Halaman

Rabu, 02 Agustus 2023

Tadabbur Al-Quran Hal. 325

Tadabbur Al-Quran Hal. 325
----------------------------------------------
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

- Al Qur'an Indonesia Tajwid.

- Al-Anbiya' ayat 36 :

وَاِذَا رَاٰكَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اِنْ يَّتَّخِذُوْنَكَ اِلَّا هُزُوًاۗ اَهٰذَا الَّذِيْ يَذْكُرُ اٰلِهَتَكُمْۚ وَهُمْ بِذِكْرِ الرَّحْمٰنِ هُمْ كٰفِرُوْنَ

Dan apabila orang-orang kafir itu melihat engkau (Muhammad), mereka hanya memperlakukan engkau menjadi bahan ejekan. (Mereka mengatakan), “Apakah ini orang yang mencela tuhan-tuhanmu?” Padahal mereka orang yang ingkar mengingat Allah Yang Maha Pengasih.

- Tafsir Al Muyassar Al-Anbiya' ayat 36 :

Ketika orang-orang kafir melihatmu, waha Rasul, mereka menunjukmu untuk mengejekmu, dengan mengatakan satu sama lain: Inikah orang yang mencaci maki sembahan-sembahan kalian? Mereka mengingkari Allah Yang Maha Pemurah dan nikmat-nikmat-Nya, serta mengingkari Al Qur'an dam petunjuk yang diturunkan-Nya.

- Asbabul Nuzul Al-Anbiya' ayat 36 :

Ibnu abi Hatim meriwayatkan dari as-Suddi bahwa Nabi saw lewat dekat abu jahal dan abu sufyan yang sedang bercakap-cakap. Ketika abu jahal melihat beliau, ia tertawa, dan berkata kepada abu sufyan, "ini adalah Nabi Abdu Manaf." Mendengar itu abu sufyan marah dan berkata," apakah kalian mengingkari bahwa Bani Abdul Manaf mempunyai nabi? Nabi saw mendengarnya, lalu beliau kembali kepada abu jahal dan menaku-nakutinya. Beliau berkata,"kulihat kamu tidak mau berhenti kecuali jika kamu ditimpa azab seperti yang menimpa kaum terdahulu." Maka turunlah ayat ini.

- Tazkiyyatun Nafs :

Jika kita memperhatikan apa yang diserukan Allah Swt. untuk kita renungkan, hal itu mengantarkan kita pada ilmu tentang Tuhan, keesaan-Nya, serta sifat-sifat keagungan-Nya, seperti qudrah, ilmu, hikmah, rahmat, ihsan, keadilan, rida, murka, pahala, dan siksa-Nya. Demikianlah, Dia memperkenalkan diri-Nya kepada hamba-hamba-Nya dan menyeru mereka untuk merenungi ayat-ayat-Nya. Di sini dapat disebutkan beberapa contoh saja yang disebutkan Allah Suwt. dalam kitab-Nya, antara lain tentang penciptaan manusia. Bukan hanya dalam satu tempat Allah Swt. menyuruh kita untuk merenungkannya, seperti firman-Nya
dalam surah Al-Anbiyā, 21:37, At-Tāriq, 86: 5, Aż-Zāriyāt, 51: 21, Al-Haji, 22: 5, Al-Qiyāmah, 75: 36-40, Al-Mursalāt, 77: 20-23, Yāsin, 36:77, Al-Mu'minūn, 23: 12-14.

Amat banyak ayat di dalam Al-Qur'an yang menyeru manusia untuk memikirkan proses awal, tengah, dan akhir dalam penciptaan manusia. Karena diri manusia dan cara penciptaannya adalah sebagian di antara dalil terkuat atas kekuasaan Sang Pencipta. Selain itu juga, karena yang terdekat dengan manusia adalah dirinya sendiri. Disana terdapat keajaiban-keajaiban yang menunjukkan keagungan Allah Swt., yang manusia tidak dapat mengetahui walaupun sebagiannya saja. Tapi manusia lalai dan tidak mau merenungkan dirinya sendiri. Kalau ia mau merenungkan diri sendiri, tentu keajaiban-keajaiban penciptaan yang diketahuinya mencegah manusia untuk berbuat kafir, sebagaimana Allah Swt. berfirman dalam surah 'Abasa, 80: 17-20.

