Halaman

Selasa, 31 Oktober 2023

Tadabbur Al-Quran Hal.344

Tadabbur Al-Quran Hal. 344
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Al-Mu'minun ayat 41 :

فَاَخَذَتْهُمُ الصَّيْحَةُ بِالْحَقِّ فَجَعَلْنٰهُمْ غُثَاۤءًۚ فَبُعْدًا لِّلْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَ

Lalu mereka benar-benar dimusnahkan oleh suara yang mengguntur, dan Kami jadikan mereka (seperti) sampah yang dibawa banjir. [1002] Maka binasalah bagi orang-orang yang zalim.

- [1002] Maksudnya; demikian buruknya akibat mereka sampai mereka tidak berdaya sedikitpun, tidak ubahnya seperti sampah yang dihanyutkan banjir, padahal mereka bertubuh besar dan kuat.

- Tafsir Al Muyassar Al-Mu'minun ayat 41 :

Dalam waktu yang sebentar, datanglah kepada mereka suara yang mengguntur disertai dengan angin yang dahsyat. Allah memusnahkan mereka dan mereka pun mati semua. Seakan mereka menjadi sampah yang dihanyutkan banjir. Maka kebinasaanlah bagi orang-orang yang zalim dan alangkah jauhnya mereka dari rahmat Allah. Berhati-hatilah wahai orang yang mendengar dari mendustakan seorang Rasul yang akan mengakibatkan ditimpa azab seperti kaum-kaum terdahulu.

- Tafsir lbnu Kasir :

Allah Swt. mengabarkan bahwasanya setelah kaum Nuh As., Dia pun menciptakan umat yang lainnya. Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan umat tersebut adalah kaum 'Ad, karena mereka itulah yang datang setelahnya. Tetapi ada pula yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kaum itu adalah kaum Samūd. Hal itu didasarkan pada firman-Nya, { Lalu mereka benar-benar dimusnahkan oleh suara yang mengguntur... } (QS Al-Mukminün, 23: 41) Allah Swt. pun telah mengutus seorang rasul pada mereka dari jenis mereka sendiri. Lalu dia menyeru mereka untuk beribadah kepada Allah semata yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Tetapi mereka malah mendustakannya, menentangnya, dan menolak untuk mengikutinya disebabkan ia manusia biasa seperti mereka. Mereka menolak untuk mengikuti seorang rasul yang berasal dari manusia biasa. Lalu mereka pun mendustakan hari pertemuan dengan Allah pada hari kiamat, serta mereka mengingkari bahwa jasad mereka akan dikembalikan pada hari kebangkitan.

Kemudian mereka berkata, { Adakah dia menjanjikan kepada kamu, bahwa apabila kamu telah mati dan menjadi tanah dan tulang-belulang, sesungguhnya kamu akan dikeluarkan (dari kuburmu)? Jauh! Jauh sekali (dari kebenaran) apa yang diancamkan kepada kamu. } (0S Al-Mu'minün, 23: 35-36), yakni jauh, jauhlah hal seperti itu. «Dia tidak lain hanyalah seorang laki-laki yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah... (QS Al-Mu'minūn, 23: 38), yaitu pada apa yang dibawanya berupa risalah, peringatan, dan berita tentang kebangkitan.

{ ..Dan kita tidak akan mempercayainya. Dia (Hūd) berdoa, Ya Tuhanku, tolonglah aku karena mereka mendustakan aku. } (QS Al-Mu'minūn, 23: 38-39), yaitu utusan tersebut meminta kepada Tuhannya agar mereka diberi kemenangan, seraya memohon bantuan kepada-Nya dalam menghadapi mereka, sampai akhirnya Allah mengabulkan doa tersebut.

{ Dia (Allah) berfirman, Tidak lama lagi mereka pasti akan menyesal. } (Qs Al-Mu'minūn, 23: 40), yaitu atas tindakan mereka menentangmu dan memusuhimu terhadap apa yang kamu bawa. { Lalu mereka benar-benar dimusnahkan oleh suara yang mengguntur...}  (QS Al-Mu'minün, 23: 41). Mereka memang layak mendapatkan hal tersebut dari Allah dísebabkan kekufuran dan penyimpangan mereka. (lbnu Kašir, Tafsirul Qur'anil Azimi, Jilid 10, 1421 H/2000M: 122).

