بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Sabtu, 01 Juli 2023

Tadabbur Al-Quran Hal. 312

Tadabbur Al-Quran Hal. 312
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Maryam ayat 96 :

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمٰنُ وُدًّا

Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, kelak (Allah) Yang Maha Pengasih akan menanamkan rasa kasih sayang (dalam hati mereka).

- Asbabul Nuzul Maryam ayat 96 :

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Abdurrahman bin Auf bahwa ketika is berhijrah ke Madinah, ia merasa berat hati berpisah dari sahabat-sahabatnya di Mekah; antar lain Syaibah bin rabiah, Utbah bin Rabiah dan umayyah bin khalaf. Maka Allah menurunkan ayat ini.

- Penjelasan Surah Maryam Ayat 96-98 :

Ayat 96-98 dari surah Maryam menjelaskan orang-orang beriman dan beramal saleh akan Allah jadikan mereka berkasih sayang sesama mereka. Allah memudahkan Al-Qur’an itu bagi Rasul Saw. agar dapat memberikan kabar gembira (surga) kepada kaum yang bertakwa dan kabar takut (neraka) bagi kaum pembangkang. Semua kisah kehancuran umat-umat terdahulu murni dari Al-Qur’an atau wahyu Allah.

- Kisah Nabi & Rasul :

Selama sepuluh tahun Musa As. tinggal di rumah Nabi Syu'aib As. la menjalankan tugasnya menggembalakan kambing. Setelah selesai dari tugasnya itu Musa As. dan keluarganya pergi meninggalkan Nabi Syu'aib As. saat musim dingin, Musa As. tersesat di jalan yang ia tempuh sehingga ia tidak tahu arah yang dituju. Padahal saat itu istrinya sedang hamil tua. Pada malam yang teramat dingin itu perut istrinya itu mulas terasa ingin melahirkan.

Musa As. kemudian mengeluarkan batang kayu untuk membuat api untuk istrinya sehingga mereka tidak kedinginan dan dapat bermalam. Musa As. berusaha untuk menyalakan apinya hingga ia merasa lelah. Maka dilihatnya secercah cahaya dari kejauhan. la tidak tahu bahwa cahaya itu adalah cahaya Allah Swt., Musa As. berkata kepada istrinya, ...Tunggulah (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa suatu berita kepadamu dari (tempat) api itu. jika tidak, ...aku dapat membawa sepercik api, agar kamu dapat menghangatkan badan.... Tatkala Musa As. menuju api itu,
ia melihat api itu berupa cahaya yang memanjang dari langit ke sebuah pohon Ausaj (jenis pohon berduri) yang sangat besar.

Musa As. pun merasa bingung disertai rasa takut ketika melihat api yang begitu besar tanpa ada asap sedikit pun. Api itu menyala pada pohon berwarna hijau, api itu semakin membara namun hanya membuat kehijauan pohon itu semakin bertambah.

Ketika Musa As. mendekatinya, ia bersegera mundur dan kembali. Kemudian Musa As. diseru dari balik api itu. Pada saat ia mendengar suara itu, ia merasa tenang dan kembali. Tatkala mendatanginya ia diseru dari arah lembah sebelah kanan dari pohon itu yang berada pada tanah yang diberkahi, ...Wahai Musa! Sesungguhnya aku ini adalah Tuhanmu Pengurus seluruh alam.... Musa As. meyakini bahwa itu adalah suara Tuhannya Yang Mahatinggi. (Ibnul ASir Al- Jazari, Al-Kāmil fit Tārikhi, Jilid 1:136-137).

- Riyadus Salihin :

Dari lyād bin Himar Ra., dia berkata, Rasulullah Saw. Bersabda, "Dan Allah mewahyukan kepadaku agar kalian saling merendahkan diri, agar tidak ada seorang pun yang membanggakan diri pada yang lain, dan tidak ada seorang pun berlaku lalim pada yang lain." (HR Muslim).

