat dalam Riba

Dari Jabir dia mengatakan bahwa Rasulullah melaknat orang yang memakan hasil riba, orang yang mewakilkannya, penulisnya, dan kedua orang saksinya. Setelah itu, Rasulullah juga bersabda: "Mereka semua sama." (HR Muslim, 1597)

- AMAL NIAGA :

1. Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa dalam hadis ini terdapat penegasan perihal haramnya mencatat transaksi riba dan menjadi saksi atasnya. Selain itu, hadis ini menunjukkan haramnya saling menolong dalam kebatilan.
2. Rasulullah pernah menyampaikan bahwa dosa paling ringan dari riba sama seperti dosa berzina dengan ibu kandung. Oleh karena itu, jauhilah perbuatan yang berhubungan dengan riba, seperti memakan, menuliskan, dan menjadi saksi atasnya.
3. Buatlah satu tulisan yang mengingatkan orang-orang tentang bahaya riba bagi para pelakunya dan bagi kaum muslim.

- Tadabbur Surah Al-Ahzab Ayat 63-73 :

Ayat 63-73 menjelaskan tiga hal penting : 
1. Orang-orang kafir itu tidak beriman kepada peristiwa kiamat kecuali kalau mereka  mengetahui waktunya. Sedangkan yang mengetahuinya hanya Allah. Sebab itu, Allah melaknat mereka dan menyiapkan bagi mereka neraka. Mereka kekal di dalamnya dan tidak  akan ada yang melindungi dan menolong mereka. Wajah mereka dibolak-balikkan di dalam  api neraka. Saat itu, mereka akan menyesal  kenapa dahulu di dunia tidak mentaati Allah dan Rasul saw. dan mau saja mengukuti para pemimpin dan para pembesar yang telah menyesatkan mereka. Ketika itu mereka memohon kepada Allah agar ditimpakan kepada para pempin dan pembesar itu azab dua kali lipat dan laknat yang besar. 
2. Allah melarang kaum mukmin agar tidak seperti kaum Bani Israel yang menyakiti Musa dengan tuduhan-tuduhan kebohongan dan ucapan-ucapan yang menyakitkan. Allah membelanya dari ucapan-ucapan tersebut, karena Musa itu memiliki kedudukan terhormat di sisi Allah. Sebab itu, kaum mukmin harus bertakwa kepada Allah dan berkata yang benar, agar Allah perbaiki perilaku mereka dan mengampuni dosa-dosa mereka. Siapa saja yang mentaati 
3. Allah dan Rasul-Nya maka ia pasti meraih sukses besar, yakni surga Allah. 
4. Pertama kali Allah menawarkan agama-Nya (Islam yang menjadi sistem hidup) kepada langit, bumi dan gunung-gunung. Mereka menolaknya karena tidak mungkin mampu disebabkan tidak memiliki fasilitas pendukung seperti akal dan sebagainya. Lalu amanah tersebut dipikul manusia karena mereka memilikinya. Dengan amanah tersebut akan diketahui siapa di anara manusia yang munafik,  musyrik, kafir dan Mukmin dan akan diberikan balasan yang setimpal.

Rabu, 20 Agustus 2025

Tadabbur Al Quran hal. 426

Tadabbur Al-Quran Hal. 426
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Al-Ahzab ayat 59 :

يٰٓاَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِّاَزْوَاجِكَ وَبَنٰتِكَ وَنِسَاۤءِ الْمُؤْمِنِيْنَ يُدْنِيْنَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيْبِهِنَّۗ ذٰلِكَ اَدْنٰىٓ اَنْ يُّعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَۗ وَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا

Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya [690] ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

- [690] Jilbab ialah sejenis baju kurung lebar yang dapat menutup kepala, wajah, dan dada.

- Asbabun Nuzul Al-Ahzab ayat 59 :

Al-Bukhari meriwayatkan dari 'Aisyah, dikemukakan bahwa Siti Saudah (Istri Rasulullah) keluar rumah untuk sesuatu keperluan setelah diturunkan ayat hijab. Ia seorang wanita yang badannya tinggi besar sehingga mudah dikenal orang. Pada waktu itu Umar melihatnya, dan ia berkata: "Hai Saudah. Demi Allah, bagaimana pun kami akan dapat mengenalmu. Karenanya cobalah piker mengapa engkau keluar?" dengan tergesa-gesa ia pulang dan di saat itu Rasulullah berada di rumah Aisyah sedang memegang tulang waktu makan. Ketika masuk ia berkat: "ya Rasulullah, aku keluar untuk sesuatu keperluan, dan Umar menegurku (karena ia masih mengenalku)". Karena peristiwa itulah turun ayat ini (Surat Al-Ahzab:59) kepada RAsulullah saw. Di saat tulang itu masih di tangannya. Maka bersabdalah Rasulullah: "Sesungguhnya Allah telah mengizinkan kau keluar rumah untuk sesuatu keperluan".

Ibnu Sa'd meriwayatkan dari Hasan dan Muhammad bin Ka'b Al-Quradli, dikemukakan bahwa istri-istri Rasulullahpernah keluar malam untuk qadla hajat (buang air). Pada waktu itu kaum munafiqin mengganggu mereka dan menyakiti. Hal ini diadukan kepada Rasulullah saw. Sehingga Rasul menegur kaum munafiqin. Mereka menjawab: "Kami hanya mengganggu hamba sahaya". Turunnya ayat ini (Surat Al-Ahzab: 59) sebagai perintah untuk berpakaian tertutup, agar berbeda dari hamba sahaya. Diriwayatkan oelh Ibnu Sa'd di dalam At-Thabaqat yang bersumber dari Abi Malik.

- Tafsir Al Muyassar Al-Ahzab ayat 59 :

Wahai Nabi, katakan kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan wanita-wanita kaum mukminin agar mereka menjulurkan kain-kain mereka dari kepala ke wajah mereka untuk menutupi wajah mereka, kepala dan dada mereka. Hal ini lebih dekat kepada keterjagaan dan perlindungan sehingga mereka tidak beresiko diganggu atau dijahili. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang di mana Dia mengampuni apa yang telah berlalu dari kalian, Dia menyayangi kalian dengan apa yang Dia jelaskan, mana yang halal dan mana yang haram.

- Hadis Sahih Al-Ahzab ayat 59 :

Dari Aisyah Ra, ia berkata, "Bahwa Asma binti Abu Bakar Ra masuk menemui Rasulullah Saw. dengan mengenakan kain yang tipis, maka Rasulullah Saw pun berpaing datinya, Beliau Saw bersabda, Wahai Asma sesungguhnya Seorang wanita ka telah balig tidak boleh terlihat dannya kecuali ini dan ini beliau menunjuk wajah darn kedua telapak tangannya. (HA Abu Dāwud, Sunan Abu Dawud, Juz 4, No. Hadis 4104, 1418 H/1997 M 23).

- Riyāduş Şālihin :

Dari Abu Hurairah Ra., ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Ada dua golongan penghuni neraka yang keduanya belum pernah aku lihat. Pertama, kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi, yang dipergunakannya untuk memukul orang. Kedua, para wanita yang berpakaian tetapi sama saja dengan bertelanjang, mereka berjalan dengan berlenggak-lenggok, mudah dirayu atau malah merayu, dan rambut mereka (disasak) bagaikan punuk unta. Para wanita tersebut tidak akan masuk surga, bahkan tidak dapat mencium harum surga. Padahal harum surga itu dapat tercium dari sana dan sini." (HR Muslim). Dikatakan "berpakaian tetapi sama saja dengan bertelanjang" karena pakaiannya minim, tipis atau tembus pandang, ketat, atau pakaian yang merangsang pria karena sebagian auratnya terbuka.
Hadis tersebut mengandung beberapa faedah, di antaranya adalah peringatan dan ancaman agar berpaling dari perbuatan yang tidak bermoral dan menyimpang dari kesopanan. Juga merupakan ancaman bagi orang yang melepas hijab penutup aurat yang diperintahkan Allah terhadap wanita muslimah agar memakainya.
(Dr. Mustafā Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttagina Syarhu Riyādis Şālihina, Juz 2,1407 H/1987 M: 1122-1123).

- Hadis Nabawi :

Dari 'Aisyah Ra., ia berkata, "Sesungguhnya Asma binti Abu Bakar Ra. masuk menemui Rasulullah Saw. dengan mengenakan kain yang tipis, maka Rasulullah Saw. pun berpaling darinya." Beliau Saw. bersabda, "Wahai Asma, sesungguhnya seorang wanita jika telah balig, tidak boleh terlihat darinya kecuali ini dan ini -beliau menunjuk wajah dan kedua telapak tangannya-." (HR Abu Dāwud, Sunanu Abi Dāwud, Juz 4, No. Hadis 4104, 1418 H/1997 M: 23). 

- Hadis Qudsi :

Dari Abu Zar Ra., dari Nabi Saw., sebagaimana yang beliau riwayatkan dari Tuhannya, Dia berfirman, ".Hai hamba-Ku, kamu sekalian telanjang dan tidak mengenakan sehelai pakaian, kecuali orang yang Aku beri pakaian. Oleh karena itu, mintalah pakaian kepada-Ku, niscayà Aku akan memberimu pakaian!..." (HR Muslim, Sahihu Muslim, Juz 4, No. Hadis 2577, 1412 H/1991M: 1994).

- Hadis Motivasi QS 33: 56 :

Dari Amir bin Rabi'ah Saya mendengar Rasulullah berkhutbah dengan dia berkata: "Barang siapa yang bersalawat kepadaku satu kali, malaikat mendoakannya selama dia mengucapkon shalawat tersebut. Sekarang bergantung Anda, mau mempersedikit membacanya atau memperbanyak." (HR Ahmad, 15253)

- HADIS NIAGA QS AI-Ahzāb, 33: 55 :

Menjadi Pedagang yang Bertakwa kepada Allah

Dari Rifa'ah, dia berkata, Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya, para pedagang akan dibangkitkan pada hari Kiamat kelak sebagai orang yang banyak melakukan kejahatan, kecuali orang yang bertakwa kepada Allah, berbuat baik, dan berkata jujur." (HR Ibnu Majah, 2146)

- AMAL NIAGA :

1. Apabila Anda telah memutuskan menjadi seorang pengusaha, jadilah pengusaha yang memelihara ketakwaan dengan melakukan aktivitas niaga yang sesuai perintah Allah dan Rasul-Nya serta menjauhi segala kezaliman.
2. Nasihatilah dengan sopan para pedagang dan pelaku bisnis agar menjaga diri dari memakan harta haram.

- Tadabbur Surah Al-Ahzab Ayat 55-62 :

1. Ayat 55 masih meneruskan adab kaum mukmin dengan Rasul saw. dan para istrinya. Tidak  ada dosa atas istri-istri Nabi berjumpa tanpa  hijab dengan bapak-bapak, anak laki-laki, saudara laki-laki, anak laki-laki dari saudara laki-laki, anak laki-laki dari saudara perempuan, perempuan-perempuan beriman dan hamba sahaya mereka. Ini bagian takwa pada Allah. 
2. Ayat 56 menjelasakan, Allah memerintahkan kaum mukmin membacakan salawat kepada Nabi Muhammad saw. sebagaimana Allah dan para malaikat-Nya bersalawat kepada Beliau. 
3. Ayat 57 dan 58 menjelaskan bahwa Allah mengancam orang-orang yang melalaikan perintah-perintah-Nya dan melanggar larangan-larangan-Nya dan menyakiti Rasul-Nya, dengan laknat di dunia dan akhirat (neraka). Dan orang-orang yang menyakiti kaum mukmin dan mukiminah tanpa kesalahan yang mereka lakukan, maka orang-orang tersebut telah melakukan kebohongan dan dosa yang nyata. 
4. Ayat 59 menjelaskan kewajiban menutup aurat bagi istri-istri Rasul saw. anak-anak wanitanya dan wanita-wanita mukminah lainnya. 
5. Ayat 60-62 menjelaskan, Allah memerintahkan Nabi saw. untuk menguasai kaum  munafik, pelaku-pelaku tindak kejahatan dan penebar-penebar berita bohong di Madinah, jika mereka tidak berhenti dan tidak boleh bertetangga dengan mereka. Inilah ketetapan Allah bagi kaum munafik sebagaimana juga  berlaku pada umat terdahulu. 

