Halaman

Kamis, 19 Oktober 2023

Tadabbur Al-Quran Hal. 342

Tadabbur Al-Quran Hal. 342
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.
- Al-Mu'minun ayat 2 :

الَّذِيْنَ هُمْ فِيْ صَلٰو تِهِمْ خَاشِعُوْنَ

(yaitu) orang yang khusyuk dalam salatnya,

- Asbabun Nuzul Al-Mu'minun ayat 2 :

Diriwayatkan oleh Al Hakim yang bersumber dari Abu Hurairah. Diriwayatkan pula oleh lbnu Marduwaih dengan lafal: "Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam pernah menoleh pada waktu shalat." Diriwayatkan pula oleh Sa'id bin Manshur yang bersumber dari lbnu Sirin, dengan lafal: "Rasulullah melirikkan matanya pada waktu shalat," Hadits ini mursal. Bahwa apabila Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam shalat, beliau suka memandang ke langit. Maka turunlah ayat ini sebagai petunjuk bagi orang yang shalat. Sejak itu beliau shalat dengan menundukkan kepala.

Diriwayatkan oleh lbnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Sirin, hadits ini mursal. Bahwa apabila para shahabat shalat, mereka suka memandang ke langit. Maka turunlah ayat ini sebagai petunjuk bagaimana seharusnya shalat.

Sumber: Asbabun Nuzul-K.H.Q.Shaleh - H.AA. Dahlan dkk.

Al-hakim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah apabila shalat, mengangkat kepalanya memandang ke arah langit. Maka tuurnlah ayat ini. Maka beliau menundukan kepalanya. Ibnu Mardawaih meriwayatkan dengan lafazh, "Rasulullah dahulu menoleh pada waktu shalat." Said bin Manshur dan Ibnu Sirin meriwayatkannya secara mursal dengan lafazh, "beliau dahulu membolak-balikkan pandangannya. Maka turunlah ayat ini. Ibnu abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Sirin secara mursal, "para sahabat dahulu memandang ke arah langit ketika shalat, maka turunlah ayat ini."

- Tafsir AlI Muyassar Al-Mu'minun ayat 2 :

Di antara sifat mereka adalah khusyu' di dalam shalatnya. Hati mereka focus di dalam shalat dan anggota tubuh mereka tenang.

- Tafsirlbnu Kasir :

Firman Allah, (yaitu) orang yang khusyuk dalam salatnya. Menurut Ibnu Abbas, makna khāsyi'ũn ialah orang-orang yang takut dan tenang. Ali bin Abi Talib mengatakan bahwa yang dimaksud khusyuk pada ayat ini ialah kekhusyukan hati. Al-Hasan Al-Bişri mengatakan bahwa kekhusyukan mereka terdapat dalam hati mereka, sehingga mereka menundukkan pandangan dan merendahkan diri mereka. Muhamad bin Sirin berkata, "Dahulu para sahabat Rasulullah Saw. mengangkat pandangannya ke langit ketika salat, maka setelah turun ayat, (Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang yang khusyuk dalam salatnya. mereka menundukkan pandangan ke tempat sujud mereka. Ibnu Sirin berkata, para sahabat berkata, "Pandangan tertuju pada tempat salat.

Jika pandangan itu melanggarnya (batas tempat salat), maka pejamkanlah." Diriwayatkan oleh lbnu Jarir dan Abu Hatim.

Khusyuk dalam salat hanya dapat dilakukan oleh orang yang mencurahkan hatinya hanya tertuju pada salat, serta melupakan berbagai aktivitas lain dan lebih mementingkan salat dibandingkan urusan-urusan lainnya. Dengan cara inilah ketenangan dan kebahagiaan akan terwujud. Sebagaimana diterangkan dalam hadiš riwayat Imam Ahmad dan An-Nasāi dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah Saw. bersabda, "Dijadikan kecintaanku dari dunia ini ada pada wanita dan minyak wangi dan dijadikan penyejuk hatiku ada di dalam salat." Imam Ahmad berkata, telah menceritakan kepada kami Waki, ia berkata telah menceritakan kepada kami Mis'ar, dari Amr bin Murrah, dari Abu Al-Ja'd, dari seseorang, dari Aslam bahwa Rasulullah Saw. berkata kepada Bilal, "Wahai Bilal! Istirahatkanlah kita dengan salat."

Imam Ahmad berkata pula, telah menceritakan kepada kami Abdurahman bin Mahdi, ia berkata telah menceritakan kepada kami lsrail, dari Ušman bin Al-Mugirah, dari Salim bin Abu Al-Ja'd, bahwa Abdullah bin Muhamad Al-Hanafiyah berkata, "Aku dan bapakku pergi berkunjung ke rumah salah seorang kerabat kami dari kalangan Ansar. Ketika waktu salat tiba, ia berkata kepada sebagian keluarganya, "Wahai pelayan wanitaku, ambilkanlah untukku air wudu sehingga aku bisa salat dan beristirahat."