Hadis di atas memberikan beberapa faedah di antaranya:

(a) Wajibnya tawadu, haramnya sombong dan dilarang menyakiti orang lain.
(b) Tawadu yang terpuji yaitu milik Allah Swt., Rasul-Nya, ulama dan semua manusia apabila dimaksudkan dengan hal itu mengharap rida Allah Swt. Barang siapa yang berbuat demikian, maka Allah Swt. akan meninggikan kedudukannya dan mengharumkan namanya. Adapun tawadu kepada orang zalim, sungguh ia telah hina yang tidak meninggikan harkat derajatnya.

(Dr. Mustafā Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādis Salihina, Juz 1, 1407H/1987 M: 514-515)

- Nasihat & Pelajaran :

Nabi Musa As. diberi gelar Kalimullah, artinya orang yang diajak bercakap-cakap oleh Allah Swt. Beliau juga termasuk Nabi yang digelari Ulul 'Azmi karena keteguhan dan kesabarannya dalam menghadapi umatnya.

Sesungguhnya rasa malu dan membalas kebaikan senantiasa menjadi kebiasaan baik bagi umat yang saleh. Seseorang bila beramal dengan ikhlas karena Allah Swt., meski mendapat upah atau hadiah tanpa dikehendakinya, maka ia tidak tercela dan tidak akan mengurangi nila keikhlasan dan pahalanya. (Abdurrahman bin Naşir As-Sa'diy, Masabih Ad-Diyamin Qasaş Al-Anbiya, 1429 H:37).

- Hadis Nabawi :

Dari Abu Musa Ra., ia berkata, "Rasulullah Saw. berdiri menerangkan kepada kami tentang lima hal. "Sesungguhnya Allah Swt. tidak pernah tidur dan tidak seharusnya Dia tidur. Dia berkuasa menurunkan timbangan amal mengangkatnya. dan Dilaporkan kepada-Nya segala amalan pada waktu malam sebelum dimulai amalan pada waktu siang, dan begitu juga amalan pada waktu siang akan diangkat kepada-Nya sebelum dimulai amalan pada waktu malam. Hijab-Nya adalah Cahaya." Dalam riwayat Abu Bakar, Ai (bukan cahaya). Seandainya Dia menyingkapkannya, pasti keagungan wajah-Nya akan membakar makhluk yang dipandang oleh-Nya. (HR Muslim, Sahih Muslim, Juz 1, No. Hadis, 293, 1412 H/1991 M: 161).

- Penjelasan Surah Thaha Ayat 1-12 :

Ayat 2-8 dari surah Thaha menjelaskan Al-Qur’an itu diturunkan Allah bukan untuk menyengsarakan manusia, tapi pelajaran bagi orang orang yang takut pada Allah. Diturunkan  Allah, Pencipta langit dan bumi, Maha Pengasih, bersinggasana di ‘Arsy-Nya, Pemilik semua yang ada di langit, bumi dan di antara keduanya dan yang di bawah tanah. 

Allah menjelaskan kepada Nabi Muhammad Saw. bahwa Dia Maha Mengetahui rahasia dan yang tersembunyi. Keduanya bagi Allah sama saja. Dialah Allah. Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Dia dan memiliki nama-nama yang baik.

Ayat 9 - 12 menjelaskan kisah Musa yang berbicara dengan Allah. Ketika dia melihat api, ia pergi ke arah api itu dengan harapan mendapatkannya untuk keperluan keluarganya dalam perjalanan menuju Mesir. Tatkala Musa sampai ke arah api itu, tiba-tiba ia dipanggil Allah: Wahai Musa, saya adalah Tuhan Penciptamu. Buka sendalmu karena kamu berada di lembah suci Thuwa.

Peristiwa Musa beribicara langsung dengan Alllah ini terjadi saat Musa dalam perjalanan kembali ke Mesir bersama istrinya. Musa dan keluarganya meninggalkan Madyan, kampung istrinya dan kembali ke Mesir setelah ia tinggal di sana selama 8 - 10 tahun. Lihat surah Al-Qasash : 22 - 28.