Selasa, 05 Agustus 2025

Tadabbur Al Quran hal. 425

Tadabbur Al-Quran Hal. 425
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Al Qur'an Indonesia Tajwid.

Al-Ahzab ayat 52

لَا يَحِلُّ لَكَ النِّسَاۤءُ مِنْۢ بَعْدُ وَلَآ اَنْ تَبَدَّلَ بِهِنَّ مِنْ اَزْوَاجٍ وَّلَوْ اَعْجَبَكَ حُسْنُهُنَّ اِلَّا مَا مَلَكَتْ يَمِيْنُكَۗ وَكَانَ اللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ رَّقِيْبًا ࣖ

Tidak halal bagimu (Muhammad) menikahi perempuan-perempuan (lain) setelah itu, dan tidak boleh (pula) mengganti mereka dengan istri-istri (yang lain), meskipun kecantikannya menarik hatimu kecuali perempuan-perempuan (hamba sahaya) yang engkau miliki. Dan Allah Maha Mengawasi segala sesuatu.

Asbabun Nuzul Al-Ahzab ayat 52

Diriwayatkan oleh Sa'id yang bersumber dari 'Ikrimah, bahwa setelah Rasulullah saw. Menyuruh istrinya memilih antara dunia dan segala kemewahanya dengan Allah dan Rasul-Nya, terbuktilah istri-istrinya memilih Allah dan Rasul-Nya.

Tafsir Al Muyassar Al-Ahzab ayat 52

Tidak halal bagimu menikahi wanita lain setelah para istrimu Ummahatul Mukminin, tidak halal juga bagimu untuk mentalak mereka dan menikah dengan selain mereka sebagai penganti mereka. (Hal ini sebagai penghargaan kepada Ummahatul Mukminin dan ungkapan terima kasih atas kebaikan mereka selama ini yang memilih Allah, Rasul-Nya dan alam akhirat), sekalipun kamu mengagumi kecantikan wanita lain tersebut, kecuali hamba-hamba sahaya wanita, mereka halal bagimu. Allah Maha Mengawasi segala sesuatu, tidak ada sesuatu pun yang samar bagi-Nya.

Hadis Motivasi QS 33: 53

Dari Abu Hurairah dari Rasulullah. beliau bersabda: "Perempuan itu dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya. dan karena agamanya. Maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung." (HR Bukhari. 4802)

HADIS NIAGA QS AI-Ahzāb, 33: 53

Malu ketika Berbuat Maksiat kepada Allah

Dari Abdulah bin Umar dia mengatakan bahwa Nabi pernah melewati seorang laki-laki yang tengah mencela saudaranya karena pemalu. Laki- laki itu berkata, "Sesungguhnya, kamu selalu malu hingga hal itu akan membahayakanmu." Rasulullah kemudian bersabda: "Biarkanlah dia karena sesungguhnya sifat malu itu bagian dari iman." (HR Bukhari, 24, 6118; Muslim, 36)

AMAL NIAGA

1. Milikilah rasa malu karena malu merupakan kesempurnaan iman. Seorang pemalu enggan berbuat maksiat. Rasa malu itu akan mendorongnya untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah .
2. Peliharalah rasa malu dalam diri karena malu merupakan fitrah setiap manusia. Dia akan berkembang dan bertambah baik jika Anda memegang teguh adab-adab dalam syariat. menerangkan bahwa malu bisa diperoleh dari mengenal Allah, mengenal keagungan Allah, dan merasa bahwa Allah dekat dengannya. 
3. lbnu Rajab menerangkan bahwa malu bisa diperoleh dari mengenal Allah, mengenal keagungan Allah, dan merasa bahwa Allah dekat dengannya.

Tadabbur Surah Al-Ahzab Ayat 51-54

1. Ayat 51 dan 52 masih meneruskan hukum pada ayat-ayat sebelumnya terkait Nabi Muhammad saw. dan kaum mukmin. Allah bebaskan Nabi saw. memilih wanita yang datang untuk dinikahi dan dibebaskan juga menggilir malam para istrinya. Namun demikian, Nabi saw. tetap menerapkan sistem giliran malam tersebut agar hati para istri Beliau tenteram, tidak bersedih dan ridha. Setelah ayat ini turun, Rasul saw. dilarang untuk menikah lagi, atau mengganti istrinya dengan istri yang lain kendati kecantikannya mengagumkan Beliau, kecuali hamba sahaya masih dibolehkan. 
2. Ayat 53 dan 54 menjelaskan adab kaum  mukmin terhadap Rasul saw. Di antaranya, tidak boleh masuk ke rumah Rasul saw. kecuali setelah diizinkan dan tidak boleh menunggu makanan sampai matang. Kalau diundang makan, segera bubar setelah makan dan tidak  boleh mengobrol panjang, karena mengganggu dan membuat Nabi malu. Bila meminta keperluan kepada istri-istrinya maka mintalah  dari belakang hijab dan tidak boleh menikahi  mereka karena kedudukan mereka adalah ibu  bagi kaum mukmin. Allah Mengetahui apapun  yang kita tampakkan atau sembunyikan. 

Senin, 04 Agustus 2025

Apakah Orang Kafir Akan Ditanya Di Alam Kubur?

Alam Kubur (10)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Apakah Orang Kafir Akan Ditanya Di Alam Kubur?

Terdapat dalil bahwa semua mayit akan mengalami fitnah (ujian) kubur, yaitu mendapatkan pertanyaan dari malaikat di alam kubur. Apakah pertanyaan malaikat ini khusus hanya untuk setiap orang yang beriman atau juga dialami oleh orang kafir?

By Muhammad Saifudin Hakim 25 December 2014

Terdapat dalil bahwa semua mayit akan mengalami fitnah (ujian) kubur, yaitu mendapatkan pertanyaan dari malaikat di alam kubur. Apakah pertanyaan malaikat ini khusus hanya untuk setiap orang yang beriman atau juga dialami oleh orang kafir? Para ulama berbeda pendapat dalam masalah ini dan terbagi dalam dua pendapat.

Pendapat pertama, orang kafir tidak ditanya di alam kubur. Ini adalah pendapat ‘Ubaid bin ‘Umair (ulama terkemuka dari kalangan tabi’in) dan juga pendapat Ibnu Abdil Barr rahimahumullah.

‘Ubaid bin ‘Umair berkata,”Yang mendapatkan pertanyaan kubur hanya dua orang, yaitu orang mukmin dan orang munafik. Adapun orang kafir, maka mereka tidak ditanya tentang Muhammad dan mereka juga tidak mengenalnya” (Fathul Baari, 3/238).

Ibnu Abdil Barr rahimahullah berkata, “Hadis-hadis dalam masalah ini (fitnah kubur) hanyalah menunjukkan bahwa fitnah kubur tidaklah dialami kecuali hanya bagi orang beriman dan orang munafik yang ketika di dunia menisbatkan (mengaku) dirinya sebagai orang Islam yang terjaga darahnya karena mengucapkan dua kalimat syahadat. Adapun orang kafir yang ingkar, maka tidaklah termasuk orang-orang yang ditanya tentang Rabb-nya, agamanya, dan Nabi-nya. Yang ditanya tentang hal itu hanyalah orang muslim saja” (At-Tamhid, 22/251).

Pendapat ini dapat dibantah dengan mengatakan bahwa justru orang kafir itu lebih layak untuk ditanya daripada selain mereka. Allah Ta’ala memberitakan bahwa orang kafir akan ditanya pada hari kiamat,
فَلَنَسْأَلَنَّ الَّذِينَ أُرْسِلَ إِلَيْهِمْ وَلَنَسْأَلَنَّ الْمُرْسَلِين
َ
“Maka sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat yang telah diutus rasul-rasul kepada mereka dan sesungguhnya Kami akan menanyai (pula) rasul-rasul (Kami)” (QS. Al-A’raf [7]: 6).

Jika mereka ditanya di hari kiamat, bagaimana mungkin mereka tidak ditanya di kubur mereka?

Pendapat ke dua, orang kafir akan ditanya di kubur mereka. Pendapat ini dipilih oleh Abu Abdillah Al-Qurthubi (dalam kitab At-Tadzkirah bi Ahwalil Mauta wa Umuuril Akhiroh, 1/415), Ibnul Qayyim (dalam kitab Ar-Ruh, hal. 228), dan Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahumullah (dalam kitab Fathul Baari, 3/238). Mereka berdalil dengan keumuman dalil yang menunjukkan adanya pertanyaan (fitnah) kubur bagi mayit.

Pendapat yang lebih tepat (rajih) adalah pendapat kedua, bahwa orang kafir akan ditanya di alam kubur mereka. Hal ini karena beberapa alasan berikut ini:

Alasan pertama, yaitu keumuman dalil yang menunjukkan bahwa mayit akan ditanya di alam kubur dan tidak dibedakan apakah mayit tersebut muslim atau orang kafir.

Alasan ke dua, yaitu hadits yang terdapat dalam Shahih Bukhari dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ العَبْدَ إِذَا وُضِعَ فِي قَبْرِهِ وَتَوَلَّى عَنْهُ أَصْحَابُهُ، وَإِنَّهُ لَيَسْمَعُ قَرْعَ نِعَالِهِمْ، أَتَاهُ مَلَكَانِ فَيُقْعِدَانِهِ، فَيَقُولاَنِ: مَا كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ لِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَمَّا المُؤْمِنُ، فَيَقُولُ: أَشْهَدُ أَنَّهُ عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، فَيُقَالُ لَهُ: انْظُرْ إِلَى مَقْعَدِكَ مِنَ النَّارِ قَدْ أَبْدَلَكَ اللَّهُ بِهِ مَقْعَدًا مِنَ الجَنَّةِ، فَيَرَاهُمَا جَمِيعًا، قَالَ: وَأَمَّا المُنَافِقُ وَالكَافِرُ فَيُقَالُ لَهُ: مَا كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ؟ فَيَقُولُ: لاَ أَدْرِي كُنْتُ أَقُولُ مَا يَقُولُ النَّاسُ، فَيُقَالُ: لاَ دَرَيْتَ وَلاَ تَلَيْتَ، وَيُضْرَبُ بِمَطَارِقَ مِنْ حَدِيدٍ ضَرْبَةً، فَيَصِيحُ صَيْحَةً يَسْمَعُهَا مَنْ يَلِيهِ غَيْرَ الثَّقَلَيْنِ
“Sesungguhnya seorang hamba jika telah dimakamkan di kuburnya, dan sahabat-sahabatnya (yang mengiring jenazahnya) telah pulang, maka sungguh dia akan mendengar suara langkah sandal mereka. Kemudian dua orang malaikat mendatanginya dan mendudukkannya. Dua orang malaikat tersebut berkata kepadanya,

‘Apa yang dulu Engkau katakan tentang orang ini –yaitu Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam-?’

Adapun orang beriman, maka dia akan menjawab, ’Aku bersaksi bahwa dia (Muhammad) adalah hamba dan utusan-Nya.’

Maka dikatakan kepadanya, ‘Lihatlah tempat dudukmu di neraka. Sungguh Allah telah menggantinya dengan tempat duduk di surga.’ Maka dia melihat dua-duanya sekaligus.

Adapun orang munafik dan orang kafir, maka ditanyakan kepada mereka, ‘Apa yang dulu Engkau katakan tentang orang ini –yaitu Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam-?’

Maka mereka berkata, ‘Aku tidak tahu. Aku dulu mengatakan apa yang dikatakan oleh kebanyakan manusia.’

