Halaman

Kamis, 09 November 2023

Tadabbur Al-Quran Hal. 347

Tadabbur Al-Quran Hal. 347
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Al-Mu'minun ayat 76 :

وَلَقَدْ اَخَذْنٰهُمْ بِالْعَذَابِ فَمَا اسْتَكَانُوْا لِرَبِّهِمْ وَمَا يَتَضَرَّعُوْنَ

Dan sungguh Kami telah menimpakan siksaan kepada mereka [555], tetapi mereka tidak mau tunduk kepada Tuhannya, dan (juga) tidak merendahkan diri.

- [555] Antara lain kekalahan mereka pada perang Badar, yang dalam peperangan itu orang-orang yang terkemuka dari mereka banyak yang terbunuh atau tertawan dan musim kering yang menimpa mereka, hingga mereka menderita kelaparan.

- Asbabun Nuzul Al-Mu'minun ayat 76 :

Diriwayatkan oleh an-Nasaa-i dan Al Hakim, yang bersumber dari lbnu Abbas bahwa AbuSufyan datang pada Nabi sallallahu alaihi wa sallam sambil berkata: "Hai Muhammad. Aku minta tolong dengan sangat atas nama Allah dan atas nama keluarga, karena kami sudah makan bulu dan darah. (kekurangan makanan)." Ayat ini turun berkenaan dengan peristiwa tersebut.

Diriwatkan oleh Al Baihagi di dalam kitab Ad-Dalaa-il bahwa ketika lbnu lyaz al-Hanafi dibawa kepada Nabi sallallahu alaihi wa sallam sebagai tawanan, ia dibebaskan oleh Nabi saw dan terus masuk Islam. Kemudian pulang ke Yamamah melalui Mekah, sehingga orang-orang Quraisy kekurangan makanan serta makan bulu-buluan dan darah. Karena itu Abu Sufyan diutus kepada Nabi sallallahu alaihi wa sallam. la berkata: "Bukankah engkau mengaku diutus menjadi rahmat bagi segenap alam?" Rasulullah mengiyakannya. Abu Sufyan berkata: "Engkau telah membunuh orang-orang tua dengan pedang dan anak-anaknya dengan kelaparan." Ayat ini turun berkenaan dengan peristiwa tersebut, yang menegaskan bahwa dengan azab dari Tuhan itu mereka tetap tidak masuk Islam.

Sumber: Asbabun Nuzul-K.H.Q.Shaleh - H.A.A. Dahlan dkk.

- Tafsir Al Muyassar Al-Mu'minun ayat 76 :

Sesungguhnya Kami telah menimpakan berbagai macam bentuk musibah kepada mereka. Namun mereka tetap tidak mau tunduk kepada Rabb-nya, dan juga tidak berdoa kepada Allah dengan khusyu' pada saat musibah itu menimpa.

- Tafsir lbnu Kasir :

Allah Swt. mengabarkan tentang Qudrah (kemampuan)-Nya yang agung dan kekuasaan-Nya yang sangat luas dalam menciptakan khalifah (manusia) dan menebarnya di seluruh penjuru bumi ini dengan berbagai macam jenis dan beraneka ragam bahasa serta sifat mereka. Kemudian pada hari kiamat nanti mereka akan dikumpulkan, mulai dari orang-orang yang pertama sampai yang paling akhir, pada waktu yang telah ditentukan. Tidak ada seorang pun yang tertinggal, baik kecil maupun besar, laki-laki maupun perempuan, mulia maupun hina, melainkan Dia akan mengembalikan hidup mereka sebagaimana Dia memulai penciptaannya.

Dengan demikian, Dia berfirman, { Dan Dialah yang menghidupkan dan mematikan... } yaitu menghidupkan tulang-tulang yang telah hancur dan mematikan seluruh umat manusia. { ..Dan Dialah yang (mengatur) pergantian malam dan siang..., } yaitu dengan kuasa-Nya, Dia mengendalikan malam dengan siang, masing-masing silih berganti, tidak hilang, dan tidak pula digantikan oleh masa yang lain selain keduanya. Sebagaimana firman-Nya dalam ayat yang lain, { Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya. } (QS Yāsin, 36: 40).

Firman-Nya, { ...Tidakkah kamu mengerti? } Apakah kalian tidak mempunyai akal yang menunjukkan pada kalian tentang betapa Maha gagah dan Maha Mengetahuinya Allah, yang telah mengalahkan segala sesuatu, mengalahkan kemuliaan segala sesuatu, dan menundukkan segala sesuatu kepada-Nya (bnu Kasir, Tafsirul Qurānil Azimi, Jilid 10, 1421 H/2000 M: 139).

