Halaman

Kamis, 19 September 2024

Tadabbur Al Quran Hal. 395

Tadabbur Al-Quran Hal. 395
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Al-Qasas ayat 80 :

وَقَالَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللّٰهِ خَيْرٌ لِّمَنْ اٰمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ۚوَلَا يُلَقّٰىهَآ اِلَّا الصّٰبِرُوْنَ

Tetapi orang-orang yang dianugerahi ilmu berkata, “Celakalah kamu! Ketahuilah, pahala Allah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, dan (pahala yang besar) itu hanya diperoleh oleh orang-orang yang sabar.”

- Tafsir Al Muyassar Al-Qasas ayat 80 :

Orang-orang yang diberi ilmu tentang Allah dan syariatNya dan mengetahui hakikat perkara yang sebenarnya berkata kepada orang-orang yang berkata: Seandainya kami diberi apa yang telah diberikan kepada Qarun. Mereka berkata: Celakalah kalian, bertakwalah kalian kepada Allah dan taatilah Dia. Pahala Allah bagi siapa yang beriman kepada-Nya dan kepada utusan-utusan-Nnya serta melakukan amal-amal shalih adalah lebih baik daripada apa yang diberikan kepada Qarun. Namun nasihat ini tidak akan diterima, diresapi dan diamalkan kecuali oleh orang yang berjihad melawan dirinya, sabar dalam ketaatan kepada Rabb-nya dan menjauhi kemaksiatan kepada-Nya.

- Riyadus Salihin Al-Qasas ayat 80 :

Dari Abu Sa'id A-Khudriy Ra sesungguhnya ada beberapa orang dan kalangan Ansar meminta (pemberian sedekan) kepada Rasuullah Saw lalu beliau memberi, Kemudian mereka meminta kumbal, lalu belia memberi Kemudian mereka meminta kembali, lalu beliau memberi lagi hingga habis apa yang ada pada beliau Kemudian beliau Saw. bersabda, Ada-apa yang ada padaku dari kebaikan (harta), sekali-kali tidaklah aku akan menyembunyikannya dari kalian semua. Namun barangsiapa menahan (menjaga diri dari meminta-minta). maka Allah Siwt akan menjaganya dan barangsiapa yang meminta kecukupan, maka Alah Swt akan mencukupkannya dan barangsiapa yang menyabarkan dirinya, maka Alah Swt akan memberinya kesabaran. Dan tidak ada suatu pemberian yang diberikan kepada seseorang yang lebih baik dan lebih luas daripada
(diberikan) kesabaran (HR Bukhari dan Muslim) (An Nawsw, Riyadus Sāihin, No. Hadis 26, 2010 M: 24-25)

- Riyāduş Şälihin :

Dari Abu Said Al-Khudriy Ra., sesungguhnya ada beberapa orang dari kalangan Anshār meminta (pemberian sedekah) kepada Rasulullah Saw., lalu beliau memberi. Kemudian mereka meminta kembali, lalu beliau memberi. Kemudian mereka meminta kembali, lalu beliau memberi lagi hingga habis apa yang ada pada beliau. Kemudian beliau Saw. bersabda, "Apa-apa yang ada padaku dari kebaikan (hata), sekali-kali tidaklah aku akan menyembunyikannya dari kalian semua. Namun, barangsiapa menahan (menjaga diri dari meminta-minta), maka Allah Swt. akan menjaganya dan barangsiapa yang meminta kecukupan, maka Allah Swt. akan mencukupkannya dan barangsiapa yang menyabarkan dirinya, maka Allah Swt. akan memberinya kesabaran. Dan tidak ada Suatu pemberian yang diberikan kepada seseorang yang lebih baik dan lebih luas daripada (diberikan) kesabaran." (HR Al-Bukhāri.-Muslim).
Hadiš di atas mengandung beberapa faedah:
(a) Nabi Saw. memiliki akhlak mulia, berupa lapang dada dan dermawan. Orang kaya itu bukan karena banyaknya harta benda, namun kaya hati. Di samping dorongan untuk bersikap Qana 'ah (kerelaan atas bagiannya yang diterima) dan iffah (penjauhan diri dari hal-hal yang tidak baik atau hina).
(b) Akhlak mulia dan sifat-sifat terpuji akan diperoleh melalui kesabaran.
(Dr. Mustafā Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādis Şālihina, Juz 1, 1407 H/1987 M: 58-59).m