Malaikat berkata, ‘Engkau tidak tahu dan Engkau tidak mengikuti.’ Malaikat kemudian memukulnya dengan palu dari besi, dia pun berteriak sampai-sampai didengar oleh makhluk yang berada di atasnya, selain jin dan manusia” (HR. Bukhari no. 1374).

Hadits ini tegas menunjukkan bahwa orang kafir akan ditanya di kubur mereka. Maka jelaslah bahwa pendapat yang benar adalah bahwa orang kafir akan ditanya di alam kuburnya dan orang kafir justru lebih layak ditanya daripada orang beriman. Jika telah pasti bahwa orang kafir akan ditanya pada hari kiamat, maka tidak ada penghalang bagi mereka untuk juga ditanya di alam kuburnya. [1]

Syaikh Dr. Shalih Al-Fauzan hafizahullah berkata, “Para ulama berbeda pendapat apakah pertanyaan di alam kubur bersifat umum, yaitu bagi kaum muslimin, orang munafik, dan orang kafir atau hanya khusus bagi orang muslim dan orang munafik? Ada yang berpendapat, (fitnah kubur) hanya khusus bagi muslim dan munafik dan bukan untuk orang kafir. Ada juga yang berpendapat bahwa fitnah kubur bersifat umum bagi orang kafir dan orang muslim. Pendapat inilah yang ditunjukkan oleh dalil dari Al-Kitab dan As-Sunnah, dan mengecualikan orang kafir dari fitnah kubur adalah (pendapat yang) tidak berdasar.” [2]

Wallahu a’lam.

Catatan kaki:

[1] Disarikan dari Al-Imaan bimaa Ba’dal Maut: Masaail wa Dalaail, karya Ahmad bin Muhammad bin Shadiq An-Najar, Daar An-Nashihah, cetakan pertama, tahun 1434, hal. 43-46.

[2] Dikutip dari Al-Irsyad ila Shahihil I’tiqod, karya Syaikh Dr. Shalih Al-Fauzan hafidzahullah, tahqiq: Abu Hafz Al-Atsary, Maktabah Salsabila, cetakan pertama, hal. 220.

Rabu, 30 Juli 2025

Pentingnya Menyelisihi Jalan Orang-orang Kafir

One Day One Hadits (328)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Pentingnya Menyelisihi Jalan Orang-orang Kafir

عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ كاَنَ قَبْلَكُمْ شِبْراً بِشِبْرٍ وذِرَاعاً بِذِرَاعٍ, حَتَّى لَوْ سَلَكُوْا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوْهُ. قُلْنَا: يَارَسُوْلَ اللهِ, الْيَهُوْدَ وَالنَّصَارَى ؟ قَالَ: فَمَنْ» ؟ . رواه البخاري

Dari Abu Sa’id (al-Khudry) bahwasanya Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh kalian akan mengikuti sunnah (cara/metode) orang-orang sebelum kamu, sejengkal-demi sejengkal, sehasta demi sehasta, hingga andaikata mereka menelusuri lubang masuk ‘Dlobb’ (binatang khusus padang sahara, sejenis biawak-red), niscaya kalian akan menelusurinya pula”.
[Kami (para shahabat) berkata: “Wahai Rasulullah! (mereka itu) orang-orang Yahudi dan Nashrani?”. Beliau bersabda: “Siapa lagi (kalau bukan mereka-red)”. {H.R.al-Bukhary)

Pelajaran yang terdapat di dalam hadits:

1. Makna hadits diatas adalah bahwa Rasulullah telah mensyinyalir melalui nubu-at (tanda-tanda kenabian)-nya, bahwa kelak di akhir zaman, ada diantara umatnya yang mengikuti gaya hidup orang-orang sebelum mereka, yaitu orang-orang Yahudi dan Nashrani.

2. Beliau menegaskan bahwa di dalam mengikuti dan meniru-niru gaya hidup mereka tersebut, umatnya melakukannya secara bertahap dari mulai sejengkal, sehasta dan seterusnya.

3. Ketika Rasulullah menyinggung tentang orang-orang sebelum mereka, para shahabat seakan tahu siapa mereka itu, yaitu orang-orang Yahudi dan Nashrani, tetapi masih ragu dan ingin mendapatkan penegasan dari Rasullah.
Namun Rasulullah menjawabnya dengan gaya bahasa bertanya pula sebagai penegasannya: “Kalau bukan mereka, siapa lagi?”.

4. Hadits tersebut dimulai dengan tiga kata penegas; yaitu al-Qasam al-Muqaddar (Bentuk sumpah yang abstrak), al-Lâm serta an-Nûn. Semuanya di dalam tata bahasa Arab adalah merupakan bentuk penegasan dimana seharusnya kalimat aslinya berbunyi ‘Demi Allah, Sungguh kamu akan mengikuti…’.

5. Bahwa ada diantara cara-cara hidup (sunnah/metode) orang-orang terdahulu yang tidak menyebabkan pelakunya keluar dari dien ini tapi dosa besar seperti memakan riba, dengki, prostitusi dan dusta. Sebagian lagi ada yang mengeluarkan pelakunya dari dien ini seperti menyembah berhala.
Pelakunya bisa rusak aqidahnya seperti, mengucapkan selamat na tal, natalan bersama, merayakan tahun baru masehi dll.

6. Hadits tersebut dimaksudkan untuk mengingatkan umat ini akan perihal tersebut sehingga mereka berhati-hati. Jadi, maknanya bukan menetapkan (iqrar) bahwa hal itu disetujui akan terjadinya sehingga membuat orang yang lemah imannya beralasan dengan hadits ini ketika akan melakukan perbuatan maksiat bahwa apa yang dilakukannya semata karena telah ditetapkan oleh Rasulullah sendiri. Sungguh ini merupakan ucapan dusta yang nyata terhadap beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam.

7. Semua perbuatan maksiat yang terjadi saat ini mesti ada asal-usulnya pada umat-umat terdahulu akan tetapi orang yang diberi taufiq oleh Allah untuk mendapatkan hidayah, maka dia akan mendapatkan hidayah tersebut.

8. Ucapan Rasulullah ‘lubang masuk/rumah dlobb’ karena lubang dlobb merupakan lubang binatang yang paling kecil dan perumpamaan ini hanya dimaksudkan sebagai al-Mubâlaghah (berlebih-lebihan). Artinya, bahwa umat ini benar-benar akan mengikuti mereka hingga bila diajak masuk ke lubang yang paling kecil sekalipun.Tentunya, bila diajak untuk memasuki lubang/rumah singa yang lebih besar, lebih pasti lagi mereka akan mengikutinya.

9. Imam an-Nawawy –rahimahullah- menegaskan: “Ini merupakan mu’jizat yang nyata sekali dari Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam dan apa yang beliau beritakan telah benar-benar terjadi”.

Tema hadist yang berkaitan dengan Al Qur'an:

1. Bahwa perbuatan maksiat yang terjadi pada umat ini memiliki akar dan asal-usul pada umat-umat masa lampau. Demikian pula, bahwa tidaklah ada perbuatan yang dilakukan oleh umat-umat masa lampau melainkan akan ada pewarisnya pada umat ini.

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنزلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ قَالُوا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا

Apabila dikatakan kepada mereka, "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul, " mereka menjawab, "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya.” (Al-Maidah: 104)

2. Alloh –ta’ala- telah mengabarkan tentang pentingnya ketegaran di atas jalan-Nya yang lurus

فَاسْتَمْسِكْ بِالَّذِي أُوحِيَ إِلَيْكَ إِنَّكَ عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ . وَإِنَّهُ لَذِكْرٌ لَكَ وَلِقَوْمِكَ وَسَوْفَ تُسْأَلُونَ [الزخرف/43، 44]

“Maka berpegang teguhlah kamu kepada agama yang telah diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus. Sesungguhnya Al-Quran itu benar-benar adalah suatu kemuliaan besar bagimu dan bagi kaummu dan kelak kamu akan diminta pertanggungan jawab.” (QS. Az-Zukhruf: 43-44)

Minggu, 27 Juli 2025

Tadabbur Al Quran Hal. 424

Tadabbur Al-Quran Hal. 424
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.
- Al-Ahzab ayat 47 :

وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِيْنَ بِاَنَّ لَهُمْ مِّنَ اللّٰهِ فَضْلًا كَبِيْرًا

Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang mukmin bahwa sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari Allah.

- Asbabun Nuzul Al-Ahzab ayat 47 :

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari 'Ikrimah dan Hasan Al-Bishri, bahwa ketika turun ayat "Liyaghfira lakallahu ma taqaddama min dzambika wa ma taakhkhara" (surat Al-Fath: 2), berkata kaum mukminin: "Beruntunglah tuan ya Rasulullah, kami telah tahu apa yang akan Allah perbuat terhadap tuan, tapi apa yang akan Allah lakukan terhadap kami?". Maka Allah menurunkan "Liyudkhilal mu'minima wal mu'minati jannatin" sampai akhir surat (Surat Al-Fath: 5) dan ayat tersebut (Surat Al-Ahzab: 47) yang menjanjikan surga bagi kaum Mukminin.

Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam kitab dalailun nubuwwah yang bersumber dari Ar-Rabi' bin Anas, bahwa ketika turun ayat "Wama adri ma yaf'alu bi wala bikum" (Surat Al-Ahqaf: 9) dan "liyaghfira lakallahu ma taqaddama min dzambika wa ma taakhkhara" (surat Al-Fath: 2) para sahabat berkata: "Ya Rasulullah, kami telah mengeteahui apa yang akan diperbuat Allah terhadap tuan, tapi kami tidak tahu apa yang akan Allah perbuat terhadap kami". Maka turunlah ayat ini (surat Al-Ahzab: 47) yang menegaskan bahwa karunia yang besar disediakan bagi kaum Mukminin. Ditegaskan dengan karunia yang besar itu adalah surga.

- Tafsir Al Muyassar Al-Ahzab ayat 47 :

Sampaikan berita gembira (wahai Nabi) kepada orang-orang yang beriman bahwa mereka mendapatkan pahala yang besar dari Allah, yaitu kebun-kebun di surga.

- Riyāduş Şālihin :

Penyusun Kitab Riyād Al-Sālihin (Imam An-Nawawi) berkata, "Bab tentang perintah memelihara sunnah dan adab-adabnya." Yang dimaksud dengan Sunnah di sini ialah Sunnah Rasulullah Saw.. yaitu aturan yang ditempuh oleh beliau, baik dalam urusan ibadah, akhlak, maupun muamalah beliau, yang meliputi sabda, perbuatan, dan taqrir (persetujuan) beliau terhadap ucapan atau tindakan sahabat beliau. Dalam bab ini penyusun Kitab itu menyebutkan beberapa firman Allah Swt. antara lain, firman-Nya, Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah. (QS Al-Ahzāb, 33: 21). Dari ayat ini para ulama mengambil dalil bahwa perbuatan Nabi Saw. itu menjadi hujjah agama yang pantas untuk diteladani kecuali terdapat dalil sebagai kekhususan bagi beliau. Seperti firman-Nya, Wahai Nabi! Sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu istri-istrimu yang telah engkau berikan maskawinnya dan hamba sahaya yang engkau miliki, termasuk apa yang engkau peroleh dalam peperangan yang dikaruniakan Allah untukmu, dan (demikian pula) anak-anak perempuan dari saudara laki-laki bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara perempuan bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara laki-laki ibumu dan anak-anak perempuan dari saudara perempuan ibumu yang turut hijrah bersamamu, dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi ingin menikahinya, sebagai kekhususan bagimu, bukan untuk semua orang mukmin... (QS Al-Ahzāb, 33: 50), maka yang dinyatakan khusus bagi beliau berarti hanya berlaku untuk beliau semata. (Muhammad bin sālih Al-Usaimin, Syarhu Riyādis Sālihina, Juz 1, t.t.:177).

