بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Senin, 10 November 2025

Tadabbur Al Quran hal. 433

Tadabbur Al-Quran Hal. 433
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Saba' ayat 46 :

۞ قُلْ اِنَّمَآ اَعِظُكُمْ بِوَاحِدَةٍۚ اَنْ تَقُوْمُوْا لِلّٰهِ مَثْنٰى وَفُرَادٰى ثُمَّ تَتَفَكَّرُوْاۗ مَا بِصَاحِبِكُمْ مِّنْ جِنَّةٍۗ اِنْ هُوَ اِلَّا نَذِيْرٌ لَّكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيْدٍ

Katakanlah, “Aku hendak memperingatkan kepadamu satu hal saja, yaitu agar kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri; [702] kemudian agar kamu pikirkan (tentang Muhammad). Kawanmu itu tidak gila sedikit pun. Dia tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) azab yang keras.”

- [702] Berdua-dua atau sendiri-sendiri maksudnya ialah, dalam menghadap Allah, kemudian merenungkan keadaan Muhammad sallallahu alaihi wa sallam sebaiknya dilakukan dalam keadaan suasana tenang dan ini tidak dapat dilakukan dalam keadaan beramai-ramai.

- Tafsir Al Muyassar Saba' ayat 46 :

Katakanlah (wahai Rasul) kepada orang-orang yang mendustakan lagi menentang itu: Aku hanya menasihatkan satu perkara kepada kalian: Hendaknya kalian menegakkan ketaatan kepada Allah, dua dua dan satu satu, kemudian renungkanlah keadaan teman kalian, Rasulullah dan apa yang dituduhkan kepadanya. Ternyata dia tidak gila, karena dia hanya pemberi peringatan kepada kalian, yang mengingatkan kalian terhadap azab Jahanam sebelum kalian mencicipi panasnya.

- Asmaul Husna :

Allah Swt. mempunyai nama Isysyahiid  artinya Dialah Yang Maha Memperhatikan makhluk dimana saja mereka berada dan dalam kondisi apapun. Dialah Yang Mahaada, menyaksikan, dan lebih dekat dengan mereka dibanding dengan urat leher mereka sendiri. Dia mendengar dan melihat. Dialah yang Maha Melihat dari ketinggian dan bersemayam di atas Arsy-Nya. Hati mampu mengenali-Nya, namun akal tak akan mampu memahami-Nya. Kesaksian-Nya terhadap makhluk adalah kesaksian Yang Maha Melihat, mencakup ilmu, penglihatan, pengurusan dan kekuasaan. Saksi bagi Allah hanyalah Diri-Nya sendiri, dengan keesaan dan keadilan. Kesaksian-Nya adalah hukum, ketetapan dan pengetahuan. Allah juga menjadi saksi atas kejujuran orang-orang beriman ketika mereka mengesakan-Nya, menjadi saksi atas para rasul dan malaikat-Nya terhadap apa yang mereka bawa dan mereka sampaikan. Kesaksian-Nya terhadap Diri-Nya dengan pengesaan berada di atas segala kesaksian. Dia bersumpah akan menemui para hambaNya selepas kematian dan ketika dibangkitkan kembali. Seorang muslim yang mengesakan Allah dengan nama ini adalah cerminan kesaksiannya terhadap kebenaran, walau seluruh makhluk memusuhinya. Kesaksian yang paling agung dan paling hebat adalah kesaksian atas keesaan tanpa disertai kemusyrikan. Itu adalah kesaksian yang paling agung yang disaksikan oleh Tuhan Yang Mahakuat dan Mahagagah, kesaksian para malaikat, para nabi, orang-orang yang berilmu dan para wali Allah. Rasulullah Saw. harus berhijrah oleh karena itu. Beliau juga harus memusuhi kaumnya. Sama halnya dengan Ibrāhim As. yang berlepas diri dari kekufuran ayahnya. Orang yang mengesakan Allah dengan nama ini hendaknya senantiasa memperbaharui keimanannya dengan selalu membaca dan memperbanyak zikir. Jika kematian menjemputnya, hendaknya ia mati dengan keyakinan itu. (Dr. Mahmūd Abdurrazāk Ar-Ridwān, Ad-Du'ầu bil AsmāiI Husnā, 2005: 75).