Abdullah berkata, "Maka kami tidak setuju atas apa yang dia ucapkan itu, tetapi justru ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda, "Wahai Bilal, berdirilah! Buatlah kita beristirahat dengan salat." (Ibnu Kašir, Tafsirul Qur'ānil Azimi, Jilid 10, 1421 H/2000 M: 107-108).

- Riyāduş Şālihin :

Dari Aisyah Ra., dia berkata, Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda, "Tidak sempurna salat seseorang, apabila terdapat makanan yang telah dihidangkan (sebelum dia makan dulu), atau dia menahan buang air besar atau kecil." (HR Muslim).

Hadiš di atas memberikan beberapa faedah:

(a) Makruh salat bagi orang yang dalam keadaan lapar dan dahaga sedangkan di sampingnya ada makanan, minuman, atau yang semisalnya. Dia berhak untuk memakannya atau meminumnya terlebih dahulu karena hal itu dapat menghilangkan kekhusyukan salat dan menyibukkan hati.

(b) Makruh salat bagi orang yang dalam keaadaan ingin buang air kecil atau besar sehingga ia menahan keduanya, karena hal tersebut akan mengacaukan pikiran dan jiwa yang bisa menghalangi kekhusyukan dalam salat.

(c) Makruh salat apabila hal yang di atas terjadi pada waktu masih lapang, namun sebaliknya apabila waktu salat sempit, maka tidak apa-apa.

(Dr. Muştafā Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttagina Syarhu Riyādis sālihina, Juz 2, 1407H/1987 M: 1193).

- Hadis Nabawi :

At Tirmiżi berkata, telah bercerita kepada kami Sa'id bin Abdurrahman A-Makhzumi, ia berkata, telah bercerita kepada kami Sufyan bin Uyainah, dari Az-Zuhri, dari Abu Al-Ahwaş, dari Abu Žar, dari Nabi Saw., beliau bersabda, "Jika salah seorang dari kalian melaksanakan salat, maka janganlah mengusap kerikil (yang menempel pada dahinya) sebab rahmat Allah sedang berada di hadapannya." (HR At-Tirmizi, Sunan At-Tirmiži, Juz 2, No. Hadis 379, 1397 H/1977 M. 219).

- Hadiš Qudsi :

Imam Al-Bukhari berkata, telah bercerita kepada kami Ismail, ia berkata, telah bercerita kepadaku Malik, dari Abu Az-Zinad, dari Al-Araj. dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw. bersabda, "Allah berfirman, Jika hamba-Ku ingin berjumpa dengan-Ku, maka Akupun ingin berjumpa dengannya. Dan sebaliknya, jika hamba-Ku tidak ingin berjumpa dengan-Ku, maka Aku pun tidak ingin berjumpa dengannya." (HR Al-Bukhari) (Mustafā bin Adawi, As-Sahihul MuSnad Minal Ahādisil Qudsiyyati, t.t: 66).

- Tadabbur Surah Al-Mukminun Ayat 1-17 :

Ayat 1-11 dari surah Al-Mukminun menjelaskan beberapa syarat sukses meraih surga bagi orang-orang beriman: 1) Mengerjakan salat dengan khusyu’. 2) Menjauhkan diri dari perkataan dan perbuatan yang tidak berguna. 3)  Menunaikan zakat. 4) Menjaga kemaluan (tidak menyalurkan syahwat) kecuali kepada istri atau budak yang dimiliki. 5) Menunaikan amanah dan menepati janji. 6) Menjaga salat, baik yang terkait dengan syarat dan rukunnya ataupun yang terkait dengan konsekuensinya. Orang-orang Mukmin yang melaksanakan enam perkara tersebut, Allah akan wariskan kepada mereka surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.

Ayat 12-16 menjelaskan perjalanan panjang kehidupan manusia (rihlatul khulud), sejak proses penciptaan manusia, seperti asal-usul sperma sampai dibangkitkan pada hari kiamat nanti. 

Proses penciptaan manusia seperti yang dijelaskan dalam ayat-ayat ini salah satu mukjizat Al-Qur’an dalam bidang ilmu pengetahuan modern. Tidak ada seorang ilmuwan pun yang dapat menolak kebenarannya, karena semuanya persis seperti yang mereka temukan sejak 60 tahun belakangan ini. Allah menjelaskan fase-fase perjalanan hidup manusia itu sebebagai berikut : 1)  Saripati  tanah. 2) Sperma. 3) ‘Alaqah (menempel di dinding rahim. 4) Mudhghah (Seperti daging yang digigit). 5) Tulang belulang. 6) Dibungkus dengan daging. 7) Menjadi makhluk lain  (sempurna). 8) dilahirkan ke atas bumi ini. 9) Mati. 10) Dibangkitkan kembali pada hari kiamat. Inilah 10  fase yang harus kita lewati sampai kembali kepada Allah. 

Ayat 17 menjelaskan Allah juga yang menciptakan tujuh lapis langit di atas kita dan Dia sama sekali tidak mengabaikan atau membiarkan ciptaan-Nya begitu saja.