- Hadiš Nabawi :

Dari Anas Ra. sesungguhnya Nabi Saw. pernah menggilir para istrinya dalam satu malam, sementara saat itu beliau memiliki sembilan orang istri." (HR A-Bukhāri, Shahihu7 Bukhāri, Juz 3, No. Hadis 5068, 1422 H: 355).

- Hadiš Qudsi :

Dari Abu Said Al-Khudriy, dari Nabi Saw., beliau bersabda, "blis berkata, Wahai Rabb, aku akan senantiasa menggelincirkan anak cucu Adam selama ruh mereka masih ada didalam jasad-jasad mereka. Kemudian beliau bersabda, "Maka Allah Swt. berfirman, "Aku akan tetap mengampuni mereka selama mereka meminta ampun kepada-Ku." (HR Ahmad). (1sāmuddin As-Sabābati, Jāmiul Ahādisil Qudsiyyati, Juz 2, t.t: 156).

- HADIS NIAGA QS AI-Ahzāb, 33: 45 :

Larangan Membuat Keributan di Pasar

Dari Atha bin Yasar, dia berkata, Aku bertenmu dengan Abdullah bin Amr bin Ash lalu aku berkata, "Kabarkan kepadaku tentang sifat Rasulullah di dalam kitab Taurat." Dia berkata, "Baik. Demi Allah, sungguh beliau telah disebutkan dalam kitab Taurat sebagian sifat beliau seperti yang disebutkan dalam Al-Quran: "Wahai Nabi, sesungguhnya kami mengutus engkau sebagai saksi, pemberi kabar gembira, pemberi peringatan, dan menjaga para ummiyyin (kaum yang tidak bisa baca-tulis). Engkau adalah hamba-Ku dan Rasul-Ku, Aku memberimu nama AI-Mutawakkil, bukan orang yang bersifat kasar dan keras, tidak suka berteriak-teriak di pasar, dan tidak membalas keburukan dengan keburukan, tetapi memaafkan dan mengampuni." Allah tidak akan mematikan beliau hingga beliau meluruskan agama-agama yang bengkok agar umatnya hanya mengucapkan lā iläha illalläh yang dengannya akan membuka mata yang buta, telinga yang tuli, dan hati yang tertutup. (HR Bukhari, 2018)

- Tadabbur Surah Al-Ahzab Ayat 44-50 :

1. Ayat 44 meneruskan pembahasan sebelumnya. Mukmin dan mukminah yang memiliki 10 sifat akan mendapat sambutan dari Allah di akhirat dengan ucapan « Salam» dan surga. 
2. Ayat 45-48 menjelaskan hal-hal terkait Nabi Muhammad saw. Allah mengutus Beliau sebagai saksi, pemberi kabar gembira, kabar takut dan penyeru kepada Allah dengan konsep yang jelas dan terang.  
3. Allah menyuruh Nabi Muhamamd saw. agar memberikan kabar gembira kepada kaum mukmin dan karunia yang amat besar, yakni surga. Dalam menyampaikan dakwah, Allah melarang Rasul saw. untuk mengikuti kemauan kaum kafir dan munafik, tidak mempedulikan gangguan dari mereka dan bertawakkal kepada Allah saja,  karena Allah itu cukup menjadi penolong Rasulullah dan kaum mukmin. 
4. Ayat 49 menjelaskan, jika seorang mukmin menceraikan istrinya sebelum berhubungan badan, maka tidak ada masa ‘iddah bagi mantan istrinya dan ia harus memberinya tunjangan semampunya.
5. Ayat 50 menjelaskan, Allah menghalalkan kepada Nabi Muhammmad saw. istri-istri yang telah dibayar maharnya dan hamba sahaya yang diperoleh dari peperangan. Demikian juga dihalalkan kepada Nabi saw. untuk menikahi  putri-putri bibinya dari ayah dan putri-putri bibi dari ibunya yang hijrah ke Madinah bersama  Beliau, wanita mukminah yang menyerahkan  dirinya untuk dinikahi, jika Nabi saw. mau menikahinya. Hukum ini khusus untuk Nabi Muhammad saw. dan tidak berlaku bagi kaum mukmin lainnya. Allah menjelaskan hukum ini agar Nabi saw. tidak merasa keberatan menjalankannya di tengah kaum mukmin yang telah ditetapkan pula hukumnya untuk mereka. Allah  Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 

Sabtu, 19 Juli 2025

Tadabbur Al Quran Hal. 423

Tadabbur Al-Quran Hal. 423
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.
- Al-Ahzab ayat 37 :

وَاِذْ تَقُوْلُ لِلَّذِيْٓ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِ وَاَنْعَمْتَ عَلَيْهِ اَمْسِكْ عَلَيْكَ زَوْجَكَ وَاتَّقِ اللّٰهَ وَتُخْفِيْ فِيْ نَفْسِكَ مَا اللّٰهُ مُبْدِيْهِ وَتَخْشَى النَّاسَۚ وَاللّٰهُ اَحَقُّ اَنْ تَخْشٰىهُ ۗ فَلَمَّا قَضٰى زَيْدٌ مِّنْهَا وَطَرًاۗ زَوَّجْنٰكَهَا لِكَيْ لَا يَكُوْنَ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ حَرَجٌ فِيْٓ اَزْوَاجِ اَدْعِيَاۤىِٕهِمْ اِذَا قَضَوْا مِنْهُنَّ وَطَرًاۗ وَكَانَ اَمْرُ اللّٰهِ مَفْعُوْلًا

Dan (ingatlah), ketika engkau (Muhammad) berkata kepada orang yang telah diberi nikmat oleh Allah dan engkau (juga) telah memberi nikmat kepadanya, “Pertahankanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah,” sedang engkau menyembunyikan di dalam hatimu apa yang akan dinyatakan oleh Allah, dan engkau takut kepada manusia, padahal Allah lebih berhak engkau takuti. Maka ketika Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami nikahkan engkau dengan dia (Zainab) [682] agar tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (menikahi) istri-istri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya terhadap istrinya. Dan ketetapan Allah itu pasti terjadi.

- [682] Setelah habis masa iddahnya.

- Asbabun Nuzul Al-Ahzab ayat 37 :

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari yang bersumber dari Anas, bahwa ayat ini turun berkenaan dengan peristiwa Zainab binti Jahsyi dan Zaid bin Haritsah. Diriwayatkan oleh Al-Hakim yang bersumber dari Anas, bahwa Zaid bin Haritsah mengadu kepada Nabi Saw. Tentang kelakuan Zainab binti Jahsyi. Bersabdalah Rasulullah Saw. "Tahanlah istrimu". Maka turunlah ayat ini yang mengingatkan Rasulullah akan sesuatu yang tetap dirahasiakan oleh dirinya yang telah diberitahukan oleh Allah.

Diriwayatkan oleh Muslim, Ahmad dan An-Nasai, bahwa ketika telah habis iddah Zainab (setelah dicerai oleh Zaid), bersabdalah Rasulullah Saw. Kepada Zaid: "Pergilah engkau kepada Zainab dan terangkanlah kepadanya bahwa aku akan mengawininya". Berangkatlah Zaid memberitahukan maksud Rasulullah. Zainab pun menjawab: "Aku tidak akan berbuat apa-apa sebelum meminta pertimbangan dari Tuhanku". Ia pergi ke tempat sujudnya. Setelah turun ayat ini, datanglah Rasulullah Saw. Mengawininya tanpa menunggu persetujuannya. Pada waktu itu para sahabat dijamu makan roti dan daging walimah dan berangsur pulang, hanya tinggal beberapa orang saja bercakap-cakap disana. Keluar masuklah Rasulullah kerumah istrinya dan Zaid pun mengikutinya. Beberapa kemudian diberitahukan bahwa semua orang sudah meninggalkan rumah Zainab. Maka pergilah Rasulullah Saw. Dan mendapatkan Zainab diikuti oleh Zaid. Akan tetapi Rasulullah saw. Dihalangi dengan hijab. Turun pula (Q.S. Al-Ahzab ayat 53) berkenaan dengan peristiwa tersebut sebagai larangan kepada kaum muslimin untuk memasuki Rasulullah kecuali dengan izinnya.

- Tafsir Al Muyassar Al-Ahzab ayat 37 :

Tatkala kamu (wahai Nabi) berkata kepada orang yang Allah beri nikmat Islam kepadanya (yaitu Zaid bin Haritsah yang dimerdekakan oleh Nabi dan pernah diangkat sebagai anak oleh beliau) dan kamu memberi nikmat kemerdekaan kepadanya: Biarkan istrimu Zaenab binti Jahsy dalam ikatakan pernikahanmu, dan jangan mentalaknya, dan bertakwalah kepada Allah wahai Zaid. Dan kamu (wahai Nabi) menyembunyikan dalam hatimu apa yang Allah wahyukan kepadamu, yaitu talak Zaid terhadap istrinya dan menikahkanmu dengan mantan istrinya, dan Allah telah menampakkan apa yang kamu sembunyikan. Kamu takut orang-orang munafik akan berkata: Muhammad menikahi mantan istri bekas anak angkatnya sendiri. Padahal Allah jauh lebih patut untuk kamu takuti. Manakala Zaid sudah menunaikan hajatnya darinya dan mentalaknya, kemudian istrinya telah menyelesaikan masa iddahnya, Kami menikahkanmu dengannya secara langsung, agar kamu menjadi teladan dalam membatalkan adat larangan menikah dengan mantan istri bekas anak angkat setelah terjadi talak. Orang-orang mukmin tidak berdosa untuk menikahi wanita-wanita yang sudah ditalak oleh suami-suami mereka, bila suami-suami mereka sudah menunaikan hajat mereka dari mereka, sekalipun suami-suami tersebut adalah mantan anak angkat mereka sendiri. Ketetapan Allah pasti terlaksana tanpa penghalang dan penolak. Pengangkatan anak sendiri adalah adat jahiliyah yang dibatalkan Islam dengan firman Allah: Panggillah mereka dengan nama bapak-bapak mereka.

- Sirah Nabawi :

Pada bulan Safar tahun ke-5 H. (Juni 626 M). Rasulullah Saw. menikahi Zainab binti Jahsy bin Ri'ab Al-Asadiyah. Dia adalah saudara Abdullah bin Jahsy. Ibunya adalah Aminah binti Abdul Mutalib, bibi Rasulullah Saw. Dia termasuk orang yang terdahulu masuk Islam. Rasulullah Saw. menikahinya setelah diceraikan oleh suaminya yang pertama, Zaid bin Harisah Ra. Zaid bin Harišah Ra. adalah maula Khadijah yang diberikan kepada Rasulullah Saw. sebelum beliau diutus menjadi nabi. Saat itu Zaid berusia delapan tahun, lalu beliau memerdekakannya dan mengadopsinya. Waktu itu orang-orang memanggilnya Zaid bin Muhammad. Setelah dewasa, Rasulullah menikahkan Zaid dengan anak bibinya, Zainab binti Jahsy. Ketika Rasulullah Saw. melamarnya untuk Zaid, dia enggan menikah dengannya. Karena itu, Rasulullah Saw. berkata kepadanya, "Menikahlah dengannya." Dia menjawab, "Ya Rasulullah, aku pikir-pikir dulu." Sehabis keduanya berbicara, tiba-tiba Allah menurunkan firmannya, Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia telah tersesat dengan kesesatan yang nyata. (QS A-Ahzāb, 33: 36). Oleh karena itu, Zainab Ra. berkata, "Aku rela dia menikahiku, Ya Rasulullah." Rasulullah berkata, "Baiklah." Lalu Zainab Ra. berkata,"Kalau begitu, aku tidak durhaka kepada Rasulullah Saw. Aku bersedia dia (Zaid) menikahi diriku." Adapun mengapa Zainab Ra. mula-mula mènolak, adalah karena dia beranggapan Zaid Ra. itu tidak Kufu' (sepadan) dengan dirinya, dan dia mengaku dirinya lebih baik nasab maupun pangkatnya daripada Zaid Ra. Dia adalah wanita yang tegas, tapi setelah turunnya ayat ini, dia pun rela menerima Zaid Ra. Sungguhpun demikian, Zaid Ra. akhir-nya mengadukan perihal Zainab Ra. kepada Rasulullah Saw. bahwa dia menyakitinya dan menyombongkan diri terhadapnya, dikarenakan merasa lebih tinggi nasabnya dan tidak sepadan. Akan tetapi beliau berkata kepada Zaid, "Tahanlah istrimu." Maksudnya, jangan ceraikan dia. Namun Zaid Ra. tidak tahan untuk mempertahankan rumah tangganya, maka dia menceraikan istrinya. Ini wajar, karena siapa pun tidak akan sanggup bergaul dengan seorang istri yang sombong dan beranggapan dirinya lebih tinggi daripada suaminya. (Muhammad Rido, Muhammad Saw, 519-520 & lbnul Asir Al-Jazari, Al-Kâmil fit Tārikhi, Jilid 2, 1407 H/1987 M: 69).