- Hadiš Nabawi :

Dari Rifa' ah bin Rafi' Az Zuraqiy Ra., ia berkata, "Jibril As. datang kepada Nabi Saw. lalu berkata, 'Siapakah di antara kalian yang kamu siapkan untuk pasukan Badar? Beliau menjawab, Mereka adalah kalangan muslim yang terbaik. Atau kalimat serupa itu. Maka Jibril berkata, "Begitu juga yang ikut (syahida) perang Badar dari kalangan malaikat." (HR AI-Bukhari). (Faisal bin Abdul 'Aziz Ali Mubārak, Tatrizu Riyādis Sālihina, Juz 3, t.t.:1). 

- Riyāduş şālihin :

Dari Umar bin Khattab Ra., ia berkata, "Ketika terjadi perang Khaibar, maka sejumlah sahabat menghadap Nabi Saw. seraya berkata, Fulan mati syahid, fulan mati syahid,' Maka Rasulullah Saw bersabda, Tidak demikian, sungguh aku melihatnya di neraka dalambpakaian atau mantel yang dia ambil (sebelum dibagi)." (HR Muslim).
Hadis di atas memberikan faedah bahwa:
(a) Dosa yang paling besar adalah khianat pada harta umat dan amanat pedih siksaannya.
(b) Mati syahid di jalan Allah tidak menghapus atau meniadakan hak-hak orang lain yang terzalimi olehnya.
(Dr. Muştafā Sa'id AI-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādis Şālihina, Juz 1, 1407H/1987 M: 240-241)

- Hadis Motivasi QS 34: 40 :

Dari Jabir dia berkata. Rasulullah bersabda: "Manusia akan dikumpulkan sesuai dengan niat mereka masing-masing." (HR Ibnu Majah. 4230)

- HADIS NIAGA QS Saba', 34: 47 :

Menerima Upah sebagai Amil Zakat

Dari lbnu As-Saidi, dia berkata, "Umar bin Khathab amil yang mengumpulkan sedekah (zakat). Ketika aku menyelesaikan pekerjaan itu dan menyampaikan kepadanya, dia memerintahkan untuk memberikan upah kepadaku. Aku pun berkata, 'Aku mengerjakannya karena Allah dan ganjaranku hanya dari Allah.' Dia berkata, 'Ambillah yang aku berikan kepadamu karena sesungguhnya aku telah mengerjakan pekerjaan ini pada zaman Rasulullah dan beliau memberiku upah. Ketika itu, aku mengatakan seperti yang engkau katakan. Namun, Rasulullah bersabda: "Jika engkau diberi sesuatu tanpa memintanya, makanlah dan sedekahkanlah." (HR Abu Dawud, 1647).

- AMAL NIAGA :

1. Apabila Anda ditunjuk oleh pemerintah untuk menjadi amil zakat yang bertugas mengumpulkan dan mendistribusikan zakat maka Anda diperbolehkan untuk menerima bagian zakat.
2. Sebagai pengusaha muslim, hendaklah Anda mengeluarkan sedekah dari harta atau hasil perniagaan Anda dengan mengharapkan manfaat dan keberkahan di dunia dan akhirat.

- Tadabbur Surah Saba' Ayat 40-48 :

Ayat 40-48 menjelaskan beberapa hal berikut:
1. Di padang Mahsyar nanti para Malaikat bersaksi bahwa sebenarnya kaum musyrikin itu menyembah setan (jin kafir) dan mengikuti perintah-perintahnya. Pada hari itu, mereka tidak bisa lagi saling  membantu atau menjerumuskan. Mereka semuanya dimasukkan ke dalam neraka agar merasakan azab neraka yang mereka tolak kebenarannya waktu masih hidup di dunia.  
2. Mereka juga menuduh Rasul saw. mengada-ada untuk menghambat mereka dari tradisi ketuhanan nenek moyang mereka dan tukang sihir. Penolakan seperti ini juga terjadi pada Rasul-Rasul Allah sebelumnya. Merekapun diazab Allah. 
3. Allah perintahkan Rasul saw. agar menyampaikan masalah Tauhid. Ia bukanlah gila, akan tetapi pemberi kabar takut sebelum azab Allah  tiba. Rasul saw. juga dilarang meminta upah dari dakwah Tauhid karena Allah yang akan membalasanya dan memberinya wahyu.