- Medical Hadiš :

Dari Asma binti Umais Ra., dia berkata, Rasulullah Saw. bersabda kepadaku, "Dengan apa kamu minum untuk menyembuhkan sakit perutmu? Aku menjawab, Dengan Syubrum. Beliau bersabda, Panas. Aku berkata, "Kemudian aku meminum obat sakit perut dengan menggunakan Sanā, Lantas beliau bersabda, Seandainya ada sesuatu yang bisa menyembuhkan mati, maka itu adalah Sanā, dan Sanā adalah obat dari kematian." (HR Ibnu Majah, At-Tirmidzi, dan Ahmad, dan redaksi ini versi Ibnu Mājah). (Hadis Daif. Sahih wa paif Sunan lbni Mājah, no. 3461, Sahih wa pa'if Sunan At-Tirmiži, no. 2081). ((bnu'l Qayyim Al-Jauziyyah, At-Tibbun Nabawi, t.t.: 253).

- Tibbun Nabawi :

Hubungan Sabar dengan Kesehatan

Sabar merupakan bagian dari iman, seperti halnya kepala merupakan bagian dari jasad. Sabar ada tiga macam, yaitu: (1) sabar melaksanakan kewajiban dari Allah Swt. sehingga tidak menelantarkannya, (2) sabar menjauhi hal-hal yang diharamkan Allah Swt. sehingga tidak mengerjakannya, (3) sabar menerima Qada dan Qadar Allah Swt. sehingga tidak marah karenanya. Siapa yang mampu menyempurnakan tiga tahapan ini, maka sempurnalah sabarnya. Kesenangan di dunia dan kenikmatan akhirat serta keberuntungan, ada pada sabar dan iman. Seseorang tidak sampai kepada iman kecuali dengan menyeberangi jembatan sabar, sebagaimana seseorang tidak bisa sampai ke surga kecuali dengan melewati Sirātul-Mustaqim. Mayoritas penyakit badan dan hati berasal dari tidak adanya sabar. Hanya sabarlah yang bisa menjaga kesehatan hati dan badan serta jiwa. Allah Swt. beserta orang-orang yang sabar dan mencintai mereka, serta mengulurkan pertolongan kepada mereka.
(lbnu'l Qayyim Al-Jauziyyah, Zãdu'l Ma ādi fi Hadyi Khayril lbadi, Juz 4, t.t.: 332-333).

- Hadis Motivasi QS 28: 83 :

Dari Samurah bahwa Rasulullah bersabda: "Pada malom (lsra dan Mikraj), aku ditemui oleh dua malaikat yang mengajakku mendaki sebuah pohon. Lalu. keduanya memasukkarn aku ke sebuch negeri (kampung) yang terbaik dan paling utama yang aku belum pernah melihat yang lebih baik darinya. Kedua malaikat itu berkata: 'Adapun negeri ini adalah kampungnya syuhada (orang-orong yang mati syahid)'." (HR Bukhari. 2638)

- HADIS NIAGA QS AI-Qasaş, 28: 82 :

Mensyukuri yang Sudah Didapat, meskipun Sedikit Dari Nu'man bin Basyir , dia berkata bahwa Nabi bersabda: "Barang siapa yang tidak mampu mensyukuri yang sedikit, dia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak. Barang siapa yang tidak bisa berterima kasih kepada manusia, dia tidak akan bersyukur kepada Allah. Membicarakan nikmat Allah adalah bentuk syukur, sedangkan meninggalkannya adalah bentuk kufur Berjamaah adalah rahmat, sedangkan berpecah belah adalah azab." (HR Ahmad, 18544)