- Syamail Muhammadiyah:

Jenis Roti yang dikonsumsi oleh Nabi Saw. dan Keluarganya

Dari Aisyah Ra., ia berkata, "Keluarga Muhammad Saw. tidak pernah kenyang dengan roti gandum (sya ir) dua hari berturut-turut hingga Rasulullah Saw. wafat." Dalam riwayat lain Ibnu Abbas menerangkan bahwa Rasulullah Saw. pernah tidur beberapa malam secara berturut-turut dengan perut kosong dan keluarganya tidak memiliki makan malam, dan roti mereka yang paling banyak adalah roti sya ir." (HR Abu Isa At-Tirmiži, Asy-Syamā ilu'l Muhammadiyyatu, 1427 H/2006 M: 63-64)

- Nasihat & Pelajaran :

1. Allah Swt. tidak memerintahkan Nabi Saw. untuk memberi peringatan kepada manusia tentang peristiwa ini karena dipandang tidak berfaedah, namun Dia mengingatkan Rasulullah Saw., dengan firnman-Nya, .. sedang engkau menyembunyikan di dalam hatimu apa yang akan dinyatakan oleh Allah... agar beliau tetap tenang dalam menyikapinya. 
2. Semua itu bertujuan agar mengambil pelajaran dari sebab-akibat yang ditetapkan Allah untuk membenarkan kehendak-Nya, di samping menetapkan pembatalan adopsi anak dan membantah anggapan batil orang-orang munafik yang telah menyebarkan fitnah dalam masalah pernikahan Rasulullah Saw. dengan Zainab binti Jahsy setelah diceraikan oleh Zaid bin Harišah, dimana mereka mengatakan bahwa, "Nabi Savw. telah menikahi istri anaknya padahal perbuatan demikian itu telah dilarang." Karena itu, kisah ini diakhiri dengan pujian Allah terhadap orang-orang yang beriman dengan firman-Nya, <Dialah yang memberi rahmat kepadamu.. (QS Al-Ahzāb, 33:43) dan dengan perintah untuk berpaling dari orang-orang musyrik dan munafik serta gangguan mereka. (Ibnu Asyur, Tafsirut Tahriri Wat Tanwiri, Juz 21, 1984: 259).

- Hadis Motivasi QS 33: 40 :

Dari Jubair bin Muth'im bahwa Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya, saya adalah Muhammad. saya adalah Ahmad, saya adalah Al-Mahi yang maknanya 'Allah menghapus kekufuran denganku. saya adalah A-Hasyir yang maknanya orang orang akan dikumpulkan mengikuti kakiku', dan saya adalah AL-Aqib yang maknanya tiada nabi sesudahku'." (HR Muslim, 2354)

- HADIS NIAGA QS AI-Ahzāb, 33: 42 :

Keberkahan Waktu Pagi bagi Pedagang

Rasulullah bersabda: "Ya Alah, Dari Sakhr Al-Ghamidi, dia berkata, berkahilah umatku pada waktu paginya." Jika Rasulullah hendak mengutus pasukan atau tentara, beliau melakukannya pada pagi hari. Sakhr adalah seorang pedagang yang menjajakan dagangannya pada pagi hari sehingga dia menjadi kaya raya. (HR Abu Dawud, 2606)

- AMAL NIAGA :

"Ya Allah, nikmat apa pun yang ada padaku pada waktu pagi hari atau yang ada pada setiap makhluk-Mu, semuanya hanya dari-Mu semata, tiada sekutu bagi-Mu. Bagi-Mu segala puji dan segəla syukur." Keluarlah sejak pagi hari untuk melakukan aktivitas agama dan dunia Anda. Berusahalah melakukannya dengan kesungguhan hati. Kemudian, perhatikanlah perbedaan hasilnya.

- Tadabbur Surah Al-Ahzab Ayat 36-43 :

1. Ayat 36 menjelaskan mukmin dan mukminah wajib taat kepada Allah dan Rasul saw. dan tidak boleh ada pilihan lain dari diri mereka.  Yang tidak mau taat, berarti durhaka. Siapa yang durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya maka ia telah sesat dengan kesesatan yang nyata.  
2. Ayat 37-40 mejelaskan, Allah melarang Nabi Muhammad saw. takut kepada manusia dalam menyampaikan risalah (misi) Allah dan tidak boleh menyembunyikan wahyu. Allah menegur Rasul saw. ketika menyuruh Zaid bin Haritsah agar tetap mempertahankan Zainab binti Jahsyin sebagai isterinya, padahal Allah sudah memberi tahu sebelumnya akan menikahkan Beliau dengan Zainab setelah bercerai dengan Zaid. Dari kasus Zaid dan Zainab itu, Allah juga menghendaki pembatalan tradisi jahiliyah yang menyamakan anak angkat dengan anak kandung. Nabi saw. juga tidak boleh merasa  berat atas semua yang ditetapkan Allah padanya sebagaimana yang ditetapkan kepada para Nabi sebelumnya. Muhammad itu adalah  Rasulullah dan penutup para Nabi.  
3. Ayat 41 dan 43 menjelaskan Allah memerintahkan kaum mukmin untuk berzikir pada-Nya dengan banyak dan bertasbih pada-Nya waktu pagi dan sore hari. Allah memberi rahmat kepada kaum mukmin dan malaikatnya mendoakan agar kaum mukminin keluar dari kegelapan jahiliyah kepada cahaya Islam. Allah Maha Penyayang kepada kaum mukmin. 

Senin, 14 Juli 2025

Mengambil faidah dari keterangan Ustadz Firanda, M.A.

Tematik (220)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Mengambil faidah dari keterangan Ustadz Firanda, M.A., 

berikut beberapa kasus yang membolehkan sang istri melakukan gugat cerai,

1.Jika sang suami sangat nampak membenci sang istri, akan tetapi sang suami sengaja tidak ingin menceraikan sang istri agar sang istri menjadi seperti wanita yang tergantung.

2. Akhlak suami yang buruk terhadap sang istri, seperti suka menghinanya atau suka memukulnya.

3. Agama sang suami yang buruk, seperti sang suami yang terlalu sering melakukan dosa-dosa, seperti minum khomr, berjudi, berzina, atau sering meninggalkan sholat, suka mendengar musik, dll

4. Jika sang suami tidak menunaikan hak utama sang istri, seperti tidak memberikan nafkah kepadanya, atau tidak membelikan pakaian untuknya, dan kebutuhan-kebutuhan primer yang lainnya, padahal sang suami mampu.

5. Jika sang suami ternyata tidak bisa menggauli istrinya dengan baik, misalnya jika sang suami cacat, atau tidak bisa melakukan hubungan biologis, atau tidak adil dalam mabit (jatah menginap), atau tidak mau atau jarang memenuhi kebutuhan biologisnya karena condong kepada istri yang lain.

6. Jika sang wanita sama sekali tidak membenci sang suami, hanya saja sang wanita khawatir tidak bisa menjalankan kewajibannya sebagai istri sehingga tidak bisa menunaikan hak-hak suaminya dengan baik. Maka boleh baginya meminta agar suaminya meridoinya untuk khulu’, karena ia khawatir terjerumus dalam dosa karena tidak bisa menunaikan hak-hak suami.

7. Jika sang istri membenci suaminya bukan karena akhlak yang buruk, dan juga bukan karena agama suami yang buruk. Akan tetapi sang istri tidak bisa mencintai sang suami karena kekurangan pada jasadnya, seperti cacat, atau buruknya suami.

(Silahkan lihat Roudhotut Toolibiin 7:374, dan juga fatwa Syaikh Ibn Jibrin rahimahullah)

Jika data yang Anda sampaikan benar, insya Allah wanita itu berhak melakukan gugat cerai. Terutama karena sang suami tidak mau shalat. Dia bisa melaporkan ke PA (Pengadilan Agama) untuk menyampaikan semua aduhannya. Jika pihak PA menyetujui, maka sang istri bisa lepas dari ikatan pernikahan dengan suaminya yang pertama.
Allahu a’lam

Dijawab oleh ustadz Ammi Nur Baits

Sabtu, 12 Juli 2025

Begini Urutan Tanda Kiamat Besar di Akhir Zaman

Tematik (219)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
 
Begini Urutan Tanda Kiamat Besar di Akhir Zaman

Para ulama menyebutkan bahwa tanda-tanda besar hari kiamat ada 10, sebagaimana yang datang dalam hadits dari sahabat Hudzaifah Al-Ghifari, beliau berkata,

اطَّلَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْنَا وَنَحْنُ نَتَذَاكَرُ، فَقَالَ: مَا تَذَاكَرُونَ؟ قَالُوا: نَذْكُرُ السَّاعَةَ، قَالَ: ” إِنَّهَا لَنْ تَقُومَ حَتَّى تَرَوْنَ قَبْلَهَا عَشْرَ آيَاتٍ – فَذَكَرَ – الدُّخَانَ، وَالدَّجَّالَ، وَالدَّابَّةَ، وَطُلُوعَ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا، وَنُزُولَ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَيَأَجُوجَ وَمَأْجُوجَ، وَثَلَاثَةَ خُسُوفٍ: خَسْفٌ بِالْمَشْرِقِ، وَخَسْفٌ بِالْمَغْرِبِ، وَخَسْفٌ بِجَزِيرَةِ الْعَرَبِ، وَآخِرُ ذَلِكَ نَارٌ تَخْرُجُ مِنَ الْيَمَنِ، تَطْرُدُ النَّاسَ إِلَى مَحْشَرِهِمْ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam datang kepada kami, sedangkan kami sedang berbincang-bincang. 
Maka beliau bertanya, ‘Apa yang kalian perbincangkan?’ Para sahabat berkata, ‘Kami sedang membincangkan tentang hari kiamat.’ 
Beliau bersabda, ‘(Ketahuilah) bahwasanya hari kiamat tidak akan tegak sampai kalian melihat sebelumnya sepuluh tanda (besar).’ 

Maka beliau menyebutkan: 
Dukhan (asap), Dajjal, Dabbah (hewan yang bisa berbicara), terbitnya matahari dari barat, turunnya nabi ‘Isa bin Maryam ‘alaihissalam, keluarnya Ya’juj dan Ma’juj, tiga pembenaman (amblasnya bumi): amblasnya bumi di bagian timur, amblasnya bumi di bagian barat, amblasnya bumi di Jazirah Arab dan tanda terakhirnya adalah keluarnya api dari Yaman yang menggiring manusia menuju mahsyar’.” 
(HR. Muslim no. 2901)

Hanya saja para ulama berselisih pendapat tentang urutannya secara kronologis, karena hadits di atas demikian pula hadits-hadits yang lain tidak secara jelas dan gamblang menjelaskan urutan tanda-tanda kiamat. 

