بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Senin, 16 Januari 2023

LIMA KALIMAT YANG AKAN MENYELAMATKAN DARI API NERAKA

Tematik (117)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

LIMA KALIMAT YANG AKAN MENYELAMATKAN DARI API NERAKA

As-Syaikh Abdurrazzaq Al-Badr hafizhahullah

Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Sunan-nya dari Al-Agharr Abu Muslim, bahwa beliau bersaksi atas Abu Hurairah dan Abu Sa'id bahwa keduanya bersaksi atas Rasulullah ﷺ beliau bersabda:

((إِذَا قَالَ الْعَبْدُ : «لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ» ، قَالَ : يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ : «صَدَقَ عَبْدِي؛ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنَا، وَأَنَا اللهُ أَكْبَرُ».
وَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ: «لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ»، قَالَ: «صَدَقَ عَبْدِي؛ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنَا وَحْدِي» .
وَإِذَا قَالَ: «لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ»، قَالَ: «صَدَقَ عَبْدِي، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنَا وَلاَ شَرِيكَ لِي».
وَإِذَا قَالَ: «لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ»، قَالَ: «صَدَقَ عَبْدِي؛ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنَا، لِيَ الْمُلْكُ، وَلِيَ الْحَمْدُ» .
وَإِذَا قَالَ: «لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ» ، قَالَ : «صَدَقَ عَبْدِي؛ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنَا ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِي»)).

"Apabila seorang hamba mengucapkan: LAA ILAAHA ILLALLAH, WALLAHU AKBAR (Tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah, dan Allah maha besar) beliau bersabda: Allah yang maha perkasa lagi maha mulia berfirman: 'telah benar hamba-Ku; tidak ada sesembahan yang haq kecuali Aku, dan Aku Allah yang maha besar'. Dan apabila hamba mengatakan: LAA ILAAHA ILLALLAH WAHDAH (Tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah saja), Allah berfirman: 'hamba-Ku telah benar, tidak ada sesembahan yang haq kecuali Aku saja, dan apabila hamba mengatakan: LAA ILAAHA ILLALLAH WAHDAHU LAA SYARIKALAH (Tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah saja yang tidak ada sekutu bagi-Nya), Allah berfirman: 'hamba-Ku telah benar, tidak ada sesembahan yang haq kecuali Aku dan tidak ada sekutu bagi-Ku'. Dan apabila mengatakan: LAA ILAAHA ILLALLAH, LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU (Tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah, bagi-Nya segala kekuasaan dan bagi-Nya segala pujian), Allah berfirman: 'hamba-Ku telah benar; tidak ada sesembahan yang haq kecuali Aku, hanya bagi-Ku segala kekuasaan dan bagi-Ku segala pujian'. Dan apabila mengatakan: LAA ILAAHA ILLALLAH, WA LAA HAWLA WA LAA QUWWATA ILLA BILLAH (Tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah, dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali karena Allah), Allah berfirman: 'hamba-Ku telah benar; tidak ada sesembahan yang haq kecuali Aku, dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali karena Aku'".

Berkata Abu Ishaq: kemudian Al-Agharr mengatakan sesuatu yang aku tidak pahami, beliau katakan: maka aku tanyakan kepada Abu Ja'far: apa yang beliau katakan? Maka dia mengatakan:

«مَنْ رُزِقَهُنَّ عِنْدَ مَوْتِهِ لَمْ تَمَسَّهُ النَّارُ».

"Siapa yang diberi kalimat itu semua ketika matinya maka api neraka tidak akan menyentuhnya".

Dan diriwayatkan oleh Tirmidzi dalam "Bab: Ma Yaqulul Abdu Idza Maridha (Bab: apa yang diucapkan seorang hamba jika sakit)", dan lafazhnya:

«كان يَقُولُ: مَنْ قَالَهَا فِي مَرَضِهِ ثُمَّ مَاتَ لَمْ تَطْعَمْهُ النَّارُ».

"Beliau mengatakan: 'siapa yang mengucapkan kalimat tersebut dalam sakitnya kemudian dia mati maka api neraka tidak akan memakannya'".

Dan diriwayatkan oleh Nasai dan beliau menambahkan: "beliau menghitungnya dengan jari jemarinya sebanyak lima (kalimat)", dan berkata dalam sebuah riwayat: "Allah akan membenarkan seorang hamba dengan lima (kalimat) yang dia ucapkan" dan beliau menyebutkan kelimanya itu.

Berkata Ibnul Qayyim rahimahulllah dalam hitungan beliau terhadap faedah dzikir:

"Bahwa dzikir sebab Tuhan yang maha perkasa lagi maha mulia membenarkan hamba-Nya; karena beliau telah memberitakan dari Allah ta'ala tentang sifat-sifat kesempurnaan-Nya dan perilaku-perilaku kemuliaan-Nya, maka apabila seorang hamba menyebutkannya maka Tuhannya akan membenarkannya, dan siapa yang telah Allah benarkan dia maka tidak akan dikumpulkan bersama para pendusta, dan diharapkan baginya akan dikumpulkan bersama orang-orang yang jujur" dan beliau menyebutkan hadits ini.

Dan beliau rahimahulllah juga berkata:

"Diantara kecintaan Allah yang maha suci atas pujian kepada-Nya adalah Allah membenarkan hamba yang telah memuji-Nya dengan sifat-sifat kesempurnaan-Nya".