- AMAL NIAGA :

1. Seorang niagawan tidak boleh mengeluh dengan modal yang kecil sehingga membuatnya malas untuk menjalankan perniagaannya.
2. Keberhasilan seorang niagawan tidak dilihat dari seberapa besar kepemilikannya, tetapi dilihat seberapa pandai dia menggerakkan modal yang ada sampai mendapatkan laba; tanpa melihat besar atau kecilnya modal tersebut.
3. Lakukanlah transparansi keuangan sebagai bentuk rasa syukur. Jangan mengada-ada, tetapi juga jangan meniadakan hasil yang telah didapat.

- Tadabbur Surah Al-Qashash Ayat 78-84 :

1. Ayat 78-84 meneruskan kisah Qarun sebelumnya dan akibat buruk kebanggaannya pada harta, di dunia maupun di akhirat. Qarun tidak mau mengeluarkan sebagian hartanya di jalan Allah khususnya zakat dan infak karena ia meyakini semua harta yang ia miliki itu adalah hasil kehebatan dan kepintarannya. Padahal, betapa banyak manusia sebelum-nya yang lebih kaya dan lebih kuat darinya yang Allah hancurkan karena kufur nikmat seperti yang dilakukannya.
2. Qarun bukan hanya tidak mau menunaikan kewajiabn hartanya yang Allah tetapkan, bahkan memamerkan hartanya di tengah-tengah masyarakat. Orang-orang yang silau dengan harta dan di hatinya tertanam kecintaan pada dunia tergoda dan berangan-angan ingin kaya pula seperti Qarun. Namun, orang-orang yang memahami hakikat  harta dan kehidupan akhirat melihat cara pandang materialisme itu sangat berbahaya, karena surga Allah di akhirat jauh lebih baik bagi kaum mukmin yang beramal saleh. Untuk meraihnya perlu kesabaran. Maka, Allah tenggelamkan Qarun ke dalam bumi saat memamerkan harta dan kekayaannya. Saat itu, orang-orang yang silau dengan harta baru menyadari kaya ala Qarun itu memancing murka Allah. Allah yang menentukan siapa di antara hamba-Nya yang diberi-Nya kekayaan.
3. Sesungguhnya surga itu Allah ciptakan untuk orang yang tidak sombong dan merusak di atas bumi, yakni orang-orang yang bertakwa. Kebaikan akan Allah balas dengan yang jauh lebih baik, sedangkan keburukan dibalas dengan balasan yang setimpal di akhirat kelak.

Rabu, 18 September 2024

60 tahun batas udzur dari Allah

Tematik (217)
---------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
 
60 tahun batas udzur dari Allah

Ibarat kapal yang sedang menyusuri samudera, seorang manusia tidak selamanya akan berhadapan dengan kehidupan yang tenang. Terkadang dia akan diberi kenikmatan, terkadang diberi cobaan, bahkan terkadang terjatuh ke dalam maksiat. Orang yang beriman akan menyikapi perjalanan hidupnya tersebut dengan sebaik-baik sikap. Dia akan bersyukur ketika diberi nikmat, akan bersabar ketika diberi cobaan, dan akan bertaubat ketika terjatuh ke dalam maksiat.

Di sisi lain, ada orang yang pada berbagai keadaan tersebut tidak bisa bersikap seperti itu, bahkan tidak bisa mengambil sedikit pun pelajaran dari itu semua. Ketika Allah memberinya kesempitan, dia berkeluh kesah, dan menyalahkan takdir. Ketika Allah memberinya kenikmatan melebihi orang pada umumnya, dia masih merasa kurang, masih tamak dengan yang belum dia miliki. Keadaan sempit, keadaan lapang, tak ada yang bisa membuatnya kembali kepada Allah.