Urutan yang ada di dalam hadits sama sekali tidak mengandung arti urutan yang sebenarnya dalam kronologis, bahkan antara satu dalil dengan dalil lainnya datang dalam urutan yang berbeda. 
Bisa jadi yang paling pertama terjadi adalah terbitnya matahari dari barat, atau munculnya dukhan, atau kejadian lainnya.

Oleh karena itu, sikap kita adalah tawaqquf dan tidak perlu menyimpulkan secara pasti urutan-urutan tersebut. 

Secara umum para ulama menyatakan bahwa keluarnya Dajjal, turunnya Nabi Isa ‘alaihissalam dan keluarnya Ya’juj dan Ma’juj terjadi dalam satu masa. Sebelum itu, kemunculan Imam Mahdi telah mendahuluinya.

Berdasarkan riwayat-riwayat yang ada:

1. Ketika Imam Mahdi bersama pasukannya tengah bersiap berperang melawan Dajjal

2. Turunlah Nabi Isa ‘alaihissalam ke bumi. 

3. Di tangan Nabi Isa-lah Dajjal terbunuh. 

4. Setelah itu, Ya’juj Ma’juj keluar untuk membuat kerusakan di muka bumi. Ketika mereka berada di puncak kesombongannya, Allah mengirimkan pasukannya untuk memusnahkan mereka dari muka bumi.

Setidaknya empat fenomena tersebut yang disebutkan oleh para ulama terjadi secara berurutan. 

Adapun kejadian sebelum dan setelahnya diperselisihkan oleh para ulama dengan perselisihan yang kuat.

Banyak ulama yang menyebutkan bahwa tanda terakhir adalah keluarnya angin yang mencabut ruh orang beriman. 

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِذْ بَعَثَ اللهُ رِيحًا طَيِّبَةً، فَتَأْخُذُهُمْ تَحْتَ آبَاطِهِمْ، فَتَقْبِضُ رُوحَ كُلِّ مُؤْمِنٍ وَكُلِّ مُسْلِمٍ، وَيَبْقَى شِرَارُ النَّاسِ، يَتَهَارَجُونَ فِيهَا تَهَارُجَ الْحُمُرِ، فَعَلَيْهِمْ تَقُومُ السَّاعَةُ

“Tiba-tiba Allah mengirimkan angin yang baik, lalu angin tersebut masuk ke bawah ketiak-ketiak orang-orang beriman, lalu mengambil ruh dari setiap orang yang beriman dan setiap muslim. Yang tersisa adalah orang yang paling buruk, mereka berbuat kerusakan layaknya keledai, di tengah-tengah merekalah hari kiamat terjadi.” 
(HR. Muslim no. 2937)

Jumat, 11 Juli 2025

Tadabbur Al Quran Hal. 422

Tadabbur Al-Quran Hal. 422
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Al-Ahzab ayat 35 :

اِنَّ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمٰتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنٰتِ وَالْقٰنِتِيْنَ وَالْقٰنِتٰتِ وَالصّٰدِقِيْنَ وَالصّٰدِقٰتِ وَالصّٰبِرِيْنَ وَالصّٰبِرٰتِ وَالْخٰشِعِيْنَ وَالْخٰشِعٰتِ وَالْمُتَصَدِّقِيْنَ وَالْمُتَصَدِّقٰتِ وَالصَّاۤىِٕمِيْنَ وَالصّٰۤىِٕمٰتِ وَالْحٰفِظِيْنَ فُرُوْجَهُمْ وَالْحٰفِظٰتِ وَالذَّاكِرِيْنَ اللّٰهَ كَثِيْرًا وَّالذَّاكِرٰتِ اَعَدَّ اللّٰهُ لَهُمْ مَّغْفِرَةً وَّاَجْرًا عَظِيْمًا

Sungguh, laki-laki dan perempuan muslim, laki-laki dan perempuan mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.

- Asbabun Nuzul Al-Ahzab ayat 35 :

Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari 'Ikrimah yang bersumber dari Ummu 'Imarah Al-Anshari, dikemukakan bahwa Ummu 'Imarah Al-Anshari (seorang muslimah) menghadap Rasulullah Saw. Dan berkata: "Selalu kulihat segala sesuatu yang ada ini hanya untuk laki-laki saja, dan tidak pernah wanita disebut-sebut". Maka turunlah ayat ini sebagai penegasan bahwa segala sesuatu yang dijanjikan oleh Allah untuk pria dan wanita yang Mukmin dan Muslim

Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani yang bersumber dari Ibnu Abbas dan telah diterangkan pula dalam hadits Ummu Salamah di Surat Ali Imram ayat 195. Dikemukakan bahwa para wanita berkata: ":Ya Rasulullah! Mengapa yang disebut-sebut itu hanya Mukmin saja dan tidak disebut Mikminat?". Maka turunlah ayat ini yang menegaskan bahwa sebenarnya berlaku bagi pria ataupun wanita. (dengan sanad yang dianggap memadai)

Diriwayatkan oleh Ibnu Sa'd yang bersumber dari Qatadah, bahwa ketika disebut dalam Al-Qur'an istri-istri Rasulullah Saw. Berkata wanita-wanita: "Jika disediakan kebaikan bagi kaum wanita tentu akan disebut di dalam Al-Qur'an. Ayat ini turun berkenaan dengan peristiwa diatas.

- Tafsir AI Muyassar Al-Ahzab ayat 35 :

Sesungguhnya orang-orang yang tunduk pada perintah-perintah Allah, baik laki-laki maupun perempuan, orang-orang yang membenarkan, baik laki-laki maupun perempuan, orang-orang yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, baik laki-laki maupun perempuan, orang-orang yang benar dalam kata-kata dan perbuatan mereka, baik laki-laki maupun perempuan, orang-orang yang sabar dalam menahan hawa nafsu, sabar di atas ketaatan dan sabar di atas musibah, baik laki-laki maupun perempuan, orang-orang yang takut kepada Allah, baik laki-laki maupun perempuan, orang-orang yang bersedakah wajib dan sunnah, baik laki-laki maupun perempuan, orang-orang yang berpuasa wajib dan sunnah, baik laki-laki maupun perempuan, orang-orang yang menjaga kehormatannya dari zina dan mukadimahnya dan tidak membuka auratnya baik laki-laki maupun perempuan, orang-orang yang banyak mengingat Allah dengan hati dan lisan mereka baik laki-laki maupun perempuan, Allah akan menyiapkan untuk mereka ampunan bagi dosa-dosa mereka dan pahala yang besar, yaitu surga.

- Mu'jam QS Al-Ahzāb, 33:35 :

فُرُوْجَهُمْ

Al-Farju dan A-furjatu berarti belahan di antara dua benda, seperti belahan (retakan) pada dinding Al-Farju juga dipahami sebagai celah yang ada di antara dua kaki, dan kemudian digunakan untuk menyebut aurat. Dan karena lebih banyak dipakai untuk menunjukkan aurat, maka kata Al-Farju lebih dipahami sebagai kemaluan. Al faraju juga bisa berarti terbukanya jalan keluar dari suatu masalah: Dikatakan, semoga Allah memberimu jalan keluar. (Ar-Rāgib A-Aşfahāni, Mujam Mufradāti Alfazit Qur'ani, 1431 H/2010 M: 283).

- Riyāduş şälihin :

Dari Abu Hurairah Ra., ia berkata, "Pernah datang para fuqara (orang-orang fakir) kepada Nabi Savw. seraya berkata, "Orang-orang kaya dengan harta benda mereka mendapatkan kedudukan yang tinggi. juga kenikmatan yang abadi. Karena mereka melaksanakan salat seperti juga kami melaksanakan salat. Mereka şaum sebagaimana kami juga şaum. Namun mereka memiliki kelebihan disebabkan harta mereka, sehingga mereka dapat menunaikan ibadah haji dengan harta tersebut, juga dapat melaksanakan umrah bahkan dapat berjihad dan bersedekah." Lalu beliau bersabda, "Maukah aku ajarkan kepada kalian sesuatu yang apabila kalian ambil (sebagai amal ibadah), kalian akan dapat melampaui (derajat) orang-orang yang sudah mengalahkan kalian tersebut, dan tidak akan ada yang dapat mengalahkan kalian dengan amal ini sehingga kalian menjadi yang terbaik di antara kalian dan di tengah-tengah mereka kecuali bila ada orang yang mengerjakan seperti yang kalian amalkan ini. Yaitu kalian membaca tasbih (Subhānallāh), membaca tahmid (Alhamdulillāh) dan membaca takbir (Alähu Akbar) setiap selesai salat sebanyak (masing-masing) tiga puluh tiga kali. Tidak lama kemudian para fuqara' Muhajirin kembali ke Rasulullah Saw. dan berkata, "Ternyata teman-teman kami yang banyak harta telah mendengar apa yang kami kerjakan tersebut, lalu mereka mengerjakan seperti itu. Rasulullah Saw. bersabda, "Itu adalah keutamaan Allah yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendak-Nya." (HR Al-Bukhāri-Muslim).
Hadis tersebut memberikan faedah :
(a) Dorongan kepada para sahabat untuk berbuat kebaikan dan berlomba-lomba dalam melaksanakannya.
(b) Bentuk kebaikan itu sangat banyak, dan banyak pula jalan untuk meraih pahala Allah Swt.
(Dr. Muştafā Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādis Sālihina, Juz 1, 1407 H/1987 M: 492-493).

- Hadiš Nabawi :

Dari Abu Hurairah Ra., Rasulullah Saw., bersabda, "Saum itu benteng, maka (orang yang melaksanakannya), janganlah berbuat Rafaš (kotor) dan jangan pula berbuat bodoh. Apabila ada oräng yang mengajaknya berkelahi atau menghinanya, maka katakanlah aku sebut, lalu mereka mengerjakan seperti itu. Rasulullah Saw. bersabda, "ltu adalah keutamaan Allah yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendak-Nya." (HR Al-Bukhāri-Muslim).
Hadis tersebut memberikan faedah:
(a) Dorongan kepada para sahabat untuk berbuat kebaikan dan berlomba-lomba dalam melaksanakannya.
(b) Bentuk kebaikan itu sangat banyak, dan banyak pula jalan untuk meraih pahala Allah Swt.
(Dr. Muştafā Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādis Sālihina, Juz 1, 1407 H/1987 M: 492-493).

- Hadis Nabawi :

Dari Abu Hurairah Ra., Rasulullah Saw. bersabda, "Saum itu benteng, maka (orang yang melaksanakannya), janganlah berbuat Rafas (kotor) dan jangan pula berbuat bodoh. Apabila ada orang yang mengajaknya berkelahi atau menghinanya, maka katakanlah aku seiman dan nafsu syahwatnya karena Aku. saum itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya, dan setiap satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan yang serupa." (HR Al-Bukhāri, Sahihul Bukhāri, Juz 2, No. Hadis 1894, 1403 H: 29).

- Hadiš Qudsi :

Dari Abu Hurairah Ra., ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Setiap amal anak Adam dilipatgandakan pahalanya. Satu macam kebaikan diberi pahala sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Swt. berfirman, "Kecuali saum, karena saum itu adalah bagi-Ku dan Akulah yang akan memberinya pahala. Sebab, ia telah meninggalkan nafsu syahwatnya dan makannya karena-Ku. Dan bagi orang yang saum ada dua kebahagiaan; kebahagiaan ketika ia berbuka dan kebahagiaan ketika ia bertemu dengan Rabb-nya. Sesungguhnya bau mulut orang yang saum lebih wangí di sisi Allah daripada wangi kesturi." ('Isāmuddin Aş-Sabābati, Jāmiul Ahādisi) Qudsiyyati, Juz 1, t.t: 302).

