بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Minggu, 17 Maret 2024

Tadabbur Al-Quran Hal.364

Tadabbur Al-Quran Hal. 364
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Al-Furqan ayat 48.

وَهُوَ الَّذِيْٓ اَرْسَلَ الرِّيٰحَ بُشْرًاۢ بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهٖۚ وَاَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً طَهُوْرًا ۙ

Dan Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang sangat bersih,

- Tafsir Al Muyassar Al-Furqan ayat 48.

Dia-lah yang meniupkan angin yang membawa awan sebagai pembawa kabar gembira dengan adanya hujan sebagai rahmat dari-Nya. Dan Kami turunkan air dari langit untuk bersuci dengannya,

- Hadis Sahih (ayat 48-49).

Dari Abu Said A-Khudri la berkata, "Rasulullah pernah ditarnya tentang (hukum) berwudhu dengan air dari sumur Buda'ah. yaitu sebuah sumur tempat pembuangan pembalut darah haid, kotoran, dan bangkai anjing. Maka Rasulullah Saw bersabda, Sesungguhnya air itu suci tidak ada sesuatu pun yang dapat menajiskannya. (HR At-Trmz Sunan Ar-Tirmie, ilid5, No Hadis 66, 1397 H/3977 M 95)

- Tafsir lbnu Kašir.

{ Dan Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang sangat bersih }. (QS Al-Furgān, 25: 48).

Ini merupakan bagian dari bukti kekuasaan Allah yang sempurna dan kerajaanNya yang agung, yaitu Dia mengutus angin sebagai pembawa berita gembira bahwa akan datang awan setelahnya. Sifat-sifat angin itu bermacam-macam. Di antaranya ada yang dapat menggerakkan awan, mengangkat awan, menggiring awan, ada yang berada di depan awan untuk memberi kabar gembira, ada yang searah dengan awan yang dapat menyapu bumi, dan ada pula yang dapat menghalau awan agar terjadi hujan. Oleh karena itu, pada ayat ini Allah berfirman, { ...dan Kami turunkan dari langit air yang sangat bersih }. yaitu sebagai alat untuk bersuci. Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Sabit Al-Bunani, dia berkata, "Aku bersama Abul Aliyah saat hari turun hujan, sedangkan jalan-jalan di Başrah kotor, lalu dia salat. Aku bertanya kepadanya (mengapa demikian). dia menjawab dengan membacakan ayat, { Dan Kami turunkan dari langit air yang sangat bersih }, lalu dia berkata, "Hal itu (jalan-jalan yang kotor) menjadi bersih dengan air hujan."

lbnu Abi Hatim meriwayatkan dari Sa'id bin Al-Musayyab, sehubungan dengan firman-Nya, Dan Kami turunkan dari langit air yang sangat bersih, yakni air itu suci tidak dinajiskan oleh sesuatu pun.

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan pula dari Sayyar, dari Khalid bin Yazid, ia (Sayyar) berkata, "Ketika Khalid bin Yazid bersama Abdul Malik bin Marwan, mereka membicarakan tentang air. Khalid bin Yazid berkata, "Air itu ada yang turun dari langit, ada pula yang diserap oleh awan dari laut, kemudian air itu dijadikan tavwar oleh petir dan kilat. Air yang berasal dari laut tidak dapat menumbuhkan; adapun air yang dapat menumbuhkan ialah yang turun dari langit.

Dan dirivwayatkan dari Ikrimah bahwa dia berkata, "Tidaklah Allah menurunkan tetesan hujan dari langit kecuali Dia menumbuhkan rerumputan dengannya di bumi dan mutiara di laut." (Ibnu Kašir, Tafsirul Qur'ānil Azimi Juz 10, 1421 H/2000 M:311-312).

- Riyāduş Şālihin.

Dari Abu Hurairah Ra., ia berkata, "Aku mendengar kekasihku, Nabi Saw. bersabda, "Perhiasan seorang mukmin (di surga) sebanding dengan air wudu yang sampai ke badan." (HR Muslim).