Namun Allah betul-betul Maha Baik dan Maha Pemurah, yang selalu memberi maaf dan udzur kepada para hamba-Nya. Allah masih memberi kesempatan kedua, ketiga, dan seterusnya agar bisa kembali kepada Allah.

Hanya saja tidak selamanya Allah akan memberi udzur, setelah usia seseorang mencapai angka 60 tahun, maka tidak ada argumen lagi baginya untuk tidak beriman atau enggan beramal. Selama bertahun-tahun dia telah mengetahui ayat-ayat Allah, sering mendengarkan hadits-hadits Nabi, sering diberi peringatan dalam hidupnya, maka tidak ada lagi alasan baginya ketika bertemu dengan Allah kelak.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَعْذَرَ اللَّهُ إِلَى امْرِئٍ أَخَّرَ أَجَلَهُ حَتَّى بَلَّغَهُ سِتِّينَ سَنَةً

“Allah memberi udzur kepada seseorang yang Dia akhirkan ajalnya, hingga sampai usia 60 tahun.” (HR. Bukhari, no. 6419)

Maknanya, Allah masih memberikan udzur kepada seseorang di bawah 60 tahun jika ia masih tertipu dengan dunia, tamak dengan harta. Tetapi ketika ia mencapai 60 tahun maka Allah tidak memberikannya udzur lagi. Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan,

وَالْمَعْنَى أَنَّهُ لَمْ يَبْقَ لَهُ اعْتِذَارٌ كَأَنْ يَقُولَ لَوْ مُدَّ لِي فِي الْأَجَلِ لَفَعَلْتُ مَا أُمِرْتُ بِهِ ….

Makna hadis di atas adalah bahwa udzur dan alasan sudah tidak ada lagi, seperti mengatakan, “Andai usiaku dipanjangkan, aku akan melakukan apa yang diperintahkan kepadaku.” (Fathul Bari, 11/240)

Ketika seseorang terus menerus terjatuh dalam kubangan maksiat, lama kelamaan hati itu akan menghitam. Shalat sering ditinggalkan, aurat terus diumbar, syariat Islam banyak diluputkan, saudara muslim selalu menjadi incaran ghibah, bahkan jimat dan penglaris juga menghiasi dirinya demi mendapatkan dunia. Dia tidak sadar, setiap hari, setiap detik, noktah-noktah hitam akan dititikkan pada hatinya. Itulah Ar-Raan yang disebutkan Allah di dalam Al-Quran,

كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (QS. Al-Muthaffifin: 14)

Waspadalah jika dia terus hidup dalam kebiasaan buruk tersebut, bahkan hingga mencapai 60 tahun. Hendaknya dia benar-benar berhati-hati akan keadaan hatinya, dikhawatirkan hati itu terlanjur tertutup karena noktah hitam yang tidak henti-hentinya dititikkan, sedangkan Allah sudah tidak memberikan udzur yang banyak lagi kepadanya. Maka saat itulah kebenaran dan hidayah akan sulit untuk merasuk ke dalam hatinya.

Sabtu, 07 September 2024

Tentang Shalat Istikharah

One Day One Hadits (317)
------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Tentang Shalat Istikharah

 عن جابر رضي الله عَنْهُمَا قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَلِّمُنَا الِاسْتِخَارَةَ فِي الْأُمُورِ كُلِّهَا كَمَا يُعَلِّمُنَا السُّورَةَ مِنْ الْقُرْآنِ يَقُولُ إِذَا هَمَّ أَحَدُكُمْ بِالْأَمْرِ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ الْفَرِيضَةِ ثُمَّ لِيَقُلْ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلَا أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلَا أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ خَيْرٌ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي أَوْ قَالَ عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ فَاقْدُرْهُ لِي وَيَسِّرْهُ لِي ثُمَّ بَارِكْ لِي فِيهِ وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ شَرٌّ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي أَوْ قَالَ فِي عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ فَاصْرِفْهُ عَنِّي وَاصْرِفْنِي عَنْهُ وَاقْدُرْ لِي الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِي قَالَ وَيُسَمِّي حَاجَتَهُ