- Hadis Motivasi QS 33: 33 :

Dari Abdullah dari Rasulullah beliau bersabda: "Salat seorang perempuan di rumahnya lebih utama baginya daripada salatnya di kamarnya dan salat seorang perempuan di rumahnya yang kecil lebih utama baginya daripada di rumahnya." (HR Abu Dawud. 570)

- HADIS NIAGA QS AI-Ahzāb, 33: 35 :

Kejujuran dan Kejelasan dalam Jual-Beli

Dari Hakim bin Hizam, dia mengatakan bahwa Nabi bersabda: "Penjual dan pembeli mempunyai hak untuk memilih (khiyār) selama keduanya belum berpisah. Jika mereka berlaku jujur dan mau menerangkan (barang yang diperjual-belikan), mereka akan mendapat berkah dalam jual-belinya. Sebaliknya, jika mereka berbohong dan menutup-nutupi (hal-hal yang seharusnya diterangkan mengenai barang yang diperjualbelikan), berkah dalam jual-beli itu akan dihapus (hilang)." (HR Bukhari, 2079; Muslim, 1532) 

- AMAL NIAGA :

1. Mintalah kepada Allah & agar Dia menganugerahi Anda kejujuran dalam ucapan dan perbuatan. Kejujuran akan mengantarkan Anda kepada kebaikan, sedangkan kebaikan akan membawa Anda ke surga Allah.
2. Jika Anda seorang pedagang, perlihatkanlah barang dagarngan yang cacat, jangan menyembunyikannya dari pembeli.
3. Hindari perilaku dusta dalam jual-beli karena ia merupakan penyebab hilangnya keberkahan.

- Tadabbur Surah Al-Ahzab Ayat 31-35 :

1. Ayat 31-34 meneruskan ayat sebelumnya  terkait dengan isteri-isteri Rasul saw. Kemuliaan dan keistimewaan yang Allah berikan kepada isteri-isteri dan keluarga Rasulullah  saw. dengan syarat jika mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya dan beramal saleh. Balasannya, maka mereka dapat pahala dua kali lipat dan masuk surga bersama Rasul saw. Kedudukan seperti ini tidak akan didapati oleh wanita-wanita muslimah lain, namun dengan syarat jika mereka bertakwa pada Allah. Mereka harus berkata tegas agar tidak bangkit nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya penyakit dan harus berkata dengan perkataan yang baik. Mereka harus menetap di rumah, tidak boleh berhias seperti wanita-wanita jahiliyah, menegakkan salat, membayar zakat, taat pada Allah dan Rasul-Nya. Begitulah cara Allah menghapus dosa Ahlul Bait (keluarga Rasul saw.) dan menjaga kesuciannya. Mereka harus mengingat nikmat Allah yang amat  besar pada mereka dimana di rumah mereka Allah turunkan ayat-ayat Al-Qur’an dan hikmah (Sunnah Rasul saw.) Sungguh Allah itu Mahalembut dan Mahateliti. 

2. Adapun ayat 35 menjelaskan 10 sifat yang harus dimiliki oleh setiap umat Nabi Muhammad saw., yang sudah mengucap dua kalimat syahadat (laa ilaaha illahllah, Muhammad Rasulullah), baik lelaki maupun perempuan. Ke 10 sifat tersebut ialah, Islam (tunduk dan patuh pada semua ajaran Islam), Iman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhirat, qada (keputusan) baik dan buruk-Nya, jujur, sabar, khusyuk, bersedekah, puasa, menjaga kemaluan dan berzikir kepada Allah dengan banyak. Bila 10 sifat ini diterapkan dalam diri muslim dan muslimah, maka Allah menjanjikan kepada mereka  ampunan dan pahala yang besar, yakni surga. 

Kamis, 10 Juli 2025

Kitab Suci Al Qur'an

Rubrik AI (52) | @KitabulSalaf
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Kitab Suci Al Qur'an

1. Al-Qur'an: Kitab suci yang diwahyukan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril.
2. Jumlah surat: 114 surat.
3. Jumlah ayat: 6.236 ayat.
4. Bahasa: Arab.
5. Penulisan: Dimulai pada tahun 610 M dan selesai pada tahun 632 M.

Jumlah ayat Al-Qur'an berdasarkan versi.

Versi Resmi
1. Versi Utsmani (Resmi): 6.236 ayat.
2. Versi Madinah: 6.240 ayat.
3. Versi Mekah: 6.211 ayat.

Versi Tafsir
1. Tafsir Ibnu Abbas: 6.236 ayat.
2. Tafsir Al-Tabari: 6.240 ayat.
3. Tafsir Al-Qurtubi: 6.236 ayat.

Versi Bahasa Lain
1. Terjemahan Al-Qur'an bahasa Indonesia (Departemen Agama RI): 6.236 ayat.
2. Terjemahan Al-Qur'an bahasa Inggris (Muhsin Khan): 6.236 ayat.

Perbedaan Jumlah Ayat
Perbedaan jumlah ayat disebabkan oleh:

1. Perbedaan penulisan dan pengumpulan.
2. Perbedaan tafsir dan penafsiran.
3. Perbedaan versi dan edisi.

Pembawa Kitab Suci

1. Nabi Muhammad SAW: Pembawa kitab suci Al-Qur'an dan penutup para nabi.
2. Menerima wahyu dari Allah SWT melalui malaikat Jibril.
3. Menyampaikan ajaran Islam kepada umat manusia.

Riwayat Penulisan Al-Qur'an

1. Wahyuan.

Proses penurunan wahyu dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW.

2. Penulisan oleh para penulis.

Wahyu ditulis oleh para penulis seperti Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Abbas, dan lain-lain.

3. Pengumpulan.

Al-Qur'an dikumpulkan oleh Khalifah Abu Bakar (632-634 M) dan Utsman bin Affan (644-656 M).

4. Penyusunan.

Al-Qur'an disusun berdasarkan urutan turunnya wahyu.

Macam Kitab Suci Al-Qur'an.

1. Al-Qur'an: Kitab suci utama yang diwahyukan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW.

2. Hadits: Kumpulan ucapan, perbuatan, dan persetujuan Nabi Muhammad SAW.

3. Sunah: Kumpulan perbuatan dan tradisi Nabi Muhammad SAW.

4. Tafsir: Penjelasan tentang makna Al-Qur'an.

Jenis Kitab Suci Al-Qur'an.

1. Al-Qur'an:
- Surat Makkiyah (surat yang diturunkan di Mekah).
- Surat Madaniyah (surat yang diturunkan di Madinah).
- Surat Mufassal (surat yang memuat penjelasan detail).

2. Hadits:
- Hadits Sahih (hadits yang valid dan terpercaya).
- Hadits Hasan (hadits yang baik dan dapat dipercaya).
- Hadits Dhaif (hadits yang lemah dan tidak terpercaya).

Riwayat Pembawa Kitab Suci Al-Qur'an

1. Nabi Muhammad SAW dilahirkan: Tahun 570 M di Mekah.
2. Menerima wahyu pertama: Tahun 610 M di Gua Hira.
3. Menyampaikan ajaran Islam: Tahun 613-632 M.
4. Wafat: Tahun 632 M di Madinah.

Riwayat Penulisan Al-Qur'an

1. Wahyuan: Proses penurunan wahyu dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW.

2. Penulisan oleh para penulis: Wahyu ditulis oleh para penulis seperti Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Abbas, dan lain-lain.

3. Pengumpulan: Al-Qur'an dikumpulkan oleh Khalifah Abu Bakar (632-634 M) dan Utsman bin Affan (644-656 M).

4. Penyusunan: Al-Qur'an disusun berdasarkan urutan turunnya wahyu.

Kitab-Kitab Suci Lain

1. Hadits: Kumpulan ucapan, perbuatan, dan persetujuan Nabi Muhammad SAW.

2. Sunah: Kumpulan perbuatan dan tradisi Nabi Muhammad SAW.

3. Tafsir: Penjelasan tentang makna Al-Qur'an.

Peran Kitab Suci dalam Islam

1. Sumber hukum dan pedoman hidup.
2. Dasar akidah dan keimanan.
3. Sumber ilmu pengetahuan dan hikmah.
4. Pedoman moral dan etika.
5. Sumber inspirasi dan motivasi.

Sumber

1. Al-Qur'an dan Tafsirnya.
2. Hadits Shahih Bukhari dan Muslim.
3. Kitab "Sejarah Al-Qur'an" oleh Imam Ibnu Abbas.
4. Kitab "Sejarah Hadits" oleh Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani.
5. Fatwa-fatwa ulama kontemporer.

Siksa Kubur Dihentikan di Bulan Ramadhan?

Alam Kubur (09)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Siksa Kubur Dihentikan di Bulan Ramadhan?

Pertama, bahwa adanya adzab kubur merupakan bagian dari aqidah kaum muslimin ahlus sunah. Allah berfirman menceritakan adzab yang diberikan kepada Fir’aun di alam kubur,

النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ
Kepada mereka (Fir’aun & bala tentaranya) dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras“. (QS. Ghafir: 46).

Dinampakkan neraka kepada Fir’aun dan pengkikutnya termasuk adzab di alam kubur bagi mereka dan itu terjadi sebelum kiamat.

Disamping itu, terdapat banyak hadis shahih yang menyatakan adanya adzab kubur. Hingga sebagian ulama menegaskan bahwa hadis tentang adzab kubur termasuk mutawatir ma’nawi.

Kedua, apakah adzab kubur diberika terus-menerus, ataukah ada jeda?

Dalam kitab Syarh Aqidah Thahawiyah, Ibnu Abil Iz menjelaskan,
وهل يدوم عذاب القبر أو ينقطع ؟ جوابه أنه نوعان:
منه ما هو دائم، كما قال تعالى: {النار يعرضون عليها غدوا وعشيا ويوم تقوم الساعة أدخلوا آل فرعون أشد العذاب}. وكذا في حديث البراء بن عازب في قصة الكافر: «ثم يفتح له باب إلى النار فينظر إلى مقعده فيها حتى تقوم الساعة»، رواه الإمام أحمد في بعض طرقه. والنوع الثاني: أنه مدة ثم ينقطع، وهو عذاب بعض العصاة الذين خفت جرائمهم، فيعذب بحسب جرمه، ثم يخفف عنه

Apakah adzab kubur ditimpakan terus-menerus ataukah bisa terputus?

Jawabannya bahwa adzab kubur ada 2 macam:

1. Adzab kubur yang diberikan terus-menerus. Sebagaimana firman Allah, yang artinya, ” Kepada mereka (Fir’aun & bala tentaranya) dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras.”

Demikian pula hadis Barra bin Azib tentang kisah mayit orang kafir, dinyatakan dalam hadis: ”Kemudian dibukakan untuk orang kafir pintu neraka, sehingga dia melihat tempatnya dneraka, sampai terbit matahari.” Hadis riwayat Imam Ahmad

2. Adzab kubur ditimpakan selama rentang waktu tertentu, kemudian terputus. Ini adalah adzab yang diberikan kepada sebagian tukang maksiat yang banyak dosanya. Dia dihukum sesuai tingkat dosanya, kemudian diringankan. (Syarh Aqidah Thahawiyah, 1/269)

Kemudian, bisa juga adzab kubur diringankan oleh Allah karena doa orang lain, atau amal jariyah yang dimilikinya, atau karena Allah mengampuninya langsung.

Ketiga, apakah ada keringanan adzab kubur kerika ramadhan?

Adzab kubur termasuk perkara ghaib. Dan masalah ghaib hanya diketahui oleh Allah dan makhluk yang bersangkutan. Yang bisa kita lakukan hanyalah meyakini apa yang disebutkan dalam dalil al-Quran dan hadis shahih. Dan kita tidak boleh berkomentar tanpa sumber yang benar. Allah meningatkan,
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS. Al-Isra: 36)

Apakah adzab kubur dihentikan selama ramadhan?