Allah Swt. ketika menyebutkan hal ini berulang kali di telinga kita, bukan hanya agar kita mendengar kata Nutfah, Alagah, Mudgah, Turab, atau agar kita membicarakannya saja, atau sekadar ingin memberitahukan kepada kita. Tetapi, maksud dan tujuan Tuhan adalah untuk sesuatu yang berada di balik itu semua. Karena alasan inilah, Tuhan membicarakan hal tersebut.

Sekarang, perhatikanlah Nutfah dengan seksama! la hanyalah setetes air yang hina dan lemah serta menjikkan. Kalau berselang sesaat saja, akan rusak dan busuk.

Bagaimana Tuhan Yang Mahatahu dan Mahakuasa mengeluarkannya dari antara Sulb (tulang sulbi lelaki) dan Tarā ib (tulang dada perempuan). Bagaimana Nutfah itu bisa dan tunduk kepada kekuasaan dan kehendak-Nya, meski jalan yang dilalui sempit dan bercabang-cabang. sampai Dia menggiringnya ke tempat kediamannya dan tempat berkumpulnya? Bagaimana pula Allah Swt. mengumpulkan lelaki dan warnita, dan menciptakan cinta kasih di antara keduanya? Bagaimana Dia menggiring keduanya dengan rentetan syahwat dan cinta untuk berkumpul, yang akhirnya menjadi sebab terciptanya anak? Dan bagaimana Dia menetapkan bertemunya dua air itu, padahal letak kedua air itu sebelumnya berjauhan?

Bagaimana Allah Swt. menggiringnya dari dasar urat-urat dan organ yang dalam dan mengumpulkan keduanya di satu tempat, yang dijadikan sebagai tempat kediamannya yang kokoh, tidak tersentuh udara sehingga rusak, atau dingin sehingga membeku, dan tidak terjangkau oleh penyakit?

Kemudian Dia mengubah Nutfah yang amat putih itu menjadi 'Alagah yang merah kehitaman. Lalu dijadikan-Nya Mudgah (segumpal daging) yang berbeda dengan Alaqah dalam warna, hakikat, dan bentuknya. Lalu Dia menjadikannya tulang belulang tanpa pembungkus yang berbeda dengan Mudgah dalam bentuknya, keadaannya, ukurannya, dan warnanya.

Lihatlah bagaimana Dia membagi bagian-bagian yang mirip dan sama itu menjadi organ-organ, tulang-tulang, urat-urat, dan otot-otot; ada yang keras, lunak, dan sedang. Kemudian bagaimana Dia mengikat antara bagian-bagiannya dengan ikatan tali paling kuat yang paling sulit terurai. Bagaimana la membungkusnya dengan daging yang dijadikan-Nya sebagai wadah, penutup, dan pelindungnya; dan menjadikan tulang itu sebagai sarana yang membawa daging tersebut dan yang menjadikannya berdiri tegak. Jadi, daging berdiri dengan bantuan tulang, dan tulang berlindung dengan daging. Bagaimana Allah Swt. membentuknya dengan bentuk yang indah, membuat lubang telinga, mata, mulut, hidung, dan lubang-lubang yang lain; memanjangkan tangan dan kaki, dan membagi ujung-ujungnya menjadi jari-jemari, lalu membagi jari-jari menjadi ruas-ruas lagi. Dia memasang organ-organ dalam, seperti jantung, usus, hati, paru-paru, ginjal, rahim, kandung kemih. Masing- masing punya ukuran khusus dan manfaat
yang khas. (Ibnul Qayyim al-Jauziyyah, Miftāhu Dar al-Sa 'adati, Juz 2, 1416 H/1996M: 5-7).

- Riyāduş şälihin :

Dari lbnu Mas'ūd Ra., dia berkata, "Rasulullah Saw. telah menceritakan kepada kami, Sesungguhnya seorang manusia mulai diciptakan dalam perut ibunya setelah proses selama empat puluh hari. Kemudian menjadi segumpal daging pada empat puluh hari berikutnya. Setelah empat puluh hari berikutnya, Allah Swt. mengutus seorang malaikat untuk menghembuskan ruh ke dalam dirinya dan diperintah untuk menulis empat hal; rezekinya, ajalnya, amalnya, dan sengsara atau bahagianya. Demi Allah Swt. yang tiada Tuhan selain Dia, sungguh ada seseorang darimu yang mengerjakan amal perbuatan ahli surga, hingga jarak antara dirinya dan surga hanyalah satu hasta, namun takdir yarng tertulis mendahuluinya, hingga ia mengerjakan amal perbuatan ahli neraka dan akhirnya ia pun masuk neraka. Ada pula orang yang mengerjakan amal perbuatan ahli neraka, hingga jarak antara ia dan neraka hanya satu hasta, namun takdir yang tertulis mendahuluinya hingga kemudian ia mengerjakan amal perbuatan ahli surga dan akhirnya ia pun masuk surga." (HR Al-Bukhāri-Muslim) (Dr. Mustafa Sa'id Al-Khin, Nužhatul Muttaqina Syarhu Riyādis Şālihina, Juz 1, 1407 H/1987 M: 365).