 Dari Jabir Bin Abdullah radhiyallahu ‘anhuma berkata:
“Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengajari kami Istikharah dalam memutuskan segala sesuatu, (sebagaimana mengajari kami) surat dalam Alquran, beliau bersabda :
Apabila salah seorang diantara kalian hendak melakukan sesuatu (yang membingungkan), maka lakukanlah shalat (sunnah) dua roka’at -selain sholat wajib-, kemudian bacalah :
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pilihan yang tepat kepada-Mu dengan ilmu-Mu dan aku memohon kekuatan kepada-Mu (untuk memutuskan urusanku dan mengatasinya) dengan Kemahakuasaan-Mu. Aku memohon kepada-Mu kebaikan dari karunia-Mu yang agung, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa, sedang aku tidak kuasa, Engkau Maha Mengetahui, sedang aku tidak mengetahui dan hanya Engkau-lah Yang Maha Mengetahui hal yang ghaib. Ya Allah, apabila (menurut pengetahuan-Mu) Engkau mengetahui bahwa urusan ini (hendaknya disebutkan urusannya) lebih baik bagiku dalam urusan agamaku, penghidupanku, dan akibatnya bagi akheratku atau -Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: …..duniaku dan akhiratku-, maka takdirkanlah untukku, mudahkanlah jalannya, kemudian berilah berkah untukku. Akan tetapi apabila (menurut pengetahuan-Mu) Engkau mengetahui urusan ini berdampak buruk bagiku dalam urusan agamaku, penghidupanku, dan akibatnya bagi akheratku, atau -Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:….duniaku atau akhiratku-, maka jauhkan urusan tersebut dariku, dan jauhkan aku darinya, takdirkan kebaikan untukku dimana saja kebaikan itu berada, kemudian jadikanlah aku ridho dengan takdir tersebut.”
Ia (Jabir atau perowi selainnya) berkata:
Dan orang tersebut menyebutkan urusannya.”
(HR. Al-Bukhari no.1162,6382 dan 7390)

Pelajaran yang terdapat di dalam hadist :

1. Istikharah adalah bentuk istif’al dari khair atau khiyarah, sedangkan maksud beristikharah kepada Allah adalah meminta suatu pilihan kepada-Nya yaitu : meminta pilihan yang terbaik dari dua perkara untuk orang yang membutuhkan salah satu dari kedua perkara tersebut.

2. Istikharah adalah sebuah ibadah yang disyari’atkan bagi orang yang hendak melakukan sesuatu atau meninggalkannya, namun ia masih bingung dalam menentukan diantara dua pilihan sikap tersebut.

3. Sebagaimana dalam hadits di atas, istikharah bisa dilakukan dengan melakukan shalat sunnah Istikharah dua raka’at, dan berdoa Itikharah setelahnya.

4. Ulama menjelaskan bahwa istikharah dengan sholat dan do'a  inilah yang paling baik (afdhol), akan tetapi jika terdapat halangan (haid, dll), atau dalam masalah yang perlu disegerakan, kemudian seseorang beristikharah tanpa shalat, maka yang seperti ini tidak mengapa.

5. Tidak seperti persangkaan sebagian orang bahwa jawaban shalat istikharah dikirim Allah dalam bentuk mimpi, sesungguhnya hasil istikharah adalah kemantapan hati. Yaitu, hati kita lebih condong ke pilihan mana yang terasa lebih baik untuk kita. Hati kita mantap memilih apa, itulah hasil istikharah kita.

6. Salat  istikhoroh ini dapat membantu dalam meringankan rasa keragu-raguan yang ada dalam diri seseorang dan meminta petunjuk kepada Allah SWT dan dipercaya dapat memberi tahu, baik itu hal yang baik ataupun buruk kepada seseorang yang dengan tulus melaksanakan shalat Istikharah.