Sebagian lembaga fatwa menegaskan bahwa mereka tidak pernah menjumpai adanya dalil mengenai hal ini. Diantaranya lembaga Fatwa Syabakah Islamiyah,
فإن عذاب القبر ونعيمه من الأمور التي اتفق أهل السنة على إثباتها لقيام الدليل عليها من الكتاب والسنة الصحيحة، ولم نطلع على ما يدل على أنه يرفع في رمضان
Sesungguhnya adzab kubur dan kenikmatan keberadaannya disepakati ahlus sunah. Berdasarkan dalil dari al-Quran dan sunah yang shahih. Dan kami tidak menjumpai adanya dalil yang menunjukkan bahwa adzab kubur dihentikan selama ramadhan. (Fatawa Syabakah Islamiyah, no. 152793)

Kemudian al-Hafidz Ibnu Rajab menjelaskan bahwa bisa jadi adzab kubur dihentikan di bulan-bulan mulia. Hanya saja, beliau menegaskan bahwa hadis yang menyebutkan hal ini statusnya lemah. Dalam bukunya ahwal al-Qubur, beliau mengatakan,
وقد يرفع عذاب القبر في بعض الأشهر الشريفة فقد روي بإسناد ضعيف عن أنس بن مالك أن عذاب القبر يرفع عن الموتى في شهر رمضان
Adzab kubur bisa saja dihentikan pada bulan-bulan mulia. Diriwayatkan dengan sanad lemah dari Anas bin Malik bahwa adzab kubur untuk orang mati dihentikan pada bulan ramadhan. (Ahwal al-Qubur, hlm. 105)

Hanya saja, ada beberapa kitab fikih yang menyebutkan tentang penundaan adzab kubur di bulan ramadhan, hanya saja tidak disebutkan dalilnya.

Allahu a’lam

Minggu, 06 Juli 2025

Tadabbur Al Quran Hal. 421

Tadabbur Al-Quran Hal. 421
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Al-Ahzab ayat 23 :

مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ رِجَالٌ صَدَقُوْا مَا عَاهَدُوا اللّٰهَ عَلَيْهِ ۚ فَمِنْهُمْ مَّنْ قَضٰى نَحْبَهٗۙ وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّنْتَظِرُ ۖوَمَا بَدَّلُوْا تَبْدِيْلًاۙ

Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Dan di antara mereka ada yang gugur, dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu [673] dan mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya),

- [673] Menunggu apa yang telah dijanjikan Allah kepadanya.

- Asbabun Nuzul Al-Ahzab ayat 23 :

Diriwayatkan oleh Muslim dan At-Tirmidzi dan yang lainnya bersumber dari Anas, bahwa Anas An-nadhir (paman Anas bin Malik) tidak ikut serta dalam perang Badar bersama Rasulullah. Ia merasa sangat berdosa karenanya dan berkata: "Dalam peperangan Rasulullah yang pertama aku tidak dapat ikut. Sekiranya Allah menakdirkan aku dapat menyaksikan peperangan bersama Rasulullah Saw. Allah akan menyaksikan apa yang akan kuperbuat". Ia pun turut berjihad dalam Perang Uhud dan gugur sebagai Syahid. Dibadannya terdapat lebih dari delapan puluh luka bekas pukulan, tusukan tombak dan bekas panah. Ayat ini turun berkenaan dengan peristiwa tersebut sebagai pujian terhadap orang yang menunaikan janjinya.

- Tafsir Al Muyassar Al-Ahzab ayat 23 :

Di antara orang-orang mukmin ada orang-orang yang memenuhi janji mereka kepada Allah, bersabar di atas kesulitan, kesempitan dan pada saat perang. Di antara mereka ada yang telah memenuhi janjinya dan gugur sebagai syahid di jalan Allah, atau mati di atas kebenaran dan telah memenuhi janji. Di antara mereka ada yang menunggu satu dari dua kebaikan, kemenangan atau syahadah. Mereka tidak merubah perjanjian Allah, tidak menggantinya dan tidak membatalkannya sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang munafik.

- Sirah Nabawi :

Lalu Abu Sufyan mengirimkan delegasi kepada Bani Quraizah untuk mengajak mereka berperang besok. Mereka menjawab, "Sesungguhnya hari ini adalah hari Sabtu, yaitu ketika kami tidak mengerjakan apapun di dalamnya. Pernah ada sebagian dari kami melanggar sesuatu pada hari tersebut, kemudian dia mendapatkan musibah. Kami tidak akan ikut bersama kalian memerangi Muhammad hingga kalian memberi kami jaminan, agar kalian tidak begitu saja meninggalkan kami, lalu pergi ke negeri kalian." Kaum Quraisy dan Gațafan menyatakan, "Demi Allah! Sesungguhnya apa yang dikatakan Nu'aim bin Mas'ud tentang kalian adalah benar." Kemudian kaum Quraisy mengirim utusan kepada kaum Yahudi Bani Quraizah untuk mengatakan, "Kami tidak akan memberi jaminan kepada kalian, tidak satu pun dari tokoh-tokoh kami. Jika kalian ingin berperang, keluarlah dan berperang!" Orang-orang Bani Quraizah berkata, "Demi Allah! Apa yang dikatakan Nu'aim benar adanya. Dengan demikian, semangat kedua belah pihak yang semula berencana untuk bekerja sama pun akhirnya melemah, dan mereka pun saling meninggalkan. Sementara itu, kaum muslimin berdoa, Ya Allah tutuplah kelemahan kami dan amankanlah rasa gundah kami." Rasulullah Saw. pun juga berdoa kepada Allah, "Ya Allah Yang Menurunkan A-Kitab dan Yang Mahacepat perhitungan-Nya, kalahkanlah golongan-golongan yang bersekutu. Ya Allah, kalahkanlah mereka dan guncangkanlah mereka." Allah Swt. kemudian mengirimkan angin puting beliung dan pasukan malaikat yang memporak-porandakan pasukan kaum kafirin, dan memasukkan ketakutan dalam hati mereka. Angin meluluh-lantakkan perbekalan dan logistik serta menghancurkan kemah-kemah mereka. Angin dingin yang sangat menusuk juga menambah kesulitan mereka, hingga memaksa mereka untuk bersiap kembali pulang. Selanjutnya Rasulullah Saw. mengirim Huzaifah bin Al-Yaman Ra. untuk menemui orang-orang Quraisy dan kembali dengan membawa kabar tentang keadaan mereka. Ketika orang-orang Quraisy merasakan cuaca dingin yang sangat ekstrim, Huzaifah sama sekali tidak merasakannya. Bahkan, dia seakan-akan sedang berada di kamar mandi tempat pemandian air panas. Ketika kembali, dia mengabarkan tentang rencana kepulangan kaum Quraisy, lalu tidur. (Syaik Şafiyyurrahmān Al-Mubārakfūri, Ar-Rahiq AL Makhtüm: 205-206).

- Syamāil Muhammadiyyah :

Baju Besi Rasulullah Saw. (4)

Dari As-Saib bin Yazid, ia berkata, "Sesungguhnya Rasulullah Saw. pada waktu perang Uhud memakai dua baju besi. Sungguh, beliau memakai keduanya secara rangkap." (HR At-Tirmiżi). (Abu Isa At-Tirmiżi, Asy-Syamā ilul Muhammadiyyatu, 1413 H/1993 M: 102).

- Asbābun Nuzūl :

Firman Allah Swt. Di antara orang-orang yang beriman, ada sekelompok laki-laki. (QS Al-Ahzāb, 33: 23). Diriwayatkan dari Imam Muslim, At-Tirmiži, dan selain mereka, dari Anas bin Malik Ra. berkata, "Pamanku-Anas bin An-Nadr-tidak sempat ikut dalam perang Badar. Hal itu terasa berat baginya, sehingga dia berkata, "Aku tidak hadir dalam pertempuran pertama yang dihadiri oleh Rasulullah Saw. Jika Allah memperkenanku untuk ikut peperangan bersama Rasulullah Saw., maka Allah pasti akan melihat apa yang akan aku perbuat saat itu.." Kemudian dia ikut dalam perang Uhud. Dia pun ikut berperang. sampai kemudian terbunuh. Ketika ditemukan, di sekujur tubuhnya terdapat lebih dari delapan puluh luka menganga, antara bekas sabetan pedang, tusukan tombak atau tembakan panah. Maka Allah Swt. menurunkan ayat ini, ...sebagian lelaki yang jujur dengan janjinya kepada Allah.. (QS Al-Ahzāb, 33: 23) (Jalāl Al-Din As.-Suyūti, Lubāb A-Nugāl fi Asbābi A-Nuzūl: 171), m

- Nasihat & Pelajaran :

Di antara hal yang menentukan kemaslahatan para pengikut Nabi Saw. di setiap situasi adalah mengadopsi segala yang baik dari umat-umat lain, sesuatu yang berguna, serta tidak bertentangan dengan hukum dan kaidah syari'at umum. Penolakan terhadap semua itu berarti jumud alias kolot, yang tidak sejalan dengan karakter Islam. Hal itu sebagaimana tertulis dalam peraturann-Nya yang abadi, <Sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. (QS Az-Zumar: 17-18). (Musta-fā As-Sibā'i, As-Sirah An-Nabawiyyah: Durūs wa bar: 130).

- Hadis Motivasi QS 33: 23 :

Dari Anas bin Malik dia berkata, Orang-orang jahiliah mempunyai dua hari dalam setiap tahun untuk bermain-main. Setelah Rasulullah datang ke Madinah. beliau bersabda: "Kalian dahulu mempunyai dua hari untuk bermain-main. Sungguh. Allah telah menggantinya dengan yang lebih baik dari keduanya. yakni hari (raya) Fitri dan harl (raya) Adha (Kurban)." (HR Nasa'l. 1556)

- HADIS NIAGA QS AI-Ahzāb, 33: 25 :

Memohon Doa Kebaikan dari Unta yang Dibeli

Dari Abdullah bin Amir bin Ash, dia berkata, Nabi bersabda: "Jika seseorang dari kalian menikahi seorang perempuan atau membeli seorang pembantu, hendaklah dia berdoa, 'Ya Allah, aku meminta kepada-Mu kebaikannya dan yang Engkau ciptakan dari akhlaknya dan aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya dan dari kejelekan yang Engkau ciptakan atasnya. Jika salah seorang dari kalian membeli unta, hendaklah dia menaiki puncak punuknya kemudian berdoa dengan doa ini." (HR Abu Dawud, 2160) 

- Tadabbur Surah Al-Ahzab Ayat 23-30 :

Ayat 23-30 menjelaskan: 
1. Orang-orang mukmin yang menepati janji dengan Allah itulah orang yang benar imannya. Mereka hanya menghadapi salah satu dari dua alternatif; mati syahid di jalan Allah atau mati biasa. Allah membalas mereka dengan balasan yang sempurna dan mengazab mereka dengan azab yang amat pedih.  
2. Allah menghalau kaum kafir sehingga tidak mendapatkan keuntungan yang mereka  harapkan. Cukuplah Allah Penolong bagi kaum mukmin dalam peperangan itu, karena Dia Mahakuat lagi Mahaperkasa. Allah memasukkan  rasa takut ke dalam hati orang-orang Bani Quraizhah sehinga turun dari benteng-benteng  mereka, maka sebagiannya dibunuh dan sebagian lain ditawan kaum mukmin. Begitulah  cara Allah untuk mewariskan tanah, negeri,  harta mereka kepada kaum mukmin dan tanah  lain yang belum pernah mereka injakkan kaki  mereka ke sana. Hal tersebut terjadi, karena  Allah itu Mahakuasa atas segala sesuatu. 
3. Allah mengingatkan Rasul saw. agar istri-istrinya tidak materialistik. Kalau mereka pilih dunia dan perhiasannya, mereka harus diceraikan dengan baik. Jika mereka memilih Allah  dan Rasul-Nya, maka Allah siapkan bagi mereka surga. Siapa di antara mereka melakukan zina, maka Allah timpakan azab dua kali lipat di dunia dan di akhirat. Hal tersebut bagi Allah mudah saja.