- Riyāduş Şālihin :

Dari Abu 'Amr Sufyan bin Abdullah Ra., dia berkata, "Aku bertanya, Wahai Rasulullah Saw., katakanlah kepadaku suatu perkataan dalam Islam yang aku tidak akan menanyakannya kepada seorang pun tentangnya setelahmu." Maka beliau menjawab, "Katakanlah, Aku beriman kepada Allah, lalu beristiqāmahlah." (HR Muslim).

Hadis di atas memberikan faedah:

(a) Hadis di atas ialah ucapan singkat namun sarat makna, yang diberikan kepada Nabi Saw. Hadis di atas selaras dengan firman Allah Swt., { ... Sesungguhnya orang-orang yang berkata, "Tuhan kami adalah Allah," kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka... } (QS Fussilat, 41: 54).

(b) Istiqāmah adalah berpegang teguh atas jalan Islam. Umar bin Khattab Ra. berkata, "Pengakuan iman tidak cukup, selama tidak menunjukan amal atas keimanannya. Terjemahkanlah keimanan itu dengan perbuatan dan buahkanlah dari manisnya keimanan itu."

(c) Istiqāmah merupakan derajat yang tinggi, yang menunjukkan kesempurnaan iman dan cita-cita yang tinggi.

(Dr. Mustafā Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādis Şālihina, Juz 1, 1407 H/1987 M:119).

- Hadis Nabawi :

Dari Abdullah Ra., ia berkata, "Seorang rahib datang kepada Nabi Saw. dan berkata, Ya Muhammad, kami mendapatkan Allah Swt. memegang langit, bumi, pohon-pohon, air, binatang-binatang, dan seluruh makhluk dengan jari-Nya seraya berkata, 'Akulah Raja (Penguasa)! Rasulullah Saw. pun tertawa hingga tampak gigi serinya sebagai pembenaran terhadap perkataan rahib itu. Lalu, beliau membaca ayat, <Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya, padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kananNya. Mahasuci Tuhan dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan." (QS Az-Zumar, 39:67). (HR Bukhāri, Al-Jāmiu Sahih Bukhāri, Juz 3, No. Hadis, 4811: 285).

- Hadiš Qudsi :

Dari 'Abdullah bin Umar Ra., ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Pada hari kiamat kelak, Allah Swt. akan melipat langit. Setelah itu, Allah akan menggenggamnya dengan tangan kanan-Nya sambil berkata, 'Akulah Sang Raja. Di manakah sekarang orang-orang yang selalu berbuat sewenang-wenang? Dan di manakah orang-orang yang selalu sombong dan angkuh?" Setelah itu, Allah Swt. akan melipat bumi dengan tangan kiri-Nya sambil berkata, Akulah Sang Raja. Dimanakah sekarang orang-orang yang sering berbuat sewenang-wenang? Di manakah orang-orang yang sombong?." (HR Muslim, Sahih Muslim, Juz 4, No. Hadis, 2788. 2148).

- Penjelasan Surah Al-Mukminun Ayat 75-89 :

Ayat 75-89 meneruskan penjelasan ayat sebelumnya. Kekufuran kaum kafir Mekkah kepada Allah sangat dahsyat. Kendati ditimpakan kelaparan dan azab yang sangat keras, mereka berputus asa dan tetap tidak mau tunduk dan  merendahkan hati kepada Allah.  

Tidak ada alasan bagi manusia untuk kafir kepada Allah, karena Dia menciptakan pendengaran, penglihatan dan hati (jantung) bagi manusia. Dia juga yang mengembangbiakkan manusia diatas bumi ini dan kepada-Nya juga nanti dikumpulkan. Dia pula yang menghidupkan, mematikan, menciptakan malam dan siang silih berganti.  Mereka tidak menggunakan akal dengan baik dan benar sehingga mereka mengulang perkataan nenek moyang mereka yang tidak beriman kepada hari kebangkitan dan menuduh wahyu Allah itu cerita dongeng belaka. 

Anehnya, jika ditanyakan kepada mereka siapa pencipta bumi,  manusia yang ada di atasnya, langit tujuh lapis dan Arasy yang Agung itu, di tangan siapa kekuasaan segala sesuatu, sedangkan Ia melindungi dan tidak butuh perlindungan, mereka menjawabnya: Allah. Lalu apa yang membuat mereka tidak mau menauhidkan Allah dalam ibadah dan kehidupan ini? Padahal mereka mengakui Rububiyyatullah.