Tema hadist yang berkaitan dengan al quran :

1. Manusia, makhluk yang lemah dan sangat butuh pertolongan Allah dalam setiap urusannya. Setinggi apapun ilmu yang dimiliki, diperlukan campur tangan Allah dalam menentukan pilihan.
Seorang muslim sangat yakin dan tidak ada keraguan sedikitpun bahwa yang mengatur segala urusan adalah Allah Ta’ala. Dialah yang menakdirkan dan menentukan segala sesuatu sesuai yang Dia kehendaki pada hamba-Nya. Allah Ta’ala berfirman:

وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ مَا كَانَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ سُبْحَانَ اللَّهِ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ, وَرَبُّكَ يَعْلَمُ مَا تُكِنُّ صُدُورُهُمْ وَمَا يُعْلِنُونَ, وَهُوَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ لَهُ الْحَمْدُ فِي الأولَى وَالآخِرَةِ وَلَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ 

"Dan Rabbmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia). Dan Tuhanmu mengetahui apa yang disembunyikan (dalam) dada mereka dan apa yang mereka nyatakan. Dan Dialah Allah, tidak ada Rabb (yang berhak disembah) melainkan Dia, bagi-Nyalah segala puji di dunia dan di akhirat, dan bagi-Nyalah segala penentuan dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan." (QS. al-Qashash: 68-70).

2. Allah SWT memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya agar senantiasa memohon pertolongan kepada-Nya agar diberikan petunjuk untuk memperoleh kebaikan bagi kehidupannya dan terhindar dari keburukan.
Cara yang terbaik dalam memohon pertolongan kepada Allah SWT adalah melalui shalat, sebagaimana hal ini difirmankan Allah SWT di dalam al-Qur’an yang berbunyi:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ , وَلا تَقُولُوا لِمَنْ يُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتٌ بَلْ أَحْيَاءٌ وَلَكِنْ لَا تَشْعُرُونَ 

"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS al-Baqarah: 153).

Senin, 02 September 2024

Tadabbur Al Quran Hal. 393

Tadabbur Al-Quran Hal. 393
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Al-Qasas ayat 61 :

اَفَمَنْ وَّعَدْنٰهُ وَعْدًا حَسَنًا فَهُوَ لَاقِيْهِ كَمَنْ مَّتَّعْنٰهُ مَتَاعَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ثُمَّ هُوَ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ مِنَ الْمُحْضَرِيْنَ

Maka apakah sama orang yang Kami janjikan kepadanya suatu janji yang baik (surga) lalu dia memperolehnya, dengan orang yang Kami berikan kepadanya kesenangan hidup duniawi [613] ; kemudian pada hari Kiamat dia termasuk orang-orang yang diseret (ke dalam neraka)?

- [613] Orang yang diberi kenikmatan hidup duniawi tetapi tidak dipergunakan untuk mencari kebahagiaan hidup di akhirat, karena itu di akhirat ia diseret ke dalam neraka.

- Asbabun Nuzul Al-Qasas ayat 61 :

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Mujahid tentang firman-Nya,'"Maka apakah sama orang yang Kami janjikan kepadanya suatu janji yang baik (surga),"'ia berkata, "Ayat ini turun tentang Nabi saw. dan Abu Jahal bin Hisyam."
Ia meriwayatkan dari lain darinya bahwa ia turun tentang Hamzah dan Abu Jahal.

- Tafsir Al Muyassar Al-Qasas ayat 61 :

Apakah orang yang Kami janjikan kepadanya dengan surga atas ketaatannya, lalu dia mendapatkan dan merengkuh janji tersebut, sama dengan orang yang Kami berikan kenikmatan dunia lalu dia pun menikmatinya, dia lebih mementingkan kesenangan dunia di atas akhirat, kemudian di hari kiamat dia termasuk orang-orang yang
dihadirkan untuk dihisab dan mendapatkan balasan?
Kedua kubu tersebut tidaklah sama. Maka hendaknya orang yang berakal memilih untuk dirinya apa yang lebih
patut untuk dipilih, yaitu menaati Allah dan mencari ridha-Nya.