- Riyāduş Şalihin :

Dari Muaż bin Jabal Ra., "Ketika aku dibonceng Nabi Saw. di punggung unta, beliau bersabda, 'Hai Mu'až! Apa hak Allah Swt. atas hamba-Nya? Aku menjawab, Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu. Beliau bersabda, "Hak Allah Swt. atas hamba-Nya adalah agar mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan hak hamba atas Allah Swt. adalah agar Dia tidak menyiksanya selama dia tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.' Lalu aku berkata, Wahai Rasulullah Saw., apakah boleh aku menyampaikan kabar gembira ini kepada manusia? Beliau menjawab, Jangan kamu beri tahu mereka, sebab nanti mereka akan berpasrah saja." (HR Al-Bukhāri-Muslim).

Hadis di atas memberikan faedah:

(a) Allah Swt. memberikan keutamaan kepada hamba-Nya dengan ampunan dan rahmat.
(b) Bolehnya meninggalkan berita gembira apabila hal itu akan membawa pada perkara yang dilarang dan meninggalkan kerja keras menuju yang lebih baik.
(Dr. Mustafā Sa'id AI-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādis Sālihina, Juz 1, 1407H/1987 M: 386).

- Hadis Nabawi :

Dari lbnu Abbās Ra., sesungguhnya berhala-berhala yang dahulu diagungkan oleh kaum Nabi Nuh As. di kemudian hari tersebar di bangsa Arab. Wadd menjadi berhala untuk kaum Kalb di Daumah Al-Jandal. Suwā untuk Bani Hużail. Yagūs untuk Murad dan Bani Gutaif di Jawf tepatnya di Saba'.

Adapun Ya' ūg adalah untuk Bani Hamdān. Sedangkan Nasr untuk Himyar keluarga Zul Kala'. Itulah nama-nama orang saleh dari kaum Nabi Nuh As. Ketika mereka wafat, setan membisikkan kepada kaum mereka untuk mendirikan berhala pada majelis mereka dan menamakannya dengan nama-nama mereka. Saat itu berhala-berhala belum disembah hingga mereka wafat. Kemudian, setelah ilmu tiada, maka berhala-berhala itu pun disembah." (HR Bukhāri secara Mauqūf, Al-Jāmiu A-Sahih Bukhāri, Juz 3: 316).

- Hadiš Qudsi :

Dari lbnu Abbās Ra., dia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Aku pernah bertanya kepada Tuhanku satu pertanyaan, yang (sebenarnya) tidak ingin kutanyakan, aku berkata, Wahi Tuhanku, sesungguhnya sebelum aku (diutus) terdapat rasul-rasul dari mereka. Ada yang Engkau tundukkan angin untuk mereka dan ada pula yang dapat menghidupkan kembali orang mati?" Dia berfirman, 'Bukankah Aku mendapatimu sebagai anak yatim, kemudian Aku melindungimu? Bukankah Aku mendapatimu sebagai orang yang tersesat, lalu Aku memberimu petunjuk? Bukankah Aku mendapatimu sebagai orang yang berkekurangan, kemudian Aku memberikan kecukupan padamu? Bukankah Aku telah melapangkan dadamu? Dan bukankah Aku telah menghilangkan bebanmu?" Beliau menjawab, Betul wahai Tuhanku." (HR At-Tabrāni). (Syaikh Mustafa Al-Adawy, Sahihu' Ahādisil Qudsiyyati: 138).

- Tadabbur Surah Al-Mukminun Ayat 28-42 :

Ayat 28-30 meneruskan kisah sebelumnya terkait kehancuran kaum Nabi Nuh. Ketika berada dalam kapal dalam keadaan selamat, Allah perintahkan Nabi Nuh dan para pengikutnya untuk memuji Allah yang telah menyelamatkan mereka dari masyarakat yang zalim dan meminta kepada-Nya agar dilabuhkan ke kawasan yang penuh berkah. Peristiwa musnahnya kaum Nuh ini selayaknya menjadi pelajaran bagi manusia setelah mereka.

Ayat 31-42 menjelaskan kisah generasi setelah kaum Nuh yang Allah ciptakan. Allah mengutus kepada mereka seorang rasul yang menyuruh mereka menyembah Allah saja dan bertakwa pada-Nya. Para pemuka mereka tidak beriman pada akhirat, tenggelam dalam kehidupan dunia, melecehkan rasul mereka karena hanya manusia biasa, memprovokasi masyarakat agar tidak beriman kepadanya karena hanya akan menyebabkan kerugian, menuduhnya pembohong besar terkait hari kebangkitan yang dijanjikannya, karena mereka meyakini kehidupan ini hanya di dunia. 

Melihat pembangkangan yang luar biasa itu, rasul tersebut berdoa meminta pertolongan  dari Allah. Lalu, Allah kirim petir dahsyat untuk menyambar mereka. Mereka pun mati seperti daun kering. Setelah itu, Allah munculkan lagi beberapa generasi berikutnya.