Dan oleh karena ini Ibnu Hibban membuat judul Bab terhadap hadits ini di dalam Shahih-nya; beliau rahimahulllah katakan: "penjelasan beberapa kalimat yang apabila seorang muslim menyebutkannya maka Tuhannya yang maha mulia lagi maha tinggi akan membenarkannya atas kalimat tersebut".
"Yaitu siapa yang Allah ta'ala berikan kepadanya kalimat-kalimat ini ketika matinya dan beri taufik untuk mengucapkannya maka api neraka tidak akan menyentuhnya akan tetapi dia akan masuk ke dalam surga langsung bersama orang-orang yang bertakwa, ya Allah jadikanlah kami termasuk orang-orang yang Engkau beri kalimat-kalimat itu".

▫️ Berkata As-Syaukani rahimahulllah di dalam Tuhfah Ad-Dzakirin:

"Alasannya: bahwa kalimat-kalimat ini mengandung tauhid sebanyak lima kali, dan telah pasti dalam hadits-hadits shahih bahwa siapa yang mati dalam keadaan tidak berbuat syirik kepada Allah sedikit pun dia masuk ke dalam surga, dan akan datang (hadits) 'bahwa siapa yang akhir kalimatnya adalah LAA ILAAHA ILLALLAH maka dia masuk surga', dan diriwayatkan dengan makna ini beberapa hadits yang banyak dari sekelompok sahabat di dalam Shahih Bukhari dan Muslim dan selain keduanya".
"Dan di dalam hadits ada dalil yang menunjukkan bahwa kalimat-kalimat yang disebutkan di dalam hadits apabila diucapkan seorang hamba dalam sakitnya dan dia mati dalam sakitnya itu di atas kalimat-kalimat tadi - yaitu kalimat tersebut menjadi penutup ucapannya yang dia berucap dengannya dengan sadar dan sengaja - maka api neraka tidak akan menyentuhnya, dan tidak akan membahayakan dirinya apa yang telah berlalu dari kemaksiatan, dan kalimat-kalimat tersebut akan menghapuskan semua dosa-dosa".

▫️ Dan berkata As-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahulllah dalam Syarah beliau terhadap "Riyadh As-Shalihin":

"Maka seharusnya bagi setiap insan untuk menjaga dzikir ini, dan memperbanyak darinya di saat sakitnya hingga dia menutup usianya dengan kebaikan insya Allah ta'ala, wallahul muwaffiq".

▫️ Dan orangtuaku, As-Syaikh Abdul Muhsin Al-Badr hafizhahullah telah mendiktekan kepadaku dengan mengatakan:

"Ini adalah dzikir yang agung yang datang dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh sebagian ahlus sunan dan selain mereka, dan dishahihkan sekelompok ulama, dan ia mengandung lima bentuk kalimat tahlil yang digabungkan dengan pujian kepada Allah dengan sepantasnya, dan imam Bukhari rahimahulllah telah menutup kitab Shahih-nya dengan hadits Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu yang mana Rasulullah ﷺ bersabda di dalamnya:

«كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ثَقِيلَتَانِ فِي الْمِيزَانِ حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ»

"Dua kalimat yang ringan di lidah, berat dalam timbangan, dicintai oleh Allah yaitu SUBHANALLAH AL-AZHIM, SUBHANALLAH WA BIHAMDIH (Maha suci Allah yang maha agung, maha suci Allah dan dengan segala pujiannya), dan lima kalimat tahlil ini pantas untuk disifati dengan ketiga sifat ini yang telah datang di dalam hadits ini. Dan sang anak, Abdurrazzaq hafizhahullah telah bagus dengan menyebutkan hadits ini dan menyebarkannya, dan peringatan akan bermanfaat bagi mukminin, maka sepantasnya bagi seorang muslim untuk perhatian terhadap dzikir ini, dan terlebih lagi dalam keadaan sakitnya, dan hanya Allah pemberi hidayah".

▫️ Dan adalah As-Syaikh Ahmad Abu Ubaidah Al-Mahrazi Al-Marakisyi rahimahulllah banyak memberikan wasiat dengannya dan menamakannya "wirdul ihtidhar (wirid kematian)" dan beliau mengatakan: "jangan engkau lalai dari wirid kematian dan jadikanlah ia selalu dalam pikiran" dan beliau menyebutkan tentang perbedaan antara wirid ini dengan hadits: "siapa yang akhir kalimatnya adalah LAA ILAAHA ILLALLAH maka dia masuk surga":

"Mungkin surga di dapat setelah menerima siksaan sedangkan di sana tidak ada penerimaan siksaan terlebih dahulu karena di dalamnya disebutkan: 'neraka tidak akan menyentuhnya' dan beliau mengatakan: 'kelima kalimat ini (yang diucapkan) ketika menjelang kematian adalah rezeki terbesar dan rezeki paling berharga'" dan sungguh Allah telah memuliakan beliau dengan menjadikannya akhir kalimat beliau di dunia, bahkan beliau mentalqin kalimat tersebut ketika hendak wafat kepada orang sebelahnya dan ditutup dengan kalimat tersebut baginya, maka jadilah sesuai baginya dimana disaat wafatnya beliau mentalqin di saat dekat ajalnya semoga Allah mengampuni keduanya dan seluruh yang wafat dari muslimin.

Maka ini adalah dzikir yang agung dan diberkahi yang seharusnya seorang muslim perhatian terhadapnya dan memperbanyak mengulangnya, dan menjadikannya sebagai tujuan dan hasratnya dengan mengharap kepada Allah yang maha perkasa lagi maha mulia agar memudahkannya membawakan kalimat tersebut ketika datang ajalnya; agar mendapatkan husnul khatimah yang dapat memasukkan ke dalam surga secara langsung bersama orang-orang yang bertakwa tanpa neraka menyentuhnya.

Hanya Allah saja tempat meminta hidayah yang tidak ada sekutu bagi-Nya.