- Riyāduş şālihin :

Dari Jabir Ra., dia berkata, "Seorang laki-laki Arab gunung mendatangi Rasulullah Saw. seraya berkata, Wahai Rasulullah, apakah sesuatu yang mewajibkan (sesuatu yang lain?)' Beliau menjawab, Orang yang meninggal dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, maka ia wajib masuk surga, dan orang yang meninggal dalam keadaan menyekutukan Allah dengan
sesuatu, maka ia wajib masuk neraka." (HR Muslim).
Hadis di atas memberikan faedah bah-
wa para ulama telah sepakat bahwa orang yang maksiat tidak akan kekal di neraka selama ia mati dalam keadaan iman, begitu pula orang kafir. (Dr. Muştafā Said Al-KhiNuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādis Sālihina
Juz 1, 1407 H/1987 M: 377).

- Hadis Nabawi :

Dari Ubadah Ra., dari Nabi Saw., beliau
bersabda, "Barangsiapa bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah Yang Maha Esa dengan tidak menyekutukan-Nya dan bahwa Muhammad adalah hamba-Nya
dan utusan-Nya, serta (bersaksi) bahwa Isa adalah hamba Allah, utusan-Nya, dan firman-Nya yang Allah berikan kepada Maryam dan ruh dari-Nya, dan surga bahwa para ulama telah sepakat bahwa orang yang maksiat tidak akan kekal di neraka selama ia mati dalam keadaan iman, begitu pula orang kafir. (Dr. Muştafā Sa'id A-Khir Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādis Sālihina Juz 1, 1407 H/1987 M: 377).

- Hadis Nabawi :

Dari Ubadah Ra., dari Nabi Saw., beliau
bersabda, "Barangsiapa bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah Yang Maha Esa dengan tidak menyekutukan-Nya dan bahwa Muhammad adalah hamba-Nya
dan utusan-Nya, serta (bersaksi) bahwa Isa adalah hamba Allah, utusan-Nya, dan firman-Nya yang Allah berikan kepada Maryam dan ruh dari-Nya, dan surga adalah hag (benar adanya), dan neraka adalah hag, maka Allah akan memasukkan orang itu ke dalam surga bagaimanapun keadaan amalnya." (HR AI Bukhāri, Sahihu
Bukhari, Juz 2, No. Hadis 3435: 487).

- Hadis Qudsi :

Abdullah bin Amru bin A-Ash Ra. berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah akan menyelamatkan seorang laki-laki dari umatku di hadapan manusia pada
hari kiamat, lalu dia membuka buku catatan besar di hadapannya, setiap buku catatan besar lebarnya seperti sepanjang mata memandang, kemudian Dia berfirman, Apakah kamu mengingkari sesuatu dari ini?
Apakah para penulisku yang menjaga (amal manusia) menzalimimu? Dia menjawab, Tidak wahai Rabbku.' Allah Swt. bertanya, Apakah kamu mempunyai alasan dalih (bagi amal burukmu)? Dia menjawab, Tidak,
wahai Rabbku. Allah Swt. berfirman, Tidak demikian, sesungguhnya kamu mempunyai kebaikan di sisi Kami, karena itu tidak ada kezaliman atasmu pada hari ini.' Lalu keluarlah kartu amal kebaikan, yang di dalamnya
tercatat bahwa, 'Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah Swt. dan Aku bersaksi bahwa Muhammad Saw. adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya.
Lalu Allah Swt. berfirman, Hadirkan amal timbanganmu! Dia berkata, Wahai Rabbku, apa (artinya) satu kartu amal ini (bila) dibandingkan buku catatan besar ini? Allah Swt. berfirman, 'Sesungguhnya kamu tidak
akan dizalimi. Nabi Saw. melanjutkan diletakkanlah buku catatan besar pada sisi, sedangkan kartu diletakkan pada sisi lainnya, maka buku catatan besar itu ringan (timbangannya) sedangkan kartu itu berat maka tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dibandingkan nama Allah Swt. (HAt-Tirmiži, Sunan At-Tirmiżi, Juz 5, No. Hadis 2639: 24). Dişahihkan oleh Syaikh Al-AIbäry
dalam Sahih wa Daif Sunan At-Tirmiži no 2639.