- Medical Hadis :

Dari lbnu Umar Ra., dia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Telah dihalalkan bagi kita dua bangkai dan dua darah: dua bangkai maksudnya ikan dan belalang, dua darah maksudnya hati dan limpa." (HR Ahmad dan Ibnu Mājah) (Ibnū'l Qayyim Al-Jāüziyyāh, At-Tibbūn Nābāwi, t.t.. 251).

- Tibbun Nabawi :

Khasiat Samak (Ikan)

Jenis ikan banyak sekali. Yang paling baik ialah yang lezat rasanya, baik aromanya, sedang ukurannya, tipis kulitnya, tidak keras dan tidak pula kering dagingnya, hidup di air yang segar dan mengalir di antara bebatuan, yang makan dari tumbuh-tumbuhan dan bukan dari kotoran, airnya bergerak dan bergelombang, tidak berlumpur, terbuka mendapat sinar matahari dan angin.

Ikan laut sangat baik, lembut dan halus dagingnya, tetapi agak sulit dicerna. Dapat menambah kegemukan dan menambah produksi mani. Sedangkan ikan asin yang paling baik ialah yang baru saja diasinkan, memiliki sifat panas dan kering, yang kadarnya semakin bertambah, jika tempo waktunya semakin lama. Bagian yang paling baik dari ikan ialah yang dekat dengan ekornya. (tbnu'l Qayyim Al-Jaużiyyah, Žãdu'l Ma ādi fi Hadyi Khayril bādi, Juz 4, t.t. : 325-326).

- Penjelasan Surah Al-Anbiya' Ayat 36-44 :

Ayat 36-44 menerangkan beberapa hal:
 
- Orang-orang kafir memperolok-olok Rasul Saw. karena beliau menjelaskan bahwa tuhan-tuhan yang mereka sembah itu tidak memiliki daya dan upaya sedikit pun. Seharusnya mereka mau diingatkan kepada Allah.

- Manusia diciptakan Allah memiliki sifat tergesa-gesa. Tapi, mereka menggunakannya untuk segera diturunkan azab Allah. Mereka tidak perlu diminta untuk di-segerakan azab, karena azab bagi kaum kafir itu akan datang pada waktunya. Sekiranya mereka mengetahui nanti api neraka akan  membakar muka dan belakang mereka dan mereka di sana tidak ada yang menolong,  pasti mereka tidak akan meminta disegerakan azab di dunia ini. Azab di dunia ini akan datang  kepada mereka secara tiba-tiba sehingga menyebabkan mereka bingung dan mereka sama sekali tidak mampu menolaknya atau menangguhkannya barang sedikitpun.

- Allah menghibur Rasul Saw. dengan menjelaskan bahwa semua rasul yang diutus sebelumnya juga diperolok-olokan. Maka Allah mengepung mereka dengan berbagai macam azab-Nya disebabkan perbuatan dan kedurhakaan mereka.

- Allah memerintahkan Rasul Saw. untuk memperingatkan manusia bahwa tidak akan ada yang mampu menyelamatkan mereka dari azab Allah yang datang di malam hari ataupun di siang hari, selain Allah yang Maha Penyayang. Namun, mereka berpaling dari peringatan tersebut.

- Kaum kafir itu berani menantang azab Allah karena meyakini tuhan-tuhan mereka mampu menolong dan menyelamatkan mereka. Faktanya, tuhan-tuhan tersebut tidak mampu menyelamatkan diri mereka sendiri, apalagi menyelamatkan manusia yang menyembahnya. Jika azab tidak turun, berarti Allah hanya menangguhkannya. Bukankah negeri kaum  kafir itu Allah kurangi dari berbagai penjuru. Apakah mereka  mampu menahannya?