Di antara faedah hadis di atas ialah anjuran untuk memperpanjang cahaya(sebagai efek dari sisa air wudu), karena perhiasan seorang mukmin akan sampai ke badan yang terkena aliran air wudu. (Dr Muştafā Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyadis Şālihina, Juz 2, 1407 H/1987 M: 763).

- Hadis Nabawi.

At-Tirmiżi berkata, telah menceritakan kepada kami Hannad dan Al-Hasan bin Ali Al-Khallal dan yang lainnya, mereka berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah dari Al-Walid bin Kašir, dari Muhammad bin Ka'ab, dari Ubaidillah bin Abdullah bin Rafi bin Khadij, dari Abu Sa'id Al-Khudri, ia berkata, Rasulullah pernah ditanya tentang (hukum) berwudu dengan air dari sumur Buda ah, yaitu sebuah sumur tempat pembuangan pembalut darah haid, kotoran, dan bangkai anjing. Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya air itu suci, tidak ada sesuatu pun yang dapat menajiskannya."
(HR At-Tirmiżi, Sunan At-Tirmiżi, Jilid 5, No. Hadis 66, 1397 H/ 1977 M: 95).

- Hadiš Qudsi.

Dari Safwan bin Muhriz, dia berkata, "Seorang laki-laki bertanya kepada Ibnu Umar, "Pernahkah kamu mendengar Rasulullah Saw. menceritakan tentang ucapan Allah (kepada orang mukmin) dengan cara berbisik?" Ibnu Umar menjawab, "Aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda, "Pada hari kiamat nanti orang mukmin akan dihadapkan kepada Allah Swt. dengan sangat dekat sekali hingga ditempatkan dalam tirai-Nya. Kemudian, Allah menyebutkan dosa-dosa orang itu. Allah bertanya, Apakah kamu tahu dosamu?" Orang mukmin itu menjawab,*Ya, Tuhanku. Aku tahu dosaku." Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku telah menyembunyikannya untukmu ketika di dunia dan pada hari ini Aku telah mengampunimu. Lalu, orang mukmin itu diberi catatan amal baiknya. Sementara orang-orang kafir dan munafik akan dipanggil dengan suara yang keras di hadapan semua makhluk,"Mereka inilah orang-orang yang telah mendustakan Allah Swt." (HR Muslim). (Işāmuddin As-Şabābati, Jāmiu'l Ahādisil Qudsiyyati, Jilid 2, t.t: 211- 212),

- Penjelasan Surah Al-Furqan Ayat 44-55.

Ayat 44-55 menjelaskan faktor lain penyebab kekafiran atau penolakan terhadap Rasul Saw. dan Al-Qur’an selain menjadikan hawa nafsu sebagai tuhan. Faktor tersebut ialah tidak mau menggunakan akal dengan baik, sehingga mereka tidak bisa mendengar dan berpikir layaknya manusia, melainkan seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. 

Sesungguhnya tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah itu sangatlah banyak. Di antaranya, bagaimana Allah memanjangkan dan memendekkan bayang-bayang sesuatu melalui terbit dan tenggelamnya mata hari, malam yang gelap, tidur malam untuk istirahat, siang untuk bekerja, mengirimkan angin untuk menggiring awan,  menurunkan air hujan (bersih) untuk menghidupkan bumi yang mati, minuman ternak dan kebutuhan manusia. Allah pergilirkan hujan itu di antara manusia agar mereka mendapat pelajaran. Namun mereka tetap kafir pada Allah. Allah melarang Rasul Saw. mengikuti kemauan kaum kafir itu dan memerintahkan untuk  melawan mereka dengan sungguh-sungguh.

Allah menciptakan dua laut yang berdampingan; satu tawar dan satu lagi sangat asin. Dia ciptakan di antaranya dinding pembatas, menciptakan manusia dari air mani, lalu Dia jadikan mereka berketurunan dan berkeluarga lewat pernikahan. Mengapa manusia menyembah tuhan-tuhan palsu  itu dan membangkang pada Allah?