- Hadis Motivasi QS 28: 60 :

Dari lbnu Abbas dia berkata.
"Semoga Allah melaknat polan. Mereka sengaja pergi pada nusim haji yang mulia lalu menghilangkan hiasannya. Hiasan haji adalah talbiah." (HR Ahmad, 27845)

- HADIS NIAGA QS AI-Qasas, 28: 60 :

Pasangan Hidup yang Saling Mendukung

Dari Abdullah bin Amr bahwasanya Rasulullah bersabda: "Dunia merupakan perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah perempuan yang salehah." (HR Muslim, 1467)

- AMAL NIAGA :

1. Manfaatkanlah keuntungan dari perniagaan yang Anda jalani. Hal itu
merupakan karunia dan kesenangan dunia yang dihalalkan. Namun, jangan
lupa untuk mengeluarkan sedekah dari keuntungan yang Anda peroleh.
2. Jangan menjadikan keuntungan materi sebagai tujuan utama. Niatkanlah semata untuk menjadi manusia yang berguna. Balasan Allah akan jauh lebih menguntungkan daripada kenikmatan dunia.
3. Cita-cita tertinggi seorang niagawan tentu ingin perniagaannya untung
sehingga bisa memberikan limpahan materi berupa perhiasan (kesenangan)
duniawi. Perlu diketahui bahwa sebaik-baik perhiasan di dunia adalah
pasangan yang salehah yang dapat mendukung suami dalam perniagaannya.

- Tadabbur Surah Al-Qashash Ayat 60-70 :

Ayat 60-67 menjelaskan beberap hal:

1. Apa saja bentuk harta yang diperoleh, tidak lebih dari kenikmatan hidup dunia dan hiasannya. Pahala yang ada di sisi Allah jauh lebih baik dan kekal. Mengapa kita tidak paham juga?

2. Sangat jauh perbedaan antara orang-orang mukmin yang dijanjikan Allah surga dengan kaum  kafir dan musyrik yang  Allah berikan kenikmatan hidup dunia saja. 

3. Di akhirat nanti, Allah akan bertanya kepada kaum kafir dan musyrik itu: Mana tuhan-tuhan yang kalian sembah di dunia? Tiba-tiba para setan dan teman-teman mereka dari kalangan manusia berkata: Ya Allah. Mereka itu adalah korban penyesatan kami. Mereka sesat sebagaimana kami sesat. Hari ini kami berlepas diri dari mereka. Sebenarnya mereka tidaklah menyembah kami. Saat itu neraka sudah berada di hadapan mata mereka. Mereka menyesal sekali dan mengharapkan sekiranya dahulu mereka di dunia mendapat hidayah. Adapun orang-orang yang beriman pada  Allah, Rasul saw. dan Al-Qur’an dan mereka  beramal saleh yang banyak, maka mereka tenang-tenang saja karena yakin akan sukses masuk surga dan selamat dari api neraka.


Ayat 68-70 menjelaskan Allah menciptakan dan menetapkan apa saja Ia kehendaki. Manusia tidak punya kemampuan menentukan yang hak atau yang batil. Allah bersih dari tuhan-tuhan yang mereka jadikan sekutu dengan-Nya. Allah Maha Mengetahui semua rahasia hati manusia dan apa saja yang mereka nampakkan.  Dialah Allah. Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah. Bagi-Nya segala puja dan puji di dunia dan akhirat. Bagi-Nya jua segala keputusan  dan kepada-Nya manusia dikembalikan.